tangki penampungan, kaleng bekas, ban bekas, botol pecah, potongan bambu, tempurung kelapa, dan lain-lain.
3
2.2 Konsep Pemberantasan Vektor DBD
2.2.1 Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk
senang hinggap
pada benda-benda
bergantungan, maka
penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk menular malaria.
3
Alat yang digunakan adalah mesin fog pengasapan dan
penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu. Untuk membasmi penularan virus dengue penyemprotan
dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue dan
nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segara muncul nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya akan menghisap darah pada
penderita viremia pasien yang positif terinfaksi DBD yang masih
ada yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan yang pertama agar nymuk
baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain. Tindakan penyemprotan dapat
membasmi penularan, akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar populasi nyamuk penular
dapat tetap ditekan serendah-rendahnya.
3
2.2.2 Pemberantasa Jentik
a. Fisik
Pemberantasan dengan cara ini dikenal sebagai kegiatan 3 M yaitu menguras dan menyikat bak mandi, bak WC, menutup
tempat penampungan air, mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas. Pengurasan tempat-tempat
penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-
kurangnya satu minggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula
dengan istilah 3M PLUS yaitu, kegiatan 3M yang diperluas.
4
Bila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-
rendahnya, sehingga DBD tidak menular lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kapada masyarakat harus dilakukan
secara terus-menerus dan berkesinambungan, oleh karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku
masyarakat.
4
b. Kimia
Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan mengunakan
insektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah larvasidasi.
4
c. Biologi
Pemberantasan cara ini menggunakan ikan pemakan jentik ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang. Dapat juga
menggunakan Bacillus thuringiensis var Israeliensis Bti.
4
2.3. Kegiatan Pemberantasan Jentik Berkala PJJB
PJB adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti
.
Untuk mengetahui adanya jentik nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur
sekurangkurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit DBD
.
Cara memeriksa jentik adalah: 1.
Periksalah bak mandiWC, tempayan drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya.
2. Jika tidak tampak, tunggu ± 0,5
– 1 menit, jika ada jentik, ia akan muncul kepermukaan air untuk bernapas.
3. Ditempat yang gelap gunakan senterbaterei.
4. periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng
plastik, ban bekas dll.
Jentik-jentik yang ditemukan di tempat-tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah bak mandi, WC, drum, tempayan, dan
sampahsampahbarang-barang bekas yang dapat menampung air hujan dapat dipastikan bahwa jentik tersebut adalah aedes aegypti
penular penyakit DBD.
4
Jentik-jentik yang terdapat di gotcomberanselokan bukan jentik nyamuk Aedes Aegypt.
Adapun cara pelaksanaan PJB antara lain : Dilakukan dengan mengunjungi rumah dan tempat-tempat
umum untuk memeriksa TPA, non-TPA dan tempat penampungan
air alamiah,
di dalam
dan diluar
rumahbangunan serta memberikan penyuluhan tentang PSN DBD kepada keluargamasyarakat.
Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat-tempat
umum diminta
untuk ikut
melihatmenyaksikan, kemudian lanjutkan dengan PSN DBD ’3M’ atau ’3M plus’ .
Memberikan penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluiarga dan pengelolapetugas kebersihan tempat-tempat
umum. Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik
RumahBangunan yang ditinggalkan di rumahbangunan dan pada Formulir JPJ-I untuk pelaporan ke puskesmas dan
yang terkait lainnya. Dalam program pemberantasan penyakit DBD, survai jentik yang biasa digunakan adalah
cara visual yaitu dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa
mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik
aedes aegypti iala
h :
1. House Indek H.I :
Jumlah rumahbangunan yang ditemukan jentik Jumlah rumah bangunan yang diperiksa
X 100
2. Container Indek C.I : Jumlah Container dengan jentik
Jumlah Container yang diperiksa Container adalah tempat atau berjana yang dapat menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk
Ae. Aegypti.
3. Breteau Indek C.I :
Jumlah container dengan jentik dalam 100 rumahbangunan.
4. Pemantauan hasil pelaksanaan PJB dilakukan secara teratur sekurang
kurangnya tiap 3 bulan dengan menggunakan indikator ABJ yaitu presentasi rumahTTU yang tidak ditemukan jentik.
Jumlah rumahbangunan tidak ditemukan jentik Jumlah rumah diperiksa
Hasil pelaksanaan PJB di RWdusun dipantau oleh lurahKepala Desa secara teratur dengan melakukan pemeriksaan jentik pada kurang
lebih 30 rumah yang dipilih secara acak di setiap RWDusun.
4
2.4. Kader Juru Pemantau Jentik DBD Jumantik