47
dengan kecemasan bertanding yang memperoleh hasil r sebesar 0,551 dengan p taraf signifikan 0,000 p 0,01. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah kecemasan bertandingnya dan juga sebaliknya.
Penelitian lain mengenai kecemasan juga pernah dilakukan oleh Rizki Mahakharisma 2014 dengan judul “Tingkat Kecemasan Dan
Stress
Atlet Bulutangkis Menjelang Kompetisi POMNAS XIII Tahun 2013 Di Daerah Isti
mewa Yogyakata”. Hasilnya menunjukan tingkat kecemasan atlet tergolong dalam kategori tinggi, dimana sebanyak 70 atelt putra dan
54,28 atlet putri mengalami kecemasan menjelang pertandingan.
C. Kerangka Fikir
Ketika sedang mengamati penampilan atlet dengan lebih seksama dapat dilihat bahwa penampilan atlet dapat dipengaruhi oleh dua faktor
diantaranya faktor fisik dan faktor psikologis. Terkadang faktor psikologis masih sangat kurang di perhatikan oleh pelatih maupun pengurus
organisasi cabang olahraga, pada kenyataannya faktor psikologis seringkali memegang peranan penting terhadap penampilan seorang atlet.
Faktor psikologis dapat menjadi pengarah atau penggerak atlet untuk menampilan sebuah penampilan yang optimal dalam penelitian ini
difokuskan pada atlet
softball
UKM Universitas Negeri Yogyakarta. Menurut Scheider, Bugental, Pierson Aji Utama, 2015: 26
peak performance
adalah kondisi sempurna saat pikiran dan otot bergerak secara sinergi dan beriringan, dengan kata lain
peak performance
adalah
48
kemampuan ajaib seorang atlet yang dikeluarkan melalui keterampilan atletik, kekuatan fisik, keterampilan gerak, kekuatan mental atau aktivitas
lainnya. Dalam hal ini menurut Garfield dan Bennet Satiadarma, 2000: 165 ada delapan karakteristik seorang atlet dikatakan mengalami
peak performance
yaitu: mental rileks, fisik rileks, optimistis, terpusat pada kekinian, berenergi tinggi, kesadaran tinggi, terkendali, dan terseludang
terlindungi dari gangguan. Menurut Harsuki dalam penelitian Aji Utama, 2015: 6
salah satu faktor yang menyebabkan
peak performance
adalah faktor yang berhubungan dengan atlet yaitu kecemasan bertanding. Kecemasan
merupakan salah satu faktor psikologis yang menganggu penampilan dan sering dihadapi seorang atlet ketika bertanding. Satiadarma 2000: 172
menjelaskan jika pikiran seorang atlet dikuasasi oleh pikiran-pikiran yang mengganggu seperti khawatir dan cemas berlebih, maka atlet tersebut akan
terganggu konsentrasinya dan selanjutnya
peak performance
dari atlet tersebut sulit diperlihatkan.
Menurut Husdarta 2010: 81 ada lima faktor yang dapat menyebabkan munculnya kecemasan sebelum bertanding, antara lain: 1
Ketakutan akan kegagalan dalam pertandingan, 2 Ketakutan akan cedera fisik atau hal lain yang akan menimpa diri atlet, 3 Ketakutan akan
penilaian sosial atas kualitas prestasinya, 4 Ketakutan terhadap agresi fisik baik dari lawan bertanding maupun dirinya sendiri, 5 Ketakutan
49
bahwa kondisi fisiknya tidak akan mampu menyelesaikan tugasnya atau dalam pertandingan dengan baik.
Dijelaskan juga oleh Gunarsa 2008: 65 bahwa pengaruh ke- cemasan terhadap atlet ada dua yaitu pengaruh pada kondisi kefaalan
seperti: denyut jantung meningkat, telapak tangan berkeringat, otot-otot menjadi kaku, dan lain-lain. Serta pengaruh pada aspek psikis seperti: atlet
menjadi gelisah, konsentrasi terhambat, emosi labil, ragu-ragu, dan lain- lain. Jika kedua pengaruh tersebut terjadi pada seorang atlet maka bukan
tidak mungkin akan mempengaruhi penampilan atlet tersebut. Husdarta 2010: 69 menjelaskan hal senada bahwa, keadaan emosi
yang tidak terkontrol kecemasan dapat menganggu keseimbangan psiko- fisiologis atlet seperti gemetar, lemas, keluar keringat dingin, kejang otot,
dan lain-lain dan membuyarkan konsentrasi, sehingga akan berimbas pada penampilan atlet itu sendiri.
Berhubungan dengan kemungkinan adanya pengaruh kecemasan bertanding terhadap
peak performance
, dapat diasumsikan bahwa apabila kecemasan bertanding atlet tinggi maka
peak performance
dari atlet akan menurun dan sebaliknya jika kecemasan bertanding atlet rendah maka
peak performance
atlet akan tinggi.
D. Paradigma