60
H. Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Dalam sebuah intrumen yang dikembangkan diperlukan adanya uji validitas. Menurut Saifuddin Azwar 2012: 10 validitas adalah ketepatan
dan kecermatan instrumen dalam menjalankan fungsi ukuranya, artinya validitas menunjuk sejauh mana skala itu mampu mengungkap dengan
akurat dan teliti data mengenai indikator yang ia rancang untuk mengukurnya. Sementara itu menurut Sugiyono 2010: 115 validitas
merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto 2010: 211, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Dalam penelitian ini instrumen divalidasi dengan menggunakan validasi isi melalui uji ahli
expert judgment
. Ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun tersebut untuk selanjutnya
memberikan keputusan apakah instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total. Ahli yang dipilih
oleh peneliti untuk menguji validitas konstruk tersebut adalah dosen pembiming.
Pada skala
peak performance
yang terdiri dari 90 item pernyataan ada 2 indikator yang dilebur menjadi satu sedangkan pada skala
kecemasan bertanding yang terdiri dari 97 item pernyataan terdapat 8 pernyataan yang perlu diperbaiki dalam tata bahasa. Untuk uji validitas
61
instrumen digunakan data terpakai. Hal ini berarti bahwa analisis validitas menggunakan data yang didapatkan dari pengambilan dari pengambilan
data penelitian atau tanpa uji coba instrumen.
2. Uji Reliabilitas
Sebuah instumen juga diperlukan uji reliabilitas. Intrumen dapat dikatakan reliabel apabila mampu mengungkap data yang dapat dipercaya.
Sama halnya dengan pendapat Suharsimi Arikunto 2010: 221 instrumen dikatakan baik apabila instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
menggungkap data yang dapat dipercaya. Sementara itu menurut Sugiyono 2007: 121 menjelaskan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk menguji reliabilitas ini peneliti
menggunakan
Alpha Cronbach
menggunakan bantuan
SPSS versi 21.00 For Windows.
Instrumen yang reliabel dapat dilihat dari koefisien reliabilitasnya yaitu berada dalam rentang angka koefisien
alpha
0 sampai 1,00. Semakin koefisen reabilitas mendekati angka 1,00 maka instrumen dapat dikatakan
semakin reliabel Saiffuddin Azwar, 2015 : 112. Wells dan Wollack dalam Saiffudin Azwar, 2015: 98 mengatakan bahwa
high-stakes standaridized tests
yang dirancang secara profesional hendaknya memiliki koefisien konsistensi internal minimal 0,90. Tes yang tidak begitu besar
pertaruhannya harus memiliki koefisien konsistensi internal paling tidak
62
setinggi 0,80 atau 0,85 sedangkan untuk tes yang digunakan di kelas oleh para guru hendaknya paling tidak memiliki koefisien reliabilitas 0,70.
Setelah dilakukan uji reliabilitas menggunakan
Alpha Cronbach
pada program
SPSS versi 21.00 For Windows
diperoleh koefisien reliabilitas pada skala
peak performance
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
α = 0,986 dengan rentang skor korelasi item total mulai dari 0,316 hingga 0,908. Pada skala kecemasan bertanding sebesar α = 0,974
dengan rentang skor korelasi item total mulai dari -0,307 hingga 0,870. Pengujian reliabilitas pada skala kecemasan bertanding dan
peak performance
selanjutnya digunakan untuk menentukan gugur tidaknya suatu item pernyataan digugurkan berdasarkan nilai
corrected item total correlation
dan cronbach’s alpha if item deleted pada
item total correlation.
Norma yang digunakan adalah jika nilai koefisien pada
corrected item total correlation
bernilai negative maupun rendah serta koefisien
cronbach’s alpha if item deleted menunjukan nilai yang lebih tinggi dari
cronbach’s alpha maka item pernyataan tersebut gugur. Item dipertahankan jika nilai yang dihasilkan item tersebut tetap maupun
menjadikan nilai reliabilitas lebih tinggi. Pada skala
peak performance
dari 90 item pernyataan menghasilkan 90 item valid dan tidak ada item gugur.
Di bawah ini terdapat kisi-kisi skala kecemasan bertanding dan
peak performance
setelah uji validitas dan reliabilitas. Pada skala kecemasan bertanding dari 97 item pernyataan menghasilkan 93 item valid dan 4 item
gugur.
63
Tabel 4. Kisi-kisi Skala
Peak Performance
setelah Uji Validitas dan Reliabilitas.
Aspek Indikator
No Item Jumlah
Favorable Unfavorable
Mental dan fisik yang rilek
Tenang saat bertanding 5,7,9,11,13
8,10,12,14,16 10
Bertindak dengan tepat dan cepat
1,3 2,4,6
5 Tubuh tidak tegang
15,17 18,20
4 Tubuh mudah untuk di
koordinasikan 19,21,23,25
22,24,26 8
Optimis Mempercayai
kemampuan diri 27,29
28,30 4
Mempunyai keyakinan 31,33,35
32,34,36 6
Tidak memiliki keraguan
37,39 38,40
4 Terpusat pada
pertandingan Fokus pada
pertandingan 41,43,45
42,44 5
Fisik dan psikis berjalan sinergi
47,49 46,48
4 Kesiapan bertanding
sejak awal Siap dalam menghadapi
pertandingan 51,53
50,52,54 5
Memiliki semangat untuk bertanding
55,57,59 56,58,60
6 Sadar dengan apa
yang terjadi pada pertandingan
Peka terhadap situasi pertandingan
61,63,65 62,64,66
6 Sadar akan kemampuan
diri sendiri 67,69,71
68,70 5
Gerakan berlangsung secara terkendali
Gerakan yang dilakukan sesuai dengan kehendak
73,75 72,79
4 Mampu mengontrol
gerakan 77,79
76,78 4
Terseludang Tidak terpengaruh
terhadap perasaan atau gangguan internal
81,83 80,82
4 tidak terpengaruh
gangguan-gangguan eksternal
85,87,89,90 84,86,88
7
64
Tabel 5. Kisi-kisi Skala Kecemasan Bertanding setelah Uji Validitas dan Reabilitas.
Aspek Indikator
No Item Jumlah
Favorable Unfavorable
Gelisah Tidak tenang pada saat
pertandingan 1,3,5,7,9
2,4,6,8 9
Terlalu memikirkan penampilannya sendiri saat
pertandingan 11,13
12,14 4
Sulit tidur Tidak bisa tidur dengan
pulas 15,17
16,18 4
Tidak mengantuk dimalam hari
21 20,22
3 Mata memerah
23,25 24,26
4 Ketegangan pada
otot-otot tubuh Merasakan sakit otot pada
bagian tertentu 27,29
28,30 4
Mengalami ketegangan otot pada bagian tertentu
31,33,35 32,34,36
6 Perubahan pada
raut wajah Wajah menjadi pucat
37,39,41 38,40
5 Berubahnya mimik wajah
47,49 46
3 Denyut jantung
yang meningkat Jantung yang berdebar
kencang saat pertandingan 51,53
48,50 4
Irama nafas yang tidak normal
55,57 52
3 Keringat berlebihan
Keringat berlebih pada bagian tertentu
59,61,63 56,58
5 Keluarnya keringat dingin
65,67 60,62
4 Terganggunya
sistem pencernaan Sering buang air kecil
69 64
2 Sering buang air besar
71,73 66,68
4 Gangguan pada perut
75,77 70,72
4 Gangguan pada
konsentrasi Tidak fokus saat
bertanding 79,81
74,76 4
Salah melakukan pergerakan
83,85 78,80
4 Pikiran negatif
terhadap diri sendiri Tidak percaya diri ketika
memukul ataupun berjaga 87,89
82,84 4
Merasa lemah 91,93
86,88 4
Kontrol emosi yang buruk
Emosi yang tidak stabil 95,96,97
90,92.94 6
65
I. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono 2012:147 analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data antara lain: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data, serta melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk
menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan untuk umum atau generalisasi. Untuk mendeskripsikan kecemasan bertanding dan
peak performance
atlet
softball
Universitas Negeri Yogyakarta, maka perlu dilakukan kategorisasi sesuai dengan data
yang telah diperoleh. Saiffudin Azwar 2015: 149 menjelaskan langkah- langkah kategorisasi tiap variabel sebagai berikut:
1. Menentukan skor tertinggi dan terendah
Skor tertinggi = 4 x jumlah item
Skor terendah = 1 x jumlah item
2. Menghitung
mean
ideal M M = ½ skor tertinggi + skor terendah
3. Menghitung standar deviasi SD
66
SD = skor tertinggi – skor terendah : 6
Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk kategorisasi pada masing-masing variabel dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut :
Tinggi : µ + 1,0
σ ≤ X Sedang
: µ - 1,0 σ ≤ X µ + 1,0 σ
Rendah : X µ - 1,0
σ Keterangan :
X = jumlah skor nilai tes
µ =
mean
ideal σ = standar deviasi
Selanjutnya untuk menguji hipotesis maka diperlukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum melakukan analisis data dalam rangka menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis. Uji prasyarat
analisis yang dimaksud yaitu uji normalitas dan linearitas. a.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data setiap
variabel yang akan dianalisi terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan metode
kolmogorov-Smirnov.
Untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data dapat diketahui dari taraf
signifikasi. Apabila nilai signifikasi 0,05 maka data terdistribusi normal
67
sebaliknya apabila nilai signifikasi 0,05 maka data terdistribusi tidak normal. Untuk mempermudah perhitungan uji normalitas menggunakan
software SPSS For Windows Seri 21.00.
b. Uji Linearitas
Untuk memenuhi asumsi bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat merupakan hubungan yang linear maka harus diadakan
uji linearitas. Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat terdapat linearitas atau tidak. Kaidah
yang digunakan adalah apabila p 0,05 maka hubungan antara keduanya adalah linear dan sebaliknya apabila p 0,05 maka hubungan antara
keduanya tidak linear. Perhitungan dilakukan dengan bantuan
SPSS For Windows Seri 21.00
.
2. Uji Hipotesis