Ruang lingkup pemantauan dan evaluasi perencanaan dan penganggaran yang responsif
62
L A M P I R A N
|
Direktorat Jendral Anggaran c.
PMK Tentang Tata Cara Revisi Anggaran; d.
PMK Tentang Tata Cara Penyusunan dan Penelaahan RKAKL; Dengan tersusunnya keempat peraturan di bidang penganggaran tersebut di atas, proses
perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan anggaran bagi seluruh KL diharapakan lebih transparan dan kredibel.
Salah satu Suboutput dari Output Peraturan Bidang Penganggaran adalah PMK tentang Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL dengan materinya ARG.
Tujuan penyusunan PMK tersebut adalah tersedianyatersusunnya peraturan bidang penganggaran yang operasional dan mudah dimengerti stakeholder.
Mengacu pada data base DJA pada tahun anggaran 2010 bahwa alokasi ARG dalam belanja KL hanya sebesar 0,2 dari keseluruhan Belanja KL atau Rp 691,8 M dari total
Bel. KL Rp 300 Triliun. Faktor utama terjadinya kesenjangan gender dalam perencanaan penganggaran adalah:
manfaat anggaran bagi kelompok sasaran belum dinyatakan dengan jelas. Manfaat anggaran yang ada pada Belanja KL belum sepenuhnya mengakomodir kesetaraan
gender dalam setiap output kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini dikarenakan perspektif PUG belum mewarnai perencanaan penganggaran Belanja KL.
Faktor penyebab kesenjangan dari sisi internal DJA adalah: 1 belum dipahaminya tujuan konsep gender dan implementasi-nya di pengangggaran pada tingkat pengambil
keputusan penganggaran, terutama pada saat pengalokasian Anggaran Belanja KL; 2 Belum dipahaminya mekanisme penyusunan ARG dalam dokumen RKA-KL.
Sedangkan dari sisi eksternal DJA faktor kesenjangan terjadi karena: 1 ARG dipersepsikan sebagai anggaran khusus untuk kegiatan dalam rangka PUG; dan 2 ARG dipersepsikan
sebagai anggaran yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan perempuan. Oleh karena itu perlu ada reformulasi tujuan suboutput PMK dimaksud berupa
“Tersusunnya Peraturan bidang penganggaran yang operasional dan mudah dimengerti serta menunjang peningkatan ARG dalam belanja KL”.