PANDUAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER
23
4.1. Kementerian Keuangan dan Isu Gender
Isu gender merupakan permasalahan yang muncul akibat adanya kesenjangan atau ketimpangan gender yang berimplikasi adanya diskriminasi terhadap salah satu pihak,
baik perempuan atau laki-laki KPP PA, Tahun 2010. Ada empat indikator diskriminasi yang dibakukan oleh KPP PA, yakni:
1. Akses, peran laki-laki dan perempuan dalam memperoleh peluang atau kesempatan.
2. Partisipasi, peran laki-laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan untuk berperan dalam suatu kegiatanprogram.
3. Kontrol, peran laki-laki dan perempuan dalam menjalankan fungsi kontrol dan pengambilan keputusan.
4. Manfaat, peran laki-laki dan perempuan dalam menerima dan memanfaatkan hasil- hasil suatu kegiatanprogram.
Adanya diskriminasi tersebut menyebabkan kondisi yang tidak adil gender. Pengarusutamaan gender di Kementerian Keuangan merupakan suatu tantangan
tersendiri. Berbeda dengan Kementerian lain, kegiatan Kementerian Keuangan pada umumnya berhubungan dengan suatu institusi atau perusahaan, dan tidak langsung
berkaitan dengan individu masyarakat, sehingga terkesan netral gender. Padahal, pengarusutamaan gender lebih dari sekedar menyampaikan perbedaan dampak dari
suatu kebijakan terhadap laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, walaupun cukup banyak penelitian maupun diskusi terkait dampak anggaran, reformasi struktural dan
permasalahan keuangan lainnya terhadap gender, isu gender di Kementerian Keuangan masih dianggap sebagai kegiatan pelengkap.
BAB 4
Isu Gender dan Data Pendukung Gender
di Kementerian Keuangan
24
Menurut Sen Tahun 2009, pengarusutamaan gender di suatu kementerian membutuhkan pemahaman tentang:
1. Keberagaman kekuatan relasi gender, dan bagaimana hal tersebut berinteraksi dengan kegiatan di kementerian sesuai dengan institusi dan strukturnya, dan dengan
perubahan kebijakan dan program yang ada. 2. Implikasi dari kebijakanprogram sekarang dan yang akan datang terhadap kegiatan
reproduksi the “care economy” dan pekerja di care economy yang umumnya berjenis kelamin perempuan.
3. Dampak kebijakan dan program yang sedang berjalan terhadap berbagai kelompok perempuan, dalam hal akses, pengaruh dan sebagainya.
Pemahaman tersebut dapat diperoleh melalui proses analisis gender dengan menggunakan indikator yang sensitif gender dan melalui analisis kualitatif terhadap situasi yang dihadapi
laki-laki dan perempuan, baik dalam perekonomian secara nasional, maupun dalam lingkup institusi di Kementerian Keuangan sendiri.
Kotak 4.1. Lima Hambatan yang umum dihadapi dalam Pengarusutamaan Gender di Kementerian Keuangan Sen, 2007
x Kurang mencukupinya penjelasan analitis tentang tugas Kementerian Keuangan, khususnya terkait dengan perubahan peran sejalan dengan perkembangan globalisasi
dan liberalisasi ekonomi. x Kurangnya pemahaman tentang bagaimana gender dikaitkan dengan peran tersebut.
x Kurang kondusifnya struktur institusi dan etos dimana Kementerian Keuangan berfungsi.
x Keterbatasan pemahaman mengenai sikap yang muncul diantara orang-orang yang bekerja di lingkungan Kementerian Keuangan, dan bagaimana hal ini berubah dari waktu
ke waktu. x Keterbatasan pengetahuan dan kapasitas organisasi-organisasi perempuan untuk ikut
serta terlibat dalam diskusi tentang kebijakan ekonomi makro.
4.2. Data Terpilah
Data terpilah penting untuk mengidenti¸ kasi masalah, dan dapat dirinci menurut jenis
kelamin, wilayah, status sosial ekonomi, waktu, yang dalam analisisnya menggunakan analisa gender. Bentuk data terpilah bisa kuantitatif atau kualitatif. Dari data terpilah
tersebut akan dapat diketahui posisi, kondisi serta kebutuhan masyarakat perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang pembangunan, dan permasalahan yang dihadapi
dalam upaya mengurangi kesenjangan. Pemetaan kebutuhan antara perempuan dan laki-laki penting dalam perumusan
perencanaan program dan kegiatan, yang akan lebih memudahkan dalam menentukan intervensi yang tepat pada masing-masing kebutuhan. Sekaligus mengalokasikan anggaran
yang tepat sasaran sesuai kebutuhan dalam GBS. Hal ini juga akan mempermudah dalam proses monitoring dan evaluasi, karena data terpilah dan perencanaan serta analisa
gendernya jika sudah tersedia, akan mudah membandingkannya dengan kondisi setelah diintervensi.