31
untuk mendidik harus mengandung nilai didik, termasuk dalam pemilihan media. Salah satu bentuk media pendidikan adalah novel. Nilai-nilai dan
norma-norma tersebut diwariskan kepada generasi penerus untuk terus dikembangkan. Potensi yang dikembangkan tentu tidak melanggar norma-
norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Pendidikan sebagai usaha untuk menggali dan mengasah potensi yang
ada pada manusia untuk menghadapi tuntutan zaman. Zaman yang semakin maju memungkinkan manusia untuk bisa mengembangkan sumber daya
manusia dan sumber daya alam yang ada. Novel sebagai suatu karya sastra yang merupakan karya seni juga memerlukan pertimbangan dan penilaian
tentang seninya. Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti kekuatan
batin, pikiran dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya. Pendapat lain menyebutkan bahwa pendidikan itu merupakan proses
humanisasi, melalui pengangkatan manusia ke taraf insani. Artinya pendidikan itu adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mengangkat manusia dari
kebodohan Wibowo, 2013: 2. Manusia yang sadar akan pendidikan berarti telah menyadari bahwa pendidikan sebagai salah satu cara memperkuat sumber
daya manusia dalam menghadapi perkembangan zaman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan segala sesuatu
yang baik ataupun buruk yang dapat berguna bagi kehidupan manusia untuk mencapai kebiasaan yang lebih baik.
c. Pengertian Karakter
Karakter adalah respon langsung yang dilakukan seseorang terhadap setiap stimulus yang datang dalam keadaan sadar. Kata karakter itu sendiri
berasal dari bahasa yunani yaitu to mark yang artinya tanda, ciri atau gambaran yang diukir atau merupakan penandaan tindakan atau tingkah laku seseorang
Wibowo, 2013: 11. Edgington 2002: 116 mengungkapkan: “According to Aristotle, morality and character are not random acts
but habits, which have been describe as habits of mind, habits of heart and habits of action”.
32
Moralitas dan karakter bukan tindakan tanpa tujuan tetapi kebiasaan, yang telah digambarkan sebagai pola berpikir, pola hati dan pola tindakan.
Josephson 2002: 41 menambahkan: “Character is not aninborn disposition. It is a “second nature”
developed through education, experience, and choice.” Karakter bukanlah watak bawaan. Karakter adalah kebiasaan yang
dikembangkan melalui pendidikan, pengalaman, dan pilihan. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam kehidupannya.
Kepribadian seseorang terdiri dari kumpulan watak dan perilaku hidup yang membedakan dirinya dengan orang lain dan inilah yang dikatakan
karakter, karakter ini juga tidak tercipta dalam waktu singkat tetapi tercipta dari suatu cara yang terulang-ulang menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan
terulang-ulang menjadi sebuah tabiat dan tabiat terulang-ulang menjadi sebuah tata kelakuan dan tata kelakuanlah yang melahirkan sebuah budaya dimana
gambaran budaya itulah yang kita sebut sebagai karakter, oleh karena itu karakter bisa tercipta dengan adanya sebuah pendidikan karakter yang
menciptakan sebuah cara yang tepat dalam melakukan suatu tindakan atau
perilaku. Menurut Samani dan Hariyanto 2012: 22 karakter adalah sesuatu
yang sangat penting dan vital untuk mencapai tujuan hidup. Karakter sebagai penentu untuk memilih yang terbaik dalam hidup.
Ringkasnya, karakter merupakan istilah yang merujuk sikap dan kepribadian dan bersumber pada nilai kebaikan, nilai moral, dan nilai-nilai yang patuh
terhadap norma yang ada. Lebih lanjut, Koesoema 2007: 80 orang berkarakter itu berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, atau berwatak. Berdasarkan definisi singkat itu bisa dipahami bahwa karakter merupakan watak dan sifat-sifat seseorang yang menjadi dasar untuk
membedakan seseorang dengan yang lainnya. Berdasarkan pengertian itu diketahui bahwa karakter identik dengan kepribadian.
33
d. Pengertian Pendidikan Karakter