22 masing-masing tokoh. Selain itu, konflik batin yang dialami tokoh dapat
teridentifikasi Astuti, 2011: 1023.
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karsa dalam
berkarya. Begitulah pembaca, dalam menanggapi karya tidak akan lepas dari aktivitas kejiwaan masing-masing. Freud Alwisol, 2014: 13 kehidupan jiwa
memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar conscious, prasadar
preconscious, dan tak sadar unconscious. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari dan menyelidiki aktivitas dan tingkah laku manusia. Aktivitas dan
tingkah laku tersebut merupakan manifestasi jiwanya. Jadi, jiwa manusia terdiri dua alam, yaitu alam sadar kesadaran dan alam tidak sadar
ketidaksadaran, kedua alam bukan hanya saling menyesuaikan, alam sadar menyesuaikan dengan dunia luar, sedangkan alam tak sadar penyesuaiannya
terhadap dunia dalam. Jadi ilmu psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa yang mencakup segala aktivitas dan tingkah laku
manusia. Ratna 2012: 16 mengemukakan bahwa secara definitif psikologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan
aspek-aspek kejiwaannya. Sebagai hasil rekonstruksi proses mental karya sastra diduga mengandung berbagai masalah berkaitan dengan gejala-gejala
kejiwaan. Gejala yang muncul baik secara langsung maupun tidak langsung melalui unsur-unsur termanifestasikan dalam karya.
Kajian psikologi sastra lebih menekan pada kajian tokoh atau penokohan karena banyak menampilkan gejala-gejala kejiwaan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra merupakan
sebuah pendekatan untuk menganalisis karya sastra dari sisi psikologi, karena karya sastra sebagai ciptaan pengarang mengandung aspek kejiwaan. Kajian yang
berhubungan dengan psikologi sastra telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.
b. Psikologi Sastra Sigmund Freud
Berbicara mengenai psikologi psikoanalisis pasti berbicara mengenai Sigmund Freud. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara
23
mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya. Di samping itu aliran psikologi ini juga membahas
ketidaksadaran, mimpi, neurosis, dan lain-lain. Freud mengkaji kehidupan manusia berdasarkan alam bawah sadar, prasadar dan sadar. Struktur
kepribadian menurut Sigmund Freud terdiri dari tiga sistem, yaitu id das es, ego das ich, dan superego das ueber ich. Perilaku manusia pada hakikatnya
hasil interaksi substansi dalam kepribadian manusia id, ego, dan superego.
Seorang pakar psikologi secara rinci merumuskan pengertian psikoanalisis. Seperti yang dikemukakan oleh Freud Suryabrata, 2007: 124, sebagai berikut:
Psikoanalisis merupakan konsepsi dinamis yang mereduksikan kehidupan jiwa menjadi saling berpengaruh antara kekuatan pendorong
dan kekuatan penahan. Energi psikis terjadi karena adanya pengaruh kekuatan pendorong cathexis maupun penahan anti cathexis yang
menunjukkan suatu dinamika, suatu kepribadian, suatu kepentingan dan berbagai tingkah laku manusia. Jika terjadi pertentangan antara kedua
kekuatan tersebut berarti menunjukkan adanya konflik dalam kehidupan jiwa seseorang yang akhirnya dapat menimbulkan perilaku-perilaku
tertentu.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Arifianie 2014: 3 yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan perwatakan tokoh utama, konflik
psikis tokoh utama, faktor penyebab terjadinya konflik, nilai pendidikan karakter, yang terdapat dalam novel Asmarani karya Suparta Brata. Penelitian
ini menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud.
Id, ego dan superego ini harus berjalan seimbang sehingga individu dapat memenuhi kebutuhannya tanpa meninggalkan norma yang ada di
lingkungannya. Hal tersebut terbukti dari penelitian Huda 2010 yang menyimpulkan bahwa penting menjaga keadaan ideal dalam diri manusia.
Keadaan ideal itu adalah keseimbangan id, ego, dan super ego yang memungkinkan individu dapat memenuhi kebutuhannya tanpa meninggalkan
atau melanggar nilai dan norma yang ada di lingkungan masyarakat. Jika terjadi ketidakseimbangan akan muncul neurosis penyakit jiwa yang
menghendaki adanya penyaluran Endraswara, 2008: 197.
24
1 Id
Id disebut alam bawah sadarketaksadaran
unconsicousnes, pembawaan biologis hasil evolusi, di dalamnya terkandung berbagai
dorongan primitif primer, selalu ingin memperoleh kepuasan. Apabila keinginan dari id tidak terpenuhi maka akan timbul kesakitan dan
kecemasan Ratna, 2012: 20. Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir, dari id kemudian muncul ego dan superego. Ketiga
sistem itu saling berkaitan membentuk totalitas tingkah laku manusia Alwisol, 2014: 14. Id merupakan aspek biologis dari aspek kepribadian
yang orisinal, id berpegang pada prinsip kenikmatan. Id selalu menghindar dari ketegangan dan kecemasan dan bekerja berdasarkan alam bawah
manusia yang dikendalikan oleh insting Wahyuningtyas Santoso, 2011: 11.
Id merupakan komponen kepribadian yang primitif dan berusaha untuk memenuhi kepuasan insting dan rahim tempat ego dan superego
berkembang Syamsu dan Nurihsan, 2011: 41. Pendapat yang lain menyebutkan id adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original
di dalam kepribadian, dari aspek inilah dua aspek yang lain tumbuh Suryabrata, 2007: 125. Aspek id merupakan aspek yang dibawa sejak lahir
sehingga disebut aspek yang original. Aspek id bekerja berdasarkan prinsip alam bawah sadar dan dikendalikan oleh insting-insting dan libido manusia
untuk segera dipenuhi. Insting-insting yang harus dipenuhi bisa berupa aspek biologis maupun psikis, seperti makan minum, piknik, seks dan lain
sebagainya. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan dan menghindar dari ketegangan.
Dari beberapa pendapat di atas maka id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir atau sistem dasar kepribadian.
Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif.
25
2 Ego
Ego adalah bagian “eksekutif” dari kepribadian, berfungsi secara logis atau rasional berdasarkan prinsip kenyataan reality principle dan proses
sekunder yaitu suatu proses logis untuk melihat pada kenyataan reality testing dalam usahanya menemukan cara pemuasan dorongan id secara
realistis. Fungsi ego berguna untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh id berdasarkan kenyataan Suryabrata Wahyuningtyas
Santoso, 2011: 11. Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena organisme. Aspek ini timbul untuk berhubungan secara baik dengan dunia
nyata. Ego adalah segi kepribadian yang harus tunduk pada id sebagai pemuas kebutuhan dan pereda ketegangan Moesono Hartono, 2001: 4.
Ego adalah eksekutif pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama. Pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon atau
insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan
peluang yang resikonya minimal. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas. Ego memilih stimuli mana yang hendak direspon sesuai prioritas
berdasarkan dorongan id. Sebagai pemenuhan dari dorongan id, ego merespon stimulus-stimulus yang muncul dari id. Ego adalah dibawa sejak
lahir, tetapi berkembang seiring dengan hubungan individu dengan lingkungan. Prinsip ego adalah realitas atau kenyataan. Untuk bisa bertahan
hidup individu tidak bisa semata-mata bertindak sekadar mengerti impuls- impuls atau dorongan-dorongan, individu harus belajar menghadapi realitas.
Ego bertindak berdasarkan dorongan id untuk segera memenuhi impuls- impuls yang ditimbulkan oleh id yang bekerja berdasarkan prinsip realitas
Alwisol, 2014: 15. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ego
dibawa sejak lahir, tetapi berkembang seiring dengan hubungan individu dengan lingkungan. Prinsipnya realitas atau kenyataan. Untuk bisa bertahan
hidup, individu tidak bisa semata-mata bertindak sekedar dorongan- dorongan, individu harus belajar menghadapi realitas.
26
3 Superego
Pendidikan orang tua, masyarakat atau lembaga pendidikan formal pada
tahap-tahap perkembangan
selanjutnya, membantu
individu mengembangkan sumber energi lain, yaitu superego. Superego merupakan
komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman
hidup individu telah mengetahui dan bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Superego bekerja berdasarkan prinsip moral yang berlaku dalam
masyarakat Yusuf dan Nurihsan, 2011: 44. Tindakan superego lebih mengarah pada kesempurnaan daripada
kesenangan. Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yaitu beroperasi memakai prinsip idealistik sebagai lawan dari prinsip
kepuasan id dan prinsip realistik ego. Superego mempunyai prinsip idealistik yang mengacu pada dua subprinsip, yakni conscience hati nurani
dan ego ideal. Superego pada hakikatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai baik dan buruk yang dimengerti manusia berdasarkan pengalaman
manusia selama masa hidupnya Alwisol, 2014: 16. Superego merupakan lembaga moral, hasil pengalaman, tradisi dan kebudayaan. Superego sebagai
aspek sosiologis, menghubungkan individu dengan tradisi dan kebudayaan secara keseluruhan Ratna, 2012: 20.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar
internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua serta masyarakat yaitu rasa benar dan salah. Kesimpulannya adalah superego
memberikan pedoman untuk membuat penilaian.
c. Fokus Penelitian Psikologi Sastra