hukum terhadap perbaikan kekeliruan dan kesalahan pada setiap putusan tingkat pemeriksaan.
Di dalam hukum acara perdata dibagi menjadi 2 dua upaya hukum, yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Upaya hukum biasa terdiri dari
perlawanan verzet, banding dan kasasi, serta upaya hukum luar biasa, yaitu permohonan Peninjauan Kembali PK terhadap putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu sebagai berikut:
1.3.1 Perlawanan verzet
Perlawanan verzet adalah upaya hukum terhadap putusan yang dijatuhkan Pengadilan Negeri, karena tergugat tidak hadir pada
persidangan pertama. dan biasanya hakim mengharapkan kedatangannya ditunda sampai 3 tiga persidangan, namun tergugat tidak hadir dengan
tanpa alasan yang patut, maka jatuhlah putusan verstek. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 125 ayat 1 HIR, yang berbunyi:
Jika tergugat tidak menghadap pada hari persidangan meskipun telah dipanggil secara patut, atau tidak menyuruh orang lain untuk
menghadap, maka gugatan diputus dengan verstek, kecuali kalau menurut pengadilan gugatan itu melawan hukum atau tidak beralasan.
Upaya hukum yang disediakan bagi mereka yang dikalahkan dalam putusan verstek, yaitu perlawanan verzet, hal tersebut sesuai dengan
Pasal 129 ayat 1 HIR. yang berbunyi:
Tergugat yang diputus dengan verstek dan tidak menerima putusan itu, dapat mengajukan per1awanan verzet atas putusan itu
Putusan verstek ini disampaikan kepada tergugat melalui juru sita atau juru sita pengganti Pengadilan, serta diterangkan bahwa Tergugat
berhak mengajukan perlawanan terhadap putusan verstek itu kepada Pengadilan Negeri yang memeriksa perkaranya terdapat dalam Pasal 125
ayat 3 HIR, yang berbunyi sebagai berikut: Jika tuntutan dikabulkan. maka putusan pengadilan atas perintah
diberitahukan kepada tergugat dan sekaligus diperingatkan kepadanya, bahwa ia berhak dalam waktu dan cara tersebut dalam
Pasal 129 mengajukan perlawanan verzet terhadap putusan itu kepada pengadilan yang sama.
Perlawanan terhadap putusan verstek dapat diajukan dalam tenggang waktu 14 hari sejak pemberitahuan dari juru sita pengganti dari
pengadilan yang diterimanya secara pribadi. Hal tersebut sesuai Pasal 128 HIR, yang berbunyi:
Putusan verstek menurut Pasal 125 tidak boleh segera dieksekusi sebelum lewat empat belas hari setelah pemberitahuan kepada
tergugat Pasal 125 sebab tergugat mengajukan verzet. Adapun penjelasan dari Pasal ini adalah:
Putusan verstek adalah putusan yang dijatuhkan diluar hadirnya tergugat dan putusan verstek ini tidak boleh dilaksanakan lewat 14 empat belas
hari dari pemberitahuan kepada tergugat, sebab tergugat mempunyai hak untuk mengajukan verzet. Pada verzet, perkara yang digunakan adalah
perkara yang baru dengan nomor register yang baru pula.
Jika putusan verstek itu tidak diberitahukan kepada Tergugat pribadi, maka perlawanan itu dapat diajukan sampai hari ke 8 delapan
setelah teguran bilamana akan dilaksanakan putusan verstek tersebut, atau apabila tergugat tidak datang menghadapi setelah ditegur, perlawanan
Tergugat dapat diajukan sampai hari ke 8 delapan Pasal 129 ayat 2 HIR sampai hari ke 14 empat belas Pasal 133 ayat 2 RBg. Sesudah
putusan verstek dijalankan. Perlawanan verstek diajukan seperti mengajukan gugatan biasa. Tergugat yang mengajukan perlawanan
dianggap sebagai Pelawan, sedangkan Penggugat dalam perkaranya tersebut dianggap sebagai Terlawan.
1.3.2 Banding