Akibat Hukum Dalam Hak Atas Tanah

maka masyarakat beranggapan bahwa tanah itu harus dipertahankan secara hidup dan mati, karena tanahlah yang merupakan modal utama dan terbesar bagi rakyat Indonesia, tanahlah merupakan modal satu- satunya.

2.1.3 Akibat Hukum Dalam Hak Atas Tanah

Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan. Diberikannya dan dipunyainya tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna, jika penggunaannya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk keperluan apa pun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang yang di atasnya. Pada Pasal ayat 2 UUPA dinyatakan, bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan bumi yang bersangkutan, yang disebut “tanah”, tetapi juga tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya. Tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksudkan itu bukan kepunyaan pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Ia hanya diperbolehkan untuk menggunakannya. Batas-batas dalam penggunaan tanah telah dinyatakan dalam Pasal 4 ayat 2 UUPA , yaitu: Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi. Dengan melihat penjelasan dari pasal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sedalam berapa tubuh bumi itu boleh digunakan dan setinggi ruang yang ada diatasnya boleh digunakan, ditentukan oleh tujuan penggunaaniya dalam batas-batas kewajaran, perhitungan teknis kemampuan tubuh buminya, kemampuan pemegang haknya serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Penggunaan tubuh bumi itu harus ada hubungannya langsung dengan gedung yang dibangun di atas tanah yang bersangkutan. Menurut Pasal 500 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berbunyi: Segala apa yang karena hukum perlekatan termasuk dalam suatu kebendaan seperti pun segala hasil dan kebendaan itu, baik hasil karena alam. maupun hasil karena pekerjaan orang, selama akhir- akhir ini melekat pada kebendaan itu laksana dahan dan akar tempat terpaut pada tanahnya kesemuanya itu adalah bagian dan kebendaan tadi. Pada pasal diatas dijelaskan bahwa kita mengenal adanya apa yang disebut dengan azas accessie atau asas perlekatan, bangunan dan tanaman yang ada di atasnya dan merupakan satu kesatuan dengan tanah. merupakan bagian dari tanah yang bersangkutan. Atas penjelasan pasal diatas maka hak atas tanah dengan sendirinya, meliputi juga pemilikan bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah yang dihaki kecuali kalau ada kesepakatan lain dengan pihak yang membangun atau menanamnya Boedi Harsono, 1999:20. Secara hukum, tanah dan bangunan diatasnya adalah satu bagian. Tetapi hukum tanah kita menggunakan asas hukum adat yang disebut asas pemisahan horizontal. Bangunan dan tanaman dengan sendirinya meliputi pemilikan bangunan dan tanaman yang ada diatasnya. Perbuatan hukum mengenai tanah tidak dengan sendirinya meliputi bangunan dan tanaman milik yang punya tanah yang ada diatasnya. Jika perbuatan hukumnya dimaksudkan meliputi bangunan dan tanamannya, maka hal dilakukannya perbuatan hukum yang bersangkutan. Perbuatan hukum yang dilakukan bisa meliputi tanahnya saja atau hanya meliputi bangunan dan atau tanamannya saja yang kemudian dibongkar atau tetap berada di atas tanah ang bersangkutan. Perbuatan hukumnya pun bisa juga meliputi tanah berikut bangunan danatau tanaman keras yang ada di atasnya, dalam hal mana yang dimaksudkan itu wajib secara tegas dinyatakan.

2.2 Tinjauan Tentang Hubungan UUPA dengan Hukum Perdata Dalam Bidang