lxix
BAB III KRITIK SOSIAL YANG TERDAPAT DALAM IKLAN ALWAYS
ON “BEBAS ITU NYATA” DARI PROVIDERTRI 3
3.1 Pengantar
Pada bab ini dibahas mengenai kritik sosial yang terdapat dalam iklan Always On
“Bebas itu Nyata” dari provider Tri 3. Kritik sosial tersebut adalah kebebasan menjalin hubungandan kebebasan berekspresi. Akan tetapi tidak semua
scene mengandung kritik sosial, beberapa scene hanya sebagai penunjang cerita dari keseluruhan iklan dan beberapa hanya mengandung makna promosi provider
Tri 3 ataupun promosiAlways On “Bebas itu Nyata” dari provider Tri 3.
Terdapat enamsceneyang mengandung kritik sosial, tigascene mengandung kritik sosial mengenai kebebasan menjalin hubungan dan tiga scene mengandung kritik
sosial mengenai kebebasan berekspresi.
3.2 Kebebasan Menjalin Hubungan
Iklan Always On “Bebas itu Nyata” dari providerTri 3 mengandung kritik
sosial mengenai kebebasan menjalin hubungan. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, budaya, tingkat ekonomi, agama, dan latar belakang yang
berbeda-beda menjadi masalah tersendiri dalam menjalin sebuah hubungan. Terdapat dua jenis permasalahan kebebasan menjalin hubungan yang terdapat
lxx dalam iklan Always On
“Bebas itu Nyata” dari provider Tri 3, yaitu kebebasan menjalin hubungan pertemanan dan kebebasan menjalin hubungan percintaan.
3.2.1 Kebebasan Menjalin Hubungan Pertemanan
Kebebasan menjalin hubungan pertemanan dapat ditemukan dalam scene dua versi laki-laki. Masalah kebebasan menjalin hubungan pertemanan yang
diangkat telah muncul pada level makna denotasi. Masalah tersebut diangkat melalui suara narator
yang mengatakan, “Katanya bebas berteman dengan siapa aja, asal orang tua suka. Berikut ini pemaparan makna denotasi, konotasi, dan
kritik sosial: 3.2.1.1
Scene 2 Versi Laki-laki Scene 2 mengandung makna denotatif dan konotatif. Secara denotatif,
scene ini menggambarkan seseorang pria yang kesepian karena tidak memiliki teman. Secara Konotatif, scene ini menggambarkan sulitnya menjalin hubungan
pertemanan karena tidak disukai oleh orang tua. Selain itu scene ini juga menggambarkan persaingan provider Tri dengan provider lain yang lebih senior.
Penjelasan secara lengkap perhatikan gambar dan analisis makna denotasi konotasi berikut
gambar 44 gambar 45 55
lxxi gambar 46 gambar 47
Katanya bebas berteman dengan siapa aja, asal orang tua suka. a
Denotasi Tokoh pria berdiri di dalam sebuah ruangan yang luas. Terdapat
banyak kursi yang ditata dalam ruangan tersebut. Tokoh pria berjalan di antara kursi-kursi kosong tersebut sambil melihat ke sekeliling, lalu duduk
di salah satu kursi dan menundukkan badannya. Terlihat samar pemandangan di luar ruang melalui jendela-jendela besar. Terdapat suara
narator berkata, “Katanya bebas berteman dengan siapa aja, asal orang tua
suka. ”
b Konotasi
Seorang pria yang sendirian berada di dalam ruangan yang luas menggambarkan sosok yang kesepian. Rasa kesepian sosok tersebut
diperjelas dengan latar kursi-kursi kosong yang menggambarkan kehampaan dan kesendirian. Adegan tokoh pria yang berjalan di antara
kursi-kursi kosong yang kemudian duduk dan menundukkan kepalanya menggambarkan usaha yang tidak menemukan hasil.
Pemandangan di luar ruang yang terlihat samar menunjukkan kebebasan yang kurang dapat dirasakan oleh tokoh pria itu. Jendela-
jendela besar membuatnya dapat melihat kebebasan, tetapi jendela-jendela 56
lxxii tersebut juga menjadi penghalangnya untuk merasakan kebebasan. Suara
narator berkata, “Katanya bebas berteman dengan siapa aja, asal orang tua suka,” menjelaskan alasan tokoh tersebut kesepian, yaitu karena tidak
disukai oleh orang tua teman-temannya. Scene ini menggambarkan kritik sosial kehidupan seseorang yang tidak punya teman dan sedang kesepian,
karena tidak disukai oleh orang tua. Pada level selanjutnya, orang tua yang dimaksud dalam scene ini dapat
diartikan sebagai provider-provider lain yang lebih senior dibanding Tri 3. Orang tua merupakan sosok yang memiliki banyak pengalaman,
berdasarkan hal ini “orang tua” melambangkan provider-provider senior yang juga memiliki lebih banyak pengalaman. Tri 3 merupakan provider
baru. Sehingga peneliti mengartikan bahwa dengan iklan ini, Tri 3 ingin menunjukkan bahwa bagi provider baru cukup sulit untuk bersaing dengan
provider-provider senior. Selain itu juga digambarkan provider-provider senior memiliki kuasa yang lebih sehingga dapat menekan provider-
provider junior. Berdasarkan makna denotasi dan konotasi di atas, dapat dilihat
bahwascene dua versi laki-lakimenggambarkansulitnya menjalin hubungan pertemanan di masyarakat Indonesia. Tokoh laki-laki kesepian karena tidak
memiliki teman. Ia sulit menjalin hubungan pertemanan karena tidak disukai oleh para orang tua. Sebagian orang tua selalu memberi kebebasan pada anaknya untuk
memilih teman. Seorang anak bebas memilih teman akan tetapi harus teman yang tepat. Teman yang tepat yang dimaksud memiliki berbagai kriteria mulai dari latar
57
lxxiii belakang ekonomi, kepandaian, hingga penampilan. Hal inilah yang dikritik
dalam iklan Tri 3, seorang anak orang miskin yang kemampuan ekonomi buruk bukan berarti ia anak yang buruk. Seorang anak dengan latar belakang orang tua
seorang mantan narapidana tidak lantas menjadikannya anak yang buruk. Dengan iklan ini, Tri 3 memperlihatkan efek dari sikap orang tua yang bersifat subjektif.
Secara khusus Tri 3 mengambil dari sudut pandang anak yang tidak memiliki teman, sikap para orang tua menjadikannya merasa kesepian dan tidak memiliki
teman.
3.2.2 Kebebasan Menjalin Hubungan Percintaan
Kebebasan menjalin hubungan pertemanan dapat ditemukan dalam scene empat versi laki-laki dan scene empat versi perempuan. Masalah kebebasan
menjalin hubungan percintaan yang diangkat telah muncul pada level makna denotasi. Masalah tersebut diangkat melalui suara narator yang mengatakan,
“Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tangan, asalkan dari keluarga terpandang, gak cuman cantik tapi juga santun, berpendidikan,” pada scene empat
versi laki- laki dan “Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tanganku, asalkan
sesuku, kalau bisa kaya, pendidikan tinggi, dari keluarga baik- baik,” pada versi
perempuan. Berikut ini pemaparan makna denotasi, konotasi, dan kritik sosial: 3.2.2.1
Scene 4 Versi Laki-laki Scene 4 mengandung makna denotatif dan konotatif. Secara denotatif,
scene ini menggambarkan seseorang pria yang berada di tengah keramaian. Secara Konotatif, scene ini menggambarkan kritik sosial mengenai sulitnya menjalin
58
lxxiv hubungan percintaan karena harus memenuhi beberapa kriteria. Penjelasan secara
lengkap perhatikan gambar dan analisis makna denotasi konotasi berikut:
gambar 48 gambar 49
gambar 52 gambar 51
Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tangan, asalkan dari keluarga terpandang, gak cuman cantik tapi juga santun, berpendidikan.
a Denotasi
Di awal scene terlihat kereta melaju dan kermaian di pinggir jalan, terdapat beberapa orang yang makan sambil berbincang-bincang di
angkringan. Tokoh pria berjalan di pinggir jalan sambil melihat sekitar. Terdapat seorang perempuan yang sedang berada di dalam sebuah warung
bersama teman-temannya. Tokoh pria dan perempuan itu sempat beradu tatap sebelum akhirnya perempuan itu membuang muka dan kembali
berbincang-bincang dengan teman-temannya. Terdapat suara narator berkata,
“Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tangan, asalkan dari keluarga terpandang, gak cuman cantik tapi juga santun, berpendidikan.”
59
lxxv b
Konotasi Scene ini lebih menonjolkan sisi kritik sosial yang ingin diangkat yaitu
mengenai menjalin hubungan percintaan. Keramaian yang ada pada scene ini menggambarkan berbagai macam latar belakang kehidupan seseorang.
Tokoh pria yang sedang berjalan di antara keramaian tersebut menggambarkan seorang pria yang sedang mencari pasangan atau jodoh.
Adegan tokoh perempuan yang membuang muka dan suara narator yang berkata,
“Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tangan, asalkan dari keluarga terpandang, gak cuman cantik tapi juga santun,
berpendidikan, ” menggambarkan sulitnya menemukan pasangan. Selain
harus memiliki perasaan yang sama juga harus melihat latarbelakang masing-masing.
3.2.2.2 Scene 4 Versi Perempuan
Scene 4 mengandung makna denotatif dan konotatif. Secara denotatif, scene ini menggambarkan seorang perempuan dengan wajah lesu yang sedang
berada di keramaian. Secara konotatif, scene ini menggambarkan kritik sosial mengenai sulitnya menjalin hubungan percintaan karena harus memenuhi
beberapa kriteria.. Penjelasan secara lengkap perhatikan gambar dan analisis makna denotasi konotasi berikut:
60
lxxvi gambar 53 gambar 54
gambar 55 gambar 56 Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tanganku, asalkan sesuku, kalau bisa
kaya, pendidikan tinggi, dari keluarga baik-baik.
a Denotasi
Tokoh perempuan terlihat berjalan di pinggir jalan. Kemudian dari bayangan tembok yang seperti dilapisi besi atau aluminium terlihat
keramaian langkah kaki. Tokoh perempuan duduk dengan wajah lesu di ruang tunggu sebuah stasiun yang sangat ramai. Ia melihat seorang laki-
laki yang sedang melihat ke sekeliling, seperti mencari seseorang. Sosok laki-laki itu kemudian bertemu dengan dengan kekasihnya, pasangan
tersebut tampak bahagia dan berpelukan saat bertemu. Tokoh perempuan melihat ke pasangan itu dengan ekspresi yang tidak bahagia. Terdapat
nara tor berkata, ”Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tanganku,
asalkan sesuku, kalau bisa kaya, pendidikan tinggi, dari keluarga baik- baik.”
61
lxxvii b
Konotasi Tokoh perempuan yang berjalan di pinggir jalan kemudian sampai
pada sebuah keramaian melambangkan sosok yang sedang mencari seseorang. Ekspresi wajah tokoh perempuan itu terlihat lesu, sangat
kontras dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Adegan tokoh perempuan melihat ke seorang laki-laki yang sedang mencari seseorang
dan akhirnya menemukan kekasihnya menggambarkan rasa irinya karena tidak dapat menemukan seseorang yang ia cari dan merasakan
kegembiraan yang dirasakan oleh pasangan itu. Tokoh perempuan memiliki maslaah terkait percintaan, hal ini
digambarkan dengan suara narator yang berkata, ”Katanya urusan jodoh
sepenuhnya ada di tanganku, asalkan sesuku, kalau bisa kaya, pendidikan tinggi, dari keluarga baik-
baik,” yang merupakan isi hati tokoh perempuan
Pada level makna berikutnya, tokoh perempuan yang terlihat lesu dan iri menggambarkan pengguna suatu providerbukan Tri. Sedangkan
pasangan yang terlihat bahagia adalah pengguna provider yang memiliki kebebasan. Adegan perempuan yang terlihat iri dengan pasangan lain ini
menggambarkan pengguna suatu provider yang iri dengan kebebasan pengguna provider lain, yang peneliti artikan Tri 3.
Berdasarkan makna denotasi dan konotasi di atas dapat dilihat bahwa kedua scene tersebut menggambarkan sulitnya menjalin hubungan percintaan di
masyarakat Indonesia. Seperti pada masalah kebebasan menjalin hubungan pertemanan, dalam menjalin hubungan percintaan pun orang tua memberikan
62
lxxviii kebebasan untuk memilih pasangan yang tepat. Pasangan yang tepat yang
dimaksud memiliki berbagai kriteria, seperti tingkat pendidikan dan kemampuan ekonomi. Bahkan dalam iklan ini, Tri 3 secara gamblang mengangkat
permasalahan suku dan agama yang menjadi mengganggu kebebasan dalam menjalin hubungan percintaan.
Sepasang kekasih yang ingin melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih lanjut memerlukan berbagai pertimbangan. Hal tersebut membuat orang tua
menjadi begitu selektif, terlebih untuk mereka yang memiliki anak perempuan. Orang tua akan memiliki kriteria manantu pria yang mapan, hal itu sering dilihat
dari segi kemampuan ekonomi dan tingkat pendidikan dari pasangan anak mereka. Seorang pria yang belum memiliki kemampuan ekonomi dan tingkat
pendidikan yang cukup menjadi sulit untuk mendapatkan restu dari orang tua. Selain itu, di Indonesia terdapat budaya yang mengharuskan atau melarang
pernikahan satu suku dengan suatu suku tertentu. Hal ini menyulitkan bagi mereka yang menjalin hubungan, karena bukan tidak mungkin pasangan kekasih memiliki
suku yang berbeda. Jika demikian mereka menjadi tidak bisa melanjutkan hubungan mereka karena terkendala budaya suku mereka, sehingga harus
mengorbankan perasaan mereka. Tidak hanya suku,begitu juga dengan agama. Peraturan perkawinan dalam
Undang-undang Perkawinan tidak melarang adanya pernikahan beda agama, hanya saja anak hasil pernikahan beda agama tidak akan diakui secara hukum oleh
negara. Dengan konsekuensi seperti itu, Undang-undang Perkawinan sering 63
lxxix ditafsirkanbahwanegara melarang adanya pernikahan beda agama. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, pasangan dengan agama yang berbeda harus berpindah agama agar menjadi sama. Jika tetap ingin memeluk agamanya masing-
masing setelah menikah, pasangan harus melewati prosedur yang lebih rumit dengan mencari celah dari birokrasi yang ada. Pada praktiknya pindah agama
hanya untuk mempermudah proses pernikahan, seseorang kemudian berpindah ke agama asal lagi setelah menikah. Cara lain juga dapat ditempuh dengan mengurus
surat ijin pernikahan di luar negeri yang tidak mempermasalahkan perbedaan agama.
3.3 Kebebasan Berekspresi