Kritik Sosial Media Massa

xxxii 4. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda “singa” barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. Sobur, 2003: 69 Tanda konotatif di dalam konsep Roland Barthes bukan hanya sekedar berupa makna tambahan karena mengandung kedua bagian tanda denotatif..The signifiers of the connotation are made up of sign signifiers and signified united of the denoted system Barthes, 1973: 91. Inilah sumbangan Barthes yang menyempurnakan semiologi Saussure yang berhenti pada tanda denotatif. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam istilah tingkatan representasi atau tingkatan nama. Birowo, 2004: 57 Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak megandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut makna denotatif. Makna denotatif memiliki beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna referensial, makna konseptual, atau makna ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Kondisi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Sumandiria, 2006: 27- 28.

1.6.3 Kritik Sosial Media Massa

Kritik merupakan konsep kunci untuk teori kritis. Teori ini dikembangkan oleh Madzab Frankfurt. Konsep kritik yang digunakan Madzab Farankfurt 17 xxxiii memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada masa-masa setelah Renaissance. Kritik dalam makna Hegel adalah refleksi diri atas rintangan, tekanan, dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri dari rasio dalam sejarah. Kritik juga dapat berarti refleksi atas proses menjadi sadar atau refleksi atas asal- usul kesadaran manusia. Sedangkan menurut Kant, kritik adalah kegiatan menguji sahih tidaknya klaim pengetahuan tanpa prasangka dan kegiatan ini dilakukan oleh rasio saja Hardiman, 1990: 169. Metode kritik berdiri di antara ilmu pengetahuan dan filsafat. Kritik juga berkaitan dengan kesadaran akan krisis sosial dalam kondisi hosyoris terntentu Hardiman 2009: 20. Menurut Hardiman masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik dengan revolusi atau kekerasan, tetapi dengan argumentasi. Habermas membedakan dua macam argumentasi, yaitu perbincangan dan kritik. Kata kritik memiliki makna suatu penilaian yang dikemukakan baik dalam bentuk tulisan ataupun lisan tentang suatu hal. Sedangkan sosial memiliki makna suatu hal yang berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau berkaitan dengan proses sosial. Dari dua pengertian tersebut kritik sosial dapat diartikan sebagai sebuah bentuk komunikasi baik tulisan maupun lisan yang berkenaan dengan masalah interpersonal, serta mengontrol jalannya sistem sosial Soekamto 1993: 464. Wacana iklan menunjukkan kekuatan media khususnya televisi di dalam merekonstruksi realitas sosial. Melalui kekuatan itu, media memindahkan realitas 18 xxxiv sosial ke dalam pesan media, dengan atau setelah diubah citranya. Kemudian media memindahkannya lagi melalui replikasi citra ke dalam realitas sosial yang baru di masyarakat Bungin, 2011: vi. Seperti yang telah dikatakan Parera 1990: xx, terciptanya konstruksi sosial melalui tiga momen dialektis, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Eksternalisasi sebagai bagian dari penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Objektivasi sebagai interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang mengalami proses institusionalisasi. Internalisasi merupakan upaya individu mengidentifikasi diri dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. Iklan melalui ketiga momen dialektis tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan iklan merupakan penyesuaian dengan dunia sosiokultural, iklan juga diterima melalui proses institusionalisasi, dan pada akhirnya iklan terinternalisasi melalui individu yang mengidentifikasikan dengan lembaga sosialnya.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Dokumen yang terkait

Kritik Kebebasan Dalam Iklan "Tri – Always On. Bebas Itu Nyata Versi Perempuan" (Analisis Semiotika John Fiske tentang Kritik Kebebasan dalam Iklan "Tri-Always On. Bebas itu Nyata Versi Perempuan")

0 14 1

REPRESENTASI IDENTITAS ANAK DALAM IKLAN PROVIDER TRI INDIE+: ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE REPRESENTASI IDENTITAS ANAK DALAM IKLAN PROVIDER TRI INDIE+: ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE.

0 3 13

Kajian semiotika iklan Always On ``Bebas itu Nyata`` dari provider Tri (3)

0 3 95

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Mahasiswa Terhadap Kebebasan Perempuan Dalam Iklan 3 Always On Versi Bebas Itu Nyata (Studi Deskriptif Feminisme) T1 362009046 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Mahasiswa Terhadap Kebebasan Perempuan Dalam Iklan 3 Always On Versi Bebas Itu Nyata (Studi Deskriptif Feminisme) T1 362009046 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Mahasiswa Terhadap Kebebasan Perempuan Dalam Iklan 3 Always On Versi Bebas Itu Nyata (Studi Deskriptif Feminisme) T1 362009046 BAB IV

0 0 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Mahasiswa Terhadap Kebebasan Perempuan Dalam Iklan 3 Always On Versi Bebas Itu Nyata (Studi Deskriptif Feminisme) T1 362009046 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Mahasiswa Terhadap Kebebasan Perempuan Dalam Iklan 3 Always On Versi Bebas Itu Nyata (Studi Deskriptif Feminisme)

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Mahasiswa Terhadap Kebebasan Perempuan Dalam Iklan 3 Always On Versi Bebas Itu Nyata (Studi Deskriptif Feminisme)

0 0 23

SIKAP PENONTON SURABAYA TERHADAP PESAN IKLAN 3 “ALWAYS ON BEBAS ITU NYATA” VERSI CEWEK DAN COWOK | Suciadi | Jurnal e-Komunikasi 909 1632 1 SM

0 0 11