menunjukkan nilai AT sebesar 18,425 dengan tingkat signifikansi 0,989 0,05, nilai ROA sebesar -1.123,538 dengan tingkat signifikansi 0,975
0,05, dan nilai ROI sebesar -531,598 dengan tingkat signifikansi 0,983 0,05, maka diputuskan untuk menerima H
yang menyatakan bahwa variabel AT, ROA, dan ROI tidak dapat memprediksi kondisi financial
distress pada perusahaan manufaktur yang go public. Dalam step regresi logistik ketujuh, variabel bebas yang
dimasukkan dalam model adalah rasio ROA, dan ROI. Step ini menunjukkan nilai ROA sebesar -1.088,442 dengan tingkat signifikansi
0,973 0,05, dan nilai ROI sebesar -95,055 dengan tingkat signifikansi 0,981 0,05, maka diputuskan untuk menerima H
yang menyatakan bahwa variabel ROA, dan ROI tidak dapat memprediksi kondisi financial
distress pada perusahaan manufaktur yang go public. Dalam step regresi logistik kedelapan, variabel bebas yang
dimasukkan dalam model adalah rasio ROI. Step ini menunjukkan nilai ROI sebesar -2.713,640 dengan tingkat signifikansi 0,948 0,05, maka
diputuskan untuk menerima H yang menyatakan bahwa variabel ROI
tidak dapat memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang go public.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi probabilitas perusahaan manufaktur yang go public mengalami kondisi financial distress dengan
menggunakan variabel-variabel rasio keuangan bagi investor yaitu: rasio Likuiditas yang terdiri dari Current Ratio CR, Quick Ratio QR, rasio
Efisiensi yaitu Assets Turnover AT, rasio Profitabilitas yang terdiri dari Return on Assets ROA, Return on Investment ROI, Net Profit Margin
NPM, dan Gross Profit Margin GPM, serta rasio Financial Lavarage yaitu Debt Ratio DR.
Dari uji regresi logistik diperoleh hasil bahwa variabel rasio keuangan CR, QR, AT, ROA, ROI, NPM, GPM, dan DR tidak dapat
digunakan untuk memprediksi kondisi financial diatress yang dapat dibuktikan dengan tingkat signifikansi 0,05 pada setiap variabel rasio
keuangan. Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Almilia dan Kristijadi 2003 yang menyatakan bahwa AT, ROA, dan DR tidak berpengaruh secara signifikan untuk memprediksi
kondisi financial distress. Tetapi ada hasil penelitian yang tidak sama yang menyatakan bahwa NPM dapat berpengaruh secara signifikan untuk
memprediksi kondisi financial distress. Hasil tersebut sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Ermawan 2008 yang tidak berhasil membuktikan bahwa CR, ROA, NPM, dan GPM dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial
distress. Tetapi ada hasil yang tidak sama yang menyatakan bahwa QR dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress.
Dan hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saputri 2009 yang menyatakan bahwa CR, NPM,
dan DR tidak berpengaruh secara signifikan untuk memprediksi kondisi financial distress. Tetapi ada hasil penelitian yang tidak sama yang
menyatakan bahwa ROI dapat berpengaruh secara signifikan untuk memprediksi kondisi financial distress.
Kemungkinan rasio keuangan likuiditas, efisiensi, profitabilitas, dan financial lavarage tidak dapat digunakan untuk memprediksi kondisi
financial distress pada perusahaan manufaktur yang go public disebabkan karena:
1. Faktor-faktor lain di luar rasio keuangan seperti kondisi ekonomi
krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dll yang menjadi pertimbangan untuk dapat memprediksi kondisi financial
distress pada perusahaan manufaktur yang go public. Sehingga bagi para investor dapat mempertimbangkan faktor eksternal suatu
perusahaan selain laporan keuangan sebelum berinvestasi. 2.
Adanya rasio keuangan lain yang mungkin lebih dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress seperti rasio posisi
kas maupun rasio pertumbuhan. 3.
Dan banyaknya jenis perusahaan manufaktur yang go public membuat data penelitian menjadi kurang spesifik. Jadi ada
kemungkinan bahwa karakteristik dari perusahaan sampel berbeda.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN