CFFOTS, dan arus kas bersih dari aktivitas operasi dibagi dengan total hutang hutang CFFOTL dapat digunakan untuk
memprediksi kondisi financial distress perusahaan dengan daya klasifikasi total pada model ini adalah sebesar 79,6.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah topik yang diteliti financial distress, dalam menguji hipotesis
digunakan regresi logistik pada penelitian Luciana Spica Almilia 2003, dan subjek penelitian yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur yang
go public kecuali pada penelitian Wilopo 2001. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada variable bebas dalam
rasio-rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, efisiensi, profitabilitas, dan financial lavarage, serta pada periode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah periode 2004-2008.
2.2. Landasan Teori
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang tedapat dalam penelitian ini, maka landasan teori yang dikemukakan untuk mendukung
penulisan penelitian antara lain:
2.2.1. Definisi dan Alasan Melakukan Investasi
Menurut Arifin 2005: 21, investasi pada hakekatnya merupakan kegiatan menunda konsumsi untuk mendapatkan nilai konsumsi yang
lebih besar di masa yang akan datang.
Reilly dan Norton 2003: 3 memberikan penjelasan mengenai investasi sebagai berikut, “Investment is the current commitment of
resources for a period of the time in the expectation of receiving future recources that will compensate the investor for 1 time of the resources
are committed, 2 the expexted rate of inflation, and 3 the risk, that uncertainly of the future payment”.
Investor mempunyai beberapa alasan sehubungan dengan keputusan untuk melakukan investasi Ahmad, 2006: 3-4, antara lain:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan
taraf hidupnya di masa yang akan datang. b.
Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi, seseorang dapat menghindarkan diri agar
kekayaannya tidak merosot karena terpengaruh oleh inflasi yang sedang terjadi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas
perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang tertentu.
2.2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Salah satu cara untuk melihat kondisi suatu perusahaan adalah dengan melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengertian kinerja
keuangan secara sederhana dapat dipahami sebagai hasil kerja para manajer dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka yang
berhubungan dengan pengelolaan keuangan perusahaan. Fahmi, 2006: 63 Di sisi lain, pemerintah melalui surat Keputusan Menteri Keuangan
No. 862KMK.0131992 tanggal 28 Juni 1992 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kinerja keuangan perusahaan adalah penilaian terhadap
efisiensi dan produktivitas perusahaan yang dilakukan secara berkala atas laporan manajemen dan laporan keuangan. Hasil penilaian kinerja tersebut
digunakan untuk menentukan penggolongan tingkat kesehatan keuangan perusahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang mencerminkan baik buruknya prestasi kerja perusahaan atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan selama periode tertentu.
Kondisi keuangan perusahaan yang digambarkan dapat berupa keberhasilan perusahaan dalam mengelola keuangan atau justru
sebaliknya, yakni terjadi kegagalan perusahaan yang mengarahkan perusahaan pada kondisi financial distress. Perusahaan yang mengalami
keberhasilan dalam mengelola keuangannya selama periode tertentu mencerminkan bahwa perusahaan tersebut memiliki prestasi yang baik,
dan demikian pula sebaliknya. Hal ini sangat penting untuk diketahui agar sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara efektif dan
efisien dalam menghadapi perubahan lingkungan yang semakin cepat belakangan ini. Kinerja keuangan suatu perusahaan berkaitan dengan
posisi keuangan perusahaan yang dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, solvabilitas, serta kemampuan
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. IAI, 2007: 4
2.2.3. Analisis Kinerja Keuangan
Menurut Lesmana dan Surjanto 2003: 11, analisis kinerja keuangan yang dilakukan pada dasarnya dilakukan untuk melakukan
evaluasi kinerja di masa lalu, dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas
perusahaan dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut. Dan berdasarkan evaluasi tersebut, dapat dilakukan prediksi terhadap kinerja
perusahaan di masa mendatang, sehingga valuasi untuk nilai perusahaan dapat dilakukan untuk melakukan berbagai keputusan investasi yang harus
dilakukan pada saat ini.
2.2.4. Penilaian Kinerja Keuangan
Dalam melakukan analisa terhadap suatu kinerja keuangan, pasti akan melibatkan penilaian terhadap kinerja keuangan masa lalu, saat ini
dan masa yang akan datang. Pengertian penilaian kinerja adalah
merupakan suatu perilaku manusia dalam suatu organisasi karena tercapainya tingkat prestasi atau hasil nyata yang positif. Mulyadi, 2004:
197 Menurut Munawir 2004: 31, tujuan pengukuran kinerja adalah:
a. Untuk mengukur tingkat likuiditas.
Yaitu untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek perusahaan.
b. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu.
c. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas.
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
d. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha.
Kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan stabil, yaitu dengan mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
beban bunga atau hutang dengan tepat waktu dan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden secara teratur kepada para
pemegang saham.
2.2.5. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Baridwan, 1999: 17 Menurut Munawir 2004: 2, laporan keuangan adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut. Dan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan 2007: 1-2, laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
2.2.5.1. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dalam PSAK No.1 2007: 1.2, tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban stewardship manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan meliputi: aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk
keuntungan dan kerugian, serta arus kas. Laporan keuangan juga merupakan kartu angka untuk mencatat dan mengevaluasi kinerja suatu
organisasi yang efisien. Laporan itu juga memberi dasar pemberian kompensasi kepada partisipan atau pemegang andil.
Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan-keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi:
a. Untuk keputusan investasi dan kredit,
b. Mengenai jumlah dan timing arus kas,
c. Mengenai asset dan kewajiban,
d. Mengenai kinerja perusahaan,
e. Mengenai sumber dan penggunaan kas,
f. Penjelas dan interpretif, serta
g. Untuk menilai stewardship.
Ketujuh tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan pengungkapan laporan keuangan.
Laporan keuangan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi perusahaan, berikut ini manfaat laporan
keuangan untuk masing-masing pihak Munawir, 2004: 2: a.
Pemilik perusahaan.
Dengan adanya laporan keuangan, pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses atau tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya
dan kesuksesan seorang manajer biasanya diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan.
b. Pimpinan atau manajer perusahaan.
Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan, manajer dapat menyusun rencana yang lebih baik memperbaiki sistem
pengawasannya dan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat. c.
Kreditur dan Bankers Sebelum memberi keputusan untuk memberi atau menolak permintaan
kredit dari suatu perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau keadaan keuangan perusahaan peminta kredit akan dapat diketahui melalui
penganalisaan laporan keuangan perusahaan tersebut. d.
Investor. Para investor memerlukan laporan keuangan perusahaan pada saat
mereka menanamkan modalnya. Mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan
perusahaan selanjutnya untuk mengetahui jaminan investasinya, dan menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh selanjutnya.
e. Pemerintah.
Pemerintah sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan. Disamping untuk menentukan besarnya pajak yang harus
ditanggung oleh perusahaan, juga diperlukan oleh Biro Pusat Statistik,
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan pemerintah.
2.2.5.2. Karakteristik Laporan Keuangan
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan 2007: 5, terdapat empat karakteristik kualitatif pokok dari laporan keuangan yang
menyebabkan informasi yang tersedia dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi pemakainya, antara lain:
a. Dapat dipahami, artinya informasi yang tersedia dalam laporan
keuangan mudah untuk dipahami oleh pengguna. b.
Relevan, artinya informasi yang dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.
c. Keandalan, artinya informasi yang bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material sehingga dapat diandalkan oleh para penggunanya.
d. Dapat dibandingkan, artinya pengguna harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan tren posisi dan kinerja keuangan perusahaan.
2.2.5.3. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan lengkap yang sering disajikan menurut Kieso 2004: 2, terdiri atas:
a. Neraca adalah laporan keuangan yang berisi mengenai jumlah harta
asset, kewajiban liability, dan modal owner equity pada akhir periode akuntansi.
Neraca minimal mencakup pos-pos berikut IAI, 2007: 1.9 : 1
Aset berwujud, 2
Aset tidak berwujud, 3
Aset keuangan, 4
Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, 5
Persediaan, 6
Piutang usaha dan piutang lainnya, 7
Kas dan setara kas, 8
Utang usaha dan utang lainnya, 9
Kewajiban yang diestimasi, 10
Kewajiban berbunga jangka panjang, 11
Hak minoritas, dan
12
Modal saham dan pos ekuitas lainnya. b.
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang berisi semua pendapatan dan beban yang terjadi selama periode akuntansi dan
dibuat setiap akhir periode akuntansi. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut IAI, 2004:
1.10:
1 Pendapatan,
2 Laba rugi usaha,
3 Beban pinjaman,
4 Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlukan menggunakan metode ekuitas, 5
Beban pajak, 6
Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, 7
Pos luar biasa, 8
Hak minoritas,
9
Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. c.
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang berisi modal awal, investasi, laba rugi periode berjalan, drawing, dan modal akhir.
Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan IAI, 2007:
1.12 : 1
Laba atau rugi bersih perode yang bersangkutan, 2
Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara
langsung dalam ekuitas, 3
Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam
PSAK terkait, 4
Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,
5 Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahan, dan 6
Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. d.
Laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk cash inflow, dan arus kas keluar cash outflow, selama periode
akuntansi dari berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan 2007: 2.2, aktivitas
tersebut meliputi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. e.
Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang berisi penjelasan tambahan mengenai laporan keuangan utama, yang belum dapat
dijelaskan dalam tubuh laporan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan IAI, 2007: 1.13 :
1 Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,
2 Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
3
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.
2.2.5.4. Keunggulan dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Foster 1986: 9-10, informasi laporan keuangan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan sumber-sumber infromasi lainnya
karena: a.
Secara langsung dapat lebih dikaitkan pada variable of intersest. b.
Merupakan sumber informasi yang lebih handal karena telah diaudit oleh auditor independent.
c. Merupakan sumber informasi yang lebih rendah biayanya dibanding
sumber informasi lainnya. d.
Merupakan sumber informasi yang lebih tepat waktu. Selain keunggulan-keunggulan di atas, laporan keuangan juga
memiliki beberapa keterbatasan. Menurut Harahap 2004: 16-18, keterbatasan tersebut antara lain:
a. Laporan keuangan bersifat histories, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat, bukan masa kini. Oleh karenanya, laporan keuangan tidak dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai perusahaan.
b. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu. c.
Proses penyusunan laporan keuangan tidak lepas dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.
d. Laporan keuangan hanya melaporkan informasi yang material.
e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
ketidakpastian. Apabila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih
alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwatransaksi daripada bentuk hukumnya substance over form. g.
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis serta pengguna laporan diasumsikan memahami bahwa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. h.
Informasi yang bersifat kualitatif serta fakta yang tidak dapat dikuantifikasi, umumnya diabaikan.
Di sisi lain, menurut Baridwan 1999, 13-15, keterbatasan laporan keuangan adalah:
a. Cukup berarti materiality.
Suatu laporan, fakta, atau elemen dianggap cukup berarti jika karena adanya dan sifatnya akan mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya
perbedaan dalam pengambilan suatu keputusan, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan lain yang ada.
b. Konservatif.
Konservatif ini merupakan sikap yang diambil oleh akuntan dalam menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan
keuangan yang dapat mengakibatkan penyajian informasi menjadi bias, yaitu cenderung ke satu arah, lebih besar atau lebih kecil.
c. Sifat khusus suatu industri.
Industri-industri yang mempunyai sifat-sifat khusus seperti bank, asuransi dan lain-lain, serta disebabkan oleh adanya peraturan-
peraturan dari pemerintah seringkali memerlukan prinsip akuntansi yang berbeda dengan industri-industri lainnya.
2.2.5.5. Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap 2004: 190, analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos keuangan menjadi unit-unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain, baik data kuantitatif
maupun nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan
yang tepat. Dan menurut Wild, dkk 2005: 3, analisa laporan keuangan adalah
aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan
kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Tehnik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua
metode, yaitu Wild, dkk, 2005: 30-36:
a. Metode analisis horizontal, adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara membandingkan laporan keuangan oleh beberapa periode sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya.
Metode ini terdiri dari 4 analisis, antara lain: 1
Analisis komparatif comparative financial statement analysis. Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba
rugi atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya.
2 Analisis trend.
Adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan
tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Sebuah alat yang berguna untuk perbandingan tren jangka panjang adalah tren angka indeks.
Analisis ini memerlukan tahun dasar yang menjadi rujukan untuk semua pos yang biasanya diberi angka indeks 100. Karena tahun
dasar menjadi rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi bisnis normal.
3 Analisis arus kas cash flow analysis.
Adalah suatu analisa untuk sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang
kas selama periode tertentu. Analisis ini terutama digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dana penggunaan dana.
Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang bagaimana
perusahaan memperoleh pendanaannya dan menggunakan sumber dananya. Walaupun analisis sederhana laporan arus kas
memberikan banyak informasi tentang sumber dan penggunaan dana, penting untuk menganalisis arus kas secara lebih rinci.
4
Analisis perubahan laba kotor gross profit analysis
.
Adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yng lain atau
perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut.
b. Metode analisis vertikal, adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu. Metode ini terdiri dari 3 analisis, antara lain :
1 Analisis common-size.
Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga
untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosannya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah
penjualannya. Analisis common-size menekankan pada 2 faktor, yaitu :
a Sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara
kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas. b
Komposisi aktiva, termasuk jumlah untuk masing – masing aktiva lancar aktiva tidak lancar.
2 Analisis impas break-even
Adalah analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak
mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat
keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. 3
Analisis rasio. Analisis rasio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan
keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos
dengan pos lainnya. Laporan keuangan bisa saja menyembunyikan suatu informasi
yang salah inkonsistensi, akan tetapi hasil dari analisis laporan keuangan akan dapat membongkar berbagai inkonsistensi tersebut. Oleh karena itu,
pada umumnya bagi pihak investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksikan kondisi di masa mendatang, sedangkan bagi pihak
manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk mengantisipasi kondisi di masa mendatang serta sebagai dasar perencanaan tindakan yang
akan mempengaruhi peristiwa di masa mendatang. Weston, 1998: 294
2.2.6. Financial Distress
Financial distress merupakan kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum
kebangkrutan suatu perusahaan. Perusahaan dikatakan mengalami kondisi financial distress jika:
a. Beberapa tahun mengalami laba bersih net income negatif sesuai
dengan penelitian Hofer 1980 dan Whitaker 1999, dalam Almilia dan Kristijadi 2003.
b. Selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden
sesuai dengan penelitian Lau 1987, dalam Almilia dan Kristijadi 2003.
Menurut Ross, dkk 1999 dalam Lesmana dan Surjanto 2003: 173, memberikan definisi mengenai kesulitan keuangan sebagai berikut,
“Financial distress is a situation where a firm’s operating cash flows are not sufficient to satisfy current obligations such as trade credits or
interest expenses and the firm is forced out to take contract corrective action. Financial distress may lead a firm to default on a contact, and it
may involve financial restructuring between the firm, its creditors, and its equity investors. Usually the firm is forced to take actions that it would not
have taken if it had sufficient cash flow”. Para ahli ekonomi memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam
mendefinisikan financial distress. Menurut Bringham dan Geneski 1993 dalam Almilia dan Kristijadi 2003, ada berbagai macam tipe kesulitan
keuangan, yaitu:
a. Economic failure.
Artinya bahwa pendapatan perusahaan tidak dapat menutup total biaya termasuk biaya modal. Perusahaan yang mengalami economic failure
dapat meneruskan operasinya apabila investor berkeinginan untuk menyediakan tambahan modal dan mereka bersedia menerima tingkat
pengembalian return di bawah tingkat bunga pasar. b.
Business failure. Business failure seringkali digunakan untuk menggambarkan berbagai
macam kondisi bisnis yang tidak memuaskan. Istilah ini digunakan Dun dan Bradstreet 1976, yang merupakan penyusunan utama failure
statistic, untuk mendefinisikan perusahaan yang menghentikan operasinya sehingga menyebabkan kerugian bagi kreditur.
c. Insolvency.
1 Technical insolvency, adalah kondisi pada saat perusahaan tidak
mampu memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo sebagai akibat dari ketidakcukupan arus kas. Technical insolvency merupakan
sebuah kondisi temporer, walaupun seringkali dapat menjadi penyebab sebuah perusahaan mengumumkan kebangkrutan.
2 Insolvency in bankruptcy, merupakan kondisi pada saat total
kewajiban lebih besar dari nilaai pasar total aset perusahaan. Dan karena itu memiliki ekuitas yang negatif. Insolvency dalam
pengertian kebangkrutan ini lebih kritis dan mengindikasikan kondisi yang lebih kronis.
d. Legal bankruptcy.
Adalah kriteria kebangkrutan sesuai dengan ketentuan yang diatur menurut undang-undang federal.
2.2.6.1. Prediksi Financial Distress
Menurut Foster 1986 dalam Almilia dan Kristijadi 2003, prediksi financial distress perusahaan memberi manfaat bagi banyak
pihak, antara lain: a.
Pemberi pinjaman. Berkaitan dengan prediksi financial distress mempunyai relevansi
terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk
mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
b.
Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan
menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
c.
Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi
kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.
d.
Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dan antitrust
regulation.
e.
Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi
auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
f.
Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan
menanggung biaya langsung fee akuntan dan pengacara dan biaya tidak langsung kerugan penjualan atau kerugian paksa akibat
ketetapan pengadilan. Sehingga dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari
kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan.
2.2.6.2. Indikator Financial Distress
Menurut Foster 1986 dalam Almilia dan Kristijadi 2003, terdapat beberapa indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan
dari kesulitan keuangan financial distress, yaitu: a.
Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang. b.
Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial, struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri,
kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain sebagainya.
c. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya
dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan tunggal atau suatu kombinasi dari variabel
keuangan. d.
Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi. Selain itu menurut Lesmana dan Surjanto 2003: 183-184, tanda-
tanda yang dapat dilihat terhadap sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan antara lain:
a. Penjualan dan pendapatan yang mengalami penurunan secara
signifikan. b.
Penurunan laba dan atau arus kas dari operasi. c.
Harga pasar saham menurun secara signifikan. d.
Penurunan total aktiva. e.
Industri dengan risiko yang tinggi. f.
Young company, perusahaan berusia muda pada umumnya mengalami kesulitan di tahun-tahun awal operasinya, sehingga kalau tidak
didukung sumber permodalan yang kuat akan dapat mengalami kesulitan keuangan yang serius dan berakhir dengan kebangkrutan.
g. Pemotongan yang signifikan dalam dividen.
2.2.7. Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Financial Distress
Pada hakekatnya, analisis laporan keuangan merupakan kegiatan melakukan penilaian atas kondisi keuangan suatu perusahaan berdasarkan
perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Foster 1986 dalam Almilia dan Kristijadi 2003 menyatakan empat hal yang mendorong analisis
laporan keuangan dilakukan dengan model rasio keuangan yaitu: a.
Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antarperusahaan atau antarwaktu.
b. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik
yang digunakan. c.
Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan dengan rasio keuangan.
d. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi
atau prediksi variabel tertentu seperti kebangkrutan atau financial distress.
Chen dan Shimerda 1981 dalam Fahmi 2006: 58, menyatakan bahwa rasio keuangan merupakan bagian penting dalam mengevaluasi
kinerja dan kondisi keuangan suatu perusahaan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan sebagai
berikut: a.
Rasio Likuiditas, adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan, yaitu menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek.
Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah asset menjadi kas, sedangkan jangka pendek diasumsikan selama rentang waktu satu
tahun. Rasio likuiditas yang paling umum digunakan adalah current ratio dan quick ratio.
1 Current Ratio CR
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendek dengan menggunakan asset lancar
yang dimiliki. Semakin besar rasio semakin baik. Walau demikian, tingginya current ratio belum menjamin perusahaan tersebut
membayar kewajiban yang telah jatuh tempo. Hal ini disebabkan karena proporsi asset lancar yang tidak menguntungkan. Rumusnya
adalah: Current Assets
CR = x 100 Current Liabilities
Riyanto 1999
2 Quick Ratio QR
Rasio ini menilai kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan asset lancar yang lebih likuid
quick assets. Rasio ini diperoleh dari membagi asset lancar setelah dikurangi dengan persediaan dengan kewajiban lancar.
Quick ratio tidak memasukkan persediaan dalam perhitungan
karena persediaan tidak cukup likuid untuk dikonversikan segera ke dalam bentuk kas. Rumus yang digunakan adalah:
Current Assets – Inventory QR = x 100
Current Liabilities Riyanto 1999
b. Rasio Efisiensi, adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa besar efektivitas dan efisiensi asset perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya untuk menghasilkan penjualan,
disebut pula perputaran turnover. Rasio keuangan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
Assets Turnover AT Rasio ini menilai kemampuan dana perusahaan yang tertanam
dalam keseluruhan asset berputar dalam suatu periode tertentu atau menilai kemampuan modal yang diinvestasikan untuk
menghasilkan revenue. Rumus yang digunakan adalah: Net Sales
AT = x 100 Total Assets
Riyanto 1999
c. Rasio Profitabilitas, adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir
dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan, serta rasio yang bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Rasio profitabilitas yang paling umum digunakan adalah return on assets, return on investment, net profit margin, dan
gross profit margin. 1
Return on Assets ROA Rasio ini menilai kemampuan dari modal perusahaan yang
diinvestasikan dalam keseluruhan asset untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Rumus yang digunakan adalah:
Earning Before Tax ROA = x 100
Total Assets Riyanto 1999
2 Return on Investment ROI
Rasio ini memperlihatkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan asset untuk menghasilkan
keuntungan neto. Rumus yang digunakan adalah:
Earning After Tax ROI = x 100
Total Assets Riyanto 1999
3 Net Profit Margin NPM
Rasio ini menunjukkan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini
semakin baik karena dianggap perusahaan memiliki kemampuan cukup besar dalam menghasilkan laba. Rumus yang digunakan
adalah: Earning After Tax
NPM = x 100 Net Sales
Riyanto 1999
4 Gross Profit Margin GPM
Rasio ini menunjukkan berapa besar presentase pendapatan kotor yang diperoleh dari setiap penjualan. Rasio ini mengukur efisiensi
produksi dan penentuan harga jual. Rumus yang digunakan adalah:
Sales – Cost of Goods Sold GPM = x 100
Net Sales Riyanto 1999
d. Rasio Financial Lavarage, adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.
Rasio keuangan yang termasuk dalam kelompok ini adalah: Debt Ratio DR
Rasio ini mengukur jumlah asset perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Semakin besar Debt Ratio, maka
semakin besar resiko yang dihadapi. Rumus yang digunakan adalah:
Total Liabilities DR = x 100
Total Assets Riyanto 1999
2.2.8. Model Prediksi Keanggotaan Kelompok
Dalam penelitian kelompok diidentifikasi, fokus analisis adalah memprediksi keanggotaan kelompok dari sejumlah variabel tertentu.
Model analisis diskriminan dan regresi logistik dapat digunakan untuk tujuan penelitian seperti ini.
Analisis diskriminan adalah analisis multivariate yang diterapkan untuk memodelkan hubungan antara satu variabel tergantung yang bersifat
ketegori satu atau lebih variabel bebas yang bersifat kuantitatif Hair, dkk, 1998: 244. Analisis diskriminan dapat diterapkan untuk menangani
pengklasifikasian kelompok atas variabel tergantung ke dalam dua kelompok atau multiple groups tiga atau lebih. Fungsi ini dibentuk
dengan memaksimumkan jarak antar kelompok, sehingga memiliki kemampuan untuk membedakan antarkelompok. Oleh karena itu
berdasarkan fungsi ini, pengamatan yang belum diketahui kelompoknya dapat ditentukan kelompoknya.
Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi yang diformulasikan untuk memprediksi dan menjelaskan variabel tergantung
yang bersifat biner 2 kelompok atau kategori dengan variabel bebas yang bersifat kategori, kontinu, atau gabungan antara keduanya Hair, dkk,
1998: 244. Regresi ini dinamakan dengan regresi logistik karena pembentukan modelnya didasarkan pada benttuk kurva logistik. Kurva ini
berbentuk landai atau kemiringannya kecil pada bagian atas dan bawah variabel bebas, namun berbentuk curam pada bagian tengah. Persamaan
regresi logistik tidak menghasilkan nilai pada variabel tergantung, namun menghasilkan peluang kejadian pada variabel tergantung. Nilai peluang
inilah yang dipakai sebagai ukuran untuk mengklasifiksikan pengamatan. Apabila variabel tergantung hanya terdiri dari 2 kelompok saja
misal: laki-laki atau perempuaan, maka penggunaan regresi logistik lebih umum dipakai. Hal ini disebabkan dalam penerapannya, regresi logistik
tidak bergantung secara ketat pada asumsi multivariate normality dan kesamaan matrik varian-kovarian dalam kelompok, sehingga metode ini
cukup tahan untuk dapat diterapkan dalam berbagai skala atau keadaan data Hair, dkk, 1998: 276. Kelebihan lain regresi logistik yang
menyebabkan lebih fleksibel dibandingkan analisis diskriminan Kuncoro, 2004: 235 yaitu:
a. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa terdiri dari variabel kategori,
kontinu, atau gabungan antara keduanya. b.
Regresi logistik sangat bermanfaat digunakan apabila distribusi atas variabel tergantung diharapkan nonlinear dengan satu atau lebih
variabel bebas. Karena model yang dihasilkan dengan regresi logistik bersifat
nonlinear, persamaan yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil sedikit lebih kompleks dibandingkan dengan regresi berganda. Model dari analisis
regresi logistik adalah sebagai berikut :
P Ln =
β +
β
1
X
i1
+ β
2
X
i2
+ … + β
n
X
in
1 – P
P = probabilitas pengklasifikasian kelompok X
in
= variabel-variabel rasio keuangan Evaluasi fungsi klasifikasi fungsi logistik dilakukan dengan cara
terlebih dahulu membuat tabulasi antara actual group data observasi dan predicted group yang diperoleh dari fungsi logistik. Selanjutnya dihitung
proporsi pengamatan yang salah diklasifikasikan. Diharapkan hasil proporsi pengamatan yang salah diklasifikasikan tersebut bisa sekecil
mungkin.
2.3. Kerangka Pikiran