1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat berupa manfaat akademis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Akademis
Secara akademis bagi mahasiswa penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu perencanaan pariwisata, serta bermanfaat untuk
mengaplikasikan teori dan konsep, mengidentifikasi, menggambarkan, menganalisis serta mengevaluasi suatu daya tarik wisata.Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan pengembangan daya tarik wisata dan
sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, khususnya instansi
terkait sebagai upaya untuk menyusun rencana strategis dalam mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten Gianyar, khususnya di
Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pariwisata alternatif dan bagi Pengelola atau Aparatur Desa Wisata Bedulu maupun Desa Buruan, hasil penelitian ini diharapkan
mampu menjadi masukan dalam pengelolaan dan pengembangan Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan kedepannya.
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Pustaka
Penelitian tetang Evaluasi Pengembangan Potensi Wisata Ancient Track One dengan Model CIPP di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan, Kabupaten
Gianyar sudah
pernah diadakan sebelumnya, yang berjudul Evaluasi
Pengembangan Desa Budaya Kertalangu Denpasar Sebagai Daya Tarik Wisata oleh Panca 2016. Hasil penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan
program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternative di Kota Denpasar. Secara khusus, penelitian ini disusun untuk
menjawab beberapa permasalahan pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar dilihat
dari aspek konteks, input, proses dan produk; kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu; dan
dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada masyarakat dari pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik
wisata alternatif di Kota Denpasar. Terkait dengan penelitian ini menggunakan tiga teori yang dipakai dalam
pengkajiannya yakni teori evaluasi, teori pembangunan pariwisata berkelanjutan, dan teori pengembangan destinasi pariwisata dengan model analisis CIPP
Context, Input, Process, Product dengan pendekatan kualitatif yang didukung
juga oleh pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif yang didapat dari penyebaran kuesioner, diukur dengan menggunakan skala Guttman. Perhitungan hasil
kuesioner
dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan
“Tidak”. Total jawaban “Ya” dibagi jumlah responden dikalikan 100
. Jumlah jawaban memberikan Gambaran tanggapan responden terhadap kondisi
masyarakat Desa Kesiman Kertalangu sebagai akibat pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu.
Penelitian dilakukan di Desa Kesiman Kertalangu pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2015. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kepala keluarga KK di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK Profil Desa Kesiman Kertalangu tahun 2014. Jumlah total responden adalah 97
orang yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Penentuan responden berdasarkan teknik disproportional stratified random sampling dan penentuan
informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya
tarik wisata alternatif di Kota Denpasar ditinjau dari aspek konteks, input, proses dan produk dianalisis menggunakan analisis model evaluasi CIPP. Teknik analisis
deskriptif kualitatif digunakan untuk membahas kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu melalui
focus group discussion . Analisis ini juga digunakan untuk membahas dampak
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada masyarakat sebagai akibat pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu yang diperoleh
dari hasil persebaran kuesioner. Hasil dari penelitian ini Pertama, pelaksanaan program pengembangan Desa
Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar ditinjau dari aspek konteks menunjukkan bahwa pengembangan Desa Budaya Kertalangu
bertujuan untuk melestarikan lingkungan dengan memasukkan konsep ekonomi melalui kegiatan wisata. Ditinjau dari aspek input tampak bahwa ketersediaan
personil masih minim terutama ketersediaan tenaga tari dan tabuh. Ditinjau dari aspek proses, tampak bahwa masih banyak program-program yang belum
terlaksana, salah satunya yaitu wisata air dan bahkan terhenti seperti program spa relaksasi. Hanya 16 program yang terlaksana dari 45 item program. Ditinjau dari
aspek produk diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat masih rendah dan pengelolaan potensi wisata masih perlu dikembangkan, meskipun tingkat
kunjungan wisatawan dapat dikatakan cukup banyak. Secara keseluruhan, Desa Budaya Kertalangu sudah layak disebut sebagai daya tarik wisata karena kawasan
tersebut mempunyai apa yang disebut something to see, something to do dan something to buy
. Hanya saja masih ada fasilitas yang keberadaannya kurang mendapat perhatian, salah satunya toilet. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar belum berjalan dengan optimal.
Kedua, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di
Kota Denpasar yaitu manajemen pengelolaan yang belum optimal terutama dalam hal promosi dan pengelolaan kebersihan kawasan; terbatasnya anggaran yang
dialokasikan untuk pengembangan potensi wisata; dan koordinasi antar pihak pengelola dan antara pihak pengelola dengan pihak Desa Kesiman Kertalangu
belum berjalan dengan baik.
Ketiga, dampak pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar ditinjau dari
aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Dari 12 indikator, 8 indikator menyatakan berpengaruh positif terhadap kehidupan masyarakat Desa Kesiman
Kertalangu dan 4 indikator lainnya masih belum optimal. Atas kondisi ini, pengembangan Desa Budaya Kertalangu sudah menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan pariwisata berkelanjutan namun perlu dioptimalkan lagi. Penelitian ini memiliki kesamaan dalam model analisis dan pendekatan
yang digunakan, namun terkait lokasi penelitian memiliki perbedaan yakni penelitian sebelumnya berlokasi di Desa Budaya Kertalangu, Kota Denpasar
sedangkan penelitian yang dilakukan ini terkait pengembangan potensi ancient track one
berada di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan Kabupaten Gianyar Penelitian terhadap Desa Wisata Bedulu pernah dilakukan oleh Mananda
2012 ini memfokuskan pada Analisis Kelayakan Desa Bedulu sebagai Desa Wisata di Kabupaten Gianyar Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran. Mananda
2012 menyatakan bahwa Desa Bedulu layak sebagai desa wisata di Kabupaten Gianyar. Hal ini karena pengembangan Desa Bedulu layak dikembangkan karena
memiliki potensi pasar dengan jumlah kunjungan wisatawan untuk tahun 2012 sebesar 544 orang per tahun, tahun 2013 589 orang, tahun 2014 650 orang,
tahun 2015 736 orang dan tahun 2016 859 orang terutama dengan adanya kerjasama dengan Golden Kriss Tour and Travel dan Talisman Tour Travel
yang turut memberikan kontribusi untuk mengirim wisatawan menginap dan menikmati tour yang ditawarkan oleh Desa Wisata Bedulu.
Dari hasil penelitian, bahwa analisis pesaing yang digunakan dalam parameter penelitian ini t diketahui bahwa harga dan manajemen dari Desa Wisata
Bedulu lebih murah dibanding ketiga pesaing yakni Desa Wisata Mas, Desa Bona dan Desa Kendran. Strategi-strategi yang diperoleh antara lain: Strategi penetapan
lokasi atau outlet dilakukan untuk mengenalkan produk Desa Wisata Bedulu kepada calon wisatawan, Strategi harga yang digunakan oleh Desa Wisata Bedulu
adalah metode cost plus pricing dengan menetapkan margin yang diinginkan oleh Desa Wisata dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaing,
Product growth strategies dimana Desa Wisata Bedulu memiliki beberapa produk
jasa yang berkualitas lebih baik atau berbeda dengan produk lain, dengan tujuan agar memiliki kesempatan untuk meningkatkan pangsa pasar dengan menarik
pelanggan yang berbeda, melakukan offensive strategy merupakan strategi yang lebih menitik beratkan pada usaha perubahan untuk mencapai tingkat yang lebih
baik, melakukan training dibidangnya masing-masing di mana Desa Wisata Bedulu selalu melakukan pelatihan terhadap karyawan untuk memberikan standar
pelayanan yang berkualitas dengan cepat dengan harga yang murah dan merancang proses kerja yang efisien dan efektif yang mengacu pada SOP
standard operating procedures. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian Mananda 2012 terletak
pada objek yang diteliti yaitu lokasi penelitian serta potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dalam menunjang kegiatan pariwisata di
Kabupaten Gianyar. Penelitian Mananda 2012 fokus penelitiannya terletak pada analisis kelayakan Desa Bedulu sebagai Desa Wisata, sedangkan penelitian ini
berfokus pada evaluasi pengembangan potensi wisata Ancient Track One Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu wisata alternatif di Kabupaten
Gianyar. Penelitian yang terkait dengan pengembangan tracking juga dilakukan oleh
Robert dan Eryurt 2013 dalam jurnal internasional Annual Digital Journal On Research in Convervation And Cultural Heritage
yang berjudul
“Culture Routes in Turkey”.
Dalam penelitiannya Robert dan Eryurt 2013 pengembangan pariwisata di Negara Turkey memberikan kesempatan dalam pengembangan
wisata di Pegunungan KaÇkar atau Pontic Range dan situs arkeologi di GÖbekli Tape.
Kunjungan wisatawan ke negara Turki pada tahun 2012 menempati urutan ke 6 dalam jumlah kunjungan wisatawan internasional dari seluruh dunia dengan
jumlah total sebanyak 35,7 juta. Dalam penelitian ini bahwa kebudayaan masyarakat menjadi salah satu keunikan yang terdapat dalam kegiatan tracking di
wilayah Pegunungan KaÇkar atau Pontic Range dan situs arkeologi di GÖbekli Tape. Perkembangan tracking yang cukup besar dari tahun 1999 hingga 2013
maka pihak pemerintah Negara Turkey meluncurkan sebuah aplikasi dalam perangkat iphone sebagai salah satu panduan untuk melakukan aktivitas tracking.
Aplikasi tersebut juga membantu wisatawan dalam halnya menggunakan sistem GPS, peta topografi, data, foto dan deskripsi fasilitas serta atraksi yang terdapat
sepanjang perjalanan tracking. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Robert dan
Eryurt 2013 adalah sama-sama meneliti potensi dalam pengembangan tracking
dalam menunjang aktivitas wisata namun perbedaan dalam penelitian ini terkait dengan lokasi peneltian serta mengevaluasi kegiatan wisata tracking Ancient
Track One Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu wisata
alternatif di Kabupaten Gianyar.
Bastemur 2011 dengan judul penelitian “
A New Destination For Alternative Tourism; Lycian Way
”
dalam jurnal Internasional Proceedings of the International Conference on Tourism
Icot 2011 Tourism in an Era of Uncertainty.
Lycia adalah sebuah peradaban yang terletak antara kota Fethiye dan Kota Antalya Bays atau yang lebih dikenal sebagai Teke Peninsula di Negara
Turki. Pada tahun 1999, daerah ini dibuka untuk umum sebagai rute wisata tracking
untuk wisata alternatif. Lycian adalah rute tracking yang biasanya dilakukan sebagai kegiatan
wisata minat khusus. Dibutuhkan sekitar satu bulan untuk perjalanan rute tracking ini. Musim terbaik untuk melakukan kegiatan tracking adalah pada saat
musimsemi dan musim gugur. Terutama April-Mei atau September Oktober merupakan bulan yang baik untuk melakukan kegiatan wisata tracking tersebut.
Kegiatan selama perjalanan tracking tersebut antara lain melihat keindahan burung langka, bersepeda, berenang, wisata paralayang, arung jeram atau
menunggang kuda. Sepanjang jalan, beberapa akomodasi dapat ditemui seperti, hotel, homestay, hostel dan wisma.
Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai informasi yang dikumpulkan dari survei literatur, dan menggunakan analisis statisti, sehingga
diperlukan waktu selama 35 hari untuk mewawancarai dengan masyarakat lokal
dan wisatawan yang berkunjung ke rute Lycian. Hasil penelitian dengan rumusan masalah Apa jenis kegiatan yang akan Anda lakukan saat Anda tracking di rute
Lycian?. Sebanyak 58 dari respoden datang ke wilayah tersebut hanya tracking, 25 adalah untuk berenang tempat yang berbeda, 20 adalah untuk scuba-diving
dan pariwisata kecelakaan, 31 adalah untuk survei flora dan fauna, 28 adalah untuk melihat burung langka, 25 adalah untuk wisata budaya, berjalan di kota
tua, 22 adalah untuk olahraga panjat tebing, 23 dari responden adalah untuk kegiatan lain seperti, parasailing, bersepeda dan wisata camping. Selain itu 67
responden dari yang disurvei merasa sangat puas, 21 dari responden yang puas dan 4 dari tidak puas. Ketika alasan ketidakpuasan diminta untuk 4 dari
wisatawan, jawaban mereka umumnya tentang keberadaan akomodasi. Pengembangan wisata tracking di Lycian sudah mengalami peningkatan
yang cukup baik, diharapkan perlunya perbaikan sarana fasilitas akomodasi, meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dengan melakukan promosi, harus
adanya studi lanjutan terkait pengembangan wisata tracking di Lycian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
terletak dengan jenis kegiatan wisatanya namun dalam Pengembangan Potensi Wisata Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan hanya
membutuhkan waktu yang singkat dan berbeda dengan rute wisata tracking di Lycian, Turkey
Suryasih 2014 dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Merancang Tinggalan Prabu Udayana di Desa Pekraman Kutri Sebagai Desa Wisata
memfokuskan peneltiannya terkait dengan pengembangan potensi salah satu
tinggalan Prabu Udayana yaitu Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Desa Pekraman Kutri dan upaya pelestarian serta pemanfaatannya sebagai desa wisata.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryasih 2014 menyatakan Desa Pekraman Kutri layak dikembangkan sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten
Gianyar. Hasil dari penelitian ini adalah Potensi fisik yang dimiliki Desa Pekraman Kutri adalah pertama,di sebelah timur mengalir Tukad Pakerisan dan di
sebelah barat mengalir Tukad Petanu, seperti diketahui kedua sungai tersebut dari hulu hingga hilir banyak terdapat tinggalan-tinggalan arkeologis dan diprediksi
sebagai pusat peradaban Bali di masa lampau, kedua letak Desa Pekraman Kutri dan Pura Bukit DarmaDurga Kutri yang sangat strategis di pinggir jalan protokol,
dekat dengan Kota Gianyar dan merupakan pariwisata, ketiga keindahan panorama Pura Bukit Darma Durga Kutri jika seorang wisatawan begitu
memasuki area Pura maka akan merasakan suatu pemandangan yang tidak mereka duga sebelumnya. Letak pura dipinggir jalan raya, akan tetapi keindahan dan
keagungan pura seperti berada di suatu area yang jauh dari keramaian, keempat, Pura Bukit Dharma Durga Kutri memiliki puluhan arca tinggalan
arkeologis,aneka macam pepohonan dan beberapa satwa seperti burung dan biawak, kelima Desa Pekraman Kutri sebagai bagian dari desa Buruwan dan
Kecamatan Blahbatuh sebagai satu kesatuan, memiliki keunggulan karena di desa Buruan dan Kecamatan Blahbatuh banyak terdapat sentra kerajinan, Puri
Blahbatuh dan daya tarik wisata lainnya. Potensi non fisik adalah pertama tradisi, adat-istiadat yang terikat sebagai
satu kesatuan sebagai desa pekraman, kedua nilai kolektivitas yang tinggi antara
warga Desa Pekraman Kutri, ketiga sumberdaya budaya dan sumber daya sosial dimiliki sebagai aset pariwisata, keempat keinginan kuat warga desa pakraman
Kutri untuk mendukung desa wisata dan kelima pemerintah Kabupaten Gianyar memiliki fokus terhadap pengembangan pariwisata. Upaya merancangan desa
pekraman Kutri sebagai desa wisata dengan ikon tinggalan Prabu Udayana dan permaisurinya yaitu Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Desa Buruan Kecamatan.
Blahbatuh, Kabupaten Gianyar dapat terlaksana jika potensi wisata baik fisik maupun non fisik diidentifikasi dan nantinya dikemas sebagai heritage tourism.
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan kunci pendekatan yang digunakan untuk dapat mendorong dalam pengembangan secara berkelanjutan. Desa wisata
mungkin bukan satu-satunya pilihan, namun melalui desa wisata akan sangat memberikan manfaat secara langsung bagi pelestarian Pura Bukit Dharma Durga
Kutri dan manfaat ekonomi bagi warga masyarakatnya. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian Suryasih 2014 terletak
pada objek yang diteliti yaitu lokasi penelitian serta potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dalam menunjang kegiatan pariwisata di
Kabupaten Gianyar. Penelitian Suryasih 2014 fokus penelitiannya terletak pada upaya merancang Peninggalan Prabu Udayana di Desa Pakraman Kutri Sebagai
Desa Wisata, sedangkan penelitian ini berfokus pada evaluasi pengembangan potensi wisata Ancient Track One Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai
salah satu wisata alternatif di Kabupaten Gianyar. Beberapa hasil penelitian lain yang juga dianggap relevan dengan penelitian
ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Putra 2005, Choirinnisa 2010, dan
Gautama 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Putra 2005 bertujuan untuk mengevaluasi perkembangan kawasan pariwisata Lovina di Kabupaten Buleleng
untuk menuju pariwisata bekelanjutan. Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan data hasil
penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fisik, ekonomi, sosial dan budaya mengalami kemunduran
sehingga berdampak pada menurunnya perekonomian masyarakat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putra 2005 yaitu sama-sama melakukan evaluasi
terhadap perkembangan suatu destinasi.Perbedaan penelitian ini terletak pada objek yang diteliti.Penelitian Narendra dilakukan di Kawasan Pantai Lovina di
Buleleng, sedangkan penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan, Kabupaten Gianyar.
Evaluasi terhadap pengembangan destinasi juga dilakukan oleh Choirinnisa 2010. Dalam penelitiannya, Choirinnisa, menerapkan evaluasi ex-ante pre-
programme terhadap aspek fisik dan kelembagaan program pengembangan
destinasi Percandian Muaro Jambi. Evaluasi tersebut dilakukan sebelum implementasi sebuah program.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pendahuluan terhadap aspek fisik dan kelembagaan program pengembangan destinasi Percandian Muaro
Jambi. Ada dua kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan program pengembangan destinasi Percandian Muaro Jambi yaitu pertama, kualitas
Percandian Muaro Jambi sebagai destinasi wisata dan kedua, aspek kelembagaan dari organisasi-organisasi yang menangani program pengembangan destinasi
Percandian Muaro Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif untuk memberikan deskripsi dan
analisis terhadap kelayakan aspek fisik dan kelembagaan Program Pengembangan Destinasi Pariwisata dengan menggunakan evaluasi pendahuluan. Data yang
terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis successive approximation
yang membandingkan antara data temuan dan teori untuk menjelaskan kesenjangan yang terjadi pada suatu realitas sosial.
Penelitian yang dilakukan Choirinnisa 2010, menunjukkan bahwa pengembangan percandian Muaro Jambi perlu disertai dengan peningkatan
kualitas amenitas dan kemudahan akses karena keduanya masih dianggap menjadi masalah bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Percandian Muaro Jambi.
Secara kelembagaan, kecakapan organisasi-organisasi yang mengelola program pengembangan destinasi Percandian Muaro Jambi sudah cukup layak, namun
terdapat permasalahan dari sisi kuantitas dan kualitas SDM dan belum berkembangnya usaha penunjang pariwisata berskala kecil, menengah dan besar.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Choirinnisa 2010 adalah melakukan evaluasi terhadap program pengembangan suatu destinasi.
Perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan teknik analisis datanya. Penelitian Choirinnisa 2010 lebih fokus pada aspek fisik dan kelembagaannya
sebelum program dilaksanakan yang dianalisis dengan teknik successive approximation
dan penelitian ini lebih fokus pada aspek pengembangan potensi wisata yang dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dengan konversi data
melalui skala guttman.
Oka 2011, juga melakukan evaluasi perkembangan destinasi evaluasi dilakukan terhadap perkembangan wisata bahari di Pantai Sanur. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa terjadi perubahan motivasi wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari, terjadi pencemaran lingkungan, serta terjadinya
permasalahan sosial. Evaluasi dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di Pantai Sanur,
meneliti karakteristik Pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata bahari dan menganalisis langkah-langkah yang dilakukan untuk menciptakan wisata bahari
berkelanjutan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis
deskriptif kualitatif dengan peneliti sebagai alat penelitiannya. Artinya penelitian ini mengunakan instrumen kunci dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan
metode observasi, menyebarkan lembar pertanyaan terstruktur serta wawancara mendalam in-depth interview.
2.2 Konsep