POTENSI PENGEMBANGAN DESA SUBAYA SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI.

(1)

POT

DESA SUB

DI KECAMATAN

PUT

F

U

OTENSI PENGEMBANGAN

UBAYA SEBAGAI DESA WISAT

AN KINTAMANI KABUPATEN

UTU AGUS WIKANATHA SAGITA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

ATA


(2)

POTENSI PENGEMBANGAN DESA SUBAYA SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI

Putu Agus Wikanatha Sagita

Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana Telp/Fax : (0361) 223798, E-mail : fakultaspariwisata_unud.ac.id

ABSTRAK

Desa Subaya merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, yang memiliki potensi yang besar dalam pembangunan kegiatan pariwisata. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi-potensi yang dimiliki Desa Subaya untuk mendukung pengembangannya sebagai desa wisata sekaligus memberikan gambaran mengenai paket wisata yang cocok untuk dikembangkan sesuai dengan potensi pariwisata yang ada. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa Desa Subaya memiliki beberapa potensi, yaitu : 1). potensi sosial budaya yang dibagi menjadi potensi sosial budaya berwujud (Tangible) yang terdiri dari Pura Ratu Pungit, Pura Bale Agung, Arca, areal pekuburan, dan kesenian tradisional (seni musik dan seni tari). Sedangkan potensi sosial budaya tidak berwujud (Intangible) terdiri dari sejarah, tradisi setempat, aktifitas mata pencaharian, dan hubungan sosial budaya masyarakat. 2). potensi ekologis dibagi menjadi potensi keragaman flora dan fauna, potensi alamiah (areal perhutanan, Air Terjun Kutuh, dan Bukit Mendha), dan potensi hidrologi (Mata Air Yeh Mengadeg, Mata Air Yeh Poh dan Mata Air Pukaya). Setelah mengetahui potensi wisata yang ada di dalam wilayah Desa Subaya, kemudian dapat disusun jenis paket wisata yang dapat dikembangkan, yakni Jungle Tracking Experience (Full day package). Adapun saran yang dapat diberikan guna mengoptimalkan pengembangan paket wisata di Desa Subaya, antara lain : 1) Perbaikan sarana dan prasarana transportasi menuju Desa Subaya, 2) Pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat mengenai skill dan pengetahuan pariwisata, 3) Perlunya dilakukan bekerjasama dengan pihak pelaku pariwisata lain seperti tour operator untuk memasarkan paket wisata di Desa Subaya.

Kata Kunci :Desa Wisata, Potensi Wisata, Paket Wisata.

Pendahuluan

Sebagai sebuah destinasi wisata Bali memiliki daya tarik luar biasa yang bersumber dari keindahan alam, adat istiadat, kebudayaan, dan kehidupan masyarakatnya yang bernafaskan Agama Hindu. Pariwisata menjadi warna dalam perkembangan Bali sebagai magnet yang mampu menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Kunjungan yang melimpah membawa keuntungan ekonomi yang mampu untuk memperbesar devisa, memperluas dan memeratakan lapangan kerja, serta untuk mendorong pembangunan daerah. Namun, sayangnya hal tersebut ternyata tidak dibarengi dengan kemampuan lingkungan untuk mengimbangi percepatan pembangunan pariwisata Bali. Berbagai perhatian serta kritik berdatangan sebagai tanggapan dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengembangan pariwisata konvensional atau yang sering dikenal dengan pariwisata massal. konvensional atau yang sering dikenal dengan pariwisata massal.

Kegiatan pariwisata massal merupakan kegiatan wisata yang memiliki jumlah dan pembangunan sarana serta fasilitas kepariwisataan berskala besar dan mewah. Pengembangan


(3)

pariwisata massal erat hubungannya dengan perubahan lingkungan fisik dan budaya masyarakat lokal, yang akan berakibat eksploitasi berlebihan terhadap keberadaan sumber daya fisik lingkungan, dan budaya masyarakat lokal, sehingga kelestariannya tidak diperhatikan oleh para pelaku wisata. Dampak itulah yang seringkali tidak disadari dalam kegiatan pariwisata massal, karena terlalu berorientasi pada keuntungan yang sifatnya sesaat, dengan mengeksploitasi segala sumber daya yang ada tanpa memikirkan kelestariannya.

Desa wisata merupakan suatu produk wisata yang melibatkan anggota masyarakat desa dengan segala perangkat yang dimilikinya. Desa wisata tidak hanya berpengaruh pada ekonominya, tetapi juga sekaligus dapat melestarikan lingkungan alam dan sosial budaya masyarakat terutama berkaitan dengan nilai-nilai kebersamaan, kekeluargan, kegotongroyongan, dan lain-lain. Dengan demikian, kelestarian alam dan sosial budaya masyarakat akan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang melakukan perjalanan wisata (Muljadi, 2009 : 27). Kesadaran mengenai fenomena tersebut, maka pembangunan pariwisata di Bali harus mampu mendorong berbagai stakeholders untuk menciptakan produk-produk pariwisata yang berorientasi pada nilai-nilai pelestarian lingkungan, budaya masyarakat, dan pelibatan masyarakat lokal. Hal tersebut diharapkan dapat memberi nilai manfaat yang besar, serta keuntungan atau orientasi jangka panjang bagi sumber daya yang ada. Pelibatan masyarakat lokal merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan kegiatan desa wisata, hal ini dikarenakan masyarakat lokal mempunyai peran sebagai subjek yang dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut.

Pemanfaatan potensi wilayah pedesaan untuk kegiatan wisata dapat menjadi pilihan ditengah geliat pengembangan pariwisata massal yang terkesan monoton. Hal ini disebabkan karena wilayah perdesaan menyediakan lingkungan dan kehidupan budaya masyarakatnya yang relatif masih asli. Desa Subaya merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, yang memiliki potensi yang besar dalam pembangunan kegiatan pariwisata. Secara geografis Desa Subaya merupakan daerah landai dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Desa Subaya dikelilingi daerah perbukitan yang merupakan dataran tinggi, dengan kemiringan antara 15-30 derajat dan memiliki bentuk wilayah 60% berbukit serta 40% bergunung. Suhu rata-rata di Desa Subaya berkisar 25oC dengan kelembaban udara antara 60% - 80%, dan pada musim hujan kelembaban dapat mencapai 95%. Desa Subaya memiliki iklim tropis, dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, serta rata- rata curah hujannya mencapai 18 cm/tahun, atau dalam jumlah hari curah hujan setahun adalah 120 hari. (Monografi Desa Subaya : 2010).

Berdasarkan potensi dan peluang yang dimiliki Desa Subaya, perlu untuk dikembangkan kegiatan wisata di Desa Subaya dengan berbasis pelibatan masyarakat lokal dalam pelaksanaan kegiatan wisata di Desa Subaya. Pengembangan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan wisata. Hal yang tidak kalah penting adalah memastikan pariwisata yang konsisten dengan nilai-nilai serta aspirasi masyarakat guna memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri (Wray et. al., 2010 : 32).

Metode Penelitian

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Data kualitatif yang didapatkan akan dianalisis secara deskriptif sehingga data yang ada saling relevan dan saling mendukung hasil dari penelitian. Permulaan analisis data secara deskriptif kualitatif akan dilakukan dengan mengumpulkan catatan deskripsi di lapangan, yaitu semua informasi baik hasil observasi maupun hasil wawancara mendalam. Kemudian hal tersebut akan diinterpretasikan berdasarkan konsep-konsep sesuai pemahaman peneliti menjadi catatan refleksi yang berbentuk uraian yang menggambarkan suatu kondisi, proses


(4)

maupun peristiwa tertentu terkait penelitian yang sifatnya menerangkan. Kemudian data tersebut akan dikategorisasikan, setiap data yang diperoleh akan digolongkan ke dalam bagian-bagian untuk selanjutnya dibahas menjadi langkah-langkah solusi dalam permasalahan yang ada. (Palguna, 1999)

Hasil dan Pembahasan

1. Potensi Wisata Desa Subaya

Potensi wisata Desa Subaya merupakan gambaran mengenai segala potensi yang yang dapat mendukung pengembangan Desa Subaya sebagai desa wisata. Pemilihan potensi wisata Desa Subaya didasarkan pada hasil observasi dan informasi yang didapat melalui wawancara mendalam dengan informan. Adapun potensi yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Potensi Sosial Budaya

Potensi sosial budaya adalah potensi berupa keadaan aktivitas sosial masyarakat dan budaya secara keseluruhan. Potensi sosial budaya dikategorikan menjadi dua, yaitu potensi berwujud dan potensi tidak berwujud. Adapun potensi sosial budaya Desa Subaya dapat dijabarkan sebagai berikut.

i. Berwujud (Tangible) Pura

Terdapat Pura di Desa Subaya yang memiliki daya tarik yang sangat unik dan sejarah yang menarik, yaitu Pura Ratu Pingit. Pura tersebut memiliki beberapa mitos-mitos tentang kasiat jika bersembahyang di pura tersebut, salah satunya adalah dapat menyembuhkan segala penyakit. Selain itu terdapat Arca peninggalan Nenek Moyang masyarakat Desa Subaya yang dianggap suci bagi masyarakat sekitar. Selain itu terdapat Pura Bale Agung yang sering digunakan oleh masyarakat Desa Subaya dalam melaksanakan upacara keagamaan dan tradisi setempat secara turun-temurun. Potensi tersebut merupakan daya tarik bagi wisatawan, dimana dapat mempelajari kebudayaan dan tradisi setempat yang memiliki keunikan tersendiri.

Arca

Arca peninggalan nenek moyang masyarakat saat ini status umurnya masih belum diketahui dan masih diteliti oleh Dinas Purbakala Provinsi Bali. Arca tersebut memiliki sejarah yang menarik bagi wisatawan yang berkunjung, dimana menggambarkan bagaimana proses Desa Subaya terbentuk. Arca tersebut masih disimpan di salah satu Pura yang berada di Desa Subaya yaitu di Pura Ratu Pungit berbarengan dengan Prasasti Subaya. Karena dianggap bersifat Sakral bagi masyarakat Desa Subaya, maka untuk melihat Arca tersebut perlu dibatasi, sesuai dengan ketentuan Adat yang telah ditentukan.

Pekuburan

Pekuburan masyarakat Desa Subaya merupakan tempat prosesi Ngaben bagi masyarakat Desa Subaya, dimana mayat tidak di bakar. Hal ini memiliki sejarah bahwa dulunya masyarakat melakukan prosesi Ngaben dengan dibakar, tetapi asapnya ternyata mengganggu Pura yang terletak di atasnya, sehingga keputusan waktu itu prosesi kematian Ngaben tidak boleh di bakar. Areal pekuburan Desa Subaya ini terletak di areal lahan yang cukup luas disebelah timur desa.

Kesenian Tradisional


(5)

• Seni Tari. Seni tari yang sampai sekarang masih terpelihara adalah Tari Rejang. Tari tersebut merupakan tari wali/sakral yang hanya dipentaskan pada saat upacara keagamaan. Tari tersebut merupakan salah satu syarat penyelenggaraan upacara keagamaan di masing-masing Pura yang terdapat di Desa Subaya, khususnya Pura Bale Agung.

• Seni Musik. Seni musik yang dimaksud di sini adalah seni musik tradisional berupa gambelan yang ada di Desa Subaya. Seni Gambelan tersebut terdiri dari beberapa sekaa gong dan sekaa angklung. Gambelan tersebut berfungsi sebagai pelengkap upacara keagamaan dan upacara adat di Desa Subaya. ii. Tidak Berwujud (Intangible)

Sejarah

Sejarah Desa Subaya, menjadi sebuah daya tarik wisata yang layak dan patut untuk ditawarkan. Hal ini mengingat keberadaan sejumlah Arca peninggalan Nenek Moyang Desa Subaya, prasasti sejarah, dan sejumlah tempat lain yang memiliki sejarah yang unik. Disamping itu terdapat cerita yang jelas dan menarik sehingga menjadi nilai tambah dalam proses penawaran paket wisata kepada wisatawan.

Tradisi Setempat

Keragaman tradisi yang melekat dan menjadi kebiasaan untuk dilaksanakan masyarakat adalah sebuah potensi yang layak untuk dikembangkan. Masyarakat di Desa Subaya memiliki tradisi yang khas dan berbeda dengan desa lain yang ada di Bali. Adapun tradisi-tradisi tersebut adalah sebagai berikut.

• Upacara Sambah Ayunan. Merupakan upacara yang dilaksanakan satu tahun sekali, menurut perhitungan sasih umumnya jatuh pada bulan Januari. Upacara ini merupakan upacara Piodalan Ida Betara Pengubengan yang mana menurut tradisi setempat dibuat suatu ayunan besar dengan tinggi kurang lebih 14 meter, pada bagian atas ayunan tersebut diletakan bermacam Banten atau Sesaji sebagai simbol permohonan kepada Tuhan.

• Tradisi Nyepi. Merupakan tradisi yang terbagi kedalam Nyepi Adat dan Nyepi pemerintah. Nyepi Adat dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu Nyepi Adat pertama yaitu Mesegeh Wali dilaksanakan pada Tilem ke Wolu (delapan) pada bulan Februari, yang mana hampir sama dengan tradisi Nyepi pada umumnya. Sehari sebelum Nyepi Mesegeh Wali dilakukan pemotongan sapi dipertigaan jalan di Desa Subaya. Kedua, Nyepi Posa merupakan tradisi Nyepi yang dilaksanakan selama lima belas hari pada bulan maret, yang mana pada lima hari pertama dilaksanakan senbahyang kepada Ida Betara di Pura desa. Kemudian pada lima hari kedua dilaksanakan Tajen (sabung ayam) oleh masyarakat adat Desa subaya dan lima hari terakhir dilaksanakan perang api antara desa bagian atas dan desa bagian bawah, yang dilaksanakan di Pura desa. Setelah rangkaian Nyepi Posa selesai, dilaksanakan Nyepi umat Hindu pada umunya, tetapi di Desa Subaya Nyepi dilakukan selama 17 jam, dimulai dari pukul 00.00 sampai dengan pukul 17.00. Setelah itu Nyepi adat ketiga yaitu tradisi Nyepi tersebut dilaksanakan selama 24 jam, dimana masyarakat Desa Subaya dilarang menyalakan api disekitar pemukiman dan dilarang membawa tamu kedalam lingkungan pekarangan rumah.

• Tradisi Tabur Rah. Merupakan tradisi yang dilaksanakan pada saat hari raya Kuningan setelah melakukan persembahyangan di Pura pada umumnya. Dalam tradisi Tabur Rah tersebut diadakan kegiatan Sabung Ayam (Tajen),


(6)

yang memiliki tata cara dan peraturan yang dibuat oleh Adat. Biasanya dalam kegiatan Tajen, ayam yang kalah dapat dibawa pulang oleh pihak yang menang, tetapi lain halnya dengan tradisi ini, ayam yang kalah tidak boleh dibawa pulang oleh pihak yang menang, tetapi dihaturkan ke Pura, dipotong dan dibagi-bagikan kepada masyarakat setempat.

• Tradisi Pembayaran Klaci / Perbuan. Tradisi Klaci ini dilakukan secara turun temurun, merupakan tradisi setiap masyarakat Adat Subaya yang melakukan perkawinan baik mengambil pasangan dari sesama orang Desa Subaya maupun dari orang Desa Subaya dengan diluar wilayah Desa Subaya harus membayar upeti yang berupa Babi sebanyak 40 kg, 10 butir Kelapa, Beras sebanyak 10 Kg, Bumbu-bumbuan sebanyak 1 timbang yaitu 10,5 Kg. Selain itu Upeti ini diberlakukan juga pada perkawinan pasangan orang dari luar Desa Subaya yang melewati wilayah Desa Subaya untuk menuju ke tempat pelaksanaan perkawinan.

Aktivitas Mata Pencaharian Masyarakat

Aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sebagian besar mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai tumpuan. Aktivitas penggarapan pertanian dan peternakan masih dilakukan secara tradisional, sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Kegiatan masyarakat tersebut merupakan pola mata pencaharian yang sebagian besar pergerakan masyarakat dalam aktivitasnya sehari-hari adalah mulai dari pagi sampai sore hari. Selain itu dalam mengatur aktivitas di Desa Subaya juga telah diterapkan awig-awig secara baik.

Hubungan Sosial Budaya Masyarakat

Hubungan sosial budaya masyarakat tercermin dalam hubungan antarpengempon semua pura yang masih kental dijiwai semangat kekeluargaan. Kondisi ini diwadahi dalam organisasi tradisonal yang merupakan kumpulan beberapa masyarakat Desa Pakraman yang melaksanakan upacara. Organisasi tradisional ini mencerminkan implementasi Tri Hita Karana, yang dilandasi oleh hubungan antar penyungsung Pura yang ada di Desa Subaya dengan Pura Ratu Pingit (bidang Parhyangan), hubungan antara masyarakat pengemong masing-masing pura (bidang Pawongan), dan hubungan antara pengemong pura dengan tanah (pelaba) pura atau kawasan pura yang berlokasi di Desa Subaya (bidang Palemahan).

b. Potensi Ekologis

Dengan karakter wilayah yang merupakan daerah perdesaan dan pegunungan, Desa Subaya cenderung memiliki keragaman yang tinggi, terlebih lagi daerah ini terdapat kawasan hutan yang masih alami. Dengan kondisi ini, potensi ekologis yang ada di Desa Subaya digambarkan kedalam keragaman flora dan fauna, potensi alamiah, dan potensi hidrologi. Secara lebih jelas dijelaskan sebagai berikut.

i. Keragaman Flora dan Fauna Flora

Di Desa Subaya terdapat beranekaragam jenis tanaman, yang berfungsi sebagai tanaman pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pendorong kebutuhan ekonomi masyarakat Desa Subaya. Tanaman tersebut dapat berupa buah-buahan dan


(7)

kayu-kayuan. Keragaman flora tersebut terletak dari satu tempat ke tempat lain yang bersifat menyebar, yang secara umum terletak pada dataran tinggi.

Fauna

Di Desa Subaya terdapat beberapa jenis fauna di antaranya yaitu : kupu-kupu, lebah madu, landak, kelelawar, rase, trenggiling, dan tupai. Berdasarkan data monografi desa 2010, sampai saat ini yang telah tercatat sebanyak 12 satwa liar telah tinggal di areal perhutanan Desa Subaya. Hewan-hewan tersebut antara lain adalah : Kijang, Rusa, Lutung, Kancil, Kera, Ular, Iguana, Tupai, Macan Kumbang, Anjing Hutan, Musang dan Kucing Hutan.

ii. Alamiah

Areal Perhutanan

Areal perhutanan yang terletak di sekeliling areal Desa Subaya. Areal perhutanan tersebut memberikan pemandangan alam yang hijau dan masih alami, serta panorama alam perbukitan dengan keanekaragaman flora, pemandangan lahan pertanian penduduk setempat, dan pemandangan Pura yang memiliki suasana religius. Selain itu di areal perhutanan merupakan tempat pengamatan aktivitas hewan dimana dapat menyaksikan beberapa binatang hutan.

Air Terjun Kutuh

Merupakan air terjun yang terletak di perbatasan antara Desa Subaya dengan Desa Kutuh. Akses menuju air terjun ini melewati jalan perbukitan dan pegunungan serta semak belukar yang dapat dicapai dengan cara berjalan kaki. Ciri khas dari air terjun ini adalah mempunyai tinggi 40 meter dan kondisinya masih sangat alami, dimana lokasi air terjun tersebut berada ditengah hutan. Selain itu di tengah jalur menuju air terjun tersebut, terdapat tempat pengamatan aktivitas hewan dimana dapat menyaksikan beberapa binatang seperti Kijang, Rusa, Anjing Hutan, Musang, Tupai dan Kucing Hutan.

Bukit Mendha

Merupakan bukit yang berlokasi di sebelah barat Desa Subaya dan memiliki panorama berupa pemandangan alam yang sangat indah. Akses yang dapat dilalui dengan cara menggunakan kendaraan roda dua sampai dengan areal pekarangan Pura Mendha, selanjutnya dapat ditempuh dengan berjalan kaki 200 meter untuk sampai ke lokasi, dengan melewati jalan bebatuan dan jalan setapak. Bukit Mendha memiliki daya tarik berupa pemandangan pegunungan dan dapat melihat areal pemukiman di daerah Singaraja, serta melihat dari atas hamparan laut utara pulau Bali.

iii. Potensi Hidrologi

Mata Air Yeh Mengadeg

Mata air ini fungsi pokoknya adalah sebagai tempat kegiatan upacara bagi masyarakat Desa Subaya. Di samping itu mata air ini digunakan untuk penyucian orang yang meninggal dan sebagai air Pemujaan. Mata air tesebut memiliki kondisi dan cerita yang unik untuk dapat dikembangkan menjadi paket wisata Desa Subaya dan di tawarkan kepada wisatawan.

Mata Air Yeh Poh

Mata air ini memiliki fungsi pokok untuk melayani kegiatan mandi, cuci dan minum warga. Sumber mata air ini telah dimanfaatkan oleh seluruh anggota


(8)

masyarakat yang ada di Desa Subaya. Mata air tersebut memiliki daya tarik sendiri yaitu, berada di areal perkebunan yang berbatasan dengan areal perhutanan yang memiliki daya tarik berupa pemandangan yang masih alami.

Mata Air Pukaya

Terletak di sebelah utara Pusat Desa Subaya. Mata air ini sering digunakan oleh masyarakat untuk mandi dan konsumsi air minum, terutama masyarakat yang memiliki kebun yang berada disekitar mata air ini. Kondisi jalan menuju ke sumber mata air ini berupa jalan setapak yang melalui areal perkebunan masyarakat Desa Subaya.

2. Paket Wisata Jungle Tracking Experience (Full day package) di Desa Subaya

Fokus utama pada paket ini adalah wisata alam satu hari penuh sekaligus aktivitas lengkap yang terdiri atas tracking, hiking dan aktivitas arung sungai. Pada paket Jungle Tracking Experience ini wisatawan akan diajak untuk menikmati kondisi berupa lokasi Pura untuk upacara keagamaan, kondisi alam yang masih sangat alami, dan lokasi yang sangat jarang dijamah oleh manusia. Secara rinci tahapan jalur paket wisata Jungle Tracking Experience dijabarkan sebagai berikut :

1) Start awal dimulai pada lokasi letaknya disebelah barat Desa Subaya. Wisatawan akan mulai berjalan dilokasi ini dan melintasi perkebunan warga. Pemandangan utama pada daerah ini, disebelah utara adalah Sungai Yeh Yangga dengan daya tarik berupa tebing yang menjulang tinggi, dan disebelah selatan terlihat areal perkebunan warga dan lokasi aktivitas warga seperti aktivitas mengangkut hasil pertanian.

2) Selanjutnya wisatawan akan tiba di lokasi Mata Air Yeh Megadeg. Pada lokasi ini wisatawan berhenti sejenak sembari menikmati pancoran mata air tersebut. Jarak titik ini dengan titik start awal kurang lebih 1100 meter dengan kondisi jalan setapak yang berliku. Pada titik ini wisatawan dapat melihat sejumlah Pura dan melihat pemandangan tebing yang menjulang tinggi hingga kedalaman kurang lebih 120 meter.

3) Setelah itu perjalanan akan dilanjutkan dengan menaiki perahu karet untuk mengarungi Sungai Samuh. Pelaksanaan mengarungi sungai tidak akan menemukan arus yang deras. Wisatawan akan disajikan sensasi yang damai, dimana akan melewati aliran sungai yang sangat jarang orang untuk melintasi di daerah ini. Ada 3 (tiga) titik lokasi menarik dalam mengarungi sungai ini yaitu, lokasi pemandangan tebing, tetesan air tebing dan lokasi Pura yang berada di tengah hutan. Panjang jalur yang dilewati pada kegiatan arung sungai ini kurang lebih 2500 meter.

4) Lokasi selanjutnya adalah wisatawan akan diajak untuk melihat sejumlah binatang hutan. Wisatawan akan dijelaskan mengenai jumlah dan jenis binatang yang ada, dan dijelaskan mengenai sejumlah binatang yang dilindungi serta terus dilestarikan keberadaannya.

5) Setibanya didataran selanjutnya wisatawan akan diajak menaiki tangga sejauh kurang lebih 450 meter sembari menikmati pemandangan tebing dan menikmati minuman tradisional berupa Tuak.

6) Selanjutnya wisatawan akan diajak untuk menikmati Air Terjun Kutuh yang memiliki pemandangan yang masih alami dan sangat indah. Wisatawan juga dapat melakukan aktivitas mandi di air terjun tersebut.

7) Sebagai penutup wisatawan akan dimanjakan dengan hidangan berupa jajanan tradisional masyarakat Desa Subaya dan buah-buahan hasil pertanian, yang telah disiapkan sebelumnya.


(9)

Nantinya Paket wisata Jungle Tracking di Desa Subaya akan dijual setiap minggu, pada bulan oktober - april tepatnya pada musim kemarau. Hal ini dikarenakan demi kelancaran kegiatan junggle tracking yang akan dilakukan. Perlu diingat bahwa Desa Subaya terletak pada dataran tinggi yang memiliki curah hujan cukup tinggi maka faktor cuaca pada kegiatan berlangsung mutlak harus diperhitungkan. Jumlah peserta yang bisa mengikuti paket wisata inipun harus dibatasi tidak lebh dari 10 orang per grup, agar tidak mengganggu kehidupan flora dan fauna hutan yang sifatnya masih liar.

Peta Lokasi Serta Gambaran Paket Wisata Junggle Tracking di Desa Subaya

Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Potensi wisata yang ada di Desa Subaya dijabarkan menjadi sejumlah aspek, yaitu :

1). potensi sosial budaya yang dibagi menjadi potensi sosial budaya berwujud (Tangible) yang terdiri dari Pura Ratu Pungit, Pura Bale Agung, Arca, areal pekuburan, dan kesenian tradisional (seni musik dan seni tari). Sedangkan potensi sosial budaya tidak berwujud (Intangible) terdiri dari sejarah, tradisi setempat, aktifitas mata pencaharian, dan hubungan sosial budaya masyarakat. 2). potensi ekologis dibagi menjadi potensi keragaman flora dan fauna, potensi alamiah (areal


(10)

perhutanan, Air Terjun Kutuh, dan Bukit Mendha), dan potensi hidrologi (Mata Air Yeh Mengadeg, Mata Air Yeh Poh dan Mata Air Pukaya).

2. Setelah mengetahui potensi wisata yang terdapat di Desa Subaya, kemudian disusun jenis paket wisata yang akan dikembangkan, yakni Jungle Tracking Experience (Full day package) dengan rincian kegiatan, antara lain: 1). Start awal disebelah barat Desa Subaya, lalu berjalan melintasi perkebunan warga sambil melihat pemandangan sungai, tebing, dan perkebunan warga. 2). Selanjutnya, wisatawan beristirahat sejenak sambil menikmati segarnya mata air Air Yeh Poh 3). Setelah itu perjalanan akan dilanjutkan dengan menaiki perahu karet untuk mengarungi Sungai Samuh yang memiliki arus yang tenang menuju hutan desa. 4). Selanjutnya wisatawan akan diajak untuk melintasi hutan sembari melihat keragaman flora dan fauna. 5). Setibanya didataran selanjutnya wisatawan akan diajak menaiki tangga sejauh kurang lebih 450 meter sembari menikmati pemandangan tebing dan menikmati minuman tradisional berupa Tuak..6). Selanjutnya wisatawan akan diajak untuk menikmati indahnya Air Terjun Kutuh. 7). Sebagai penutup wisatawan akan dimanjakan dengan hidangan berupa jajanan tradisional masyarakat Desa Subaya dan buah-buahan hasil pertanian, yang telah disiapkan sebelumnya.

Saran

1. Kurangnya sarana dan prasarana transportasi terutama yang melayani lingkup luar dan dalam wilayah, dibutuhkan perhatian dari pemerintah dalam upaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan bidang sarana dan prasarana infrastruktur jalur transportasi.

2. Penyediaan tenaga kerja merupakan hal yang menjadi kendala mengingat masih rendahnya kualitas sumber daya manusia di Desa Subaya. Dalam hal ini pemerintah perlu mengupayakan pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat yang terkait dengan kegiatan pariwisata, misalnya penguasaan komunikasi dan keterampilan para pelaku wisata untuk dapat melayani wisatawan dengan lebih baik. 3. Perlunya pemberdayaan masyarakat lokal, sebagai aspek penting dalam

pengembangan wisata di Desa Subaya. Hal tersebut bertujuan untuk dapat meningkatkan kapasitas masyarakat lokal Desa Subaya agar dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan pariwisata di daerahnya.

DAFTAR PUSTAKA

……….2010. Kantor Perbekel Desa Subaya. Monografi Desa Subaya. Bangli.

……….2010. Kantor Perbekel Desa Subaya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Subaya. Bangli.

Muljadi, A. J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Palguna, A. A. 2001. Dinamika Masyarakat Desa Menuju Civil Society (Studi Kasus

Pengelolaan Objek Wisata Alas Kedaton di Desa Marga Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan). Sebuah Tesis. Denpasar : Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Wray, Meredith et. al. 2010. Sustainable Regional Tourism Destinations: Best Practice For Management, Development and Marketing. Gold Coast, Queensland: CRC for Sustainable Tourism Pty Ltd.


(1)

• Seni Tari. Seni tari yang sampai sekarang masih terpelihara adalah Tari Rejang. Tari tersebut merupakan tari wali/sakral yang hanya dipentaskan pada saat upacara keagamaan. Tari tersebut merupakan salah satu syarat penyelenggaraan upacara keagamaan di masing-masing Pura yang terdapat di Desa Subaya, khususnya Pura Bale Agung.

• Seni Musik. Seni musik yang dimaksud di sini adalah seni musik tradisional berupa gambelan yang ada di Desa Subaya. Seni Gambelan tersebut terdiri dari beberapa sekaa gong dan sekaa angklung. Gambelan tersebut berfungsi sebagai pelengkap upacara keagamaan dan upacara adat di Desa Subaya. ii. Tidak Berwujud (Intangible)

Sejarah

Sejarah Desa Subaya, menjadi sebuah daya tarik wisata yang layak dan patut untuk ditawarkan. Hal ini mengingat keberadaan sejumlah Arca peninggalan Nenek Moyang Desa Subaya, prasasti sejarah, dan sejumlah tempat lain yang memiliki sejarah yang unik. Disamping itu terdapat cerita yang jelas dan menarik sehingga menjadi nilai tambah dalam proses penawaran paket wisata kepada wisatawan.

Tradisi Setempat

Keragaman tradisi yang melekat dan menjadi kebiasaan untuk dilaksanakan masyarakat adalah sebuah potensi yang layak untuk dikembangkan. Masyarakat di Desa Subaya memiliki tradisi yang khas dan berbeda dengan desa lain yang ada di Bali. Adapun tradisi-tradisi tersebut adalah sebagai berikut.

• Upacara Sambah Ayunan. Merupakan upacara yang dilaksanakan satu tahun sekali, menurut perhitungan sasih umumnya jatuh pada bulan Januari. Upacara ini merupakan upacara Piodalan Ida Betara Pengubengan yang mana menurut tradisi setempat dibuat suatu ayunan besar dengan tinggi kurang lebih 14 meter, pada bagian atas ayunan tersebut diletakan bermacam Banten atau Sesaji sebagai simbol permohonan kepada Tuhan.

• Tradisi Nyepi. Merupakan tradisi yang terbagi kedalam Nyepi Adat dan Nyepi pemerintah. Nyepi Adat dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu Nyepi Adat pertama yaitu Mesegeh Wali dilaksanakan pada Tilem ke Wolu (delapan) pada bulan Februari, yang mana hampir sama dengan tradisi Nyepi pada umumnya. Sehari sebelum Nyepi Mesegeh Wali dilakukan pemotongan sapi dipertigaan jalan di Desa Subaya. Kedua, Nyepi Posa merupakan tradisi Nyepi yang dilaksanakan selama lima belas hari pada bulan maret, yang mana pada lima hari pertama dilaksanakan senbahyang kepada Ida Betara di Pura desa. Kemudian pada lima hari kedua dilaksanakan Tajen (sabung ayam) oleh masyarakat adat Desa subaya dan lima hari terakhir dilaksanakan perang api antara desa bagian atas dan desa bagian bawah, yang dilaksanakan di Pura desa. Setelah rangkaian Nyepi Posa selesai, dilaksanakan Nyepi umat Hindu pada umunya, tetapi di Desa Subaya Nyepi dilakukan selama 17 jam, dimulai dari pukul 00.00 sampai dengan pukul 17.00. Setelah itu Nyepi adat ketiga yaitu tradisi Nyepi tersebut dilaksanakan selama 24 jam, dimana masyarakat Desa Subaya dilarang menyalakan api disekitar pemukiman dan dilarang membawa tamu kedalam lingkungan pekarangan rumah.

• Tradisi Tabur Rah. Merupakan tradisi yang dilaksanakan pada saat hari raya Kuningan setelah melakukan persembahyangan di Pura pada umumnya. Dalam tradisi Tabur Rah tersebut diadakan kegiatan Sabung Ayam (Tajen),


(2)

yang memiliki tata cara dan peraturan yang dibuat oleh Adat. Biasanya dalam kegiatan Tajen, ayam yang kalah dapat dibawa pulang oleh pihak yang menang, tetapi lain halnya dengan tradisi ini, ayam yang kalah tidak boleh dibawa pulang oleh pihak yang menang, tetapi dihaturkan ke Pura, dipotong dan dibagi-bagikan kepada masyarakat setempat.

• Tradisi Pembayaran Klaci / Perbuan. Tradisi Klaci ini dilakukan secara turun temurun, merupakan tradisi setiap masyarakat Adat Subaya yang melakukan perkawinan baik mengambil pasangan dari sesama orang Desa Subaya maupun dari orang Desa Subaya dengan diluar wilayah Desa Subaya harus membayar upeti yang berupa Babi sebanyak 40 kg, 10 butir Kelapa, Beras sebanyak 10 Kg, Bumbu-bumbuan sebanyak 1 timbang yaitu 10,5 Kg. Selain itu Upeti ini diberlakukan juga pada perkawinan pasangan orang dari luar Desa Subaya yang melewati wilayah Desa Subaya untuk menuju ke tempat pelaksanaan perkawinan.

Aktivitas Mata Pencaharian Masyarakat

Aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sebagian besar mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai tumpuan. Aktivitas penggarapan pertanian dan peternakan masih dilakukan secara tradisional, sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Kegiatan masyarakat tersebut merupakan pola mata pencaharian yang sebagian besar pergerakan masyarakat dalam aktivitasnya sehari-hari adalah mulai dari pagi sampai sore hari. Selain itu dalam mengatur aktivitas di Desa Subaya juga telah diterapkan awig-awig secara baik.

Hubungan Sosial Budaya Masyarakat

Hubungan sosial budaya masyarakat tercermin dalam hubungan antarpengempon semua pura yang masih kental dijiwai semangat kekeluargaan. Kondisi ini diwadahi dalam organisasi tradisonal yang merupakan kumpulan beberapa masyarakat Desa Pakraman yang melaksanakan upacara. Organisasi tradisional ini mencerminkan implementasi Tri Hita Karana, yang dilandasi oleh hubungan antar penyungsung Pura yang ada di Desa Subaya dengan Pura Ratu Pingit (bidang Parhyangan), hubungan antara masyarakat pengemong masing-masing pura (bidang Pawongan), dan hubungan antara pengemong pura dengan tanah (pelaba) pura atau kawasan pura yang berlokasi di Desa Subaya (bidang Palemahan).

b. Potensi Ekologis

Dengan karakter wilayah yang merupakan daerah perdesaan dan pegunungan, Desa Subaya cenderung memiliki keragaman yang tinggi, terlebih lagi daerah ini terdapat kawasan hutan yang masih alami. Dengan kondisi ini, potensi ekologis yang ada di Desa Subaya digambarkan kedalam keragaman flora dan fauna, potensi alamiah, dan potensi hidrologi. Secara lebih jelas dijelaskan sebagai berikut.

i. Keragaman Flora dan Fauna Flora

Di Desa Subaya terdapat beranekaragam jenis tanaman, yang berfungsi sebagai tanaman pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pendorong kebutuhan ekonomi masyarakat Desa Subaya. Tanaman tersebut dapat berupa buah-buahan dan


(3)

kayu-kayuan. Keragaman flora tersebut terletak dari satu tempat ke tempat lain yang bersifat menyebar, yang secara umum terletak pada dataran tinggi.

Fauna

Di Desa Subaya terdapat beberapa jenis fauna di antaranya yaitu : kupu-kupu, lebah madu, landak, kelelawar, rase, trenggiling, dan tupai. Berdasarkan data monografi desa 2010, sampai saat ini yang telah tercatat sebanyak 12 satwa liar telah tinggal di areal perhutanan Desa Subaya. Hewan-hewan tersebut antara lain adalah : Kijang, Rusa, Lutung, Kancil, Kera, Ular, Iguana, Tupai, Macan Kumbang, Anjing Hutan, Musang dan Kucing Hutan.

ii. Alamiah

Areal Perhutanan

Areal perhutanan yang terletak di sekeliling areal Desa Subaya. Areal perhutanan tersebut memberikan pemandangan alam yang hijau dan masih alami, serta panorama alam perbukitan dengan keanekaragaman flora, pemandangan lahan pertanian penduduk setempat, dan pemandangan Pura yang memiliki suasana religius. Selain itu di areal perhutanan merupakan tempat pengamatan aktivitas hewan dimana dapat menyaksikan beberapa binatang hutan.

Air Terjun Kutuh

Merupakan air terjun yang terletak di perbatasan antara Desa Subaya dengan Desa Kutuh. Akses menuju air terjun ini melewati jalan perbukitan dan pegunungan serta semak belukar yang dapat dicapai dengan cara berjalan kaki. Ciri khas dari air terjun ini adalah mempunyai tinggi 40 meter dan kondisinya masih sangat alami, dimana lokasi air terjun tersebut berada ditengah hutan. Selain itu di tengah jalur menuju air terjun tersebut, terdapat tempat pengamatan aktivitas hewan dimana dapat menyaksikan beberapa binatang seperti Kijang, Rusa, Anjing Hutan, Musang, Tupai dan Kucing Hutan.

Bukit Mendha

Merupakan bukit yang berlokasi di sebelah barat Desa Subaya dan memiliki panorama berupa pemandangan alam yang sangat indah. Akses yang dapat dilalui dengan cara menggunakan kendaraan roda dua sampai dengan areal pekarangan Pura Mendha, selanjutnya dapat ditempuh dengan berjalan kaki 200 meter untuk sampai ke lokasi, dengan melewati jalan bebatuan dan jalan setapak. Bukit Mendha memiliki daya tarik berupa pemandangan pegunungan dan dapat melihat areal pemukiman di daerah Singaraja, serta melihat dari atas hamparan laut utara pulau Bali.

iii. Potensi Hidrologi

Mata Air Yeh Mengadeg

Mata air ini fungsi pokoknya adalah sebagai tempat kegiatan upacara bagi masyarakat Desa Subaya. Di samping itu mata air ini digunakan untuk penyucian orang yang meninggal dan sebagai air Pemujaan. Mata air tesebut memiliki kondisi dan cerita yang unik untuk dapat dikembangkan menjadi paket wisata Desa Subaya dan di tawarkan kepada wisatawan.

Mata Air Yeh Poh

Mata air ini memiliki fungsi pokok untuk melayani kegiatan mandi, cuci dan minum warga. Sumber mata air ini telah dimanfaatkan oleh seluruh anggota


(4)

masyarakat yang ada di Desa Subaya. Mata air tersebut memiliki daya tarik sendiri yaitu, berada di areal perkebunan yang berbatasan dengan areal perhutanan yang memiliki daya tarik berupa pemandangan yang masih alami.

Mata Air Pukaya

Terletak di sebelah utara Pusat Desa Subaya. Mata air ini sering digunakan oleh masyarakat untuk mandi dan konsumsi air minum, terutama masyarakat yang memiliki kebun yang berada disekitar mata air ini. Kondisi jalan menuju ke sumber mata air ini berupa jalan setapak yang melalui areal perkebunan masyarakat Desa Subaya.

2. Paket Wisata Jungle Tracking Experience (Full day package) di Desa Subaya

Fokus utama pada paket ini adalah wisata alam satu hari penuh sekaligus aktivitas lengkap yang terdiri atas tracking, hiking dan aktivitas arung sungai. Pada paket Jungle Tracking Experience ini wisatawan akan diajak untuk menikmati kondisi berupa lokasi Pura untuk upacara keagamaan, kondisi alam yang masih sangat alami, dan lokasi yang sangat jarang dijamah oleh manusia. Secara rinci tahapan jalur paket wisata Jungle Tracking Experience dijabarkan sebagai berikut :

1) Start awal dimulai pada lokasi letaknya disebelah barat Desa Subaya. Wisatawan akan mulai berjalan dilokasi ini dan melintasi perkebunan warga. Pemandangan utama pada daerah ini, disebelah utara adalah Sungai Yeh Yangga dengan daya tarik berupa tebing yang menjulang tinggi, dan disebelah selatan terlihat areal perkebunan warga dan lokasi aktivitas warga seperti aktivitas mengangkut hasil pertanian.

2) Selanjutnya wisatawan akan tiba di lokasi Mata Air Yeh Megadeg. Pada lokasi ini wisatawan berhenti sejenak sembari menikmati pancoran mata air tersebut. Jarak titik ini dengan titik start awal kurang lebih 1100 meter dengan kondisi jalan setapak yang berliku. Pada titik ini wisatawan dapat melihat sejumlah Pura dan melihat pemandangan tebing yang menjulang tinggi hingga kedalaman kurang lebih 120 meter.

3) Setelah itu perjalanan akan dilanjutkan dengan menaiki perahu karet untuk mengarungi Sungai Samuh. Pelaksanaan mengarungi sungai tidak akan menemukan arus yang deras. Wisatawan akan disajikan sensasi yang damai, dimana akan melewati aliran sungai yang sangat jarang orang untuk melintasi di daerah ini. Ada 3 (tiga) titik lokasi menarik dalam mengarungi sungai ini yaitu, lokasi pemandangan tebing, tetesan air tebing dan lokasi Pura yang berada di tengah hutan. Panjang jalur yang dilewati pada kegiatan arung sungai ini kurang lebih 2500 meter.

4) Lokasi selanjutnya adalah wisatawan akan diajak untuk melihat sejumlah binatang hutan. Wisatawan akan dijelaskan mengenai jumlah dan jenis binatang yang ada, dan dijelaskan mengenai sejumlah binatang yang dilindungi serta terus dilestarikan keberadaannya.

5) Setibanya didataran selanjutnya wisatawan akan diajak menaiki tangga sejauh kurang lebih 450 meter sembari menikmati pemandangan tebing dan menikmati minuman tradisional berupa Tuak.

6) Selanjutnya wisatawan akan diajak untuk menikmati Air Terjun Kutuh yang memiliki pemandangan yang masih alami dan sangat indah. Wisatawan juga dapat melakukan aktivitas mandi di air terjun tersebut.

7) Sebagai penutup wisatawan akan dimanjakan dengan hidangan berupa jajanan tradisional masyarakat Desa Subaya dan buah-buahan hasil pertanian, yang telah disiapkan sebelumnya.


(5)

Nantinya Paket wisata Jungle Tracking di Desa Subaya akan dijual setiap minggu, pada bulan oktober - april tepatnya pada musim kemarau. Hal ini dikarenakan demi kelancaran kegiatan junggle tracking yang akan dilakukan. Perlu diingat bahwa Desa Subaya terletak pada dataran tinggi yang memiliki curah hujan cukup tinggi maka faktor cuaca pada kegiatan berlangsung mutlak harus diperhitungkan. Jumlah peserta yang bisa mengikuti paket wisata inipun harus dibatasi tidak lebh dari 10 orang per grup, agar tidak mengganggu kehidupan flora dan fauna hutan yang sifatnya masih liar.

Peta Lokasi Serta Gambaran Paket Wisata Junggle Tracking di Desa Subaya Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Potensi wisata yang ada di Desa Subaya dijabarkan menjadi sejumlah aspek, yaitu :

1). potensi sosial budaya yang dibagi menjadi potensi sosial budaya berwujud (Tangible) yang terdiri dari Pura Ratu Pungit, Pura Bale Agung, Arca, areal pekuburan, dan kesenian tradisional (seni musik dan seni tari). Sedangkan potensi sosial budaya tidak berwujud (Intangible) terdiri dari sejarah, tradisi setempat, aktifitas mata pencaharian, dan hubungan sosial budaya masyarakat. 2). potensi ekologis dibagi menjadi potensi keragaman flora dan fauna, potensi alamiah (areal


(6)

perhutanan, Air Terjun Kutuh, dan Bukit Mendha), dan potensi hidrologi (Mata Air Yeh Mengadeg, Mata Air Yeh Poh dan Mata Air Pukaya).

2. Setelah mengetahui potensi wisata yang terdapat di Desa Subaya, kemudian disusun jenis paket wisata yang akan dikembangkan, yakni Jungle Tracking Experience (Full day package) dengan rincian kegiatan, antara lain: 1). Start awal disebelah barat Desa Subaya, lalu berjalan melintasi perkebunan warga sambil melihat pemandangan sungai, tebing, dan perkebunan warga. 2). Selanjutnya, wisatawan beristirahat sejenak sambil menikmati segarnya mata air Air Yeh Poh 3). Setelah itu perjalanan akan dilanjutkan dengan menaiki perahu karet untuk mengarungi Sungai Samuh yang memiliki arus yang tenang menuju hutan desa. 4). Selanjutnya wisatawan akan diajak untuk melintasi hutan sembari melihat keragaman flora dan fauna. 5). Setibanya didataran selanjutnya wisatawan akan diajak menaiki tangga sejauh kurang lebih 450 meter sembari menikmati pemandangan tebing dan menikmati minuman tradisional berupa Tuak..6). Selanjutnya wisatawan akan diajak untuk menikmati indahnya Air Terjun Kutuh. 7). Sebagai penutup wisatawan akan dimanjakan dengan hidangan berupa jajanan tradisional masyarakat Desa Subaya dan buah-buahan hasil pertanian, yang telah disiapkan sebelumnya.

Saran

1. Kurangnya sarana dan prasarana transportasi terutama yang melayani lingkup luar dan dalam wilayah, dibutuhkan perhatian dari pemerintah dalam upaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan bidang sarana dan prasarana infrastruktur jalur transportasi.

2. Penyediaan tenaga kerja merupakan hal yang menjadi kendala mengingat masih rendahnya kualitas sumber daya manusia di Desa Subaya. Dalam hal ini pemerintah perlu mengupayakan pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat yang terkait dengan kegiatan pariwisata, misalnya penguasaan komunikasi dan keterampilan para pelaku wisata untuk dapat melayani wisatawan dengan lebih baik. 3. Perlunya pemberdayaan masyarakat lokal, sebagai aspek penting dalam

pengembangan wisata di Desa Subaya. Hal tersebut bertujuan untuk dapat meningkatkan kapasitas masyarakat lokal Desa Subaya agar dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan pariwisata di daerahnya.

DAFTAR PUSTAKA

……….2010. Kantor Perbekel Desa Subaya. Monografi Desa Subaya. Bangli.

……….2010. Kantor Perbekel Desa Subaya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Subaya. Bangli.

Muljadi, A. J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Palguna, A. A. 2001. Dinamika Masyarakat Desa Menuju Civil Society (Studi Kasus

Pengelolaan Objek Wisata Alas Kedaton di Desa Marga Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan). Sebuah Tesis. Denpasar : Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Wray, Meredith et. al. 2010. Sustainable Regional Tourism Destinations: Best Practice For Management, Development and Marketing. Gold Coast, Queensland: CRC for Sustainable Tourism Pty Ltd.