dalam pengembangan beberapa desa wisata. Sebagai daya tarik wisata memang kehidupan tradisional eksistensinya perlu dijaga dan dilestarikan. Namun disisi
lain, perkembangan jaman akan dapat mempengaruhi nilai ketradisionalan.
2.2.4 Konsep Wisata Situs Purbakala
Heritage Tourism
Sebagaian besar situs dan tinggalan arkeologi yang menjadi objek dan daya tarik wisata di Bali kini berada di dalam area pura. Tinggalan arkeologi
tersebut dapat dikatakan sebagai living monument sehingga pemeliharaan dan pelestariannya dilakukan secara rutin dan berkesinambungan oleh masyarakat
setempat atau pengemong pura bersangkutan Ardika, 2007:39-40. Atraksi utama dalam wisata heritage adalah konteks setting kesejarahan
dan kearifan lokal. Heritage bisa bersifat kongkrit tangible heritage seperti: pemandangan alam, tempat-tempat tinggalan arkeologi, pengetahuan dan
pengalaman hidup sampai sekarang. Heritage juga bersifat abstrak intangible heritage
, seperti cerita rakyat folklores, bahasa, tradisi, nilai-nilai yang diwarisi oleh suatu kelompok masyarakat Isdaryono, 2013:67-68
Pasal 4, ayat 2 dalam Kode Etik Pariwisata Dunia antara lain menyebutkan bahwa kegiatan dan kebijakan pariwisata wajib diarahkan dalam rangka
penghormatan terhadap warisan kekayaan seni, arkeologi dan budaya, yang harus dilindungi dan diserahkan kepada genersi penerus. Dalam pasal 5, ayat 1, kode
etik tersebut dinyatakan pula bahwa penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan ekonomis, sosial dan budaya yang mereka usakan.
Penelitian ini terkait dengan wisata situs purbakala dimana wisatawan baik domestik dan mancanegara dapat mengetahui peninggalan arkeologi di Desa
Wisata Bedulu dan Desa Buruan yang dikemas dalam kegiatan atraksi wisata tracking dari Objek Wisata Goa Gajah hingga Pura Bukit Dharma Durga Kutri
dengan nama kegiatan ancient track one dengan memiliki 12 potensi wisata situs purbakala.
2.2.5 Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat
Community Based Tourism
Konsep CBT Community Based Tourism berkaitan erat dengan sustainable tourism development pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Keduanya memberikan pengutamaan pada manfaat pembangunan bagi masyarakat, khususnya manfaat ekonomi, sosial budaya dan lingkungan Richards
dan Hall, 2000:1. Istilah CBT Community Based Tourism pertama kali muncul tahun 1990-
an, bersamaan dengan konsep pro-poor tourism pariwisata pro-orang miskin, rural tourism
pariwisata perdesaan, dan istilah lainnya yang dimaksudkan untuk membantu pembangunan masyarakat tertinggal secara ekonomi Moscrado,
2008:39 Prinsip dasar CBT Community Based Tourism adalah membuka ruang
dan peluang yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan pengelolaan daya tarik di daerahnya sehingga mereka
ikut mendapatkan share serta menjaga sumber daya pariwisatanya. Mitchell dan Ashley, 2010:54 menyatakan bahwa tujuan utama CBT Community Based
Tourism adalah melibatkan komunitas untuk
“fully owning and operating tourism facilities”
dimana pengelolaannya fasilitas dimiliki langsung oleh masyarakat setempat.
Melihat prinsip dasar tersebut maka dapat disimpulkan jika masyarakat setempat menikmati keuntungan benefit atau insentif ekonomi dari pengelolaan
usaha wisata di daerahnya, mereka akan memiliki tanggung jawab moral untuk melestarikan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang menjadi bagian
utama dari daya tarik wisata tersebut. Terkait dengan definisi CBT Community Based Tourism maka dalam
penelitian ini diharapkan pelibatan masyarakat yang berada di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan potensi
ancient track one , sehingga memperoleh tujuan serta harapan dimana segala
pengelolaan dan potensi yang ada dapat rasakan langsung oleh masyarakat di desa tersebut.
2.3 Landasan Teori