EVALUASI PENGEMBANGAN POTENSI ANCIENT TRACK ONE DENGAN MODEL CIPP DI DESA WISATA BEDULU DAN DESA BURUAN KABUPATEN GIANYAR.

(1)

TESIS

EVALUASI PENGEMBANGAN POTENSI ANCIENT

TRACK ONE DENGAN MODEL CIPP DI DESA

WISATA BEDULU DAN DESA BURUAN

KABUPATEN GIANYAR

I GEDE ANOM SASTRAWAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

TESIS

EVALUASI PENGEMBANGAN POTENSI ANCIENT

TRACK ONE DENGAN MODEL CIPP DI DESA

WISATA BEDULU DAN DESA BURUAN

KABUPATEN GIANYAR

I GEDE ANOM SASTRAWAN NIM 1491061007

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

iii

EVALUASI PENGEMBANGAN POTENSI ANCIENT TRACK

ONE DENGAN MODEL CIPP DI DESA WISATA BEDULU

DAN DESA BURUAN KABUPATEN GIANYAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana

I GEDE ANOM SASTRAWAN NIM 1491061007

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(4)

iv

Lembar Pengesahan

PENELITIAN TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 14 JULI 2016

Mengetahui Pembimbing I,

Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP. NIP 195705061984031001

Pembimbing II,

Dr. I Nyoman Sukma Arida, M.Si. NIP 197507102005011003

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K). NIP 195902151985102001

Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. NIP 196112051986031004


(5)

v

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 14 Juli 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: Tanggal

Ketua : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP. Anggota :

1. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M. A. 2. Dr. I Nyoman Sukma Arida, M.Si. 3. Dr. Drs. Nyoman Sunarta, M.Si. 4. Dr. I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par.


(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya dan kurnia-Nya, Tesis ini dapat diselesaikan dengan judul “Evaluasi Pengembangan Potensi Ancient Track One dengan Model CIPP di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan Kabupaten Gianyar.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP., pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah mernberikan dorongan, semangat, himbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana kajian pariwisata, khususnya dalam penyelesaian Tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. I Nyoman Sukma Arida, M.Si., Pembirnbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan birnbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K)., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk rnenjadi mahasiswa Program Pascasarjana pada Program Kajian Pariwisata Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana atas bimbingan dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada Drs. I Made Sendra, M.Si atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada I Gst. Agung Oka Mahagangga, S.Sos.,M.Si. dan Ida Bagus Suryawan, ST.,M.Si., Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Destinasi Pariwisata Fakultas


(7)

vii

Pariwisata. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji Tesis, yaitu Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA., Dr. Drs Nyoman Sunarta, M.Si., Dr. I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Keluarga tercinta Drs. I Wayan Sumerthareadi, Ir. Nyoman Marni, dan Ni Made Putri Handayani, S.Pi., serta kekasih tercinta Ni Putu Anik Prabawati, S.IP., M.A.P., terima kasih atas dukungan serta nasehat, dorongan semangat maupun bantuan baik secara moral dan material serta tidak lupa doa restu selama ini kalian berikan. Seluruh Mahasiswa Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Angkatan 2014 Universitas Udayana yang telah banyak membantu dan memberi dukungan, serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan Tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis ini.


(8)

viii ABSTRAK

EVALUASI PENGEMBANGAN POTENSI ANCIENT TRACK ONE DENGAN MODEL CIPP DI DESA WISATA BEDULU DAN DESA

BURUAN KABUPATEN GIANYAR

Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan merupakan sebuah kawasan daya tarik wisata yang cukup diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Gianyar. Ide kreatif dengan menjadikan dan mengembangkan Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dengan potensi daya tarik wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang menyukai kegiatan alam dan situs budaya adalah mengembangkan daya tarik wisata alternatif berupa kegiatan tracking.

Penelitian bertujuan mengevaluasi kegiatan dalam rangka pembenahan kualitas daya tarik wisata tracking dan mengkaji kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengembanganAncient Track Onedi Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan di Kabupaten Gianyar. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep evaluasi, konsep potensi wisata dan daya tarik wisata serta konsep desa wisata, konsep desa wisata, konsep pariwisata alternatif, konsep wisata purbakala dan konsep pariwisata berbasis masyarakat. Teori yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini yaitu teori evaluasi, teori pembangunan pariwisata berkelanjutan dan teori pengembangan destinasi pariwisata yang dianalisis dengan model CIPP(Context, Input, Process, Product).

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Ancient Track One memiliki penyimpangan aspek dalam rangka pengembangan sebagai sebuah daya tarik wisata alternatif. Pada aspek input, unsur produk, pendanaan, organisasi dan sumber daya manusia tidak dalam kondisi tersedia dan tercukupi. Unsur partisipasi masyarakat relatif baik karena tingginya minat masyarakat untuk mengembangkan potensi wisata di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan. Secara umum akibat kurangnya unsur input dan proses mengakibatkan unsur produk tidak dapat menghasilkan produk yang diharapkan.

Hasil penelitian ini menyimpulkan Ancient Track One memiliki penyimpangan di aspek input, proses dan produk dalam rangka pengembangan sebagai sebuah daya tarik. Saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: dibutuhkan komitmen guna penyelenggaraan kegiatan pariwisata Ancient Track One, dengan tidak sinkronnya antara aspek konteks, input, proses dan produk pengembangan kepariwisataan di Ancient Track One, maka dari itu dibutuhkan pengelolaan input yang konsisten terutama terkait dengan unsur organisasi. Sebagai sebuah daya tarik wisata berbasis peninggalan sejarah dan arkeologi, perlu ditetapkanbrandkawasan wisata yang tepat yang dapat membedakan antara kawasan ini dengan kawasan yang lain


(9)

ix ABSTRACT

EVALUATION THE POTENTIAL DEVELOPMENTANCIENT TRACK

ONEAS ALTERNATIVE TOURIST ATTRACTIONS AT TOURISM

VILLAGES BEDULU AND BURUAN IN THE REGENCY OF GIANYAR Tourism Villages of Bedulu and Buruan are regional tourist attraction preferred by tourists who visit the Gianyar Regency. Creative ideas to make and develop those Tourism Villages of Bedulu and Buruan with their potential tourist attraction that can be enjoyed by tourists who love the outdoors and cultural site is by developing an alternative form of tourist attraction of tracking activities.

The study aims to evaluate the activities in the framework of the improvement of quality of tourist attraction tracking and assessing the constraints faced in the implementation of development of Ancient Track One at the Tourism Villages of Bedulu and Buruan in Gianyar. The concepts used in this study were the evaluation concept, the concept of tourism potential and attractions as well as the concept of rural tourism, village tourism concept, the concept of alternative tourism, archaeological tourism concept and the concept of community-based tourism. The theories used to analyze this study were the evaluation theory, the theory of sustainable tourism development and tourism destination development theory which were then analyzed with models of CIPP (Context, Input, Process, Product).

Ancient Track One has irregularities aspects in order to develop as a tourist attraction alternative. In the aspect of input, the element of the product, financing, organization and human resources were not available and inadequate condition. The element of community participation was relatively good because of the high public interest to develop the tourism potential at the Tourism Villages of Bedulu and Buruan. In general, due to the lack of input elements and process elements have resulted in product could not generate the expected product. In relation to the constraints in the development of Ancient Track One, it has not been established as a legal organization as a business of a tourist attraction, product management of attraction was not made, the lack of coordination between the villages of the existence of the potential of tourism and stressing the element of authenticity to differentiate similar tourism products in the Gianyar Regency.

Ancient Track Onehas irregularities in the aspect of input, processes and products in order to develop as a tourist attraction alternative. Suggestions that can be given in this study, namely: commitment is required for the implementation of tourism activities of Ancient Track One, with no synchronization between the aspects of context, input, process and product development of tourism in Ancient Track One, therefore the consistent input management is needed primarily those associated with the element of organization. As a tourist attraction that based on historical and archaeological heritage, the tourist areas need to be given the right brand so that it can be distinguished between these regions with other regions.


(10)

x

RINGKASAN

Ide kreatif dengan menjadikan dan mengembangkan Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dengan potensi daya tarik wisata. Salah satu kegiatan wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang menyukai kegiatan alam dan situs budaya di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan adalah mengembangkan daya tarik wisata Tracking. Kegiatan ini merupakan pilihan yang tepat bagi wisatawan yang ingin berolah raga sekaligus berwisata melihat potensi alam dan budaya.

Evaluasi tersebut dilakukan dalam rangka pembenahan kualitas daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Gianyar pada khususnya, dan Bali pada umumnya. Mengacu pada rumusan masalah berikut, Apa potensi yang dimilikiAncient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan? dan Bagaimanakah pelaksanaan pengembangan Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai daya tarik wisata alternatif di Kabupaten Gianyar dilihat dari aspek konteks, input, proses dan produk?

Penelitian ini mengaplikasikan konsep potensi wisata dan daya tarik wisata, desa wisata, daya tarik wisata alternatif, wisata situs budaya (heritage tourism),dan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism)dengan menguji teori Evaluasi, Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dan Pengembangan Destinasi Pariwisata dalam menganalisis pengembangan potensi Ancient Track Onedi Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan.

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Pertama, wisata Ancient Track


(11)

xi

Onedi Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan mempuyai apa yang disebut dengan something to see yaitu Ancient Track One memiliki 12 (dua belas) daya tarik khusus yang bisa dilihat oleh wisatawan seperti Goa Gajah, Pura Petapan Budha, Pura Dedari, Pura Jaksan, Pura Alit, Pura Pengastulan, Pura Jero Agung, Sarcophogus Site, Relief Yeh Pulu, Ganesha Statuedi Subak Telaga, Pura Subak Kedangan dan Pura Bukit Dharma Durga Kutri.

Kegiatan wisata Ancient Track One ini mempunyai apa yang disebut dengan something to do yaitu adanya fasilitas, jalur kegiatan tracking, akomodasi villa dedari dan body massage. Ketiga, Ancient Track One memiliki apa yang dimaksud dengan something to buy yaitu souvenir yang dapat dibelu oleh wisatawan sebagai kenang-kenangan di daerah tujuan wisata ini. Souvenir ini dapat dibeli pada objek wisata goa gajah dan pemukiman warga di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan yang dilalui oleh kegiatan tracking ini.

Wisata Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan menjelaskan apa yang dimaksud something to share ini berdampak kepada informasi serta pengalaman yang mereka dapatkan sehingga hal tersebut dapat diinformasikan yang tentu berguna bagi wisatawan lainnya baik dalam bentuk brosur yang berjudul Historical and Archaeological Guide to the Pakerisan dan Petanu Rivers,2012 dan melalui web di http://www.ubuddedarivillas.com sebagai sarana informasi online untuk menyajikan data jalur tracking yang termuat dalam lampiran 5 pada daftar pustaka penelitian ini.

Ancient Track One sebagai media pembelajaran baru atau something to learn sehingga memberikan informasi atau pengalaman terkait situs budaya arkeologi


(12)

xii

khususnya di kawasan DAS (Dasar Aliran Sungai) Petanu yang berada di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan kepada wisatawan macanegara maupun domestik.

Kedua, Aspek dan Parameter Penilaian Evaluasi Pengembangan dengan Model CIPP (Context, Input, Process, Product) dan teknik analisis deskriptif kualitatif. Secara umum dalam Aspek Context penataan berbasis komunitas ini terdiri atas lima target pengelolaan yaitu :

Aspek Ekonomi dengan cara meningkatkan level ekonomi secara keseluruhan, Penciptaan lapangan pekerjaan. Aspek Sosial: Meningkatkan kualitas kehidupan sosial, Meningkatkan rasa memiliki dimasyarakat, Memperkuat partisipasi dari organisasi kemasyarakatan. Aspek Budaya: Promosi, toleransi dan saling menghargai terhadap wujud budaya yang berbeda, Penguatan budaya lokal. Aspek Lingkungan: Kapasitas lingkungan lokal, Manajemen dan penanganan zat-zat buangan dan Aspek Politik: Partisipasi masyarakat lokal, Kekuatan masyarakat lokal,

Pada Aspek Input, unsur produk, sistem informasi, pendanaan, organisasi dan sumber daya manusia tidak dalam kondisi tersedia dan tercukupi. Sebagai bagian dari aspek pengelolaan, unsur produk telah tersedia dengan ditetapkannya dua alternatif jalur wisata. Jika dilihat dari Aspek Process dalam pengembangan kepariwisataan di daerah ini belum dimanfaatkan secara baik dan tepat guna. Maka dari itu Aspek Productdalam kegiatan Ancient Track One masih memiliki kendala dimana minimnya jumlah kunjungan ke daya tarik ini


(13)

xiii

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini agar keseluruhan aspek secara umum direncanakan dengan matang dan terkait dengan pelaksanaan yang telah dilakukan memerlukan komitmen yang baik guna penyelenggaraan kegiatan wisata Ancient Track One ini menjadi sebuah wisata alternatif terutama terkait dengan penetapan hak, kewajiban dan kewenangan, pengelolaan input yang konsisten terutama terkait dengan unsur organisasi dan unsur sumber daya manusia sehingga kegiatan pariwisata dalam dikelola dengan baik dan sesuai dengan tujuan serta harapan mensejahterakan masyarakat di Desa Wisata Bedulu dan Buruan yang sesuai dengan konsep pariwisata berkelanjutan (community based tourism). Sebagai sebuah daya tarik wisata berbasis peninggalan sejarah dan arkeologi, perlu ditetapkan brand kawasan wisata yang tepat yang dapat membedakan antara kawasan ini dengan kawasan lainnya dan penelitian lanjutan terkait dengan pengembangan kegiatan tracking sebagai wisata alternatif di Kabupaten Gianyar.

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii


(14)

xiv

RINGKASAN... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR SINGKATAN... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.1.1. Tujuan Umum... 6

1.1.2. Tujuan Khusus... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.4.1. Manfaat Akademis ... 7

1.4.2. Manfaat Praktis... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.2 Konsep ... 21

2.2.1 Konsep Potensi dan Daya Tarik Wisata ... 21

2.2.2 Konsep Pariwisata Alternatif... 26

2.2.3 Konsep Desa Wisata... 28

2.2.4 Konsep Wisata Purbakala(Heritage Tourism)... 30

2.2.5 Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)... 31

2.3 Landasan Teori ... 32

2.2.1 Teori Evaluasi... 32

2.2.2 Teori Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan... 39

2.2.3 Teori Pengembangan Destinasi Pariwisata ... 41


(15)

xv BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... 49

3.2 Lokasi Penelitian ... 50

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 52

3.3.1 Jenis Data ... 52

3.3.2 Sumber Data ... 53

3.4 Instrument Penelitian... 54

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.5.1 Observasi ... 55

3.5.2 Wawancara mendalam... 55

3.5.3 Dokumentasi... 56

3.5.4 Studi Pustaka ... 57

3.6 Identifikasi Variabel ... 57

3.7 Teknik Analisis Data ... 58

3.7.1 Analisis Model Evaluasi CIPP ... 58

3.7.2 Analisis Deskriptif Kualitatif ... 59

3.8 Sistematika Pembahasan... 60

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Desa Wisata Bedulu ... 62

4.2 Sejarah Desa Buruan ... 64

4.3 Letak, Luas dan Kondisi Geografis ... 66

4.3.1 Letak, Luas dan Kondisi Geografis Desa Wisata Bedulu... 66

4.3.2 Letak, Luas dan Kondisi Geografis Desa Buruan... 65

4.3.3 Keadaan Demografi Desa Wisata Bedulu... 71

4.3.4 Keadaan Demografi Desa Buruan... 73

BAB V PENGEMBANGAN POTENSI WISATAANCIENT TRACK ONEDENGAN MODEL CIPP (CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT) 5.1 Potensi Fisik WisataAncient Track One... 75


(16)

xvi

5.2 Potensi Fisik Buatan WisataAncient Track One... 84

5.2.1 Akomodasi Pariwisata... 84

5.3 Potensi Non Fisik WisataAncient Track One... 89

5.3.1 Kesenian dan Kebudayaan ... 86

5.4 Analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) AncientTrack One... 93

5.5 AspekContext PengembanganAncient Track One... 93

5.5.1 Aspek Ekonomi... 93

5.5.2 Aspek Sosial... 100

5.5.3 Aspek Budaya ... 103

5.5.4 Aspek Lingkungan ... 105

5.5.5 Aspek Politik... 108

5.6 AspekInputPengembanganAncient Track One... 110

5.6.1 Unsur Potensi Daya Tarik ... 110

5.6.2 Unsur Informasi ... 111

5.6.3 Unsur Sumber Daya Manusia ... 112

5.6.4 Unsur Pendanaan... 112

5.6.5 Unsur Organisasi... 113

5.7 AspekProcessPengembanganAncient Track One... 114

5.7.1 Perencanaan ... 114

5.7.2 Pengorganisasian... 115

5.7.3 Pelaksanaan... 116

5.7.4 Pengawasan... 116

5.8 AspekProductPengembanganAncient Track One... 117

5.8.1 Pelayanan Wisata ... 117

5.8.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan... 119

5.8.3 Partisipasi Masyarakat ... 119

5.8.4Multiflier Effect... 121

BAB VI KENDALA PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ANCIENT TRACK ONE 6.1 Legalitas Organisasi ... 123


(17)

xvii

6.2 Pengelolaan Produk Daya Tarik ... 124

6.3 Koordinasi Antar Desa ... 126

6.4 Autentisitas Daya Tarik ... 127

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan... 129

7.2 Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA... 132

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 137

Lampiran 1... 138

Lampiran 2... 139

Lampiran 3... 140

Lampiran 4... 142

Lampiran 5... 143

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Aspek dan Parameter Penilaian Evaluasi Pengembangan dengan Model CIPP(Context, Input, Process, and Product)... 58

Tabel 4.1 Luas Wilayah Desa Wisata Bedulu ... 68

Tabel 4.2 Luas Wilayah Desa Buruan ... 70 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di


(18)

xviii

Desa Wisata Bedulu ... 72

Tabel 4.4 Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Wisata Bedulu ... 73

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Buruan... 74

Tabel 4.6 Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Buruan... 74

Tabel 5.1 Analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) Ancient Track One... 93

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Riset Evaluasi ... 33

Gambar 2.2 Model Ilustrasi parametersustainable development... 40

Gambar 2.3 Strategi Keseuaian Destinasi dengan Lingkup Makro ... 43

Gambar 2.4 Model Penelitian... 48

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian... 51


(19)

xix

Gambar 5.1 Gerbang Masuk Area Goa Gajah... 75

Gambar 5.2 Pintu Masuk Goa Gajah... 75

Gambar 5.3 Tangga Menuju Pura Pelinggih Pura Komplek Arca Budha(Budha Temple)... 77

Gambar 5.4 Pura Komplek Arca Budha (Budha Temple) ... 77

Gambar 5.5 Areal Pura Dedari ... 78

Gambar 5.6 Pelinggih Pura Dedari... 78

Gambar 5.7 Pintu Masuk Pura Jaksan ... 78

Gambar 5.8 Kumpulan Arca di Pura Jaksan ... 78

Gambar 5.9 Pelinggih Pura Alit ... 79

Gambar 5.10 Kumpulan Arca di Pura Alit ... 79

Gambar 5.11 Papan Pura Pengastulan... 79

Gambar 5.12 Gapura Pintu Masuk Pura Pengastulan... 79

Gambar 5.13 Candi Bentar Pura Jero Agung Dharma ... 80

Gambar 5.14 Pelinggih Pura Pura Jero Agung Dharma... 80

Gambar 5.15Sarcophogus Site... 81

Gambar 5.16 Situs Sarkopagus dalam Pemukiman... 81

Gambar 5.17 Papan Objek Wisata Yeh Pulu... 82

Gambar 5.18 Situs Objek Wisata Yeh Pulu ... 82

Gambar 5.19 Subak lokasi Arca Ganesha ... 82

Gambar 5.20 Situs Arca Ganesha... 82

Gambar 5.21 Cagar Budaya Pura Subak Kedangan ... 83


(20)

xx

Gambar 5.23 Pura Khayangan Jagat Bukit Dharma Durga Kutri ... 84

Gambar 5.24 ArcaDurga Mahisamardini Astabuja... 84

Gambar 5.25 Ubud Dedari Villas ... 85

Gambar 5.26 Ubud Dedari VillasType A... 85

Gambar 5.27 Fasilitas Ubud DedariSuperior Room... 85

Gambar 5.28 Ubud Dedari Villas Type B ... 86

Gambar 5.29 Fasilitas Ubud DedariDeluxe Room... 86

Gambar 5.30BedroomDedari VillasType B... 86

Gambar 5.31 FasilitasRestroomDedari VillasType B... 86

Gambar 5.32Family SuiteUbud Dedari Villas... 87

Gambar 5.33ViewTerasFamily SuiteUbud Dedari Villas... 87

DAFTAR SINGKATAN

1. CIPP : Context, Input, Process, Product. 2. KK : Kepala Keluarga.

3. SK Menpan : Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur . Negara dan Reformasi Birokrasi.


(21)

xxi 5. PNS : Pegawai Negeri Sipil.

6. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 7. SOP :Standard Operating Procedures. 8. GPS :Global Positioning System. 9. DTW : Daya Tarik Wisata.

10. UCLA :University of California Los Angeles.

11. WCED :The World Commissions for Environmental and Development.

12. BPCB : Balai Pelestarian Cagar Budaya. 13. CBT :Community Based Tourism. 14. DAS : Dasar Aliran Sungai.


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan seperti adat-istiadat yang masih kental, budaya dan kesenian, mata pencaharian maupun kehidupan masyarakat setempat serta tidak lepas dari keramah-tamahan masyarakat Bali dalam menyambut wisatawan. Keunggulan yang dimiliki dapat dimanfaatkan sebagai modal dalam mengembangkan daya tarik wisatawan serta menarik kunjungan wisatawan ke Bali. Kunjungan wisatawan ke Bali akan berdampak pada perkembangan perekonomian masyarakat Bali dan membuka peluang pekerjaan di daerahnya sendiri. Jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Bali dari tahun 2010 hingga 2014 selama 5 tahun terakhir sebanyak 15.186.892 sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 29.754.018 (Disparda Bali, 2015)

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dari tahun 2010-2013 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 jumlah wisatawan domestik mengalami penurunan sebanyak 584.076 yang disebabkan terbitnya SK Menpan Nomor 10 tahun 2014 yang melarang kegiatan Pegawai Negeri Sipil di hotel (Antara Bali.com, 2015).

Menurut undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwistaan, daya tarik wisata di bagi menjadi dua daya tarik yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna sedangkan daya tarik wisata yang diciptakan oleh hasil karya manusia dalam bentuk museum,


(23)

2

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, dan tempat hiburan. Daya tarik wisata buatan manusia merupakan perpaduan buatan manusia dan keadaan alami seperti wisata agro, wisata tracking dan wisata berburu.

Salah satu kabupaten di Bali yang memiliki nilai seni, potensi budaya serta situs purbakala yang terkenal hingga mancanegara ialah Kabupaten Gianyar. Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Bali bagian tengah. Wisatawan mancanegara dan domestik yang mengunjungi langsung daya tarik wisata di Kabupaten Gianyar selama 5 tahun terakhir 2010-2014 seperti daya tarik wisata Tirta Empul, Tampak Siring dengan jumlah kunjungan 2.062.475, daya tarik wisata Gunung Kawi, Tampak Siring sebanyak 368.366, daya tarik wisata Gunung Kawi, Sebatu sebanyak 190.690, daya tarik wisata Goa Gajah, Desa Wisata Bedulu dengan jumlah 1.172.054 dan daya tarik wisata Relief Yeh Pulu, Desa Wisata Bedulu sebanyak 31.500 (Disparda Bali, 2015).

Terlihat dari kunjungan wisatawan macanegara dan domestik terus mengalami peningkatan di lima (5) daya tarik wisata yang mewakili Kabupaten Gianyar selama lima (5) tahun dari 2010-2014 dengan total jumlah kunjungan 3.893.179 (Disparda Bali, 2015). Kabupaten Gianyar yang sudah terkenal di mancanegara terutama Desa Ubud, Desa Sukawati dan Desa Celuk ternyata masih memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan bagi sektor kepariwisataan. Jumlah daya tarik wisata sebanyak 61 buah yang tersebar di 7 kecamatan (SK. Bupati Gianyar No: 402/2008), namun dalam perkembangannya masih terlihat adanya kesenjangan dalam pengembangan pariwisata antara kecamatan Ubud


(24)

3

yang terletak di Gianyar Barat dengan Kecamatan Blahbatuh yang terletak di Gianyar Selatan.

Kecamatan Blahbatuh memiliki Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dengan potensi alam dan budaya yang sangat layak untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata alternatif. Desa Wisata Bedulu menjadi lokasi sejarah kerajaan Bali kuno yaitu Kerajaan Bedahulu dengan peninggalan-peninggalannya yang menjadi ciri khas Desa Wisata Bedulu sedangkan Desa Buruan memiliki peninggalan arca-arca yang tersimpan di kompleks Pura Bukit Dharma yang terletak di Banjar Kutri. Pelestarian terhadap budayanya masih terpelihara dengan baik hingga sekarang. Selain pemandangan yang sangat indah dan menarik, adat istiadat dan budaya masih dilaksanakan dan ditaati sampai sekarang.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 menetapkan Kawasan Relief Yeh Pulu, Goa Gajah yang terletak di Desa Wisata Bedulu dan Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Desa Buruan sebagai salah satu sebaran daerah tujuan wisata dengan potensinya daerah konservasi budaya dan Culture Heritage. Dalam meningkatkan kunjungan dan mengurangi kejenuhan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Gianyar (terutama ke daya tarik yang sudah terkenal), maka dibuka pangsa pasar yang belum tergarap sejalan dengan konsep alternatif tourism. Ide kreatif dengan menjadikan dan mengembangkan Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dengan potensi daya tarik wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang menyukai kegiatan alam dan situs budaya adalah mengembangkan daya tarik wisata tracking.WisataTracking adalah salah


(25)

4

satu wisata petualangan yang akan mengajak wisatawan lebih dekat dengan alam maupun situs budaya yang terdapat di daerah tertentu. Kegiatan ini merupakan pilihan yang tepat bagi wisatawan yang ingin berolahraga sekaligus berwisata melihat potensi alam dan budaya. Menikmati keindahan alam dengan menelusuri hutan dan alam pedesaan dengan sawahnya yang hijau di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan.

Sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Gianyar, Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan memiliki berbagai potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung kesana. Potensi tersebut terbagi menjadi dua yaitu potensi budaya dan potensi alamiah (Agustina, 2012). Potensi budaya meliputi situs purbakala, pementasan seni dan aktivitas budaya lainnya seperti kegiatan bercocok tanam. Potensi alamiah meliputi bentangan alam dan lahan pertanian yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti artshop, dan jalur tracking.

Tentu jika kondisi ini mampu dikelola dengan baik, maka Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan ini akan menjadi salah satu daya tarik wisata alternatif yang cukup diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Gianyar. Namun saat ini dalam perkembangannya, Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan belum sepenuhnya mampu menjadi daya tarik wisata andalan dan kebanyakan dari masyarakat yang mengelola desa wisata masih kurang. Hal ini bisa dilihat dari kondisi fisik yang ada di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan. Minimnya perawatan dan pemeliharaan menyebabkan kerusakan terhadap fasilitas pendukung wisata di antaranya akses jalur tracking, terbengkalainya beberapa


(26)

5

bangunan artshop milik warga masyarakat Desa Wisata Bedulu dan tidak termanfaatkan serta kurangnya pemeliharaan lingkungan di sekitar kawasan Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan.

Dari apa yang telah diuraikan, maka penting untuk dievaluasi sejauhmana pelaksanaan pengembangan jalurAncient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu daya tarik wisata alternatif di Kabupaten Gianyar. Evaluasi tersebut dilakukan dalam rangka pembenahan kualitas daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Gianyar pada khususnya, dan Bali pada umumnya. Pembenahan yang dilakukan meliputi peningkatan kualitas dan jenis atraksi wisatatracking, pembenahan dan pemeliharaan aksesibilitas, pembenahan sarana dan prasarana penunjang serta membangun masyarakat sadar wisata. Melalui pembenahan ini diharapkan mampu mewujudkan harapan Pemerintah Provinsi Bali untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata mencapai 20 juta orang pada tahun 2029 (Kompas.com)

Daya tarik wisata yang mulai surut keberadaannya ataupun menurun kualitasnya perlu dihidupkannya kembali dengan mengupayakan pengembangan yang tetap mengedepankan konsep pariwisata berbasis masyarakat dan tidak merusak lingkungan melalui evaluasi. Evaluasi dimaksud adalah menilai ulang apakah pelaksanaannya pengembanganAncient Track Onedi Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sudah berjalan dengan baik atau buruk, dan menganalisis potensi-potensi yang dimiliki oleh daya tarik wisata Ancient Track di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan, Kabupaten Gianyar.


(27)

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa potensi yang dimiliki olehAncient Track Onedi Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Gianyar?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pengembangan Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Gianyar dilihat dari Model CIPP (Context, Input, Process, Product)? 1.3 Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pengembanganAncient Track OneDesa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu daya tarik wisata alternatif di Kabupaten Gianyar.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menganalisis potensi-potensi yang dimiliki dalam rangka pengembangan Ancient Track One Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Gianyar.

b. Mengevaluasi pelaksanaan pengembangan potensi wisata Ancient Track One yang terdapat di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dalam mengembangkan daya tarik wisata di Kabupaten Gianyar yang dilihat dari aspekContext, Input, Process, Product.


(28)

7

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat berupa manfaat akademis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Akademis

Secara akademis bagi mahasiswa penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu perencanaan pariwisata, serta bermanfaat untuk mengaplikasikan teori dan konsep, mengidentifikasi, menggambarkan, menganalisis serta mengevaluasi suatu daya tarik wisata.Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan pengembangan daya tarik wisata dan sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, khususnya instansi terkait sebagai upaya untuk menyusun rencana strategis dalam mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten Gianyar, khususnya di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pariwisata alternatif dan bagi Pengelola atau Aparatur Desa Wisata Bedulu maupun Desa Buruan, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dalam pengelolaan dan pengembangan Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan kedepannya.


(29)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

Penelitian tetang Evaluasi Pengembangan Potensi Wisata Ancient Track One dengan Model CIPP di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan, Kabupaten Gianyar sudah pernah diadakan sebelumnya, yang berjudul Evaluasi Pengembangan Desa Budaya Kertalangu Denpasar Sebagai Daya Tarik Wisata oleh Panca (2016). Hasil penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternative di Kota Denpasar. Secara khusus, penelitian ini disusun untuk menjawab beberapa permasalahan pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar dilihat dari aspek konteks, input, proses dan produk; kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu; dan dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada masyarakat dari pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar.

Terkait dengan penelitian ini menggunakan tiga teori yang dipakai dalam pengkajiannya yakni teori evaluasi, teori pembangunan pariwisata berkelanjutan, dan teori pengembangan destinasi pariwisata dengan model analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) dengan pendekatan kualitatif yang didukung juga oleh pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif yang didapat dari penyebaran kuesioner, diukur dengan menggunakan skala Guttman. Perhitungan hasil kuesioner dilakukan dengan persentase menggunakan tipe jawaban “Ya” dan


(30)

9

“Tidak”. Total jawaban “Ya” dibagi jumlah responden dikalikan 100%. Jumlah jawaban memberikan Gambaran tanggapan responden terhadap kondisi masyarakat Desa Kesiman Kertalangu sebagai akibat pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu.

Penelitian dilakukan di Desa Kesiman Kertalangu pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2015. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) di Desa Kesiman Kertalangu yang berjumlah 2.767 KK (Profil Desa Kesiman Kertalangu tahun 2014). Jumlah total responden adalah 97 orang yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Penentuan responden berdasarkan teknik disproportional stratified random sampling dan penentuan informan dilakukan dengan teknikpurposive sampling.

Pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar ditinjau dari aspek konteks, input, proses dan produk dianalisis menggunakan analisis model evaluasi CIPP. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk membahas kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu melalui focus group discussion. Analisis ini juga digunakan untuk membahas dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada masyarakat sebagai akibat pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu yang diperoleh dari hasil persebaran kuesioner.

Hasil dari penelitian iniPertama, pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar ditinjau dari aspek konteks menunjukkan bahwa pengembangan Desa Budaya Kertalangu


(31)

10

bertujuan untuk melestarikan lingkungan dengan memasukkan konsep ekonomi melalui kegiatan wisata. Ditinjau dari aspek input tampak bahwa ketersediaan personil masih minim terutama ketersediaan tenaga tari dan tabuh. Ditinjau dari aspek proses, tampak bahwa masih banyak program-program yang belum terlaksana, salah satunya yaitu wisata air dan bahkan terhenti seperti program spa relaksasi. Hanya 16 program yang terlaksana dari 45 item program. Ditinjau dari aspek produk diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat masih rendah dan pengelolaan potensi wisata masih perlu dikembangkan, meskipun tingkat kunjungan wisatawan dapat dikatakan cukup banyak. Secara keseluruhan, Desa Budaya Kertalangu sudah layak disebut sebagai daya tarik wisata karena kawasan tersebut mempunyai apa yang disebut something to see, something to do dan something to buy. Hanya saja masih ada fasilitas yang keberadaannya kurang mendapat perhatian, salah satunya toilet. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar belum berjalan dengan optimal.

Kedua, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar yaitu manajemen pengelolaan yang belum optimal terutama dalam hal promosi dan pengelolaan kebersihan kawasan; terbatasnya anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan potensi wisata; dan koordinasi antar pihak pengelola dan antara pihak pengelola dengan pihak Desa Kesiman Kertalangu belum berjalan dengan baik.


(32)

11

Ketiga, dampak pelaksanaan program pengembangan Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata alternatif di Kota Denpasar ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Dari 12 indikator, 8 indikator menyatakan berpengaruh positif terhadap kehidupan masyarakat Desa Kesiman Kertalangu dan 4 indikator lainnya masih belum optimal. Atas kondisi ini, pengembangan Desa Budaya Kertalangu sudah menerapkan prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan namun perlu dioptimalkan lagi.

Penelitian ini memiliki kesamaan dalam model analisis dan pendekatan yang digunakan, namun terkait lokasi penelitian memiliki perbedaan yakni penelitian sebelumnya berlokasi di Desa Budaya Kertalangu, Kota Denpasar sedangkan penelitian yang dilakukan ini terkait pengembangan potensi ancient track oneberada di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan Kabupaten Gianyar

Penelitian terhadap Desa Wisata Bedulu pernah dilakukan oleh Mananda (2012) ini memfokuskan pada Analisis Kelayakan Desa Bedulu sebagai Desa Wisata di Kabupaten Gianyar (Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran). Mananda (2012) menyatakan bahwa Desa Bedulu layak sebagai desa wisata di Kabupaten Gianyar. Hal ini karena pengembangan Desa Bedulu layak dikembangkan karena memiliki potensi pasar dengan jumlah kunjungan wisatawan untuk tahun 2012 sebesar 544 orang per tahun, tahun 2013 (589 orang), tahun 2014 (650 orang), tahun 2015 (736 orang) dan tahun 2016 (859 orang) terutama dengan adanya kerjasama dengan Golden Kriss Tour and Travel dan Talisman Tour & Travel yang turut memberikan kontribusi untuk mengirim wisatawan menginap dan menikmatitouryang ditawarkan oleh Desa Wisata Bedulu.


(33)

12

Dari hasil penelitian, bahwa analisis pesaing yang digunakan dalam parameter penelitian ini t diketahui bahwa harga dan manajemen dari Desa Wisata Bedulu lebih murah dibanding ketiga pesaing yakni Desa Wisata Mas, Desa Bona dan Desa Kendran. Strategi-strategi yang diperoleh antara lain: Strategi penetapan lokasi atau outlet dilakukan untuk mengenalkan produk Desa Wisata Bedulu kepada calon wisatawan, Strategi harga yang digunakan oleh Desa Wisata Bedulu adalah metodecost plus pricingdengan menetapkan margin yang diinginkan oleh Desa Wisata dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaing, Product growth strategiesdimana Desa Wisata Bedulu memiliki beberapa produk jasa yang berkualitas lebih baik atau berbeda dengan produk lain, dengan tujuan agar memiliki kesempatan untuk meningkatkan pangsa pasar dengan menarik pelanggan yang berbeda, melakukan offensive strategy merupakan strategi yang lebih menitik beratkan pada usaha perubahan untuk mencapai tingkat yang lebih baik, melakukan training dibidangnya masing-masing di mana Desa Wisata Bedulu selalu melakukan pelatihan terhadap karyawan untuk memberikan standar pelayanan yang berkualitas dengan cepat dengan harga yang murah dan merancang proses kerja yang efisien dan efektif yang mengacu pada SOP (standard operating procedures).

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian Mananda (2012) terletak pada objek yang diteliti yaitu lokasi penelitian serta potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dalam menunjang kegiatan pariwisata di Kabupaten Gianyar. Penelitian Mananda (2012) fokus penelitiannya terletak pada analisis kelayakan Desa Bedulu sebagai Desa Wisata, sedangkan penelitian ini


(34)

13

berfokus pada evaluasi pengembangan potensi wisata Ancient Track One Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu wisata alternatif di Kabupaten Gianyar.

Penelitian yang terkait dengan pengembangan tracking juga dilakukan oleh Robert dan Eryurt (2013) dalam jurnal internasional Annual Digital Journal On Research in Convervation And Cultural Heritageyang berjudul “Culture Routes in Turkey”. Dalam penelitiannya Robert dan Eryurt (2013) pengembangan pariwisata di Negara Turkey memberikan kesempatan dalam pengembangan wisata di Pegunungan KaÇkar atau Pontic Range dan situs arkeologi di GÖbekli Tape.

Kunjungan wisatawan ke negara Turki pada tahun 2012 menempati urutan ke 6 dalam jumlah kunjungan wisatawan internasional dari seluruh dunia dengan jumlah total sebanyak 35,7 juta. Dalam penelitian ini bahwa kebudayaan masyarakat menjadi salah satu keunikan yang terdapat dalam kegiatantrackingdi wilayah Pegunungan KaÇkar atau Pontic Range dan situs arkeologi di GÖbekli Tape. Perkembangan tracking yang cukup besar dari tahun 1999 hingga 2013 maka pihak pemerintah Negara Turkey meluncurkan sebuah aplikasi dalam perangkatiphonesebagai salah satu panduan untuk melakukan aktivitas tracking. Aplikasi tersebut juga membantu wisatawan dalam halnya menggunakan sistem GPS, peta topografi, data, foto dan deskripsi fasilitas serta atraksi yang terdapat sepanjang perjalanantracking.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Robert dan Eryurt (2013) adalah sama-sama meneliti potensi dalam pengembangan tracking


(35)

14

dalam menunjang aktivitas wisata namun perbedaan dalam penelitian ini terkait dengan lokasi peneltian serta mengevaluasi kegiatan wisata tracking Ancient Track One Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu wisata alternatif di Kabupaten Gianyar.

Bastemur (2011) dengan judul penelitian “A New Destination For Alternative Tourism; Lycian Way” dalam jurnal InternasionalProceedings of the International Conference on Tourism (Icot 2011) Tourism in an Era of Uncertainty.Lycia adalah sebuah peradaban yang terletak antara kota Fethiye dan Kota Antalya Bays atau yang lebih dikenal sebagai Teke Peninsula di Negara Turki. Pada tahun 1999, daerah ini dibuka untuk umum sebagai rute wisata trackinguntuk wisata alternatif.

Lycian adalah rute tracking yang biasanya dilakukan sebagai kegiatan wisata minat khusus. Dibutuhkan sekitar satu bulan untuk perjalanan rutetracking ini. Musim terbaik untuk melakukan kegiatan tracking adalah pada saat musimsemi dan musim gugur. Terutama April-Mei atau September Oktober merupakan bulan yang baik untuk melakukan kegiatan wisata tracking tersebut. Kegiatan selama perjalanan tracking tersebut antara lain melihat keindahan burung langka, bersepeda, berenang, wisata paralayang, arung jeram atau menunggang kuda. Sepanjang jalan, beberapa akomodasi dapat ditemui seperti, hotel,homestay, hostel dan wisma.

Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai informasi yang dikumpulkan dari survei literatur, dan menggunakan analisis statisti, sehingga diperlukan waktu selama 35 hari untuk mewawancarai dengan masyarakat lokal


(36)

15

dan wisatawan yang berkunjung ke rute Lycian. Hasil penelitian dengan rumusan masalah Apa jenis kegiatan yang akan Anda lakukan saat Anda tracking di rute Lycian?. Sebanyak 58% dari respoden datang ke wilayah tersebut hanya tracking, 25% adalah untuk berenang tempat yang berbeda, 20% adalah untukscuba-diving dan pariwisata kecelakaan, 31% adalah untuk survei flora dan fauna, 28% adalah untuk melihat burung langka, 25% adalah untuk wisata budaya, berjalan di kota tua, 22% adalah untuk olahraga panjat tebing, 23% dari responden adalah untuk kegiatan lain seperti, parasailing, bersepeda dan wisata camping. Selain itu 67% responden dari yang disurvei merasa sangat puas, 21% dari responden yang puas dan 4% dari tidak puas. Ketika alasan ketidakpuasan diminta untuk 4% dari wisatawan, jawaban mereka umumnya tentang keberadaan akomodasi.

Pengembangan wisata tracking di Lycian sudah mengalami peningkatan yang cukup baik, diharapkan perlunya perbaikan sarana fasilitas akomodasi, meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dengan melakukan promosi, harus adanya studi lanjutan terkait pengembangan wisatatrackingdi Lycian.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak dengan jenis kegiatan wisatanya namun dalam Pengembangan Potensi Wisata Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan hanya membutuhkan waktu yang singkat dan berbeda dengan rute wisata tracking di Lycian, Turkey

Suryasih (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Merancang Tinggalan Prabu Udayana di Desa Pekraman Kutri Sebagai Desa Wisata memfokuskan peneltiannya terkait dengan pengembangan potensi salah satu


(37)

16

tinggalan Prabu Udayana yaitu Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Desa Pekraman Kutri dan upaya pelestarian serta pemanfaatannya sebagai desa wisata.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryasih (2014) menyatakan Desa Pekraman Kutri layak dikembangkan sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Gianyar. Hasil dari penelitian ini adalah Potensi fisik yang dimiliki Desa Pekraman Kutri adalah pertama,di sebelah timur mengalir Tukad Pakerisan dan di sebelah barat mengalir Tukad Petanu, seperti diketahui kedua sungai tersebut dari hulu hingga hilir banyak terdapat tinggalan-tinggalan arkeologis dan diprediksi sebagai pusat peradaban Bali di masa lampau, kedua letak Desa Pekraman Kutri dan Pura Bukit DarmaDurga Kutri yang sangat strategis di pinggir jalan protokol, dekat dengan Kota Gianyar dan merupakan pariwisata, ketiga keindahan panorama Pura Bukit Darma Durga Kutri jika seorang wisatawan begitu memasuki area Pura maka akan merasakan suatu pemandangan yang tidak mereka duga sebelumnya. Letak pura dipinggir jalan raya, akan tetapi keindahan dan keagungan pura seperti berada di suatu area yang jauh dari keramaian, keempat, Pura Bukit Dharma Durga Kutri memiliki puluhan arca tinggalan arkeologis,aneka macam pepohonan dan beberapa satwa seperti burung dan biawak, kelima Desa Pekraman Kutri sebagai bagian dari desa Buruwan dan Kecamatan Blahbatuh sebagai satu kesatuan, memiliki keunggulan karena di desa Buruan dan Kecamatan Blahbatuh banyak terdapat sentra kerajinan, Puri Blahbatuh dan daya tarik wisata lainnya.

Potensi non fisik adalah pertama tradisi, adat-istiadat yang terikat sebagai satu kesatuan sebagai desa pekraman, kedua nilai kolektivitas yang tinggi antara


(38)

17

warga Desa Pekraman Kutri, ketiga sumberdaya budaya dan sumber daya sosial dimiliki sebagai aset pariwisata, keempat keinginan kuat warga desa pakraman Kutri untuk mendukung desa wisata dan kelima pemerintah Kabupaten Gianyar memiliki fokus terhadap pengembangan pariwisata. Upaya merancangan desa pekraman Kutri sebagai desa wisata dengan ikon tinggalan Prabu Udayana dan permaisurinya yaitu Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Desa Buruan Kecamatan. Blahbatuh, Kabupaten Gianyar dapat terlaksana jika potensi wisata baik fisik maupun non fisik diidentifikasi dan nantinya dikemas sebagai heritage tourism. Pariwisata berbasis masyarakat merupakan kunci pendekatan yang digunakan untuk dapat mendorong dalam pengembangan secara berkelanjutan. Desa wisata mungkin bukan satu-satunya pilihan, namun melalui desa wisata akan sangat memberikan manfaat secara langsung bagi pelestarian Pura Bukit Dharma Durga Kutri dan manfaat ekonomi bagi warga masyarakatnya.

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian Suryasih (2014) terletak pada objek yang diteliti yaitu lokasi penelitian serta potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dalam menunjang kegiatan pariwisata di Kabupaten Gianyar. Penelitian Suryasih (2014) fokus penelitiannya terletak pada upaya merancang Peninggalan Prabu Udayana di Desa Pakraman Kutri Sebagai Desa Wisata, sedangkan penelitian ini berfokus pada evaluasi pengembangan potensi wisataAncient Track One Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu wisata alternatif di Kabupaten Gianyar.

Beberapa hasil penelitian lain yang juga dianggap relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Putra (2005), Choirinnisa (2010), dan


(39)

18

Gautama (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2005) bertujuan untuk mengevaluasi perkembangan kawasan pariwisata Lovina di Kabupaten Buleleng untuk menuju pariwisata bekelanjutan.

Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan data hasil penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fisik, ekonomi, sosial dan budaya mengalami kemunduran sehingga berdampak pada menurunnya perekonomian masyarakat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putra (2005) yaitu sama-sama melakukan evaluasi terhadap perkembangan suatu destinasi.Perbedaan penelitian ini terletak pada objek yang diteliti.Penelitian Narendra dilakukan di Kawasan Pantai Lovina di Buleleng, sedangkan penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan, Kabupaten Gianyar.

Evaluasi terhadap pengembangan destinasi juga dilakukan oleh Choirinnisa (2010). Dalam penelitiannya, Choirinnisa, menerapkan evaluasi ex-ante (pre-programme) terhadap aspek fisik dan kelembagaan program pengembangan destinasi Percandian Muaro Jambi. Evaluasi tersebut dilakukan sebelum implementasi sebuah program.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pendahuluan terhadap aspek fisik dan kelembagaan program pengembangan destinasi Percandian Muaro Jambi. Ada dua kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan program pengembangan destinasi Percandian Muaro Jambi yaitu pertama, kualitas Percandian Muaro Jambi sebagai destinasi wisata dan kedua, aspek kelembagaan dari organisasi-organisasi yang menangani program pengembangan destinasi


(40)

19

Percandian Muaro Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif untuk memberikan deskripsi dan analisis terhadap kelayakan aspek fisik dan kelembagaan Program Pengembangan Destinasi Pariwisata dengan menggunakan evaluasi pendahuluan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis successive approximation yang membandingkan antara data temuan dan teori untuk menjelaskan kesenjangan yang terjadi pada suatu realitas sosial.

Penelitian yang dilakukan Choirinnisa (2010), menunjukkan bahwa pengembangan percandian Muaro Jambi perlu disertai dengan peningkatan kualitas amenitas dan kemudahan akses karena keduanya masih dianggap menjadi masalah bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Percandian Muaro Jambi. Secara kelembagaan, kecakapan organisasi-organisasi yang mengelola program pengembangan destinasi Percandian Muaro Jambi sudah cukup layak, namun terdapat permasalahan dari sisi kuantitas dan kualitas SDM dan belum berkembangnya usaha penunjang pariwisata berskala kecil, menengah dan besar.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Choirinnisa (2010) adalah melakukan evaluasi terhadap program pengembangan suatu destinasi. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan teknik analisis datanya. Penelitian Choirinnisa (2010) lebih fokus pada aspek fisik dan kelembagaannya sebelum program dilaksanakan yang dianalisis dengan teknik successive approximation dan penelitian ini lebih fokus pada aspek pengembangan potensi wisata yang dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dengan konversi data melalui skalaguttman.


(41)

20

Oka (2011), juga melakukan evaluasi perkembangan destinasi evaluasi dilakukan terhadap perkembangan wisata bahari di Pantai Sanur. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi perubahan motivasi wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari, terjadi pencemaran lingkungan, serta terjadinya permasalahan sosial. Evaluasi dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di Pantai Sanur, meneliti karakteristik Pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata bahari dan menganalisis langkah-langkah yang dilakukan untuk menciptakan wisata bahari berkelanjutan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis deskriptif kualitatif dengan peneliti sebagai alat penelitiannya. Artinya penelitian ini mengunakan instrumen kunci dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan metode observasi, menyebarkan lembar pertanyaan terstruktur serta wawancara mendalam(in-depth interview).

2.2 Konsep

Ada lima konsep yang akan dijelaskan pada subbab ini yaitu, Potensi dan daya tarik wisata, Desa Wisata, Wisata Alternatif, dan Wisata Purbakala(Heritage Tourism) dan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) yang uraian dari masing-masing konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1 Konsep Potensi Wisata dan Daya Tarik Wisata

Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat


(42)

21

dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata(tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya Pendit (1999: 21).

Undang Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan: Pasal 1 Ayat 5 menyatakan bahwa Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sementara dalam Bab I, pasal 10, disebutkan kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pada Pasal 1 ayat (5) menyebutkan bahwa Daya Tarik Wisata (DTW) adalah “segala

sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.”

Daya tarik merupakan fokus utama dari industri pariwisata (Ismayanti, 2010). Daya tarik wisata harus dikelola sedemikian rupa agar keberlangsungan dan kesinambungannya terjamin. Daya tarik wisata dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: pertama, daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna; dan kedua, daya tarik


(43)

22

wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, seni budaya dan tempat hiburan.

Menurut Sunaryo (2013:35), terkait dengan daya tarik wisata dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata minat khusus. Daya tarik wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya. Pada umumnya daya tarik ini lebih banyak berbasis pada keindahan dan keunikan yang tersedia di alam. Potensi daya tarik wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan yaitu flora dan fauna, keunikan dan kekhasan ekosistem, gejala alam dan budidaya sumber daya alam.

Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang berbasis pada hasil karya dan hasil cipta manusia seperti museum, peninggalan sejarah, upacara adat,seni pertunjukan dan kerajinan. Daya tarik wisata khusus adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada akativitas pemenuhan keinginan wisatawan secara spesifik. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai minat atau motivasi khusus seperti berburu, mendaki gunung, arung jeram, agrowisata, pengamatan satwa tertentu dan aktivitas-aktivitas wisata minat khusus lainnya yang biasanya terkait dengan hobi atau kegemaran wisatawan.

Suwantoro (2004:36), menyatakan bahwa daya tarik suatu objek wisata didasarkan atas beberapa hal di antaranya adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus atau spesifikasi yang


(44)

23

bersifat langka, adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir serta objek wisata yang mempunyai daya tarik yang tinggi baik alam maupun budaya.

Daya tarik wisata merupakan salah satu unsur yang berpengaruh dalam pengembangan destinasi pariwisata. Jackson (dalam Pitana dan Gayatri, 2005:101), menyatakan perkembangan suatu daerah menjadi destinasi wisata dipengaruhi oleh beberapa hal penting, di antaranya: Attractive to client(menarik untuk klien),Facilities and attractions(fasilitas dan atraksi),Geographic location (lokasi geografis), Transport link (transportasi), Political stability (stabilitas politik),Healthy environment(lingkungan yang sehat), No government restriction (tidak ada larangan atau batasan pemerintah).

Dari ketujuh unsur tersebut, atraksi atau daya tarik merupakan faktor yang utama yang didukung oleh faktor-faktor lain. Atraksi dalam hal ini daya tarik merupakan komponen yang sangat vital. Seperti yang diungkapkan oleh Gunn (dalam Pitana dan Gayatri, 2005:102);

the attractions represent the most important reasons for travel to destinations

Atraksi atau daya tarik memegang peranan yang sangat penting, oleh karena itu suatu tempat wisata (destinasi) harus memiliki keunikan yang bisa menarik wisatawan. Fasilitas-fasilitas pendukung lainnya juga harus dipenuhi sehingga wisatawan menjadi betah dan rela menghabiskan waktu di tempat tersebut.

Pembangunan daya tarik wisata dapat dilakukan oleh pemerintah, badan usaha maupun perseorangan maka dapat dikatakan bahwa daya tarik dan daya tarik wisata adalah Segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang


(45)

24

merupakan daya tarik agar orang mau berkunjung (Yoeti, 1997 : 161-3). Adapun hal-hal tersebut antara lain:

(1) Benda-benda yang tersedia di alam (natural amenities) berupa iklim, berbentuk pemandangan alam, flora, fauna, hutan belukar, sumber air mineral, pusat-pusat kesehatan seperti air panas.

(2) Hasil ciptaan manusia (man made supply) berupa peninggalan sejarah, kebudayaan dan keagamaan.

(3) Tata cara hidup masyarakat (the way of life) berupa adat istiadat, dan kebiasaan hidup masyarakat (Yoeti, 2008:242).

Ada lima syarat yang harus dipenuhi oleh suatu daerah atau daya tarik tujuan wisata menurut Yoeti, (2008:242). yaitu:

(1)Something to see

Daerah atau tempat tersebut harus ada daya tarik dan daya tarik wisata yang berbeda dengan yang dimiliki oleh daerah lain atau daya tarik khusus untuk dapat dilihat atau dinikmati oleh wisatawan.

(2)Something to do

Selain banyak dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi atau sesuatu yang dapat dilakukan di tempat tersebut.

(3)Something to buy

Tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping)terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat, selain itu juga tersedia pula sarana-sarana pendukung atau pembantu lainnya.


(46)

25

(4)Something to Share

Sebuah kegiatan atraksi wisata yang dilakukan oleh wisatawan berdampak kepada informasi serta pengalaman yang mereka dapatkan sehingga hal tersebut dapat diinformasikan yang tentu berguna bagi wisatawan lainnya

(5)Something to Learn

Sebagai media pembelajaran baru sehingga memberikan informasi atau pengalaman yang lebih kepada wisatawan terhadap suatu objek atau daya tarik wisata yang dikunjungi

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik orang untuk berkunjung sehingga yang di dapatkan ketika berkunjung ialah keindahan dan kelestarian alamnya maupun keindahan budaya sejarah di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan, Kabupaten Gianyar.

2.2.2 Konsep Pariwisata Alternatif

Pariwisata alternatif merupakan pariwisata yang kegiatannya peduli terhadap alam, sosial-budaya dan masyarakat serta adanya interaksi dan berbagi pengalaman anatar wisatawan dengan masyarakat lokal (Smith & Eadington, 1992:167). Kegiatan pariwisata ini muncul akibat dampak pariwisata masal terhadap kerusakan lingkungan alam, sosial-budaya dan tidak memperhatikan keberlanjutan dari destinasi itu sendiri. Dalam kegiatannya pariwisata alternatif memiliki tujuan dalam pengembangan diantaranya (Suansri dalam Damanik, 2006:82):


(47)

26

a. Menciptakan kesadaran wisatawan dengan masyarakat lokal tentang konservasi sumber daya alam, rencana pemanfaatan sumber daya wisata secara berkelanjutan dan membangun kriteria pencegahan dampak negatif lingkungan.

b. Menciptakan rasa bangga masyarakat lokal terhadap budayanya.

c. Mendistribusikan keuntungan wisata secara adil dan merata sehingga pendapatan masyarakat mengalami peningkatan

d. Menjamin partisipasi masyarakat lokal dalam pariwisata, mengembangakan kemampuan mereka untuk mengelola usaha wisata dan menjadi pemandu wisata.

Beberapa pengertian diatas, secara umum memiliki kesamaan yang merupakan terjemahan lebih lanjut dari pariwisata alternatif. Oleh karena itu, kegiatan pariwisata alternatif mampu memenuhi syarat tersebut apabila:

1. Secara ekologis alternatif, yaitu pengembangan dan pembangunan pariwisata di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan tidak menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat. Selain itu, konservasi sumber daya pariwisata yang ada harus diupayakan untuk dilindungi sumberdaya alam, sosial-budaya dan lingkungan dari efek mass tourism.

2. Secara sosial dapat diterima, dengan mengacu kepada kemampuan masyarakat lokal dalam mengembangkan Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan untuk menyerap aktivitas pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial.


(48)

27

3. Secara kultural pengembangan Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan. Konsep yang dikembangkan dengan adanya Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dapat diterima oleh masyarakat lokal serta mampu beradaptasi dengan budaya wisatawan yang cukup berbeda(tourist culture).

4. Secara ekonomis menguntungkan, artinya pengembangan Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan yang diperoleh dari kegiatan atraksi wisata tersebutr mampu mensejahterakan masyarakat lokal.

2.2.3 Konsep Desa Wisata

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti,1993:89). Penetapan suatu desa sebagai desa wisata harus memiliki persyaratan-persyaratan antara lain memiliki objek-objek yang menarik untuk ditawarkan (attractions), mudah dijangkau dengan alat transportasi (accessibilities), dan tersedia sarana pariwisata (amenities) seperti akomodasi, restoran atau rumah makan sehingga perlu adanya dukungan dari masyarakat dan aparat desa, serta keamanan desa tersebut terjamin.

Desa Wisata adalah dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, biasanya di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat (Inskeep, 1991:75). Maksud dari pengertian di atas adalah Desa Wisata merupakan suatu tempat yang


(49)

28

memiliki ciri dan nilai tertentuyang dapat menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan dengan minat khusus terhadap kehidupan pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik utama dari sebuah Desa Wisata adalah kehidupan warga desa yang unik dan tidakdapat ditemukan di perkotaan.

Village Tourism, where small groups of tourist stay in or near traditional,

often remote villages and learn about village life and the local environment.”(Inskeep, 1991:75).

Pengembangan desa wisata diharapkan benar-benar mencerminkan suasana pedesaan. Oleh karena itu, konsep penggalian produk desa wisata diarahkan pada pengembangan interaksi budaya dari manusia ke manusia, dan dari manusia kealam desa. Dengan demikian, beragam atraksi wisata yang dapat dikembangkan antara lain kegiatan persawahan, ladang, kegiatan kesenian desa, kegiatan olah raga, kegiatan upacara, dan kegiatan-kegiatan lain seperti meditasi, pembangunan rumah, serta kegiatan adat lainnya.

Dari berbagai definisi tersebut, pengembangan desa wisata lebih memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh suatu desa. Dalam penyediaan fasilitas wisata juga harus mencerminkan lingkungan pedesaan. Akan tetapi, pengembangan suatu desa wisata bukan hanya menyajikan potensi desa sebagadaya tarik wisata. Aspek-aspek lain yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat lokal juga harus mendapat perhatian. Masyarakat sebagai bagian dari struktur suatu desa memiliki peran penting dalam keberlanjutan desa wisata. Dalam pengembangan desa wisata masyarakat seringkali tidak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi, sehingga kurang memberikan apresiasi. Kehidupan tradisional dengan berbagai tradisi unik menjadi daya tarik unggulan


(50)

29

dalam pengembangan beberapa desa wisata. Sebagai daya tarik wisata memang kehidupan tradisional eksistensinya perlu dijaga dan dilestarikan. Namun disisi lain, perkembangan jaman akan dapat mempengaruhi nilai ketradisionalan.

2.2.4 Konsep Wisata Situs Purbakala(Heritage Tourism)

Sebagaian besar situs dan tinggalan arkeologi yang menjadi objek dan daya tarik wisata di Bali kini berada di dalam area pura. Tinggalan arkeologi tersebut dapat dikatakan sebagai living monument sehingga pemeliharaan dan pelestariannya dilakukan secara rutin dan berkesinambungan oleh masyarakat setempat ataupengemongpura bersangkutan (Ardika, 2007:39-40).

Atraksi utama dalam wisataheritage adalah konteks (setting) kesejarahan dan kearifan lokal. Heritage bisa bersifat kongkrit (tangible heritage) seperti: pemandangan alam, tempat-tempat tinggalan arkeologi, pengetahuan dan pengalaman hidup sampai sekarang. Heritage juga bersifat abstrak (intangible heritage), seperti cerita rakyat(folklores), bahasa, tradisi, nilai-nilai yang diwarisi oleh suatu kelompok masyarakat (Isdaryono, 2013:67-68)

Pasal 4, ayat 2 dalam Kode Etik Pariwisata Dunia antara lain menyebutkan bahwa kegiatan dan kebijakan pariwisata wajib diarahkan dalam rangka penghormatan terhadap warisan kekayaan seni, arkeologi dan budaya, yang harus dilindungi dan diserahkan kepada genersi penerus. Dalam pasal 5, ayat 1, kode etik tersebut dinyatakan pula bahwa penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan ekonomis, sosial dan budaya yang mereka usakan.

Penelitian ini terkait dengan wisata situs purbakala dimana wisatawan baik domestik dan mancanegara dapat mengetahui peninggalan arkeologi di Desa


(51)

30

Wisata Bedulu dan Desa Buruan yang dikemas dalam kegiatan atraksi wisata tracking dari Objek Wisata Goa Gajah hingga Pura Bukit Dharma Durga Kutri dengan nama kegiatan ancient track one dengan memiliki 12 potensi wisata situs purbakala.

2.2.5 Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat(Community Based Tourism)

Konsep CBT (Community Based Tourism) berkaitan erat dengan sustainable tourism development (pembangunan pariwisata berkelanjutan). Keduanya memberikan pengutamaan pada manfaat pembangunan bagi masyarakat, khususnya manfaat ekonomi, sosial budaya dan lingkungan (Richards dan Hall, 2000:1).

Istilah CBT(Community Based Tourism)pertama kali muncul tahun 1990-an, bersamaan dengan konsep pro-poor tourism (pariwisata pro-orang miskin), rural tourism(pariwisata perdesaan), dan istilah lainnya yang dimaksudkan untuk membantu pembangunan masyarakat tertinggal secara ekonomi (Moscrado, 2008:39)

Prinsip dasar CBT (Community Based Tourism) adalah membuka ruang dan peluang yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan pengelolaan daya tarik di daerahnya sehingga mereka ikut mendapatkan share serta menjaga sumber daya pariwisatanya. Mitchell dan Ashley, (2010:54) menyatakan bahwa tujuan utama CBT (Community Based Tourism) adalah melibatkan komunitas untuk “fully owning and operating tourism facilities” dimana pengelolaannya fasilitas dimiliki langsung oleh masyarakat setempat.


(52)

31

Melihat prinsip dasar tersebut maka dapat disimpulkan jika masyarakat setempat menikmati keuntungan (benefit) atau insentif ekonomi dari pengelolaan usaha wisata di daerahnya, mereka akan memiliki tanggung jawab moral untuk melestarikan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang menjadi bagian utama dari daya tarik wisata tersebut.

Terkait dengan definisi CBT (Community Based Tourism) maka dalam penelitian ini diharapkan pelibatan masyarakat yang berada di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan potensi ancient track one, sehingga memperoleh tujuan serta harapan dimana segala pengelolaan dan potensi yang ada dapat rasakan langsung oleh masyarakat di desa tersebut.

2.3 Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang dianggap relevan dan mampu memecahkan permasalahan sebagaimana dirumuskan pada Bab I yaitu Teori Evaluasi, Teori Pembangunan Pariwisata dan Teori Pengembangan Pariwisata.

2.3.1 Teori Evaluasi

Evaluasi terkadang sering diartikan secara sempit dan bahkan tidak tepat. Masih banyak yang memandang evaluasi itu hanya didasarkan pada kegiatan-kegiatan atau program yang dianggap menonjol. Salah satu kesalahan yang terjadi, misalnya evaluasi hanya dipandang sebagai sekedar penilaian semata.

Evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai suatu objek, menilai suatu objek, dan membandingkannya dengan kriteria, standar dan


(53)

32 Objek riset evaluasi: Kebijakan Program Proyek Kinerja SDM Sistem Organisasi Manajemen Lain-lain Kriteria: Manfaat Efektifitas Efisiensi Kesesuaian Standar: Kualitas Kuantitas Indikator: Dampak Hasil, Hasil Riset Evaluasi:

Informasi objek riset evaluasi dalam kaitannya dengan kriteria, standar dan indikatornya

Daya Guna Riset Evaluasi: Pengambilan Keputusan Mengenai Objek Riset Evaluasi indikator (Lamsuri dkk, 2011). Konsep evaluasi menurut Lamsuri dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Riset Evaluasi

(Sumber: Wirawan dalam Lamsuri dkk, 2011)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang.

Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda yaitu Evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante), Evaluasi pada tahap pelaksanaan (on-going) dan evaluasi pada tahan pasca-pelaksanaan(ex-post). Evaluasi pada Tahap Perencanaan(ex-ante), yaitu evaluasi dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk

Dibandingkan Dengan


(54)

33

memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post) yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Ada beberapa hal yang merupakan pokok-pokok pengertian evaluasi di antaranya mencakup: pertama, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengamati dan menganalisis suatu keadaan, peristiwa, gejala alam, atau sesuatu objek; kedua, membandingkan segala sesuatu yang diamati dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah diketahui dan atau miliki; dan ketiga, melakukan penilaian atas segala sesuatu yang diamati, berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang dilakukan.

Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan(ex-post)yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.


(1)

Menurut Rev Ron O’Grady (dalam Suwantoro, 2004), pengembangan pariwisata harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

1) Decision making about the form of tourism in any place must be made in consultation with the local people and be acceptable to them.

2) A reasonable share of the profits derived from tourism must return to the people.

3) Tourism must be based on sound enviromental and ecological principles, be sensitive to local cultural and religious traditions and should not place any members of the host community in a position of inferiority.

4) The number of tourism visiting any area should not be such that they overshelm the local population and deny the posibility of genuine human encounter. Mengembangkan sebuah destinasi pariwisata, seorang perencana (tourism planner) paling tidak harus memperhatikan dua lingkup pengembangan yang saling melengkapi, yaitu lingkup pengembangan spasial dan tingkatan pengembangandari destinasi tersebut. Memperhatikan lingkungan pengembangan spasial dalam pengertian ini adalah seorang perencana pengembangan destinasi harus memahami dan memperhatikan latar belakang kontekstual dan lingkungan makro dari destinasi yang akan dikembangkan menurut Sunaryo, (2013:168)

Secara visual, strategi pengembangan destinasi yang berbasis pada kesesuaian dengan lingkungan makro dalam pengembangan kepariwisataan dapat diilustrasikan dalam Gambar 2.3 berikut ini:

Gambar 2.3

Strategi Kesesuaian Destinasi dengan Lingkup Makro Sunaryo, (2013)

The

Destinastion Strategy

Macro Environment

Industry Environment


(2)

Keberhasilan tingkat pengembangan destinasi didasarkan pada beberapa aspek yaitu pengembangan suatu destinasi harus dapatditerima oleh masyarakat lokal dan bahkan keterlibatannya sangat diharapkan. Keterlibatan dimaksud lebih pada pemanfaatan tenaga lokal dalam setiap kegiatan sehingga masyarakat lokal merasakan dampak ekonomi dari pengembangan destinasi tersebut.Selain itu, pengembangan tersebut harus memperhatikan aspek-aspek lingkungan yang ada. Jangan sampai pengembangan destinasi malah memberikan efek negatif terhadap lingkungan alam yang ada termasuk lingkungan sosial masyarakat sekitar.

Kondisi ini tentu dapat dijadikan indikator akan keberhasilan pengembangan suatu destinasi. Sebagaimana disampaikan oleh Suwantoro (2004), bahwa pengembangan destinasi dapat dikatakan berhasil jika memenuhi beberapa kriteria kelayakan, yaitu kelayakan finansial, kelayakan sosial ekonomi regional, layak teknis, dan layak lingkungan.

Kelayakan finansial berarti kelayakan ini menyangkut perhitungan secarakomersial dari pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan keuntungan dan kerugian sudah harus diperkirakan dari awal dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang telah digunakan. Kelayakan sosial ekonomi regional dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengembangan destinasi ini mampu memberikan dampak sosial ekonomi secara regional. Artinya dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan sektor yang lain seperti pajak, perindustrian dan perdagangan, pertanian dan lain-lainnya. Dalam hal ini, tidak hanya semata-mata komersial tetapi juga memperhatikan dampak secara lebih luas.


(3)

Layak teknis artinya pengembangan destinasi ini harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Begitu halnya dengan layak lingkungan, artinya analisis mengenai dampak lingkungan dapat digunakan sebagai acuan kegiatan pengembangan suatu destinasi.

Pengembangan destinasi yang menyebabkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pengembangan destinasi bukanlah merusak lingkungan namun harus dapat besinergi serta dapat memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhan.

Teori ini digunakan untuk menganalisis layak atau tidaknya pengembangan ancient track one di Desa Wisata Bedulu disebut sebagai daya tarik wisata alternatif di Kabupaten Gianyar. Hal ini mengacu pada potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Bedulu dengan adanya pengembangan ancient track oneyang belum dimiliki oleh desa-desa lainnya di Kabupaten Gianyar

2.4 Model Penelitian

Guna menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, memerlukan sebuah model penelitian atau kerangka konsep berpikir. Penelitian ini diawali dengan pemahaman bahwa pariwisata di Bali merupakan salah satu sektor unggulan selain sektor pertanian dan sektor industri kecil dan menengah.

Pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata berbasis budaya. Namun, pengembangan pariwisata di Bali pada umumnya cenderung dilakukan


(4)

semata-mata untuk kepentingan ekonomi dan mengabaikan kelestarian lingkungan dankepentingan masyarakat lokal.

Melihat kondisi tersebut, setiap daerah berupaya untuk mengembangkan pariwisata alternatif. Berbagai wisata alternatif muncul untuk menjamin keberlanjutan pariwisata itu sendiri. Salah satunya yaitu upaya yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar dalam bukunya yang berjudul “Gianyar Historical and Archaeological Guide To The Pakerisan and Petanu Rivers”berupaya mengembangkanAncient Track One(Tracking Situs Budaya) di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai daya tarik wisata alternatif di Kabupaten Gianyar dan diharapkan mampu menjadi daya tarik wisata unggulan.

Pada kenyataannya, dalam perkembangannya kondisi fisik dan lingkungan sekitar tracking ini dapat dikatakan kurang terawat dan belum mampu berkembang dengan optimal. Terdapat fasilitas-fasilitas yang terbengkalai dan tidak termanfaatkan kembali maka untuk itulah perlu dilakukan evaluasi kembali terkait pengembangantrackingtersebut.

Melihat permasalahan tersebut, maka digunakanlah konsep untuk memberikan batasan terhadap penelitian ini. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, konsep potensi wisata dan daya tarik wisata, konsep desa wisata, konsep wisata purbakala (heritage tourism) dan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism). Teori yang digunakan untuk menjawab dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini yaitu teori-teori yang dianggap relevan diantaranya teori evaluasi, teori pembangunan pariwisata berkelanjutan dan teori pengembangan destinasi pariwisata.


(5)

Mengacu pada teori tersebut, maka diharapkan pengembangan potensi Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai wisata alternatif di Kabupaten Gianyar yang dianalisis dengan model CIPP (Context, Input, Process, Product) dapat dievaluasi dengan jelas. Selain itu, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengembangan Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dengan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program pengembangan tracking ini, maka akan didapatkan suatu rekomendasi yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai daya tarik wisata alternatif di Kabupaten Gianyar.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diGambarkan kerangka konsep atau model penelitian mengenai evaluasi pengembangan potensi wisata ancient trackdi Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan sebagai salah satu wisata alternatif di Kabupaten Gianyar, seperti pada Gambar 2.4. berikut ini


(6)

Gambar 2.4 Model Penelitian Pariwisata Alternatif

Evaluasi Pengembangan Ancient Track One

WisataTracking Situs Budaya Desa Wisata Bedulu dan

Desa Buruan WisataTrackingSitus

Budaya Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan Konsep:

Konsep Potensi Wisata Dan Daya Tarik Wisata

Konsep Desa Wisata Konsep Daya Tarik

Wisata Alternatif Konsep Wisata Situs

Budaya(Heritage Tourism)

Konsep Pariwisata

Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)

Teori:

Teori Evaluasi Teori Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Teori Pengembangan Destinasi Pariwisata Kendala-kendala pengembangan Pelaksanaan Pengembangan Hasil Penelitian Rekomendasi Analisis