Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Litigasi

43

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA

Menurut Pasal 45 ayat 2 UUPK membagi penyelesaian sengketa konsumen menjadi 2 bagian, yaitu : a. Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan b. Penyelesaian sengketa konsumen melalui proses litigasi

3.1. Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Litigasi

Pada dasarnya penyelesaian sengketa konsumen akibat penyalahgunaan produk dengan promo berhadiah melalui jalur pengadilan atau jalur Litigasi sama dengan penyelesaian sengketa perdata pada umumnya, hal yang membedakannya adalah dalam hal pembuktian dimana dalam penyelesaian sengketa konsumen akibat penyalahgunaan produk dengan promo berhadiah pembuktian hanya dengan menunjukan semua bukti – bukti transaksi yang ada dalam kejadian tersebut tanpa harus ada saksi yang harus menguatkan bukti tersebut, sedangkan dalam sengketa perdata pada umumnya diharuskan mendatangkan saksi – saksi untuk memperkuat bukti – bukti tersebut. Ketentuan mengenai pembuktian selain dapat ditemukan dalam hukum acara yang berlaku HIR dan RBg, juga dapat ditemukan dalam buku IV kitab undang-undang hukum perdata. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam pasal 163 HIR dan pasal 1865 kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat dikatakan bahwa setiap pihak mendalilkan adanya sesuatu hak, yang dalam hal ini, konsumen sebagai pihak yang dirugikan maka pihak konsumen, harus dapat membuktikan bahwa : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Konsumen secara aktual telah mengalami kerugian b. Konsumen juga harus membuktikan bahwa kerugian tersebut terjadi sebagai akibat dari penggunaan, pemanfaatan, atau pemakaian barang dan atau jasa tertentu, yang tidak layak c. Bahwa ketidak layakan penggunaan, pemanfaatan, atau pemakaian dari barang dan atau jasa tersebut merupakan tanggung jawab dari pelaku usaha tertentu d. Konsumen tidak “berkonstribusi” baik secara langsung maupun tidak langsung atas kerugian yang dideritanya tersebut. Dalam dua pasal yang mengatur beban pembuktian pidana dan perdata atas kesalahan pelaku usaha dalam UUPK, yaitu dalam Pasal 22 dan Pasal 28, kewajiban pembuktian tersebut dibalikkan menjadi beban dan tanggung jawab dari pelaku usaha sepenuhnya. Dalam hal yang demikian, selama pelaku usaha tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut bukan merupakan kesalahan yang terletak pada pihaknya, maka demi hukum pelaku usaha bertanggung jawab dan wajib mengganti kerugian yang diderita konsumen tersebut. Pembuktian ini merupakan hal terpenting untuk menentukan siapa yang harus bertanggung jawab dan membuktikan bahwa adanya bukti dari perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian bagi konsumen. Dalam kasus yang penulis angkat, barang bukti yang membuat dasar dari aduan konsumen yaitu berupa : kwitansi pembayaran dari pelaku usaha Two One Two, slip pengambilan uang dari bank Permata, surat perjanjian penukaran barang antara konsumen dan pelaku usaha. Semua bukti-bukti tersebut dapat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dijadikan dasar gugatan atas tindakan pelaku usaha yang telah melakukan perbuatan yang merugikan konsumen serta sebagai bukti yang akurat dengan membuktikan akan fungsi dan akibat dari bukti-bukti tersebut, oleh karena itu konsumen harus bisa menujukan bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan bahwa pelaku usaha Two One Two benar-benar salah dan merugikan konsumen ibu Isnaeni, ada pun tindakan atau perbuatan yang telah dilakukan Two One Two yaitu : a. Two One Two selaku Pelaku usaha menaikan tarif atau harga yang sebenarnya dimana harga tersebut jauh lebih tinggi dari harga dipasaran, yang akibatnya merugikan pihak konsumen hal ini melanggar Pasal 10 huruf a UUPK. b. Two One Two selaku Pelaku usaha dengan sengaja melakukan penipuan atas pernyataan yang tidak benar akan adanya hadiah yang menarik yang ternyata adalah sebagai cara dari pelaku usaha untuk menipu konsumen dan akibat dari perbuatan pelaku usaha tersebut konsumen mengalami kerugian, hal ini dengan jelas melanggar Pasal 10 huruf d UUPK. c. Pelaku usaha tidak menepati janjinya untuk melakukan penukaran barang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, hal ini secara jelas pihak Two One Two melakukan wanprestasi. Dalam hal ini Ibu Isnaeni selaku konsumen yang dirugikan dapat melukukan upaya hukum agar semua kerugian yang dideritanya dapat diganti oleh pelaku usaha, hal-hal yang dilakukan ibu Isnaeni yaitu melaporkan tindakan Two One Two kepada LPKSurabaya untuk menindak lanjuti permasalahan ini agar pihak pelaku usaha dapat bertanggung jawab dengan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mengembalikan segala kerugian yang diderita ibu Isnaeni selaku konsumen yang dirugikan, adapun yang diminta oleh konsumen yaitu : Pelaku usaha Two One Two bertanggung jawab dengan mengembalikan segala kerugian yang diderita ibu Isnaeni. Dari barang bukti tersebut dapat dipakai sebagai dasar gugatan atau aduan oleh konsumen agar gugatan tersebut dapat diproses sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pelaku usaha bersedia bertanggung jawab atas semua tindakannya. Sedangkan apabila pelaku usaha tidak dapat menujukan barang bukti yang dapat membantunya untuk lepas dari tanggung jawab maka pelaku usaha tersebut berkewajiban melakukan tanggung jawab sesuai aturan yang berlaku.

3.2. Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Non Litigasi Dengan Mekanisme Mediasi