30
BAB II TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP UPAYA PENIPUAN
DENGAN MENGGUNAKAN PROMO BERHADIAH
Tanggung Jawab pelaku usaha yang dimana telah diatur dalam UUPK mewajibkan setiap pelaku usaha yang secara sengaja membuat keadaan yang
akibatnya merugikan konsumen haruslah melakukan ganti rugi sesuai kerugian yang ditimbulkan. Bentuk dari tanggung jawab tersebut diatur dalam pasal 19 UUPK yang
dimana pelaku usaha diwajibkan bertanggung jawab atas kerusakan, pencemaran dan atas kerugian konsumen. Oleh karena itu setiap pelaku usaha yang dengan sengaja
melakukan perbuatan yang berakibat adanya kerugian bagi konsumen akan berhadapan dengan hukum yang berlaku.
2.1. Bentuk Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Pelaku usaha yang melakukan melakukan penipuan menggunakan undian dengan promo berhadiah dapat dikategorikan sebagai perbuatan
melawan hukum PMH. Pasal 1365 KUHPerdata yakni : ‘Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada
seseorang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menerbitkan kerugian itu; mengganti kerugian tersebut’.
Dalam Pasal 1365 KUHPerdata untuk dapat menuntut ganti kerugian, maka kerugian tersebut harus merupakan akibat dari perbuatan melanggar
hukum. Hal ini berarti bahwa untuk menuntut ganti kerugian harus dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a Ada perbuatan melanggar hukum.
Khusus untuk perbuatan melawan hukum diatur dalam bab III , buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang. “Perikatan yang
lahir demi undang-undang”, dari pasal 1365 sampai dengan 1380. Menurut ketentuan Pasal 1353 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perbuatan
melawan hukum melahirkan perikatan antara pihak yang melakukan perbuatan melawan hukum dan pihak terhadap siapa perbuatan yang
melawan hukum tersebut dilakukan. Jadi, perikatan lahir disaat perbuatan yang melawan hukum tersebut dilakukan.
14
b Ada kerugian
Untuk menentukan besarnya ganti rugi yang harus dibayar, pada dasarnya harus berpegangan pada asas bahwa ganti kerugian harus dibayar
sedapat mungkin harus membuat pihak yang rugi harus dikembalikan pada kedudukan semula seandainya tidak terjadi kerugian atau dengan kata lain
ganti kerugian menempatkan sejauh mungkin orang yang dirugikan dalam kedudukan yang seharusnya andaikata perjanjian dilaksanakan secara baik
atau tidak terjadi perbuatan melanggar hukum. Dengan demikian ganti kerugian harus diberikan sesuai dengan kerugian yang sesungguhnya tanpa
memperhatikan unsur-unsur yang tidak terkait langsung dengan kerugian itu, seperti kemampuankekayaan pihak yang bersangkutan.
15
14
Gunawan Widjaja, “Hukum Tentang Perlindungan Konsumen”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2001 hal 63
15
Ahmadi Miru,”Hukum Perlindungan Konsumen”, Raja Grafindo Persada,Jakarta2004 hal, 134
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c Ada hubungan kausalitas sebab akibat antara perbuatan melanggar
hukum dengan kerugian Bahwa adanya hubungan kausalitas atau sebab akibat merupakan
akibat yang disebabkan oleh adanya faktor yang secara yuridis relevan yakni yang dapat menimbulkan akibat hukum.
16
d Ada kesalahan.
Berdasarkan pasal 1365 BW , salah satu syarat untuk membebani tergugat dengan tanggung gugat berdasarkan perbuatan melanggar hukum
adalah adanya kesalahan. Kesalahan ini memiliki 3 unsur, yaitu
17
: 1
Perbuatan yang dilakukan dapat disesalkan 2
Perbuatan tersebut dapat diduga akibatnya a
Dalam arti objektif : sebagai manusia normal dapat menduga akibatnya.
b Dalam arti subjektif : sebagai seorang ahli dapat menduga
akibatnya. 3
Dapat dipertanggung jawabkan pelaku usaha cakap Dari uraian diatas yang dimaksud dengan kesalahan yang
disesalkan merupakan suatu perbuatan yang dimana seharusnya perbuatan tersebut tidak terjadi karena perbutan tersebut semata-mata tidak ada
niatan atau keinginan dari pelaku, bisa dikatakan perbuatan ini merupakan sebuah kelalaian dari pelaku.
16
Ibid hlm, 140
17
Ibid hlm 140
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Perbuatan yang dapat diduga akibatnya merupakan perbuatan yang akibatanya dapat langsung ditebak atau diduga karena perbuatan tersebut
berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari bahkan orang normal pun langsung dapat menduganya serta ada perbuatan yang hanya bisa
diduga oleh para ahli saja karena mereka lebih menguasai dibidang tersebut, misalnya perbuatan yang berakibatkan pada kehatan manusia
yang bisa menduga adalah hanya ahli kesehatan saja. Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan yang dapat
dipertanggung jawabkan adalah perbuatan tersebut dilakukan dengan sadar dan pelaku mengerti akan akibat hukum dari perbuatan tersebut yakni
sebuah hukuman atau sanksi. Hukuman atau sanksi diatur dalam Pasal 60- 63 UUPK yaitu berupa :
a. Sanksi Administratif
b. Sanksi Pidana
Dalam Pasal 60 ayat 2 Sanksi Admistratif berupa ganti rugi paling bnyak sebesar Rp 200.000.000,00. Sanksi Administratif ini
dikenakan karena adanya kerugian yang ditimbulkan pelaku usaha. Sedangkan Sanksi Pidana ditujukan pada perbuatan pelaku usaha.
Sanksi ini dapat dikenakan terhadap pelaku usaha danatau pengurusnya, menurut Pasal 62 UUPK sanksi pidana dapat berupa penjara paling lama
lima tahun atau denda paling banyak dua milyar rupiah Dari uraian diatas sanksi atau hukuman yang dapat dipakai sebagai
alternatif pertama untuk pelaku usaha yang melanggar hak-hak konsumen yang menggunakan undian dengan promo berhadiah adalah sanksi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
admistrasi, karena isi dari sanksi ini lebih menjamin untuk mengembalikan keadaan konsumen yang telah dirugikan oleh pelaku usaha. Serta sanksi
ini dinilai cukup efektif dalam menyelesaikan sengketa konsumen khususnya sengketa tentang penipuan dengan menggunakan promo
berhadiah. Oleh karena itu pelaku usaha yang melakukan penipuan dengan
menggunakan promo berhadiah dikenakan tanggung jawab seperti yang diatur dalam Pasal 19 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang tentang
Perlindungan Konsumen Nomor 08 Tahun 1999. Sebagai konsekuensi hukum dari pelarangan yang diberikan oleh UUPK, dan sifat perdata dari
hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen, maka demi hukum, setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang merugikan
konsumen memberikan hak kepada konsumen yang dirugikan tersebut untuk meminta pertanggung jawaban dari pelaku usaha yang
merugikannya, serta untuk menuntut ganti rugi atas kerugian yang dididerita oleh konsumen tersebut.
Tanggung Jawab Pelaku Usaha diatur dalam pasal 19 ayat 1 dan ayat 2 UUPK yaitu :
1. Pelaku Usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.
2. Ganti rugi sebagaimana yang dimaksud ayat 1 dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau
pemberian santunan yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Memperhatikan substansi pasal 19 ayat 1 dapat diketahui bahwa tanggung jawab pelaku usaha, meliputi:
a. Tanggung jawab ganti rugi atas kerusakan
b. Tanggung jawab ganti rugi atas pencemaran
c. Tanggung jawab ganti rugi atas kerugian konsumen
Dalam hal ini pelaku usaha dapat dibebani tanggung jawab ganti rugi atas kerugian konsumen. Dasar yang dapat dipakai untuk membuat
pelaku usaha diwajibkan memberikan bentuk tanggung jawab ganti rugi atas kerugian konsumen dikarenakan dalam Undang-undang Perlindungan
Konsumen dijelaskan tentang hak-hak konsumen dalam Pasal 4 UUPK yang berupa : Hak atas informasi yang benar,jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang danjasa; Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; Hak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya. Hak-hak ini lah yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh pelaku usaha sehingga tidak boleh dilanggar. Oleh karena
itu apabila pelaku usaha yang melakukan perbuatan melawan hukum dengan cara penipuan yang berkedok adanya undian dengan promo
berhadiah wajib melakukan suatu tanggung jawab terhadap konsumen karena hal ini jelas-jelas diatur dalam Undang-undang Nomor 08 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan uraian diatas, maka adanya produk barang dan atau jasa yang cacat bukan merupakan satu-satunya dasar pertanggung jawaban
pelaku usaha. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen.
18
Memperhatikan substansi ketentuan pasal 19 ayat 2 tersebut sesungguhnya memiliki kelemahan yang
sifatnya merugikan konsumen, terutama dalam hal konsumen menderita suatu penyakit. Melalui pasal tersebut konsumen hanya mendapatkan
salah satu bentuk penggantian kerugian yaitu ganti kerugian atas harga barang atau hanya berupa perawatan kesehatan, padahal konsumen telah
menderita kerugian bukan hanya kerugian atas harga barang tetapi juga kerugian yang timbul dari biaya perawatan kesehatan.
Pada Pasal 19 UUPK sebenarnya mengatur pertanggungjawaban pelaku usaha pabrik danatau distributor pada umumnya, untuk
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan, dengan ketentuan bahwa ganti rugi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk Pengambilan uang atau penggantian barang
danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Ganti rugi harus telah diberikan dalam jangka waktu 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal transaksi.
18
Ahmadi miru,Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada,Jakarta2004 hal, 126
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jika kita kembali kepada asas umum dalam hukum perdata, dapat dikatakan bahwa siapapun yang tindakannya merugikan pihak lain, wajib
memberikan ganti rugi kepada pihak yang menderita kerugian tersebut. Secara umum, tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang di alami oleh
konsumen sebagai akibat penggunaan produk, baik yang berupa kerugian materi, fisik maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa ketentuan yang
telah di sebutkan, yang secara garis besarnya hanya ada dua kategori, yaitu tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi dan tuntutan ganti
kerugian yang berdasarkan perbuatan melanggar hukum.
19
a. Tuntutan berdasarkan wanprestasi
Dalam penerapan ketentuan yang berada dalam lingkungan hukum privat tersebut, terdapat perbedaan esensial antara tuntutan ganti
kerugian yang di dasarkan pada wanprestasi dengan tuntutan ganti kerugian yang di dasarkan pada perbuatan melanggar hukum. Apabila
tuntutan kerugian di dasarkan pada wanprestasi, maka terlebih dahulu tergugat dengan penggugat produsen dengan konsumen terikat suatu
perjanjian. Dengan demikian pihak ketiga bukan sebagai pihak dalam perjanjian yang di rugikan tidak dapat menuntut ganti kerugian dengan
alasan wanprestasi. Pada tindakan yang ini sudah terdapat hubungan hukum antara
pihak, dimana salah satu pihak dalam hubungan hukum tersebut telah melakukan suatu perbuatan yang merugikan pihak lain, dengan cara
tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana yang harus ia lakukan
19
Ibid hal,127
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
berdasarkan kesepakatan yang telah mereka capai. Tindakan yang merugikan ini memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk
meminta pembatalan atas perjanjian yang telah dibuat, beserta penggantian atas segala biaya, bunga, dan kerugian yang telah
dideritanya.
20
Dalam tanggung gugat berdasarkan adanya wanprestasi, kewajiban untuk membayar ganti kerugian tidak lain daripada akibat
penerapan klausula dalam perjanjian, yang merupakan ketentuan hukum yang oleh kedua pihak secara sukarela tunduk berdasarkan
perjanjiannya. Dengan demikian, bukan undang-undang yang menentukan apakah harus dibayar ganti kerugian atau berapa besar
ganti kerugian yang harus dibayar, melainkan kedua belah pihak yang menentukan syarat-syaratnya serta besarnya ganti kerugian yang harus
dibayar, dan apa yang telah diperjanjikan tersebut, mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Disamping ketentuan yang terdapat dalam perjanjian yang dibuat oleh para pihak, ketentuan tentang ganti kerugian yang
bersumber dari hukum pelengkap juga harus mendapat perhatian, seperti ketentuan tentang wan prestasi dan cacat tersembunyi serta
ketentuan lainnya. Ketentuan-ketentuan ini melengkapi ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, dan ketentuan ini hanya dapat
dikesampingkan jika para pihak menjanjikan lain.
20
Gunawan Widjaja, “Hukum Tentang Perlindungan Konsumen”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2001 hal 63
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum
Berbeda dengan ganti kerugian yang di dasarkan pada perikatan yang lahir dari perjanjian karena terjadinya wanprestasi, tuntutan ganti
kerugian yang di dasarkan pada perbuatan melanggar hukum tidak perlu di dahului dengan perjanjian antra produsen dengan konsumen,
sehingga tuntutan ganti kerugian dapat di lakukan oleh setiap pihak yang dirugikan, walaupun tidak pernah terdapat hubungan perjanjian
antara produsen dengan konsumen. Dengan demikian, pihak ketiga pun dapat menuntut ganti kerugian.
21
2.2. Kategori Penipuan Dengan Menggunakan Promo Berhadiah