Landasan Teori .1 Pelayanan KAJIAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pelayanan

2.2.1.1 Konsep Pelayanan

Menurut Soegiarto 2002:36 pelayanan diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang tingkatan pemuasnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun dilayani. Menurut Ratminto dan Winarsih 2006:5 pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, di daerah dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Boediono 2003:60 pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Berdasarkan pemikiran tentang pelayanan tersebut maka dapat diketahui bahwa pelayanan merupakan kegiatan yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari pengertian diatas, ada dua pihak yang terlibat didalamnya yaitu pelayan servant dan pelanggan customer. Dalam hal ini pelayan merupakan pihak yang menyediakan layanan bagi kebutuhan customer masyarakat. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Menurut peraturan daerah Provinsi Jawa Timur No. 11 tahun 2005 tentang pelayanan publik di Provinsi Jawa Timur pelayanan publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara yang terkait dengan kepentingan publik. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu instansi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan layanan sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan pelayanan administrasi yang tingkatan pemuasnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun dilayani. Sehingga penerima mendapatkan haknya melalui sistem prosedur dan metode tertentu sesuai dengan perundang-undangan.

2.2.1.2 Asas-Asas Pelayanan

Menurut Ratminto 2005:19 asas-asas pelayanan publik terdiri dari: 1. Transparan Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta secara mudah dimengerti. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kondisional Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas. 4. Partisipasi Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. 5. Kesamaan Hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi. 6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban Pemberi dan penerima pelayan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

2.2.1.3 Prinsip-prinsip Pelayanan

Menurut Islami 2004:4 dalam bukunya “Manajemen pelayan publik” setiap petugas pelayanan harus memahami beberapa prinsip pokok dalam memberikan pelayanan kepada masarakat yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 1. Prinsip Kesederhanaan Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanankan. 2. Kejelasan a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan atau sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik c. Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran 3. Kepastian Waktu Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. 4. Akurasi Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 5. Keamanan Proses produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum. 6. Tanggung Jawab Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 7. Kelengkapan sarana dan prasaran Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainya yang memadai termasuk penyedia sarana teknologi telekomunikasi dan informatika telematika. 8. Kemudahan Akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi, telekomunikasi dan informatika. 9. Kedisiplinan, Kesopanan, Keramahan Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. 10. Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

2.2.1.4. Transparansi pelayanan publik

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP26M.PAN22004 Tentang ”Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara”. Transparansi penyelenggaraan pelayanan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber dan pengawasan atau pengendalianya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi. Transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi: 1. Manajemen dan Penyelenggaraan Pelayanan Publik Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau pengendalian masyarakat. 2. Prosedur Pelayanan Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu pelayanan. 3. Persyaratan Teknis dan Administratif Pelayanan Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Rincian Biaya Pelayanan Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rincianya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayaranya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 5. Waktu Penyelesaiaan Pelayanan Waktu penyelesaian pelayanan adalah jangka waktu penyelesaian suatu pelayanan publik mulai dari dilengkapinya atau dipenuhinya persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan. 6. Pejabat yang Berwenang dan Bertanggung Jawab Pejabat atau petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan menyelesaikan keluhan, persoalan atau sengketa, diwajibkan memakai tanda pengenal dan papan nama dimeja atau tempat kerja petugas. 7. Lokasi Pelayanan Tempat dan lokasi pelayanan diusahakan harus tetap dan tidak berpindah-pindah, mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai termasuk penyedia sarana telekomunikasi dan informatika telematika. 8. Janji Pelayanan Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan instansi pemerintah dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. 9. Standar Pelayanan Publik Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. 10. Informasi Pelayanan Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap unit pelayanan instansi pemerintah, wajib mempublikasikan mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar, akta atau janji, motto pelayanan, lokasi serta pejabat atau yang berwenang dan bertanggung jawab.

2.2.1.5 Unsur-Unsur Pelayanan

Menurut Moenir H.A.S 2001:8 dalam bukunya ‘manajemen pelayanan umum” ada enam factor dalam mewujudkan pelaksanaan pelayanan antara lain: 1. Faktor Kesadaran Faktor ini menunjukan suatu keadaan pada jiwa seseorang yaitu merupakan titik tentu dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu keyakinan, ketenangan, ketetapan hati, dan keseimbangan dalam jiwa yang bersangkutan sebagai pangkal tilak untuk perbuatan yang akan dilakukan. 2. Faktor Aturan Aturan adalah peranan penting dalam segala tindakan dan perbuatan orang. Pada faktor manusia merupakan subyek aturan ditujukan pada hal yang penting yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber a. Kewenangan b. Pengetahuan dan pengalaman c. Kemampuan berbahasa dan bertutur kata d. Pemahaman pelaksanaan e. Disiplin pelaksanaan 3. Faktor Organisasi Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang maupun fasilitas dalam jangka tertentu. 4. Faktor Pendapatan Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang maupun fasilitas dalam jangka tertentu. 5. Faktor Kemampuan dan Ketrampilan Adalah keadaan seseorang yang dapat melaksanakan pekerjaan atas dasar ketentuan yang ada. 6. Faktor Sarana Pelayanan Adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam rangka memenuhi pekerjaan dan fungsi social dalam rangka memenuhi kepentingan konsumen. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Fungsi pelayanan adalah: a. Mempercepat proses pelaksanan pekerjaan, sehingga dapat menghemat waktu b. Meningkatkan produktifitas baik barang maupun jasa c. Kualitas produk yang lebih baik d. Ketetapan susunan dan stabilitas ukuran terjamin e. Lebih mudah dalam gerak pelakunya f. Menimbulkan rasa nyaman bagi orang-orang g. Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan

2.2.1.6 Teori Tentang Pelayanan

Zeithaml, Parasuraman dan Berry 1990:26 dalam Suparto Wijoyo:2006, menyebutkan ada lima hal yang berkaitan dengan kualitas pelayanan, yaitu: 1 Keandalan Reability Berkaitan dengan kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan. 2 Daya Tanggap Responsiveness Berkaitan dengan keinginan para staff untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 3 Jaminan Assurance Berkaitan dengan adanya kemampuan, kesopanan dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki setiap petugas atau pegawai, bebas dari bahaya, resiko, ketidakamanan maupun keragu-raguan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 4 Empati Emphaty Berkaitan dengan melakukan kemudahan, suatu komunikasi yang baik dan jelas serta dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan para pasien. 5 Berwujud Tangibles Berkaitan dengan adanya fasilitas fisik, perlengkapan petugas atau pegawai dan sasaran. 2.2.2 Akuntabilitas 2.2.2.1 Konsep Akuntabilitas Menurut Mahsun 2005:09 akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitasnya dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penekanan utama akuntabilitas publik adalah pemberian informasi kepada publik konstituen lainnya yang menjadi pemangku kepentingan stakeholder. Akuntabilitas publik juga terkait dengan kewajiban dengan untuk menjelaskan dan menjawab petanyaan mengenai apa yang telah, sedang, dan direncanakan akan dilakukan organisasi sektor publik. Menurut Kumorotomo 2005:3 akuntabilitas adalah ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesui dengan norma dan nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya. Dengan demikian akuntabilitas terkait dengan falsafah bahwa lembaga eksekutif pemerintah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber yang tugas utamanya adalah melayani rakyat harus bertanggung jawab secara langsung maupun tidak langsung kepada rakyat. Menurut Nisjar dalam Nasucha 2004:125 akuntabilitas sebagai kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak selaku penanggung gugat atas segala tindakan kebijakan yang ditetapkannya. Menurut Tokyo Declarations of Guidelines on Publik Akuntability dalam Nasucha 2004:126 akuntabilitas merupakan kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang terkait dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggung jawaban fiskal, manajerial, dan program. Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam Modul 1 Akuntabilitas dan Good Governance 2005:51 akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungan yang dilaksanakan secara periodik. Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkanbahwa akuntabilitas adalah kewajiban aparatur pemerintah dalam mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanan misi organisasi dalam mencapai Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungan yang dilaksanakan secara periodik.

2.2.2.2 Akuntabilitas Pelayanan Publik

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP26M.PAN22004 Tentang ”Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara”. Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pertanggungjawaban pelayanan publik meliputi: 1. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara lain: tingkat ketelitian akurasi, profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan dan kedisiplinan. b. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar atau Akta, Janji pelayanan publik yang telah ditetapkan. c. Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber penyimpangan dalam hal pencapaian standar, harus dilakukan upaya perbaikan. d. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan. e. Masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku. f. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 2. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik a. Biaya pelayanan dipunggut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. b. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan publik, harus ditangani oleh petugas atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan atau Surat Penugasan dari Pejabat yang berwenang. 3. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik a. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan. b. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. c. Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.2.2.3 Jenis Akuntabilitas

Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam Widodo 2001:153 membedakan akuntabilitas dalam lima macam, yaitu: 1. Fiscal Accountability, merupakan tanggung jawab atas dana publik yang digunakan 2. Legal Accountability, tanggung jawab atas ketaatan dalam peraturan perundang-undangan 3. Program Accountability, adalah tanggung jawab atas pelaksannan program 4. Process Accountability, adalah tanggung jawab atas pelaksannan prosedur 5. Outcome Accountability, adalah tanggung jawab atas pelaksannan tugas Menurut Muljadi 2006:10 akuntabilitas kinerja organisasi dapat ditegakkan bila akuntabilitas mencakup tiga aspek yang merupakan suatu sinerji, yaitu: 1. Akuntabilitas Manajerial ; dengan fokus pada kesanggupan pengelola organisasi dan efisiensi dalam pengalokasian sumber daya organisasi, seperti dana, aset atau harta kekayaan, tenaga kerja maupun sumber daya yang lain dari organisasi. Pertanggung jawaban berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan dibandingkan dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber organisasi dan pertanggung jawaban mengenai proses manajerial yang berkelanjutan. 2. Akuntabilitas Proses ; dengan fokus pertanggung jawaban pada kebijakan dan sinergi yang digunakan untuk mendukung kegiatan- kegiatan yang ditempuh organisasi mulai dari proses, perumusan ”perencanaan”, ”penganggaran”, ”pengorganisasian”, sampai dengan ”evaluasi” serta ”tindakan-tindakan koreksi” yang telah ditempuh, yaitu mengenai kesesuaian kegiatan dengan misi organisasi yang bersangkutan. 3. Akuntabilitas Program ; dengan fokus pada pencapaian hasil kegiatan organisasi, tentang upaya pemberian kepuasan atau kenyamanan kepada pelanggan dan pihak terkait atau yang berkepentingan stakeholder serta memberikan dampak positif pada kemajuan atau kesejahteraan masyarakat. Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam Widodo 2001 : 153 membedakan akuntabilitas menjadi tiga macam yaitu: 1. Akuntabilitas Keuangan Merupakan pertanggung jawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan 2. Akuntabilitas Manfaat Pada dasarnya memberi perhatian kepada hasil kegiatan-kegiatan pemerintah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 3. Akuntabilitas Prosedural Yaitu merupakan pertanggung jaweaban mengenai apakah suatu prosedur penetapan dan pelaksanaan suatu kebijakan telah mempertimbangkan masalah moralitas, etika, kepastian hukum, dan ketaatan pada keputusan politis untuk mendukung pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan Menurut Hopwood, Tomkins, Elwood dalam Mahmudi 2005:10 dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh lembaga-lembaga publik tersebut, antara lain: 1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran adalah akuntabilitas lembaga- lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Sedangkan akuntabilitas kejujuran menuntut adanya praktik organisasi yang sehat tidak terjadi mal praktik dan mal administrasi. 2. Akuntabilitas Manajerial Akuntabilitas Manajerial adalah pertanggung jawaban lembaga publik Untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efesien dan efektif. 3. Akuntabilitas Program Akuntabilitas Program adalah berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 4. Akuntabilitas Kebijakan Akuntabilitas Kebijakan terkait dengan pertanggung jawaban lembaga publik ataskebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak dimasa depan. 5. Akuntabilitas Finansial Akuntabilitas Finansial pertanggung jawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan uang publik publik money secara ekonomi, efektif dan efisien, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi. Dari sudut pandang fungsional, J.D Stewart dalam bukunya Andrianto 2007:23 mengidentifikasi bahwa akuntabilitas publik terdiri dari lima tingkatan: 1. Policy Accountability, yakni akuntabilitas atas pilihan-pilihan kebijakan yang dibuat. 2. Program Accountability, yakni akuntabilitas atas pencapaian tujuan atau hasil dan evektifitas yang dicapai. 3. Performance Accountability, yakni akuntabilitas terhadap pencapaian kegiatan yang efisien. 4. Process Accountability, yakni akuntabilitas atas penggunaan proses, prosedur, atau ukuran yang layak dalam melaksanakan tindakan- tindakan yang ditetapkan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 5. Probity and Legality Accountability, yakni akuntabilitas atas legalitas dan kejujuran penggunaan dana sesuai anggaran yang disetujui atau ketaatan terhadap undang-undang yang berlaku. 2.2.3 Kualitas Pelayanan 2.2.3.1 Konsep Kualitas Pelayanan Menurut Goetch dan Davis dalam Ariani 2003:8 kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Feigenbaum dalam Nasution 2000:3 mengemukakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya full customer satisfaction. Suatu produk berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Gasperz 2002:181 kualitas pelayanan sering diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan terhadap persyaratan atau kebutuhan. Menurut Barata 2003:6 kualitas pelayanan dapat dipandang dari dua perspektif yaitu internal berkaitan dengan interaksi jajaran pegawai organisasai atau perusahaan dengan berbagai fasilitas yang tersedia, kualitas eksternal didasarkan pada penyedia jasa dan penyediaan barang. Poin yang penting adalah ukuran kualitas pelayanan bukan hanya ditentukan oleh pihak yang dilayani, karena merekalah yang menikmati layanan sehingga dapat menggukur kualitas pelayanan berdasarkan harapan-harapan mereka dalam memenuhi kepuasan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah segala upaya yang dilakukan organisasi dalam memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan dengan berdasarkan pada standar dan asas-asas pelayanan. Jadi kualitas pelayanan merupakan hal yang memegang peranan penting dalam membentuk persepsi pelanggan sehingga organisasi baik publik maupun swasta berlomba-lomba untuk dapat menarik pelanggan dengan layanan yang dihasilkan karena pelayanan sering kali membentuk image masyarakat terhadaporganisasi pelayanan publik.

2.2.3.2 Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut penadapat Berry dan Parasuraman dalam Nasution 2004:5 mengidentifikasi lima kelompok karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa, yaitu: 1. Bukti Langsung Tangibles Melipiti fasilitas fisik, pelengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2. Keandalan Reliability Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan. 3. Daya Tanggap Responsiveness Yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberi pelayanan dengan tanggap. 4. Jaminan Assurance Mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 5. Empati Emphaty Kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan. Menurut Gasperz dalam lukman 2002:2 ada beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas pelayanan yang sebenarnya jika dijabarkan dalam 10 dimensi antara lain: 1. Ketepatan waktu pelayanan : berkaitan dengan waktu tunggu dan proses. 2. Akurasi pelayanan : berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas dari kesalahan-kesalahan. 3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Ini terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal yaitu : operator telepon, satpam, pengemudi, staf administrasi, kasir, dan lain-lain. 4. Tanggung Jawab : berkaitan dengan penerimaan pesanan, dan penangganan keluhan dari pelangan eksternal. 5. Kelengkapan : menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan komplementer lainnya. 6. Kemudahan mendapatkan pelayanan : berkaitan dengan banyaknya outlet dan banyaknya petugas yang melayani. 7. Variasi model pelayanan : berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, teatures keistimewaan dari pelayanan dan lain-lain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 8. Pelayanan pribadi : berkaitang dengan fleksibilitas penanganan permintaan khusus, dan lain-lain. 9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan : berkaitan dengan lokasi, ruang dan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir kendaraan, petunjuk-petunjuk dan bentuk-bentuk lain. 10. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik,AC dan lain-lain. 2.2.4 Pelayanan Kesehatan 2.2.4.1 Konsep Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga dan ataupun masyarakat Levely dan Loomba yang dikutip Azwar, 1996:35. Pengertian Pelayanan Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga binaan Masyarakat Permasyarakatan pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 4 yang mentebutkan bahwa : Pelayanan Kesehatan adalah upaya peningkatan kesehatan promotif, usaha pencegahan preventif, usaha penyembuhan penyakit kuratif, dan usaha pemulihan kesehatan rehabilitatif di bidang kesehatan. Berdasarkan konsep pengertian pelayanan kesehatan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung dengan cara menolong, menyediakan segala sesuatu yang diperlukan orang lain Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber melalui sarana alat untuk bisa terlaksana, memberikan atau mengadakan keperluan yang dibutuhkan agar keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial setiap orang hidup produktif secara ekonomis dengan suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya melalui setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasai untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, ataupun masyarakat.

2.2.4.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan

Dalam bukunya Entjang 2004:14 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan bertujuan upaya, usaha kesehatan dimasyarakat bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya baik jasmani maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang.

2.2.4.3 Sifat Upaya Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoadmojo 2005:5 sifat upaya penyelenggaraan pelaku kesehatan dibagi 3 yaitu: 1. Sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama primary health care Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang paling pertama bagi kasusu-kasus atau penyakit-penyakit ringan, pelayanan kesehatan ini adalah pelayanan kesehatan yang menyentuh kesehatan dimasyarakat, misalkan poliklinik, puskesmas,dlsb. 2. Sarana pelayanan kesehatan tingkat dua secondary health care Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang menangani kasus yang belum ada, misalnya puskesmas dengan rawat inap, Rumah Sakit Kabupaten, rumah sakit tipe D dan c dan rumah Bersalin. 3. Sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga tertiary health care Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan rujukan bagi kasusu yang tak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan tingkat dua, misalnya Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit tipe B atau A.

2.2.4.4 Bentuk dan Jenis Pelayanan Kesehatan

Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan jika dijabarkan menurut pendapat Hodgets dan Cascio dalam bukunya Azwar 2001:36 menjabarkan pelayanan kesehatan menjadi dua yaitu: 1. Pelayanan Kedokteran Pelayanan kesehatan yang pelaksanannya ditandai dengan cara pengorganisasian yang bersifat sendiri solo practice atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaranya terutama untuk perseorangan dan keluarga. 2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan yang pelaksanannya ditandai dengan cara pengorganisasian secara umum dengan cara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber kesehatan dan mencegah penyakit, serta sasaranya terutama untuk anggota kelompok dan masyarakat. 2.2.5 Kemiskinan 2.2.5.1 Konsep Kemiskinan Kemiskinan merupakan kondisi absolute atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai dan norma tertentu yang berlaku didalam masyarakat karena sebab-sebab natural, cultural dan struktur Nugroho dalam Kusnadi 2004:165 Kemiskinan adalah suatu situasi serba kekurangan dan disebabkan rendahnya ketrampilan, rendahnya produktifitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar produktifitas orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan musbiyanto dalam Mashoed, 2004:39 Sulistiyani dalam Kusnadi 2004:17 mengatakan kemiskinan adalah bilamana masyarakat berada pada suatu kondisi yang serba terbatas, baik dalam aksesbilitas para faktor produksi, peluang atau kesempatan usaha, pendidikan,fasilitas hidup lainya, sehingga dalam aktivitas maupun usaha menjadi sangat terbatas. Sedangkan Rahutani 2005:41 memandang kemiskinan sebagai kondisi seseorang tidak memiliki pendapatan yang cukup, sehingga tingkat tabunganya rendah. Berimplikasi pada tidak tersedianya modal untul meningkatkan produksi. Produksi tidak meningkat, maka pendapatan pun Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber tidak meningkat, dan membawa kearah kemiskinan itu kembali. Kemiskinan menyebabkan tidak dipunyainya akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, rumah yang layak, fasilitas kredit, serta tidak memiliki jaringan sosial, sehingga penduduk miskin tidak dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan bagi kehidupan mereka. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kemiskinan adalah suatu serba kekurangan dari penduduk dan disebabkan karena rendahnya ketrampilan, rendahnya produktifitas dan rendahnya pendapatan sehingga dalam setiap aktivitas maupun usaha menjadi serba terbatas serta ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.

2.2.5.2 Bentuk-bentuk Kemiskinan

Jamasy dalam Kusnadi 2004:30 mengemukakan beberapa bentuk kemiskinan, masing-masing bentuk mempunyai arti tersendiri, keempat bentuk tersebut adalah: 1 Kemiskinan Absolut Yaitu apabila tingkat pendapatanya dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, antara lain : Kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 2 Kemiskinan Relatif Yaitu kondisi dimana pendapatanya berada pada posisi diatas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya. 3 Kemiskinan Struktural Yaitu suatu kondisi atau situasi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan. 4 Kemiskinan Kultural Yaitu mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya.

2.2.5.3 Penyebab Kemiskinan

Kartasasmita 1996:240 mengemukakan empat penyebab kemiskinan di Indonesia yang satu sama lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi, adapun empat penyebab tersebut adalah: 1 Rendahnya taraf pendidikan Tarif pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan pekerjaan yang akan dimasuki. 2 Rendahya derajat kesehatan Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 3 Terbatasnya lapangan kerja Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diberatkan oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. 4 Kondisi keterisolasian Banyaknya penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolir. Sutrisno 2001:56 penyebabkan pelestarian kemiskinan yang lain adalah adanya pola hidup ”gali lubang tutup lubang”. Jika semula penduduk desa memiliki mekanisme pertahanan terhadap kredit ”takut mempunyai utang” saat ini mekanisme pertahanan seperti itu telah banyak mengalami erosi karena semakin banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi walaupun dengan berhutang, karena pendapataan mereka masih rendah. Sharp dalam Kusnadi 2004:157 penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu: 1 Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. 2 Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah, sehingga mendapatkan upah yang rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 3 Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

2.2.5.4 Kategori Orang Miskin

Remi 2002:2 mengatakan bahwa untuk keberhasilan pengentasan kemiskinan, harus dimulai dengan mengidentifikasi siapa yang tergolong miskin dan dimana mereka berada. Untuk mengidentifikasi siapa yang tergolong orang miskin dapat dilihat dari : 1 Karakteristik penduduk antara lain adalah sumber-sumber pendapatan, pola-pola konstansi dan pengeluaran, tingkat ketergantungan. 2 Karakteristik demografi sosial diantaranya adalah tingkat pendidikan, cara memperoleh fasilitas kesehatan, jumlah anggota keluarga, dan lain-lain. Sedangkan untuk menemukan dimana orang yang tergolong miskin adalah dengan menguji karakteristik geografi, yaitu dimana orang miskin tersebut terkonsentrasi, apakah diwilayah perdesaan atau perkotaan. Gambaran pola tentang konsumsi makanan dan bukan menekan dari kelompok komunitas miskin dan bukan miskin, menunjukan bahwa secara umum porsi konsumsi makanan dari rumah tangga miskin sampai sebesar 70,6 dibandingkan dengan posisi bukan rumah tangga miskin hanya 19,31 Remi 2002:17. Situasi orang miskin menurut Chambers dalam Sutrisno 2001:18 mempunyai tanda-tanda sebagai berikut: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 1 Rumah mereka reot dan dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah, peralatan angat minim, tidak memiliki MCK sendiri, ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi ”gali lubang tutup lubang”. 2 Pendapatan mereka tidak menentu dan dalam jumlah yang sangat tidak memadai, dengan pendapatan yang kecil dan tidak menentu maka keluarga miskin menghabiskan apa yang mereka peroleh saat itu juga. 3 Keterasingan yang bisa disebabkan karena tempat tinggalnya yang secara geografis terasing atau tadak memiliki akses terhadap sumber- sumber informasi yang ada. 4 Kerentanan, biasanya keluarga miskin tidak memiliki cadangan baik berupa uang atau makanan untuk menghadapi keadaan darurat. Apabila terjadi keadaan darurat seperti paceklik maka mereka akan menjual barang apa saja yang mereka miliki atau berhutang.

2.2.5.5 Perangkap Kemiskinan

Menurut Mashoed 2004:86 banyak penduduk miskin terperangkap kedalam perangkap lingkaran kemiskinan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Property Keadaan miskin sehinggga tidak mampu untuk membeli makanan yang cukup lemaktidak sehat, tidak bisa bekerja produktif, pendapatan sedikit, pendidikan rendah, peluang kerja sedikit, dan sebagainya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 2 Colation Hidup terisolasi atau tertinggal, jauh dari pusat pemberian pelayanan, tidak mendapat pendidikan yang cukup, tidak memperoleh pinjaman uang atau pijaman modal dan sebagainya. 3 Poweleesness Penduduk miskin tidak berdaya karena dieksploitasi oleh orang kaya mereka tidak punya daya untuk memperoleh akses sumber-sumber dari negara pemerintah, tidak berdaya secara hukum atau perlakuan hukum yang tidak adil, status sosialnya yang rendah, suara orang miskin tidak didengar, tidk punya akses politik dan sebagainya. 4 Vulnerability Kerentanan hidup sangat miskin menyebabkan mereka sangat mudah terkena guncangan ekonomi sekecil apapun, untuk bisa bertahan hidup sering kali mereka terpaksa harus menjual atau mengandalkan aset produktifnya untuk bisa makan atau memperoleh pengobatan sekedarnya. 5 Physicalweaknes Penduduk yang fisiknya lemah tidak mungkin dapat bekerja secara produktif, sering sakit dan tidak cukup makan.

2.2.5.6 Masalah Kemiskinan Apabila dilihat dari posisi kemiskinan masyarakat maka terdapat

beberapa masalah kemiskinan yang menjadi perhatian Mashoed, 2004:44 diantaranya adalah: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 1 Masalah kerentanan Bahwa penanganan terhadap masalah kemiskinan masyarakat disamping diarahkan untuk menangani masalah kesejahteraan dengan memberikan sejumlah program peningkatan kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian masyarakat. 2 Masalah Ketidakberdayaan Karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, tidak mendapat kesempatan, untuk ikut menentukan keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. 3 Masalah tertutupnya akses masyarakat terhadap peluang kerja Karena hubungan produksi didalam masyarakat tidak member peluang kepad mereka untuk berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan kerja. 4 Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses pada pasar lantaran aksesbilitasyang rendah dan arena kondisi alam yang miskin . 5 Masalah kemiskinan juga terindentifikasi Karena penghasilan masyarakat sebagain besar dihabiskan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dalam kuantitas dan kualitas yang tewrbatas, sehingga produktifitas mereka rendah. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 6 Masalah kemiskinan juga ditandaidengan tingginya angka kelahiran karena besarnya anggota keluarga sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk membayar pendidikan dan kesehatan. Akibatnya sumber daya manusianya menjadi rendah.

2.2.5.7 Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Kartasasmita 1996:241 mengatakan untuk menanggulangi kemiskinan sekaligus memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya, diperlukan upaya untuk memadukan berbagai kebilaksanaan dan program pembangunan yang tersebar diberbagai sector dan wilayah. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan tertuang dalam tiga arah kebijaksanaan yaitu: 1 Kebijaksanaan Tidak Langsung Yang diarahkan penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penaggulangan kemiskinan. 2 Kebijaksanaan Langsung Yang ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah. 3 Kebijaksanaan khusus Untuk mempersiapkan masyarakat miskin itu sendiri dan aparat yang bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran program dan sekaligus memacu dan memperluas upaya untuk menaggulangi kemiskinan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 2.2.6 Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda 2.2.6.1 Konsep Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda Program Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan kesehatan di daerah Provinsi berupa perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan kesehatan yang memberikan jaminan bagi seluruh warga masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Adapun tujuan Program Jaminan Kesehatan Daerah sesuai dengan Pedoman Buku Jamkesda 2010:4 ada dua tujuan adalah : Tujuan Umum: Meningkatya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin di Kota Mojokerto agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Tujuan Khusus: 1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit Dr Wahidin Sudiro Husodo. 2. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar dan dilaksanankan dengan mudah, ramah, dan profesional. 3. Pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. 4. Pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Adapun sasaran Program Pelayanan Kesehatan yang dijamin Pemerintah Kota Mojokerto adalah seluruh masyarakat miskin di Kota Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Mojokerto yang ditetapkan dalam Keputusan Walikota sesuai dengan Pedoman Buku Jamkesda 2010:4 Adapun Administrasi kepesertaan sesuai dengan Pedoman Buku Jamkesda 2010: 7 meliputi: 1. KTP atau Kartu Susunan Keluarga KSK Kota Mojokerto untuk masyarakat non kuota. 2. Masyarakat miskin peserta jamkesda ditetapkan dengan Keputusan Walikota Mojokerto. 3. Kartu Jamkesda Kota Mojokerto diterbitkan oleh Pemerintah Kota Mojokerto yang berlaku bagi masyarakat miskin peserta jamkesda yang dijamin oleh Pemerintah Kota Mojokerto atau Kota yang telah melekukan Perjanjian Kerjasama dengan Penyedia Jasa Asuransi Pelayanan Kesehatan. 4. Selama masa transisi tanda kepesertaan bagi masyarakat miskin dapat menggunakan daftar peserta yang telah ditetapkan oleh Walikota Mojokerto dengan disertai KTP dan KSK yang dilegalisir oleh kelurahan setempat, sampai kartu jamkesda terbit dan terdistribusi pada peserta Jamkesda. 5. Bayi baru lahir kepesertaanya mengikuti KTP atau Kartu Susunan Keluarga KSK orang tua disertai surat keterangan kelahiran. 6. Masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas KTPKSK seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam Keputusan Walikota Mojokerto Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber akan ditetapkan dengan surat keterangan dari Kepala Puskesmas atau Direktur RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dan dikoordinasikan dengan Dinas Sosial Kota Mojokerto. Adapun Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesda sebagai berikut: 1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar dapat berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya. 2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan peserta jamkesda menunjukkan kartu jamkesda dan dilengkapi dengan KTP dan KK. 3. Pelayanan kesehatan di puskesmas meliputi rawat jalan, rawat inap dan pelayanan penunjang. 4. Pelayanan kesehatan rawat inap di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo diberlakukan hanya di kelas III. 5. Rujukan pasien dilakukan secara berjenjang dari Puskesmas ke Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo. 6. Apabila atas indikasi medis pasien membutuhkan rujukan ke RS Provinsi dapat dilakukan karena alasan indikasi medis, maka selanjutnya menjadi beban jamkesda Provinsi. Ketidaktersediaan alat kesehatan dan tenaga ahli di RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo, hal tersebut tak berlaku kecuali kasus gawat darurat dan kasus jiwa. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 7. Pelayanan kesehatan rujukan harus disertai surat rujukan, kartu jamkesda, KTP, dan KK, kecuali pada kasus gawat darurat dapat dilakukan tanpa disertai surat rujukan. 8. Pelayanan Kesehatan rujukan sebagaimana di maksud di atas meliputi: a. Pelayanan RTJL dan RITL kelas III di RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo b. Pelayanan obat-obatan dan alat atau bahan habis pakai c. Pelayanan rujukan spesialis, spesimen dan penunjang diagnostik d. Pelayanan transportasi rujukan ke RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo maupun tingkat Provinsi memakai ambulance sesuai dengan ketentuan yang berlaku Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Gambar 1

2.2.7 Kerangka Berpikir

Perjanjian kerjasama antara Gubernur Jawa Timur dengan BupatiWalikota tanggal 18 Nopember 2009 tentang Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang Dijamin oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah KabupatenKota Tahun 2009 RSU Dinas Kesehatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Untuk Mengetahui Pelayanan Kesehatan Jamkesda di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dilihat dari:

2. Akuntabilitas

Kepuasan Masyarakat Tentang Pelayanan Kesehatan JAMKESDA Program Jamkesda

1. Transparansi

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 55

BAB III METODE PENELITIAN