2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pelayanan
2.2.1.1 Konsep Pelayanan
Menurut Soegiarto 2002:36 pelayanan diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang
tingkatan pemuasnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun dilayani.
Menurut Ratminto dan Winarsih 2006:5 pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa
publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, di daerah dan lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Menurut Boediono 2003:60 pelayanan adalah suatu proses
bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan
keberhasilan. Berdasarkan pemikiran tentang pelayanan tersebut maka dapat diketahui bahwa pelayanan merupakan kegiatan yang sifatnya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari pengertian diatas, ada dua pihak yang terlibat didalamnya yaitu pelayan servant dan pelanggan customer.
Dalam hal ini pelayan merupakan pihak yang menyediakan layanan bagi kebutuhan customer masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Menurut peraturan daerah Provinsi Jawa Timur No. 11 tahun 2005 tentang pelayanan publik di Provinsi Jawa Timur pelayanan publik adalah
segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan
atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara yang terkait dengan kepentingan publik.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara
pelayanan publik yaitu instansi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan layanan sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas
suatu barang, jasa dan pelayanan administrasi yang tingkatan pemuasnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun dilayani. Sehingga
penerima mendapatkan haknya melalui sistem prosedur dan metode tertentu sesuai dengan perundang-undangan.
2.2.1.2 Asas-Asas Pelayanan
Menurut Ratminto 2005:19 asas-asas pelayanan publik terdiri dari:
1. Transparan
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta secara mudah
dimengerti.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2. Akuntabilitas
Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan
efektifitas. 4.
Partisipasi Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
2.2.1.3 Prinsip-prinsip Pelayanan
Menurut Islami 2004:4 dalam bukunya “Manajemen pelayan publik” setiap petugas pelayanan harus memahami beberapa prinsip pokok
dalam memberikan pelayanan kepada masarakat yaitu:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
1. Prinsip Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanankan.
2. Kejelasan
a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik
b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan atau sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran
3. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 5.
Keamanan Proses produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian
hukum. 6.
Tanggung Jawab Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
7. Kelengkapan sarana dan prasaran
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainya yang memadai termasuk penyedia sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika telematika. 8.
Kemudahan Akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi, telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, Kesopanan, Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
2.2.1.4. Transparansi pelayanan publik
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP26M.PAN22004 Tentang ”Petunjuk Teknis Transparansi
dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara”. Transparansi penyelenggaraan
pelayanan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
dan pengawasan atau pengendalianya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.
Transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi:
1. Manajemen dan Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
atau pengendalian masyarakat. 2.
Prosedur Pelayanan Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang
berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka
penyelesaian suatu pelayanan. 3.
Persyaratan Teknis dan Administratif Pelayanan Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 4.
Rincian Biaya Pelayanan Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rincianya dengan nama atau
sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayaranya ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
5. Waktu Penyelesaiaan Pelayanan
Waktu penyelesaian pelayanan adalah jangka waktu penyelesaian suatu pelayanan publik mulai dari dilengkapinya atau dipenuhinya
persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan.
6. Pejabat yang Berwenang dan Bertanggung Jawab
Pejabat atau petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan menyelesaikan keluhan, persoalan atau
sengketa, diwajibkan memakai tanda pengenal dan papan nama dimeja atau tempat kerja petugas.
7. Lokasi Pelayanan
Tempat dan lokasi pelayanan diusahakan harus tetap dan tidak berpindah-pindah, mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan,
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai termasuk penyedia sarana telekomunikasi dan informatika
telematika. 8.
Janji Pelayanan Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja
pelayanan instansi pemerintah dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat.
9. Standar Pelayanan Publik
Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.
10. Informasi Pelayanan
Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap unit pelayanan instansi pemerintah, wajib mempublikasikan
mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar, akta atau janji, motto pelayanan, lokasi serta pejabat atau yang berwenang dan
bertanggung jawab.
2.2.1.5 Unsur-Unsur Pelayanan
Menurut Moenir H.A.S 2001:8 dalam bukunya ‘manajemen pelayanan umum” ada enam factor dalam mewujudkan pelaksanaan
pelayanan antara lain: 1.
Faktor Kesadaran Faktor ini menunjukan suatu keadaan pada jiwa seseorang yaitu
merupakan titik tentu dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu keyakinan, ketenangan, ketetapan hati, dan keseimbangan dalam
jiwa yang bersangkutan sebagai pangkal tilak untuk perbuatan yang akan dilakukan.
2. Faktor Aturan
Aturan adalah peranan penting dalam segala tindakan dan perbuatan orang. Pada faktor manusia merupakan subyek aturan ditujukan pada
hal yang penting yaitu:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
a. Kewenangan
b. Pengetahuan dan pengalaman
c. Kemampuan berbahasa dan bertutur kata
d. Pemahaman pelaksanaan
e. Disiplin pelaksanaan
3. Faktor Organisasi
Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang
maupun fasilitas dalam jangka tertentu. 4.
Faktor Pendapatan Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan
pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang maupun fasilitas dalam jangka tertentu.
5. Faktor Kemampuan dan Ketrampilan
Adalah keadaan seseorang yang dapat melaksanakan pekerjaan atas dasar ketentuan yang ada.
6. Faktor Sarana Pelayanan
Adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam rangka
memenuhi pekerjaan dan fungsi social dalam rangka memenuhi kepentingan konsumen.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Fungsi pelayanan adalah: a.
Mempercepat proses pelaksanan pekerjaan, sehingga dapat menghemat waktu
b. Meningkatkan produktifitas baik barang maupun jasa
c. Kualitas produk yang lebih baik
d. Ketetapan susunan dan stabilitas ukuran terjamin
e. Lebih mudah dalam gerak pelakunya
f. Menimbulkan rasa nyaman bagi orang-orang
g. Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan
2.2.1.6 Teori Tentang Pelayanan
Zeithaml, Parasuraman dan Berry 1990:26 dalam Suparto Wijoyo:2006, menyebutkan ada lima hal yang berkaitan dengan kualitas
pelayanan, yaitu: 1
Keandalan Reability Berkaitan dengan kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan
segera dan memuaskan. 2
Daya Tanggap Responsiveness Berkaitan dengan keinginan para staff untuk membantu para pelanggan
dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 3
Jaminan Assurance Berkaitan dengan adanya kemampuan, kesopanan dan sifat yang dapat
dipercaya yang dimiliki setiap petugas atau pegawai, bebas dari bahaya, resiko, ketidakamanan maupun keragu-raguan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
4 Empati Emphaty
Berkaitan dengan melakukan kemudahan, suatu komunikasi yang baik dan jelas serta dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan para
pasien. 5
Berwujud Tangibles Berkaitan dengan adanya fasilitas fisik, perlengkapan petugas atau
pegawai dan sasaran.
2.2.2 Akuntabilitas 2.2.2.1 Konsep Akuntabilitas
Menurut Mahsun 2005:09 akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitasnya dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Penekanan utama akuntabilitas publik adalah pemberian informasi kepada publik konstituen lainnya yang menjadi pemangku
kepentingan stakeholder. Akuntabilitas publik juga terkait dengan kewajiban dengan untuk menjelaskan dan menjawab petanyaan mengenai
apa yang telah, sedang, dan direncanakan akan dilakukan organisasi sektor publik.
Menurut Kumorotomo 2005:3 akuntabilitas adalah ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang
dilakukan oleh pemerintah sudah sesui dengan norma dan nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu
mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya. Dengan demikian akuntabilitas terkait dengan falsafah bahwa lembaga eksekutif pemerintah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
yang tugas utamanya adalah melayani rakyat harus bertanggung jawab secara langsung maupun tidak langsung kepada rakyat.
Menurut Nisjar dalam Nasucha 2004:125 akuntabilitas sebagai kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak selaku penanggung
gugat atas segala tindakan kebijakan yang ditetapkannya. Menurut Tokyo Declarations of Guidelines on Publik Akuntability
dalam Nasucha 2004:126 akuntabilitas merupakan kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola
sumber-sumber daya publik dan yang terkait dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggung jawaban fiskal, manajerial,
dan program. Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan dalam Modul 1 Akuntabilitas dan Good Governance 2005:51 akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban
untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
melalui suatu media pertanggungan yang dilaksanakan secara periodik. Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan
perwujudan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkanbahwa akuntabilitas adalah kewajiban aparatur pemerintah dalam mempertanggung jawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanan misi organisasi dalam mencapai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungan yang dilaksanakan secara periodik.
2.2.2.2 Akuntabilitas Pelayanan Publik
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP26M.PAN22004 Tentang ”Petunjuk Teknis Transparansi
dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara”. Penyelenggaraan pelayanan publik harus
dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pertanggungjawaban pelayanan publik meliputi:
1. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik
a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan
proses yang antara lain: tingkat ketelitian akurasi, profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan
termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan dan kedisiplinan.
b. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar
atau Akta, Janji pelayanan publik yang telah ditetapkan. c.
Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau
pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
penyimpangan dalam hal pencapaian standar, harus dilakukan upaya perbaikan.
d. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan
publik harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan. e.
Masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku.
f. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian
dalam pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik
a. Biaya pelayanan dipunggut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan. b.
Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan publik, harus ditangani oleh petugas atau pejabat yang
ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan atau Surat Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
3. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik
a. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.
b. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. c.
Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.2.2.3 Jenis Akuntabilitas
Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam Widodo 2001:153 membedakan akuntabilitas dalam lima macam, yaitu:
1. Fiscal Accountability, merupakan tanggung jawab atas dana publik
yang digunakan 2.
Legal Accountability, tanggung jawab atas ketaatan dalam peraturan perundang-undangan
3. Program Accountability, adalah tanggung jawab atas pelaksannan
program 4.
Process Accountability, adalah tanggung jawab atas pelaksannan prosedur
5. Outcome Accountability, adalah tanggung jawab atas pelaksannan
tugas Menurut Muljadi 2006:10 akuntabilitas kinerja organisasi dapat
ditegakkan bila akuntabilitas mencakup tiga aspek yang merupakan suatu sinerji, yaitu:
1. Akuntabilitas Manajerial ; dengan fokus pada kesanggupan pengelola
organisasi dan efisiensi dalam pengalokasian sumber daya organisasi, seperti dana, aset atau harta kekayaan, tenaga kerja maupun sumber
daya yang lain dari organisasi. Pertanggung jawaban berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan dibandingkan dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
organisasi dan pertanggung jawaban mengenai proses manajerial yang berkelanjutan.
2. Akuntabilitas Proses ; dengan fokus pertanggung jawaban pada
kebijakan dan sinergi yang digunakan untuk mendukung kegiatan- kegiatan yang ditempuh organisasi mulai dari proses, perumusan
”perencanaan”, ”penganggaran”, ”pengorganisasian”, sampai dengan ”evaluasi” serta ”tindakan-tindakan koreksi” yang telah ditempuh,
yaitu mengenai kesesuaian kegiatan dengan misi organisasi yang bersangkutan.
3. Akuntabilitas Program ; dengan fokus pada pencapaian hasil kegiatan
organisasi, tentang upaya pemberian kepuasan atau kenyamanan kepada pelanggan dan pihak terkait atau yang berkepentingan
stakeholder serta memberikan dampak positif pada kemajuan atau kesejahteraan masyarakat.
Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam Widodo 2001 : 153 membedakan akuntabilitas menjadi tiga macam yaitu:
1. Akuntabilitas Keuangan
Merupakan pertanggung jawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
2. Akuntabilitas Manfaat
Pada dasarnya memberi perhatian kepada hasil kegiatan-kegiatan pemerintah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3. Akuntabilitas Prosedural
Yaitu merupakan pertanggung jaweaban mengenai apakah suatu prosedur penetapan dan pelaksanaan suatu kebijakan telah
mempertimbangkan masalah moralitas, etika, kepastian hukum, dan ketaatan pada keputusan politis untuk mendukung pencapaian tujuan
akhir yang telah ditetapkan Menurut Hopwood, Tomkins, Elwood dalam Mahmudi 2005:10
dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh lembaga-lembaga publik tersebut, antara lain:
1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran adalah akuntabilitas lembaga- lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati
ketentuan hukum yang berlaku. Sedangkan akuntabilitas kejujuran menuntut adanya praktik organisasi yang sehat tidak terjadi mal
praktik dan mal administrasi. 2.
Akuntabilitas Manajerial Akuntabilitas Manajerial adalah pertanggung jawaban lembaga publik
Untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efesien dan efektif. 3.
Akuntabilitas Program Akuntabilitas Program adalah berkaitan dengan pertimbangan apakah
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil
yang optimal dengan biaya yang minimal.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
4. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas Kebijakan terkait dengan pertanggung jawaban lembaga publik ataskebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan dampak dimasa depan. 5.
Akuntabilitas Finansial Akuntabilitas Finansial pertanggung jawaban lembaga-lembaga publik
untuk menggunakan uang publik publik money secara ekonomi, efektif dan efisien, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta
korupsi. Dari sudut pandang fungsional, J.D Stewart dalam bukunya
Andrianto 2007:23 mengidentifikasi bahwa akuntabilitas publik terdiri dari lima tingkatan:
1. Policy Accountability, yakni akuntabilitas atas pilihan-pilihan
kebijakan yang dibuat. 2.
Program Accountability, yakni akuntabilitas atas pencapaian tujuan atau hasil dan evektifitas yang dicapai.
3. Performance Accountability, yakni akuntabilitas terhadap pencapaian
kegiatan yang efisien. 4.
Process Accountability, yakni akuntabilitas atas penggunaan proses, prosedur, atau ukuran yang layak dalam melaksanakan tindakan-
tindakan yang ditetapkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
5. Probity and Legality Accountability, yakni akuntabilitas atas legalitas
dan kejujuran penggunaan dana sesuai anggaran yang disetujui atau ketaatan terhadap undang-undang yang berlaku.
2.2.3 Kualitas Pelayanan 2.2.3.1 Konsep Kualitas Pelayanan
Menurut Goetch dan Davis dalam Ariani 2003:8 kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Feigenbaum dalam Nasution 2000:3 mengemukakan bahwa
kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya full customer satisfaction. Suatu produk berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya
kepada konsumen sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Gasperz 2002:181 kualitas pelayanan sering diartikan
sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan terhadap persyaratan atau kebutuhan.
Menurut Barata 2003:6 kualitas pelayanan dapat dipandang dari dua perspektif yaitu internal berkaitan dengan interaksi jajaran pegawai
organisasai atau perusahaan dengan berbagai fasilitas yang tersedia, kualitas eksternal didasarkan pada penyedia jasa dan penyediaan barang. Poin yang
penting adalah ukuran kualitas pelayanan bukan hanya ditentukan oleh pihak yang dilayani, karena merekalah yang menikmati layanan sehingga dapat
menggukur kualitas pelayanan berdasarkan harapan-harapan mereka dalam memenuhi kepuasan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah segala upaya yang dilakukan organisasi dalam memenuhi
keinginan atau kebutuhan pelanggan dengan berdasarkan pada standar dan asas-asas pelayanan. Jadi kualitas pelayanan merupakan hal yang memegang
peranan penting dalam membentuk persepsi pelanggan sehingga organisasi baik publik maupun swasta berlomba-lomba untuk dapat menarik pelanggan
dengan layanan yang dihasilkan karena pelayanan sering kali membentuk image masyarakat terhadaporganisasi pelayanan publik.
2.2.3.2 Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut penadapat Berry dan Parasuraman dalam Nasution 2004:5 mengidentifikasi lima kelompok karakteristik yang digunakan oleh
para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa, yaitu: 1.
Bukti Langsung Tangibles Melipiti fasilitas fisik, pelengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.
2. Keandalan Reliability
Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
3. Daya Tanggap Responsiveness
Yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberi pelayanan dengan tanggap.
4. Jaminan Assurance
Mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
5. Empati Emphaty
Kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Menurut Gasperz dalam lukman 2002:2 ada beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas pelayanan
yang sebenarnya jika dijabarkan dalam 10 dimensi antara lain: 1.
Ketepatan waktu pelayanan : berkaitan dengan waktu tunggu dan proses.
2. Akurasi pelayanan : berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas
dari kesalahan-kesalahan. 3.
Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Ini terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal
yaitu : operator telepon, satpam, pengemudi, staf administrasi, kasir, dan lain-lain.
4. Tanggung Jawab : berkaitan dengan penerimaan pesanan, dan
penangganan keluhan dari pelangan eksternal. 5.
Kelengkapan : menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan komplementer lainnya.
6. Kemudahan mendapatkan pelayanan : berkaitan dengan banyaknya
outlet dan banyaknya petugas yang melayani. 7.
Variasi model pelayanan : berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, teatures keistimewaan dari
pelayanan dan lain-lain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
8. Pelayanan pribadi : berkaitang dengan fleksibilitas penanganan
permintaan khusus, dan lain-lain. 9.
Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan : berkaitan dengan lokasi, ruang dan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir
kendaraan, petunjuk-petunjuk dan bentuk-bentuk lain. 10.
Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik,AC dan lain-lain.
2.2.4 Pelayanan Kesehatan 2.2.4.1 Konsep Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga dan ataupun masyarakat
Levely dan Loomba yang dikutip Azwar, 1996:35. Pengertian Pelayanan Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga binaan Masyarakat Permasyarakatan pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
ayat 4 yang mentebutkan bahwa : Pelayanan Kesehatan adalah upaya peningkatan kesehatan promotif, usaha pencegahan preventif, usaha
penyembuhan penyakit kuratif, dan usaha pemulihan kesehatan rehabilitatif di bidang kesehatan.
Berdasarkan konsep pengertian pelayanan kesehatan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung dengan
cara menolong, menyediakan segala sesuatu yang diperlukan orang lain
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
melalui sarana alat untuk bisa terlaksana, memberikan atau mengadakan keperluan yang dibutuhkan agar keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial setiap orang hidup produktif secara ekonomis dengan suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai
faktor yang berusaha mempengaruhinya melalui setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasai
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, ataupun masyarakat.
2.2.4.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan
Dalam bukunya Entjang 2004:14 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan bertujuan upaya, usaha kesehatan dimasyarakat bertujuan untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya baik jasmani maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang.
2.2.4.3 Sifat Upaya Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Menurut Notoadmojo 2005:5 sifat upaya penyelenggaraan pelaku kesehatan dibagi 3 yaitu:
1. Sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama primary health care
Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang paling pertama bagi kasusu-kasus atau penyakit-penyakit ringan, pelayanan kesehatan ini
adalah pelayanan kesehatan yang menyentuh kesehatan dimasyarakat, misalkan poliklinik, puskesmas,dlsb.
2. Sarana pelayanan kesehatan tingkat dua secondary health care
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang menangani kasus yang belum ada, misalnya puskesmas dengan rawat inap, Rumah
Sakit Kabupaten, rumah sakit tipe D dan c dan rumah Bersalin. 3.
Sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga tertiary health care Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan rujukan bagi kasusu yang
tak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan tingkat dua, misalnya Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit
tipe B atau A.
2.2.4.4 Bentuk dan Jenis Pelayanan Kesehatan
Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan jika dijabarkan menurut pendapat Hodgets dan Cascio dalam bukunya Azwar 2001:36 menjabarkan
pelayanan kesehatan menjadi dua yaitu: 1.
Pelayanan Kedokteran Pelayanan kesehatan yang pelaksanannya ditandai dengan cara
pengorganisasian yang bersifat sendiri solo practice atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaranya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan yang pelaksanannya ditandai dengan cara pengorganisasian secara umum dengan cara bersama-sama dalam suatu
organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
kesehatan dan mencegah penyakit, serta sasaranya terutama untuk anggota kelompok dan masyarakat.
2.2.5 Kemiskinan 2.2.5.1 Konsep Kemiskinan
Kemiskinan merupakan kondisi absolute atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah
tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai dan norma tertentu yang berlaku didalam masyarakat
karena sebab-sebab natural, cultural dan struktur Nugroho dalam Kusnadi 2004:165
Kemiskinan adalah suatu situasi serba kekurangan dan disebabkan rendahnya ketrampilan, rendahnya produktifitas, rendahnya pendapatan,
lemahnya nilai tukar produktifitas orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan musbiyanto dalam Mashoed, 2004:39
Sulistiyani dalam Kusnadi 2004:17 mengatakan kemiskinan adalah bilamana masyarakat berada pada suatu kondisi yang serba terbatas,
baik dalam aksesbilitas para faktor produksi, peluang atau kesempatan usaha, pendidikan,fasilitas hidup lainya, sehingga dalam aktivitas maupun
usaha menjadi sangat terbatas. Sedangkan Rahutani 2005:41 memandang kemiskinan sebagai
kondisi seseorang tidak memiliki pendapatan yang cukup, sehingga tingkat tabunganya rendah. Berimplikasi pada tidak tersedianya modal untul
meningkatkan produksi. Produksi tidak meningkat, maka pendapatan pun
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
tidak meningkat, dan membawa kearah kemiskinan itu kembali. Kemiskinan menyebabkan tidak dipunyainya akses terhadap pendidikan, layanan
kesehatan, rumah yang layak, fasilitas kredit, serta tidak memiliki jaringan sosial, sehingga penduduk miskin tidak dapat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan bagi kehidupan mereka. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kemiskinan
adalah suatu serba kekurangan dari penduduk dan disebabkan karena rendahnya ketrampilan, rendahnya produktifitas dan rendahnya pendapatan
sehingga dalam setiap aktivitas maupun usaha menjadi serba terbatas serta ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat
menjadi ketimpangan.
2.2.5.2 Bentuk-bentuk Kemiskinan
Jamasy dalam Kusnadi 2004:30 mengemukakan beberapa bentuk kemiskinan, masing-masing bentuk mempunyai arti tersendiri, keempat
bentuk tersebut adalah: 1
Kemiskinan Absolut Yaitu apabila tingkat pendapatanya dibawah garis kemiskinan atau
sejumlah pendapatanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, antara lain : Kebutuhan pangan, sandang, kesehatan,
perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2 Kemiskinan Relatif
Yaitu kondisi dimana pendapatanya berada pada posisi diatas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan
masyarakat sekitarnya. 3
Kemiskinan Struktural Yaitu suatu kondisi atau situasi karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.
4 Kemiskinan Kultural
Yaitu mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya.
2.2.5.3 Penyebab Kemiskinan
Kartasasmita 1996:240 mengemukakan empat penyebab kemiskinan di Indonesia yang satu sama lain saling berkaitan dan saling
mempengaruhi, adapun empat penyebab tersebut adalah: 1
Rendahnya taraf pendidikan Tarif pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan
pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan pekerjaan yang akan dimasuki.
2 Rendahya derajat kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3 Terbatasnya lapangan kerja
Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diberatkan oleh terbatasnya lapangan pekerjaan.
4 Kondisi keterisolasian
Banyaknya penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolir.
Sutrisno 2001:56 penyebabkan pelestarian kemiskinan yang lain adalah adanya pola hidup ”gali lubang tutup lubang”. Jika semula penduduk
desa memiliki mekanisme pertahanan terhadap kredit ”takut mempunyai utang” saat ini mekanisme pertahanan seperti itu telah banyak mengalami
erosi karena semakin banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi walaupun dengan berhutang, karena pendapataan mereka masih rendah.
Sharp dalam Kusnadi 2004:157 penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu:
1 Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas
dan kualitasnya rendah. 2
Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah, sehingga mendapatkan
upah yang rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya
diskriminasi, atau karena keturunan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
3 Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
2.2.5.4 Kategori Orang Miskin
Remi 2002:2 mengatakan bahwa untuk keberhasilan pengentasan kemiskinan, harus dimulai dengan mengidentifikasi siapa yang tergolong
miskin dan dimana mereka berada. Untuk mengidentifikasi siapa yang tergolong orang miskin dapat dilihat dari :
1 Karakteristik penduduk antara lain adalah sumber-sumber
pendapatan, pola-pola konstansi dan pengeluaran, tingkat ketergantungan.
2 Karakteristik demografi sosial diantaranya adalah tingkat
pendidikan, cara memperoleh fasilitas kesehatan, jumlah anggota keluarga, dan lain-lain. Sedangkan untuk menemukan dimana orang
yang tergolong miskin adalah dengan menguji karakteristik geografi, yaitu dimana orang miskin tersebut terkonsentrasi, apakah diwilayah
perdesaan atau perkotaan. Gambaran pola tentang konsumsi makanan dan bukan menekan
dari kelompok komunitas miskin dan bukan miskin, menunjukan bahwa secara umum porsi konsumsi makanan dari rumah tangga miskin sampai
sebesar 70,6 dibandingkan dengan posisi bukan rumah tangga miskin hanya 19,31 Remi 2002:17.
Situasi orang miskin menurut Chambers dalam Sutrisno 2001:18 mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
1 Rumah mereka reot dan dibuat dari bahan bangunan yang bermutu
rendah, peralatan angat minim, tidak memiliki MCK sendiri, ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi ”gali lubang tutup
lubang”. 2
Pendapatan mereka tidak menentu dan dalam jumlah yang sangat tidak memadai, dengan pendapatan yang kecil dan tidak menentu
maka keluarga miskin menghabiskan apa yang mereka peroleh saat itu juga.
3 Keterasingan yang bisa disebabkan karena tempat tinggalnya yang
secara geografis terasing atau tadak memiliki akses terhadap sumber- sumber informasi yang ada.
4 Kerentanan, biasanya keluarga miskin tidak memiliki cadangan baik
berupa uang atau makanan untuk menghadapi keadaan darurat. Apabila terjadi keadaan darurat seperti paceklik maka mereka akan
menjual barang apa saja yang mereka miliki atau berhutang.
2.2.5.5 Perangkap Kemiskinan
Menurut Mashoed 2004:86 banyak penduduk miskin terperangkap kedalam perangkap lingkaran kemiskinan dapat dijelaskan
sebagai berikut: 1
Property Keadaan miskin sehinggga tidak mampu untuk membeli makanan
yang cukup lemaktidak sehat, tidak bisa bekerja produktif, pendapatan sedikit, pendidikan rendah, peluang kerja sedikit, dan sebagainya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2 Colation
Hidup terisolasi atau tertinggal, jauh dari pusat pemberian pelayanan, tidak mendapat pendidikan yang cukup, tidak memperoleh pinjaman
uang atau pijaman modal dan sebagainya. 3
Poweleesness Penduduk miskin tidak berdaya karena dieksploitasi oleh orang kaya
mereka tidak punya daya untuk memperoleh akses sumber-sumber dari negara pemerintah, tidak berdaya secara hukum atau perlakuan hukum
yang tidak adil, status sosialnya yang rendah, suara orang miskin tidak didengar, tidk punya akses politik dan sebagainya.
4 Vulnerability
Kerentanan hidup sangat miskin menyebabkan mereka sangat mudah terkena guncangan ekonomi sekecil apapun, untuk bisa bertahan hidup
sering kali mereka terpaksa harus menjual atau mengandalkan aset produktifnya untuk bisa makan atau memperoleh pengobatan
sekedarnya. 5
Physicalweaknes Penduduk yang fisiknya lemah tidak mungkin dapat bekerja secara
produktif, sering sakit dan tidak cukup makan.
2.2.5.6 Masalah Kemiskinan Apabila dilihat dari posisi kemiskinan masyarakat maka terdapat
beberapa masalah kemiskinan yang menjadi perhatian Mashoed, 2004:44 diantaranya adalah:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
1 Masalah kerentanan
Bahwa penanganan terhadap masalah kemiskinan masyarakat disamping diarahkan untuk menangani masalah kesejahteraan dengan
memberikan sejumlah program peningkatan kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian masyarakat.
2 Masalah Ketidakberdayaan
Karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, tidak mendapat kesempatan, untuk ikut
menentukan keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi. 3
Masalah tertutupnya akses masyarakat terhadap peluang kerja Karena hubungan produksi didalam masyarakat tidak member peluang
kepad mereka untuk berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan
kerja. 4
Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses pada pasar lantaran aksesbilitasyang rendah dan arena kondisi alam
yang miskin . 5
Masalah kemiskinan juga terindentifikasi Karena penghasilan masyarakat sebagain besar dihabiskan untuk
pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dalam kuantitas dan kualitas yang tewrbatas, sehingga produktifitas mereka rendah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
6 Masalah kemiskinan juga ditandaidengan tingginya angka kelahiran
karena besarnya anggota keluarga sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk membayar pendidikan dan kesehatan. Akibatnya
sumber daya manusianya menjadi rendah.
2.2.5.7 Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Kartasasmita 1996:241 mengatakan untuk menanggulangi kemiskinan sekaligus memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya,
diperlukan upaya untuk memadukan berbagai kebilaksanaan dan program pembangunan yang tersebar diberbagai sector dan wilayah. Kebijaksanaan
penanggulangan kemiskinan tertuang dalam tiga arah kebijaksanaan yaitu: 1
Kebijaksanaan Tidak Langsung Yang diarahkan penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan
setiap upaya penaggulangan kemiskinan. 2
Kebijaksanaan Langsung Yang ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah.
3 Kebijaksanaan khusus
Untuk mempersiapkan masyarakat miskin itu sendiri dan aparat yang bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran program dan
sekaligus memacu dan memperluas upaya untuk menaggulangi kemiskinan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.2.6 Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda 2.2.6.1 Konsep Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda
Program Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan kesehatan di daerah Provinsi berupa
perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan kesehatan yang memberikan jaminan bagi seluruh warga masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya yang layak. Adapun tujuan Program Jaminan Kesehatan Daerah sesuai dengan
Pedoman Buku Jamkesda 2010:4 ada dua tujuan adalah : Tujuan Umum:
Meningkatya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin di Kota Mojokerto agar tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Tujuan Khusus:
1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit Dr Wahidin Sudiro Husodo.
2. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar dan
dilaksanankan dengan mudah, ramah, dan profesional. 3.
Pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. 4.
Pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Adapun sasaran Program Pelayanan Kesehatan yang dijamin
Pemerintah Kota Mojokerto adalah seluruh masyarakat miskin di Kota
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Mojokerto yang ditetapkan dalam Keputusan Walikota sesuai dengan Pedoman Buku Jamkesda 2010:4
Adapun Administrasi kepesertaan sesuai dengan Pedoman Buku Jamkesda 2010: 7 meliputi:
1. KTP atau Kartu Susunan Keluarga KSK Kota Mojokerto untuk
masyarakat non kuota. 2.
Masyarakat miskin peserta jamkesda ditetapkan dengan Keputusan Walikota Mojokerto.
3. Kartu Jamkesda Kota Mojokerto diterbitkan oleh Pemerintah Kota
Mojokerto yang berlaku bagi masyarakat miskin peserta jamkesda yang dijamin oleh Pemerintah Kota Mojokerto atau Kota yang
telah melekukan Perjanjian Kerjasama dengan Penyedia Jasa Asuransi Pelayanan Kesehatan.
4. Selama masa transisi tanda kepesertaan bagi masyarakat miskin
dapat menggunakan daftar peserta yang telah ditetapkan oleh Walikota Mojokerto dengan disertai KTP dan KSK yang dilegalisir
oleh kelurahan setempat, sampai kartu jamkesda terbit dan terdistribusi pada peserta Jamkesda.
5. Bayi baru lahir kepesertaanya mengikuti KTP atau Kartu Susunan
Keluarga KSK orang tua disertai surat keterangan kelahiran. 6.
Masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas KTPKSK seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar karena
sesuatu hal tidak terdaftar dalam Keputusan Walikota Mojokerto
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
akan ditetapkan dengan surat keterangan dari Kepala Puskesmas atau Direktur RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
dan dikoordinasikan dengan Dinas Sosial Kota Mojokerto. Adapun Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi
peserta jamkesda sebagai berikut: 1.
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar dapat berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya.
2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan peserta jamkesda
menunjukkan kartu jamkesda dan dilengkapi dengan KTP dan KK. 3.
Pelayanan kesehatan di puskesmas meliputi rawat jalan, rawat inap dan pelayanan penunjang.
4. Pelayanan kesehatan rawat inap di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudiro Husodo diberlakukan hanya di kelas III. 5.
Rujukan pasien dilakukan secara berjenjang dari Puskesmas ke Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo.
6. Apabila atas indikasi medis pasien membutuhkan rujukan ke RS
Provinsi dapat dilakukan karena alasan indikasi medis, maka selanjutnya menjadi beban jamkesda Provinsi. Ketidaktersediaan
alat kesehatan dan tenaga ahli di RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo, hal tersebut tak berlaku kecuali kasus gawat darurat dan kasus
jiwa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
7. Pelayanan kesehatan rujukan harus disertai surat rujukan, kartu
jamkesda, KTP, dan KK, kecuali pada kasus gawat darurat dapat dilakukan tanpa disertai surat rujukan.
8. Pelayanan Kesehatan rujukan sebagaimana di maksud di atas
meliputi: a.
Pelayanan RTJL dan RITL kelas III di RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo
b. Pelayanan obat-obatan dan alat atau bahan habis pakai
c. Pelayanan rujukan spesialis, spesimen dan penunjang
diagnostik d.
Pelayanan transportasi rujukan ke RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo maupun tingkat Provinsi memakai ambulance sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Gambar 1
2.2.7 Kerangka Berpikir
Perjanjian kerjasama antara Gubernur Jawa Timur dengan BupatiWalikota tanggal 18 Nopember 2009 tentang
Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang Dijamin oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan
Pemerintah KabupatenKota Tahun 2009
RSU Dinas Kesehatan
Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin
Untuk Mengetahui Pelayanan Kesehatan Jamkesda di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
dilihat dari:
2. Akuntabilitas
Kepuasan Masyarakat Tentang Pelayanan Kesehatan JAMKESDA
Program Jamkesda
1. Transparansi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
55
BAB III METODE PENELITIAN