PELAYANAN JAMKESDA DITINJAU DARI PERSPEKTIF TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS (STUDI KASUS DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO).

(1)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

DWI SEPTIAN WIDIANTO PUTRI NPM. 0741010010

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SURABAYA 2011


(2)

rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi Dan

Akuntabilitas (Studi Kasus Di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan

kurikulum Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Susi Hardjati, M.AP sebagai dosen pembimbing serta DR. Slamet Sriyono, Msi sebagai dosen pembimbing pendamping yg telah meluangkan waktunya untuk membimbing. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan skripsi ini diantaranya:

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Lukman Arif, M.Si, Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Diana Hertati, Msi, Sekertaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

data.

6. Kedua Orangtua’Q yang selalu mendukung dan memberi semangat serta doa-nya selama ini.

7. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.

Surabaya, Juni 2011


(4)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 14

2.2. Landasan Teori... 17

2.2.1. Pelayanan ... 17

2.2.1.1. Konsep Pelayanan ... 17

2.2.1.2. Asas-asas Pelayanan ... 18

2.2.1.3. Prinsip-prinsip Pelayanan ... 19

2.2.1.4. Transparansi Pelayanan Publik ... 21


(5)

2.2.2.3. Jenis Akuntabilitas ... 31

2.2.3. Kualitas Pelayanan ... 35

2.2.3.1. Konsep Kualitas Pelayanan ... 35

2.2.3.2. Dimensi Kualitas Pelayanan ... 36

2.2.4. Pelayanan Kesehatan ... 38

2.2.4.1. Konsep Pelayanan Kesehatan ... 38

2.2.4.2. Tujuan Pelayanan Kesehatan ... 39

2.2.4.3. Sifat Upaya Penyelenggaran Pelayanan Kesehatan ... 40

2.2.4.4. Bentuk dan Jenis Pelayanan Kesehatan ... 41

2.2.5. Kemiskinan ... 41

2.2.5.1. Konsep Kemiskinan ... 41

2.2.5.2. Bentuk-bentuk Kemiskinan ... 42

2.2.5.3. Penyebab Kemiskinan ... 43

2.2.5.4. Kategori Orang Miskin ... 45

2.2.5.5. Perangkap Kemiskinan ... 46

2.2.5.6. Masalah Kemiskinan ... 47

2.2.5.7. Upaya Penaggulangan Kemiskinan ... 48

2.2.6. Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ... 50

2.2.6.1. Konsep Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ... 50


(6)

3.2. Fokus Penelitian ... 56

3.3. Lokasi Penelitian ... 59

3.4. Sumber Data... 59

3.5. Jenis Data ... 60

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.7. Analisis Data ... 64

3.8. Keabsahan Data ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Tempat Penelitian ... 68

4.1.1. Gambaran Umum RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto ... 68

4.1.2. Visi dan Misi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 69 4.1.3. Sruktur Organisasi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto ... 70

4.1.4. Karakteristik Pegawai RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto ... 71

4.1.5. Saranana Pendukung Pelayanan RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto ... 77

4.1.6. Data Masyarakat Miskin Yang Menerima Bantuan Jamkesda di Kota Mojokerto ... 81


(7)

4.2.2. Akuntabilitas ... 104

4.3. Pembahasan... 111

4.3.1. Transparansi ... 111

4.3.2. Akuntabilitas ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 125

5.2. Saran ... 127 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Tabel 1.2 Data Jumlah Peserta Penerima Bantuan Jamkesda di Kota

Mojokerto ... 8 Tabel 4.1 Karakteristik Pegawai di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota

Mojokerto Berdasarkan Tingkat Golongan ... 72 Tabel 4.2 Karakteristik Pegawai di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota

Mojokerto Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 73 Tabel 4.3 Karakteristik Pegawai di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota

Mojokerto Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74 Tabel 4.4 Karakteristik Pegawai di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota

Mojokerto Berdasarkan Jenis Pekerjaan Medis ... 75 Tabel 4.5 Karakteristik Pegawai di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota

Mojokerto Berdasarkan Jenis Pekerjaan Non Medis... 76 Tabel 4.6 Sarana Pendukung Pelayanan Berdasarkan Ruangan, Kelas

dan Jumlah Tempat Tidur (TT) ... 77 Tabel 4.7 Data Jumlah Peserta Jamkesda Penerima Bantuan di Kota

Mojokerto ... 81 Tabel 4.8 Data Peserta Jamkesda Rawat Inap di RSU Dr. Wahidin Sudiro

Husodo Kota Mojokerto ... 98


(9)

Gambar 2 Analisis Interaksi ... 64 Gambar 3 Stuktur Organisasi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota


(10)

Lampiran 2 :Daftar Pertanyaan

Lampiran 3:Tugas Pokok Dan Fungsi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto

Lampiran 4:Sarana dan Prasarana RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto

Lampiran 5:Surat Keterangan Penelitian Lampiran 6: Dokumen Foto


(11)

AKUNTABILITAS (STUDI KASUS DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO)

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan satu variabel yaitu tentang pelayanan jamkesda.

Fenomena yang terjadi adalah masih banyaknya masyarakat yang kurangnya informasi secara langsung tentang pelayanan administrasi pada proses pelayanan jamkesda. Kurangnya informasi tentang program jamkesda yang diperoleh masyarakat dapat menghambat proses pelayanan. Sehingga mereka berharap dengan adanya posko informasi atau pengaduan dapat membantu mereka yang membutuhkan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi Dan Akuntabilitas (Studi Kasus di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto). Tujuan untuk Mengetahui Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi Dan Akuntabilitas (Studi Kasus di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto).

Fokus dalam penelitian ini ada 2 yaitu 1. Tentang transparansi pelayanan publik dengan sasaran kajian: (sistem prosedur, persyaratan administrasi, biaya), 2. Tentang akuntabilitas pelayanan publik dengan sasaran kajian: (sistem prosedur, persyaratan administrasi, biaya).

Informan dalam penelitian ini adalah peserta jamkesda rawat inap dan rawat jalan, Wakil Direktur serta petugas loket atau bagian administrasi.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah 1. Transparansi pelayanan publik dengan sasaran kajian: (sistem prosedur, persyaratan administrasi, biaya) bahwa transparansi yang dilakukan Rumah Sakit sudah dilakukan baik karena dengan adanya informasi yang jelas masyarakat dapat mengakses pelayanan dengan mudah. 2. Akuntabilitas pelayanan publik dengan sasaran kajian: (sistem prosedur, persyaratan administrasi, biaya) bahwa pertanggung jawaban yang dilakukan Rumah Sakit sudah dilakukan dengan baik dengan adanya informasi yang terbuka dan jelas serta sudah dilakukan sesuai dengan peraturan yang sudah ditentukan.

Kesimpulan dalam penelitian adalah 1. Dengan adanya transparansi pelayanan yang terbuka serta informasi yang jelas dapat mempermudah proses pelayanan. 2. Dengan adanya akuntabilitas pelayanan maka proses pertanggung jawaban yang dilakukan sudah sesuai dengan peraturan yang ada sehingga dapat membantu adanya suatu pelayanan.


(12)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dibentuknya suatu pemerintahan, pada hakekatnya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan dibentuk tidak untuk melayani diri sendiri tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap individu dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya untuk tujuan bersama. Pemerintah merupakan harapan dari kehendak rakyat, karena itu harus memperhatikan kepentingan rakyat dan melaksanakan fungsi rakyat melalui proses dan mekanisme pemerintahan.

Pemerintah memiliki peranan untuk melaksanakan fungsi pelayanan dan pengaturan warga Negara. Untuk mengimplementasikan fungsi tersebut pemerintah melakukan aktivitas pelayanan, pengaturan, pembinaan, koordinasi dan pembangunan dalam berbagai bidang. Pelayanan disediakan pada berbagai lembaga institusi pemerintah dengan aparat sebagai pemberi pelayanan secara langsung kepada masyarakat.

Di bidang pemerintahan, masalah pelayanan tidaklah kalah penting, perannya lebih besar karena menyangkut kepentingan umum, bahkan menjadi kepentingan rakyat secara keseluruhan. Pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah semakin terasa dengan adanya kesadaran bernegara dan bermasyarakat, maka pelayanan telah meningkat


(13)

pelayanan. Informasi yang ditemukan secara langsung dan melalui berbagai media massa cetak maupun elektronik seringkali mengungkapkan berbagai kelemahan pelayanan pemerintah yang mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan tersebut. Pelayanan yang mahal, kaku dan berbelit-belit, sikap dan tindakan aparat, pelayanan yang suka menuntut imbalan, kurang ramah, arogan, lambat dan fasilitas pelayanan yang kurang memuaskan dan sebagainya, ini merupakan fenomena-fenomena yang kerap kali mewarnai proses hubungan antara pemerintah dan masyarakat berkaitan dengan proses pelayanan. (effendi dalam Widodo, 2001:156).

Kehidupan masyarakat yang semakin kompleks menuntut adanya suatu pelayanan yang semakin berkualitas, yang mana dalam hal ini pemerintah sebagai penyedia harus lebih intensif didalam memperhatikan pelayanan tersebut karena diberbagai kesempatan pemerintah senantiasa menjanjikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat, namun dalam kenyataannya belum dilaksanankan secara optimal.

Sejak diberlakukan penerapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dam rangka penyelenggaraan otonomi daerah penyerahan, pelimpahan dan penugasan urusan pemerintah kepada daerah secara nyata dan bertanggung jawab harus diikuti dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional secara adil, termasuk pertimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah. Sebagai daerah otonom penyelenggara pemerintah dan pelayanan tersebut dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip transparasi, partisipasi dan akuntabilitas.


(14)

Tujuan dari otonomi daerah adalah Kabupaten dan Kota mempunyai kewenangan, kebebasan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa maupun aspirasi masyarakat setempat kecuali kewenangan-kewenangan yang tetap melekat pada pemerintah Pusat (Adisubrata, 1999:10). Pemberian otonomi daerah bukan hanya soal strategi saja, melainkan mempunyai fungsi yang lebih penting adalah memberikan pelayanan publik. Memberikan pelayanan publik daerah secara baik dan professional hanya bisa dilakukan dengan didukung sistem akuntabilitas kebijakan yang bisa dikontrol oleh segenap masyarakat daerah yang bersangkutan.

Pelayanan dan kepuasan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena dengan adanya kepuasan maka pihak terkait dapat saling mengkoreksi sampai dimana pelayanan yang diberikan apakah bertambah baik atau buruk. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh setiap aparat petugas dalam memberikan pelayanan, dengan kata lain pelayanan yang dapat memuaskan adalah pelayanan yang dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan dapat memahami apa yang diminta masyarakat dari jurusan pelayanan itu sendiri.

Berdasarkan Undang Dasar 1945 pasal 28H dan Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan


(15)

terhadap kesehatanya, dan bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi rakyat miskin dan tidak mampu.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa, oleh karena itu perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Departemen Kesehatan telah melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini telah berjalan sejak tahun 2005 dengan nama ASKESKIN yang kemudian ditahun 2008 berganti nama menjadi JAMKESMAS.Yang tidak masuk dalam program Jamkesmas. Pada tahun 2007 sudah ada SK Walikota tentang penetapan Keluarga Miskin yang mana kemudian data inilah yang diakses Depkes sebagai acuan Pemberian Dana Miskin, yang selanjutnya disebut JAMKESMAS. Karena banyak terjadi komplain dalam pelaksanaanya kemudian diadakan pendataan ulang. Yang mana data jumlah jiwa miskin menjadi lebih banyak sehingga ada keluarga miskin yang tidak terdanai (tercakup) dalam program JAMKESMAS. Untuk itu Pemerintah Daerah perlu untuk memberikan Dana tambahan untuk diberikan kepada Masyarakat miskin yang belum tercakup dalam program JAMKESMAS.


(16)

Dana ini diambilkan dari APBD perubahan yang yang selanjutnya disebut JAMKESDA.

Salah satu upaya dari pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang memiliki derajad kesehatan yang baik adalah dengan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mudah diakses. Jamkesda adalah upaya pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu dan belum sempat tercover oleh program Jamkesmas. Akses dan mutu pelayanan kesehatan sering menjadi hambatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sesuai dengan (Pedoman Buku Jamkesda, 2010: 1) antara lain:

a Tingginya beban sosial ekonomi masyarakat

b Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran

c Pola pembiayaan kesehatan yang digunakan masyarakat kita, sebagian besar berbasis pembayaran dari kantong sendiri (Out of Pocket).

d Kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

Tingginya beban sosial ekonomi masyarakat dikarenakan

peningkatan angka pengangguran, peninggkatan rumah tangga miskin dan kerentaan struktur sosial sebagai akibat hilangnya kemampuan keluaraga miskin dalam memenuhi kebutuhan dasar akibat harga barang dan kebutuhan pokok yang melambung.


(17)

Peserta Program Pelayanan Kesehatan yang dijamin Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota adalah setiap penduduk miskin (kuota dan non kuota) Jawa Timur yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Susunan Keluarga (KSK) termasuk bayi baru lahir.

Sementara itu jumlah masyarakat di Kota Mojokerto terdapat 120.196 jiwa sedangkan dari jumlah diatas terdapat masyarakat miskin atau tidak mampu.

Berikut data masyarakat miskin di Kota Mojokerto, tersebut pada tabel 1.2

dibawah ini:

Tabel 1.2

Data Jumlah Masyarakat Miskin di Kota Mojokerto No Nama Kelurahan Jumlah Masyarakat

(KK)

I. Kecamatan Prajurit Kulon

1. Blooto 2.247

2. Kauman 664

3. Kranggan 1.938 4. Prajurit Kulon 2.024 5. Pulorejo 1.464

6. Miji 2.469

7. Surodinawan 1.654 8. Mentikan 1.699 II. Kecamatan Magersari

1. Balongsari 1.204

2. Gedongan 402

3. Gunung Gedangan 1.000

4. Jagalan 262

5. Magersari 1.164

6. Meri 1.140

7. Purwotengah 267

8. Sentanan 285

9. Kedundung 3.588

10. Wates 2.302


(18)

Berdasakan tabel diatas menjelaskan jumlah masyarakat miskin yang terdiri dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Prajurit Kulon dan Kecamatan Magersari dengan jumlah 25.773 KK, ini yang mendapatkan bantuan kesehatan jamkesda (Non Kuota) dengan jumlah 7.861 KK .

Dengan adanya masyarakat miskin yang terlalu banyak maka masyarakat sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Maka pemerintah membuat program Jamkesda agar masyarakat miskin mendapatkan pelayanan dengan lebih mudah dan lebih baik serta tidak dipunggut biaya. Tujuan dari jamkesda diharapkan dapat meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat meninggkatkan umur harapan hidup, menurunkan angka kematian disamping dapat melayani kasus-kasus di Mojokerto. (Petujuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin)

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhinya hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Departemen Kesehatan telah melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan masyarakat sangat miskin, miskin dan tidak mampu dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Masyarakat miskin peserta Jamkesmas (Maskin Kuota) di jamin pembiayaanya melalui dana APBN, sedangkan masyarakat miskin dan tidak mampu diluar kuota Jamkesmas (Maskin Non Kuota) pembiayaan kesehatannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah setempat melalui


(19)

dana APBD. Data masyarakat miskin yang menerima bantuan di Kota Mojokerto, tersebut pada tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1

Data Jumlah Peserta Penerima Bantuan Jamkesda Kota Mojokerto

No Nama Kelurahan Tahun 2010

I. Kecamatan Prajurit Kulon

1. Blooto 398

2. Kauman 156

3. Kranggan 478

4. Prajurit Kulon 588

5. Pulorejo 367

6. Miji 726

7. Surodinawan 354

8. Mentikan 556

II. Kecamatan Magersari

1. Balongsari 606

2. Gedongan 128

3. Gunung Gedangan 273

4. Jagalan 81

5. Magersari 410

6. Meri 361

7. Purwotengah 95

8. Sentanan 114

9. Kedundung 1.076

10. Wates 1.094

Jumlah 7.861

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Mojokerto 2010

Berdasakan tabel diatas menjelaskan bahwa berikut data masyarakat miskin penerimaan bantuan jamkesda yang telah terdaftar sebagai masyarakat miskin sebanyak 7.861 KK pada tahun 2010.

Dengan adanya bantuan dari pemerintah yang berupa program jamkesda dapat membantu masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. Jamkesda adalah suatu sistem yang dilaksanakan dalam rangka menjamin


(20)

pelayanan kesehatan yang layak, bermutu, dengan biaya efisien dan terjangkau. Dengan program ini diharapkan memberikan manfaat atau faedah jaminan kesehatan bagi seluruh warga masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu.

Dalam pelaksanaan program tersebut masyarakat miskin masih banyak yang belum mengetahui adanya pengobatan gratis melalui Jamkesda itu sehingga masih banyak ditemui masyarakat miskin yang enggan berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit dikarenakan:

1. Tidak memiliki biaya untuk berobat

2. Ketidaktahuan masyarakat miskin terhadap adanya program jamkesda 3. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pelayanan

kesehatan

4. Kurang peduli atau antusius masyarakat terhadap kesehatan 5. Kurangnya sosialisasi dari penyedia layanan

http://kesehatan.web.id

Apabila program sudah baik, tapi masih banyak masyarakat yang belum paham, maka perjalanan program itu menjadi kurang dirasakan masyarakat miskin. Informasi tentang kelengkapan administrasi sangat diperlukan dalam melakukan suatu kegiatan pelayanan. Apabila tanpa kelengkapan persyaratan administrasi akan terjadi kendala didalam suatu pelayanan administrasi yang akhirnya menghambat proses pelayanan.

Dengan minimnya informasi yang didapat masyarakat maka hal ini akan mempengaruhi proses pelayanan. Dengan adanya informasi maka


(21)

masyarakat mendapatkan kemudahan mengakses pelayanan jamkesda. Masih ada persoalan- persoalan lain di bawah ini:

Kendala dalam Program Jamkesda di Mojokerto terdapat di berbagai Rumah Sakit yaitu pasien penerima program Jamkesda yang tidak paham masalah proses administrasi yang lengkap serta tidak membawa persyaratan-persyaratan antara lain seperti KTP & SKM dari RT/RW,kartu berobat seperti Askes, Jamkesmas atau yang terbaru yaitu Jamkesda. Serta kendala lain dari masyarakat minimnya informasi tentang jamkesda mulai dari alur pengajuan. Saya rasa sosialisasi tentang jamkesda kemasyarakat masih sangat kurang. Sementara personil DKR terbatas dan wilayah sangat luas. Disisi lain masyarakat peserta jamkesda mempunyai keterbatasan akses informasi kata Wempi Catur Arianto DKR (Dewan Kesehatan Rakyat) Mojokerto (www.Radar Mojokerto.com).

Berdasarkan persoalan diatas dapat dikemukakan masih banyaknya masyarakat miskin yang kurangnya informasi secara langsung masalah kelengkapan administrasi pada proses pelayanan jamkesda. Kurangnya informasi tentang program jamkesda yang diperoleh masyarakat dapat menghambat proses pelayanan.

Hal serupa yang terkait dengan kurangnya informasi pelayanan yang didapat masyarakat sehingga sering mengalami masalah dalam proses pelayanan sebagai berikut:

Untuk mengurangi banyaknya kasus tentang layanan Jamkesda di Rumah Sakit diperlukan posko pengaduan layanan Jamkesda (Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah). Mengapa masyarakat membutuhkan kejelasan informasi pelayanan dan aturan standar layanan minimal kesehatan. Informasi tersebut tidak sampai kepada masyarakat sehingga sering terjadi masalah pelayanan kesehatan. Dengan adanya Posko pengaduan atau informasi


(22)

proses administrasi. Sehingga dengan adanya posko petugas khusus yang bertugas untuk memberikan keterangan dari penggunaan Jamkesda dan keluhan ketika terjadi hambatan dalam pelaksanaanya sehingga dapat membantu masyarakat yang mengalami kesulitan informasi tentang pelayanan administrasi (http://majalah-soerat.blogspot.com).

Berdasarkan persoalan diatas dapat dikemukakan masih banyaknya masyarakat yang kurangnya informasi secara langsung tentang pelayanan administrasi pada proses pelayanan jamkesda. Kurangnya informasi tentang program jamkesda yang diperoleh masyarakat dapat menghambat proses pelayanan. Mereka berharap dengan adanya posko informasi atau pengaduan dapat membantu mereka yang membutuhkan.

Permasalahan atau fenomena tersebut diatas yang menyebabkan pelayanan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto kurang efektif. Dengan permasalahan tersebut maka peningkatan di bidang mutu pelayanan dirasakan perlu, agar masyarakat mendapatkan kepuasan dibidang pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat dengan pemerintah.

Dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik dari para pegawai pemerintah, maka Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara mengeluarkan surat keputusan Nomor: KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang ”Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara”. Transparansi penyelenggaraan pelayanan publik dilihat dari: prosedur pelayanan, persyaratan teknis dan administratif, rincian biaya. Serta Akuntabilitas Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan,


(23)

baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dilihat dari: prosedur pelayanan, persyaratan teknis dan administratif, rincian biaya. Dari hal diatas merupakan bagian dari fenomena yang terkait dengan pelayanan jamkesda.

Kepuasan masyarakat dapat diwujudkan dengan memberikan pelayanan dengan baik dan tulus kepada masyarakat, karena dalam hal ini antara pelayanan dan kepuasan adalah dua hal yang tidak terpisahkan, karena dengan adanya tingkat kepuasan maka pihak yang terkait dapat saling mengoreksi sampai dimana pelayanan yang diberikan.

Sesuai masalah-masalah diatas dalam pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Daerah yang telah di jelaskan khususnya untuk wilayah Kota Mojokerto masih jauh dari kesempurnaan karena masih banyak informasi pelayanan kesehatan yang belum diketahui oleh masyarakat. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan bahwa RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo pemerintah Kota Mojokerto adalah Rumah Sakit Umum Daerah di Kota Mojokerto yang menerima dan memberikan pelayanan gratis melalui program pemerintah yaitu jamkesda.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi Dan Akuntabilitas (Studi Kasus Di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto)?


(24)

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi Dan Akuntabilitas (Studi Kasus Di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto)?

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan bacaan bagi perpustakaan dan juga sebagai bahan tambahan literatur dan referensi bagi penelitian sejenis dimasa mendatang.

2. Bagi Rumah Sakit Umum Kota Mojokerto

Untuk bahan pertimbangan dan evaluasi sejauh mana Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi Dan Akuntabilitas (Studi Kasus Di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto).

3. Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata sehingga dapat dijadikan bahan referensi yang berharga bagi penulis.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Indasah dari Fakultas Ekonomi, Universitas Dr. Soetomo Surabaya dalam skripsinya berjudul ” Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas” (Study Deskriptif Pada Pasien Rawat Jalan Jamkesmas di RSUD Kabupaten Kediri). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas di RSUD Kabupaten Kediri. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif terlebih untuk memberikan gambaran tentang persyaratan administrasi masih sering menjadi kendala bagi pasien Jamkesmas untuk mendapat pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Hasil penelitian dari Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penelitian adalah: Umur Responden, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Sumber informasi tentang administrasi jamkesmas, Alasan pernah dan belum pernah memanfaatkan jamkesmas, Pendidikan, Pengetahuan, Pengalaman, Kelengkapan Persyaratan Administrasi Jamkesmas.

2. Yuni Puspita Sari Wulandari, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Publik yang berjudul ”Kualitas Pelayanan Pada Puskesmas


(26)

(Pusat Kesehatan Masyarakat) Pandian Kabupaten Sumenep-Madura Tahun 2003”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan tentang kualitas pelayanan pada puskesmas Pandiaan Kabupaten Sumenep. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kualitatif yang meliputi satu variabel yaitu kualitas pelayanan pada puskesmas pandin Kabupaten Sumenep, adapun yanag menjadi fokus penelitian ini adalah kualitas pelayanan yang meliputi keandalan (Realiability), Daya Tanggap (Responsiveness, jaminan(assurance) Empati (Emphaty), dan buku langsung (Tangibles) Sumenep-Madura, dengan teknik pengumpulan data yaitu pengamatan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pola puskesmas Pandian sudah cukup baik namun ada beberapa yang menyatakan bahwa ada pelayanan yang belum cukup baik seperti kecepatan waktu dalam menangani pasien belum memuaskan karena memerlukan waktu yang lama dan untuk toilet dan tempat parkr belum baik. Karena kurangnya fentilasi udara dan letaknya yang tidak strategis sehingga terkesan sempit sekali.

3. Kusumaningati, Dyah Ayu, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Publik yang berjudul ”Kualitas Pelayanan Terminal Bandar Udara (Study tentang Pelayanan Pemberangkatan pada Terminal Bandar Udara dalam Negeri di PT. (Persero) Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Juanda Surabaya)” Tahun 2005. Penelitian ini tergolong jenis


(27)

penelitian deskriptif yang menggambarkan kualitas pelayanan di PT. (Persero) Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Juanda Surabaya yang terdiri dari dimensi bukti langsung kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja PT. (Persero) Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Juanda Surabaya yaitu BUMN yang ditugasi pemerintah untuk mengelola jasa kebandar udara dengan mengutamakan keselamatan penerbanagan. Data yang diperoleh berupa data kualitatif. Hasil penelitian pelayanan dilakukan pihak Bandar Udara Juanda Surabaya sudah cukup baik, yang didukung fasilitas-fasilitas meliputi ruangan kafe, keramahan petugas, tetapi kekurangan pada ruang tunggu yang masih minim. Setelah melihat bukti langsung di lapangan Bandar Udara Juanda akan memperbaiki fasilitas yang masih kurang agar kualitas pelayanan menjadi lebih baik.

Dari ketiga penelitian tersebut menunjukan perbedaan yang signifikan sesuai dengan sudut pandang peneliti ruang lingkup yang menjadi obyek penelitian serta penggunaan metode penelitian yang ke 1. Penelitian kuantitatif, penelitian ke 2 dan 3 menggunakan metode penelitian kualitatif. Persamaan dari penelitian terdahulu dengan peneliti sekarang sama-sama meneliti tentang Kualitas Pelayanan.


(28)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pelayanan

2.2.1.1 Konsep Pelayanan

Menurut Soegiarto (2002:36) pelayanan diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang tingkatan pemuasnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun dilayani.

Menurut Ratminto dan Winarsih (2006:5) pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, di daerah dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Boediono (2003:60) pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Berdasarkan pemikiran tentang pelayanan tersebut maka dapat diketahui bahwa pelayanan merupakan kegiatan yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari pengertian diatas, ada dua pihak yang terlibat didalamnya yaitu pelayan (servant) dan pelanggan (customer). Dalam hal ini pelayan merupakan pihak yang menyediakan layanan bagi kebutuhan customer (masyarakat).


(29)

Menurut peraturan daerah Provinsi Jawa Timur No. 11 tahun 2005 tentang pelayanan publik di Provinsi Jawa Timur pelayanan publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara yang terkait dengan kepentingan publik.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu instansi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan layanan sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan pelayanan administrasi yang tingkatan pemuasnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun dilayani. Sehingga penerima mendapatkan haknya melalui sistem prosedur dan metode tertentu sesuai dengan perundang-undangan.

2.2.1.2 Asas-Asas Pelayanan

Menurut Ratminto (2005:19) asas-asas pelayanan publik terdiri dari:

1. Transparan

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta secara mudah dimengerti.


(30)

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Partisipasi

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

2.2.1.3 Prinsip-prinsip Pelayanan

Menurut Islami (2004:4) dalam bukunya “Manajemen pelayan publik” setiap petugas pelayanan harus memahami beberapa prinsip pokok dalam memberikan pelayanan kepada masarakat yaitu:


(31)

1. Prinsip Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanankan.

2. Kejelasan

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan atau sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran 3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 5. Keamanan

Proses produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.


(32)

7. Kelengkapan sarana dan prasaran

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainya yang memadai termasuk penyedia sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi, telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan, Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10.Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

2.2.1.4. Transparansi pelayanan publik

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang ”Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara”. Transparansi penyelenggaraan pelayanan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan


(33)

dan pengawasan atau pengendalianya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.

Transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi:

1. Manajemen dan Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau pengendalian masyarakat.

2. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu pelayanan.

3. Persyaratan Teknis dan Administratif Pelayanan

Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Rincian Biaya Pelayanan

Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rincianya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayaranya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


(34)

5. Waktu Penyelesaiaan Pelayanan

Waktu penyelesaian pelayanan adalah jangka waktu penyelesaian suatu pelayanan publik mulai dari dilengkapinya atau dipenuhinya persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan.

6. Pejabat yang Berwenang dan Bertanggung Jawab

Pejabat atau petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan menyelesaikan keluhan, persoalan atau sengketa, diwajibkan memakai tanda pengenal dan papan nama dimeja atau tempat kerja petugas.

7. Lokasi Pelayanan

Tempat dan lokasi pelayanan diusahakan harus tetap dan tidak berpindah-pindah, mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai termasuk penyedia sarana telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Janji Pelayanan

Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan instansi pemerintah dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat.

9. Standar Pelayanan Publik

Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya,


(35)

dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

10.Informasi Pelayanan

Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap unit pelayanan instansi pemerintah, wajib mempublikasikan mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar, akta atau janji, motto pelayanan, lokasi serta pejabat atau yang berwenang dan bertanggung jawab.

2.2.1.5 Unsur-Unsur Pelayanan

Menurut Moenir H.A.S (2001:8) dalam bukunya ‘manajemen pelayanan umum” ada enam factor dalam mewujudkan pelaksanaan pelayanan antara lain:

1. Faktor Kesadaran

Faktor ini menunjukan suatu keadaan pada jiwa seseorang yaitu merupakan titik tentu dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu keyakinan, ketenangan, ketetapan hati, dan keseimbangan dalam jiwa yang bersangkutan sebagai pangkal tilak untuk perbuatan yang akan dilakukan.

2. Faktor Aturan

Aturan adalah peranan penting dalam segala tindakan dan perbuatan orang. Pada faktor manusia merupakan subyek aturan ditujukan pada hal yang penting yaitu:


(36)

a. Kewenangan

b. Pengetahuan dan pengalaman

c. Kemampuan berbahasa dan bertutur kata d. Pemahaman pelaksanaan

e. Disiplin pelaksanaan 3. Faktor Organisasi

Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang maupun fasilitas dalam jangka tertentu.

4. Faktor Pendapatan

Adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain baik dalam bentuk uang maupun fasilitas dalam jangka tertentu.

5. Faktor Kemampuan dan Ketrampilan

Adalah keadaan seseorang yang dapat melaksanakan pekerjaan atas dasar ketentuan yang ada.

6. Faktor Sarana Pelayanan

Adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam rangka memenuhi pekerjaan dan fungsi social dalam rangka memenuhi kepentingan konsumen.


(37)

Fungsi pelayanan adalah:

a. Mempercepat proses pelaksanan pekerjaan, sehingga dapat menghemat waktu

b. Meningkatkan produktifitas baik barang maupun jasa c. Kualitas produk yang lebih baik

d. Ketetapan susunan dan stabilitas ukuran terjamin e. Lebih mudah dalam gerak pelakunya

f. Menimbulkan rasa nyaman bagi orang-orang

g. Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan 2.2.1.6 Teori Tentang Pelayanan

Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990:26) dalam Suparto (Wijoyo:2006), menyebutkan ada lima hal yang berkaitan dengan kualitas pelayanan, yaitu:

1) Keandalan (Reability)

Berkaitan dengan kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan.

2) Daya Tanggap (Responsiveness)

Berkaitan dengan keinginan para staff untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

3) Jaminan (Assurance)

Berkaitan dengan adanya kemampuan, kesopanan dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki setiap petugas atau pegawai, bebas dari bahaya, resiko, ketidakamanan maupun keragu-raguan.


(38)

4) Empati (Emphaty)

Berkaitan dengan melakukan kemudahan, suatu komunikasi yang baik dan jelas serta dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan para pasien.

5) Berwujud (Tangibles)

Berkaitan dengan adanya fasilitas fisik, perlengkapan petugas atau pegawai dan sasaran.

2.2.2 Akuntabilitas

2.2.2.1 Konsep Akuntabilitas

Menurut Mahsun (2005:09) akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitasnya dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penekanan utama akuntabilitas publik adalah pemberian informasi kepada publik konstituen lainnya yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholder). Akuntabilitas publik juga terkait dengan kewajiban dengan untuk menjelaskan dan menjawab petanyaan mengenai apa yang telah, sedang, dan direncanakan akan dilakukan organisasi sektor publik.

Menurut Kumorotomo (2005:3) akuntabilitas adalah ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesui dengan norma dan nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya. Dengan demikian akuntabilitas terkait dengan falsafah bahwa lembaga eksekutif pemerintah


(39)

yang tugas utamanya adalah melayani rakyat harus bertanggung jawab secara langsung maupun tidak langsung kepada rakyat.

Menurut Nisjar dalam Nasucha (2004:125) akuntabilitas sebagai kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak selaku penanggung gugat atas segala tindakan kebijakan yang ditetapkannya.

Menurut Tokyo Declarations of Guidelines on Publik Akuntability dalam Nasucha (2004:126) akuntabilitas merupakan kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang terkait dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggung jawaban fiskal, manajerial, dan program.

Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam Modul 1 Akuntabilitas dan Good Governance (2005:51) akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungan yang dilaksanakan secara periodik. Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkanbahwa akuntabilitas adalah kewajiban aparatur pemerintah dalam mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanan misi organisasi dalam mencapai


(40)

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungan yang dilaksanakan secara periodik.

2.2.2.2 Akuntabilitas Pelayanan Publik

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang ”Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara”. Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pertanggungjawaban pelayanan publik meliputi: 1. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara lain: tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan.

b. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar atau Akta, Janji pelayanan publik yang telah ditetapkan.

c. Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan secara terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi


(41)

penyimpangan dalam hal pencapaian standar, harus dilakukan upaya perbaikan.

d. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan. e. Masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan

secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku.

f. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 2. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik

a. Biaya pelayanan dipunggut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

b. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan publik, harus ditangani oleh petugas atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan atau Surat Penugasan dari Pejabat yang berwenang.

3. Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik

a. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.

b. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.


(42)

2.2.2.3 Jenis Akuntabilitas

Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam Widodo (2001:153) membedakan akuntabilitas dalam lima macam, yaitu:

1. Fiscal Accountability, merupakan tanggung jawab atas dana publik yang digunakan

2. Legal Accountability, tanggung jawab atas ketaatan dalam peraturan perundang-undangan

3. Program Accountability, adalah tanggung jawab atas pelaksannan program

4. Process Accountability, adalah tanggung jawab atas pelaksannan prosedur

5. Outcome Accountability, adalah tanggung jawab atas pelaksannan tugas

Menurut Muljadi (2006:10) akuntabilitas kinerja organisasi dapat ditegakkan bila akuntabilitas mencakup tiga aspek yang merupakan suatu sinerji, yaitu:

1. Akuntabilitas Manajerial ; dengan fokus pada kesanggupan pengelola organisasi dan efisiensi dalam pengalokasian sumber daya organisasi, seperti dana, aset atau harta kekayaan, tenaga kerja maupun sumber daya yang lain dari organisasi. Pertanggung jawaban berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan dibandingkan dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan


(43)

organisasi dan pertanggung jawaban mengenai proses manajerial yang berkelanjutan.

2. Akuntabilitas Proses ; dengan fokus pertanggung jawaban pada kebijakan dan sinergi yang digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang ditempuh organisasi mulai dari proses, perumusan ”perencanaan”, ”penganggaran”, ”pengorganisasian”, sampai dengan ”evaluasi” serta ”tindakan-tindakan koreksi” yang telah ditempuh, yaitu mengenai kesesuaian kegiatan dengan misi organisasi yang bersangkutan.

3. Akuntabilitas Program ; dengan fokus pada pencapaian hasil kegiatan organisasi, tentang upaya pemberian kepuasan atau kenyamanan kepada pelanggan dan pihak terkait atau yang berkepentingan (stakeholder) serta memberikan dampak positif pada kemajuan atau kesejahteraan masyarakat.

Menurut Lembaga Administrasi Negara dalam Widodo (2001 : 153) membedakan akuntabilitas menjadi tiga macam yaitu:

1. Akuntabilitas Keuangan

Merupakan pertanggung jawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan 2. Akuntabilitas Manfaat

Pada dasarnya memberi perhatian kepada hasil kegiatan-kegiatan pemerintah


(44)

3. Akuntabilitas Prosedural

Yaitu merupakan pertanggung jaweaban mengenai apakah suatu prosedur penetapan dan pelaksanaan suatu kebijakan telah mempertimbangkan masalah moralitas, etika, kepastian hukum, dan ketaatan pada keputusan politis untuk mendukung pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan

Menurut Hopwood, Tomkins, Elwood dalam Mahmudi (2005:10) dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh lembaga-lembaga publik tersebut, antara lain:

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran

Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Sedangkan akuntabilitas kejujuran menuntut adanya praktik organisasi yang sehat tidak terjadi mal praktik dan mal administrasi.

2. Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas Manajerial adalah pertanggung jawaban lembaga publik Untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efesien dan efektif. 3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas Program adalah berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.


(45)

4. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas Kebijakan terkait dengan pertanggung jawaban lembaga publik ataskebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak dimasa depan.

5. Akuntabilitas Finansial

Akuntabilitas Finansial pertanggung jawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan uang publik (publik money) secara ekonomi, efektif dan efisien, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi.

Dari sudut pandang fungsional, J.D Stewart dalam bukunya Andrianto (2007:23) mengidentifikasi bahwa akuntabilitas publik terdiri dari lima tingkatan:

1. Policy Accountability, yakni akuntabilitas atas pilihan-pilihan kebijakan yang dibuat.

2. Program Accountability, yakni akuntabilitas atas pencapaian tujuan atau hasil dan evektifitas yang dicapai.

3. Performance Accountability, yakni akuntabilitas terhadap pencapaian kegiatan yang efisien.

4. Process Accountability, yakni akuntabilitas atas penggunaan proses, prosedur, atau ukuran yang layak dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang ditetapkan.


(46)

5. Probity and Legality Accountability, yakni akuntabilitas atas legalitas dan kejujuran penggunaan dana sesuai anggaran yang disetujui atau ketaatan terhadap undang-undang yang berlaku.

2.2.3 Kualitas Pelayanan

2.2.3.1 Konsep Kualitas Pelayanan

Menurut Goetch dan Davis dalam Ariani (2003:8) kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.

Feigenbaum dalam Nasution (2000:3) mengemukakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut Gasperz (2002:181) kualitas pelayanan sering diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan terhadap persyaratan atau kebutuhan.

Menurut Barata (2003:6) kualitas pelayanan dapat dipandang dari dua perspektif yaitu internal berkaitan dengan interaksi jajaran pegawai organisasai atau perusahaan dengan berbagai fasilitas yang tersedia, kualitas eksternal didasarkan pada penyedia jasa dan penyediaan barang. Poin yang penting adalah ukuran kualitas pelayanan bukan hanya ditentukan oleh pihak yang dilayani, karena merekalah yang menikmati layanan sehingga dapat menggukur kualitas pelayanan berdasarkan harapan-harapan mereka dalam memenuhi kepuasan.


(47)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah segala upaya yang dilakukan organisasi dalam memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan dengan berdasarkan pada standar dan asas-asas pelayanan. Jadi kualitas pelayanan merupakan hal yang memegang peranan penting dalam membentuk persepsi pelanggan sehingga organisasi baik publik maupun swasta berlomba-lomba untuk dapat menarik pelanggan dengan layanan yang dihasilkan karena pelayanan sering kali membentuk image masyarakat terhadaporganisasi pelayanan publik.

2.2.3.2 Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut penadapat Berry dan Parasuraman dalam Nasution (2004:5) mengidentifikasi lima kelompok karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa, yaitu:

1. Bukti Langsung (Tangibles)

Melipiti fasilitas fisik, pelengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2. Keandalan (Reliability)

Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

3. Daya Tanggap (Responsiveness)

Yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberi pelayanan dengan tanggap.

4. Jaminan (Assurance)

Mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan.


(48)

5. Empati (Emphaty)

Kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Menurut Gasperz dalam lukman (2002:2) ada beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas pelayanan yang sebenarnya jika dijabarkan dalam 10 dimensi antara lain:

1. Ketepatan waktu pelayanan : berkaitan dengan waktu tunggu dan proses.

2. Akurasi pelayanan : berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas dari kesalahan-kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Ini terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal yaitu : operator telepon, satpam, pengemudi, staf administrasi, kasir, dan lain-lain.

4. Tanggung Jawab : berkaitan dengan penerimaan pesanan, dan penangganan keluhan dari pelangan eksternal.

5. Kelengkapan : menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan komplementer lainnya.

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan : berkaitan dengan banyaknya outlet dan banyaknya petugas yang melayani.

7. Variasi model pelayanan : berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, teatures (keistimewaan) dari pelayanan dan lain-lain.


(49)

8. Pelayanan pribadi : berkaitang dengan fleksibilitas penanganan permintaan khusus, dan lain-lain.

9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan : berkaitan dengan lokasi, ruang dan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parkir kendaraan, petunjuk-petunjuk dan bentuk-bentuk lain.

10.Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik,AC dan lain-lain.

2.2.4 Pelayanan Kesehatan

2.2.4.1 Konsep Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga dan ataupun masyarakat (Levely dan Loomba yang dikutip Azwar, 1996:35).

Pengertian Pelayanan Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga binaan Masyarakat Permasyarakatan pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 4 yang mentebutkan bahwa : Pelayanan Kesehatan adalah upaya peningkatan kesehatan (promotif), usaha pencegahan (preventif), usaha penyembuhan penyakit (kuratif), dan usaha pemulihan kesehatan (rehabilitatif) di bidang kesehatan.

Berdasarkan konsep pengertian pelayanan kesehatan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung dengan


(50)

melalui sarana alat untuk bisa terlaksana, memberikan atau mengadakan keperluan yang dibutuhkan agar keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial setiap orang hidup produktif secara ekonomis dengan suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya melalui setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasai untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, ataupun masyarakat.

2.2.4.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan

Dalam bukunya Entjang (2004:14) menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan bertujuan (upaya, usaha kesehatan) dimasyarakat bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya baik jasmani maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang.

2.2.4.3 Sifat Upaya Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2005:5) sifat upaya penyelenggaraan pelaku kesehatan dibagi 3 yaitu:

1. Sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care) Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang paling pertama bagi kasusu-kasus atau penyakit-penyakit ringan, pelayanan kesehatan ini adalah pelayanan kesehatan yang menyentuh kesehatan dimasyarakat, misalkan poliklinik, puskesmas,dlsb.


(51)

Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang menangani kasus yang belum ada, misalnya puskesmas dengan rawat inap, Rumah Sakit Kabupaten, rumah sakit tipe D dan c dan rumah Bersalin.

3. Sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga (tertiary health care)

Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan rujukan bagi kasusu yang tak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan tingkat dua, misalnya Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit tipe B atau A.

2.2.4.4 Bentuk dan Jenis Pelayanan Kesehatan

Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan jika dijabarkan menurut pendapat Hodgets dan Cascio dalam bukunya Azwar (2001:36) menjabarkan pelayanan kesehatan menjadi dua yaitu:

1. Pelayanan Kedokteran

Pelayanan kesehatan yang pelaksanannya ditandai dengan cara pengorganisasian yang bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaranya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan yang pelaksanannya ditandai dengan cara pengorganisasian secara umum dengan cara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan


(52)

kesehatan dan mencegah penyakit, serta sasaranya terutama untuk anggota kelompok dan masyarakat.

2.2.5 Kemiskinan

2.2.5.1 Konsep Kemiskinan

Kemiskinan merupakan kondisi absolute atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai dan norma tertentu yang berlaku didalam masyarakat karena sebab-sebab natural, cultural dan struktur Nugroho dalam Kusnadi (2004:165)

Kemiskinan adalah suatu situasi serba kekurangan dan disebabkan rendahnya ketrampilan, rendahnya produktifitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar produktifitas orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan (musbiyanto dalam Mashoed, 2004:39)

Sulistiyani dalam Kusnadi (2004:17) mengatakan kemiskinan adalah bilamana masyarakat berada pada suatu kondisi yang serba terbatas, baik dalam aksesbilitas para faktor produksi, peluang atau kesempatan usaha, pendidikan,fasilitas hidup lainya, sehingga dalam aktivitas maupun usaha menjadi sangat terbatas.

Sedangkan Rahutani (2005:41) memandang kemiskinan sebagai kondisi seseorang tidak memiliki pendapatan yang cukup, sehingga tingkat tabunganya rendah. Berimplikasi pada tidak tersedianya modal untul meningkatkan produksi. Produksi tidak meningkat, maka pendapatan pun


(53)

tidak meningkat, dan membawa kearah kemiskinan itu kembali. Kemiskinan menyebabkan tidak dipunyainya akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, rumah yang layak, fasilitas kredit, serta tidak memiliki jaringan sosial, sehingga penduduk miskin tidak dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan bagi kehidupan mereka.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kemiskinan adalah suatu serba kekurangan dari penduduk dan disebabkan karena rendahnya ketrampilan, rendahnya produktifitas dan rendahnya pendapatan sehingga dalam setiap aktivitas maupun usaha menjadi serba terbatas serta ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.

2.2.5.2 Bentuk-bentuk Kemiskinan

Jamasy dalam Kusnadi (2004:30) mengemukakan beberapa bentuk kemiskinan, masing-masing bentuk mempunyai arti tersendiri, keempat bentuk tersebut adalah:

1) Kemiskinan Absolut

Yaitu apabila tingkat pendapatanya dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, antara lain : Kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.


(54)

2) Kemiskinan Relatif

Yaitu kondisi dimana pendapatanya berada pada posisi diatas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya.

3) Kemiskinan Struktural

Yaitu suatu kondisi atau situasi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

4) Kemiskinan Kultural

Yaitu mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya.

2.2.5.3 Penyebab Kemiskinan

Kartasasmita (1996:240) mengemukakan empat penyebab kemiskinan di Indonesia yang satu sama lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi, adapun empat penyebab tersebut adalah:

1) Rendahnya taraf pendidikan

Tarif pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan pekerjaan yang akan dimasuki.

2) Rendahya derajat kesehatan

Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.


(55)

3) Terbatasnya lapangan kerja

Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diberatkan oleh terbatasnya lapangan pekerjaan.

4) Kondisi keterisolasian

Banyaknya penduduk miskin, secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolir.

Sutrisno (2001:56) penyebabkan pelestarian kemiskinan yang lain adalah adanya pola hidup ”gali lubang tutup lubang”. Jika semula penduduk desa memiliki mekanisme pertahanan terhadap kredit ”takut mempunyai utang” saat ini mekanisme pertahanan seperti itu telah banyak mengalami erosi karena semakin banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi walaupun dengan berhutang, karena pendapataan mereka masih rendah.

Sharp dalam Kusnadi (2004:157) penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu:

1) Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah, sehingga mendapatkan upah yang rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan.


(56)

3) Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. 2.2.5.4 Kategori Orang Miskin

Remi (2002:2) mengatakan bahwa untuk keberhasilan pengentasan kemiskinan, harus dimulai dengan mengidentifikasi siapa yang tergolong miskin dan dimana mereka berada. Untuk mengidentifikasi siapa yang tergolong orang miskin dapat dilihat dari :

1) Karakteristik penduduk antara lain adalah sumber-sumber pendapatan, pola-pola konstansi dan pengeluaran, tingkat ketergantungan.

2) Karakteristik demografi sosial diantaranya adalah tingkat pendidikan, cara memperoleh fasilitas kesehatan, jumlah anggota keluarga, dan lain-lain. Sedangkan untuk menemukan dimana orang yang tergolong miskin adalah dengan menguji karakteristik geografi, yaitu dimana orang miskin tersebut terkonsentrasi, apakah diwilayah perdesaan atau perkotaan.

Gambaran pola tentang konsumsi makanan dan bukan menekan dari kelompok komunitas (miskin dan bukan miskin, menunjukan bahwa secara umum porsi konsumsi makanan dari rumah tangga miskin sampai sebesar 70,6% dibandingkan dengan posisi bukan rumah tangga miskin hanya 19,31%) Remi (2002:17).

Situasi orang miskin menurut Chambers dalam Sutrisno (2001:18) mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:


(57)

1) Rumah mereka reot dan dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah, peralatan angat minim, tidak memiliki MCK sendiri, ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi ”gali lubang tutup lubang”.

2) Pendapatan mereka tidak menentu dan dalam jumlah yang sangat tidak memadai, dengan pendapatan yang kecil dan tidak menentu maka keluarga miskin menghabiskan apa yang mereka peroleh saat itu juga.

3) Keterasingan yang bisa disebabkan karena tempat tinggalnya yang secara geografis terasing atau tadak memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi yang ada.

4) Kerentanan, biasanya keluarga miskin tidak memiliki cadangan baik berupa uang atau makanan untuk menghadapi keadaan darurat. Apabila terjadi keadaan darurat seperti paceklik maka mereka akan menjual barang apa saja yang mereka miliki atau berhutang.

2.2.5.5 Perangkap Kemiskinan

Menurut Mashoed (2004:86) banyak penduduk miskin terperangkap kedalam perangkap lingkaran kemiskinan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Property

Keadaan miskin sehinggga tidak mampu untuk membeli makanan yang cukup lemak/tidak sehat, tidak bisa bekerja produktif, pendapatan sedikit, pendidikan rendah, peluang kerja sedikit, dan sebagainya.


(58)

2) Colation

Hidup terisolasi atau tertinggal, jauh dari pusat pemberian pelayanan, tidak mendapat pendidikan yang cukup, tidak memperoleh pinjaman uang atau pijaman modal dan sebagainya.

3) Poweleesness

Penduduk miskin tidak berdaya karena dieksploitasi oleh orang kaya mereka tidak punya daya untuk memperoleh akses sumber-sumber dari negara/ pemerintah, tidak berdaya secara hukum atau perlakuan hukum yang tidak adil, status sosialnya yang rendah, suara orang miskin tidak didengar, tidk punya akses politik dan sebagainya.

4) Vulnerability

Kerentanan hidup sangat miskin menyebabkan mereka sangat mudah terkena guncangan ekonomi sekecil apapun, untuk bisa bertahan hidup sering kali mereka terpaksa harus menjual atau mengandalkan aset produktifnya untuk bisa makan atau memperoleh pengobatan sekedarnya.

5) Physicalweaknes

Penduduk yang fisiknya lemah tidak mungkin dapat bekerja secara produktif, sering sakit dan tidak cukup makan.

2.2.5.6 Masalah Kemiskinan

Apabila dilihat dari posisi kemiskinan masyarakat maka terdapat beberapa masalah kemiskinan yang menjadi perhatian (Mashoed, 2004:44) diantaranya adalah:


(59)

1) Masalah kerentanan

Bahwa penanganan terhadap masalah kemiskinan masyarakat disamping diarahkan untuk menangani masalah kesejahteraan dengan memberikan sejumlah program peningkatan kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian masyarakat.

2) Masalah Ketidakberdayaan

Karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, tidak mendapat kesempatan, untuk ikut menentukan keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.

3) Masalah tertutupnya akses masyarakat terhadap peluang kerja

Karena hubungan produksi didalam masyarakat tidak member peluang kepad mereka untuk berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan kerja.

4) Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses pada pasar lantaran aksesbilitasyang rendah dan arena kondisi alam yang miskin .

5) Masalah kemiskinan juga terindentifikasi

Karena penghasilan masyarakat sebagain besar dihabiskan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dalam kuantitas dan kualitas yang tewrbatas, sehingga produktifitas mereka rendah.


(60)

6) Masalah kemiskinan juga ditandaidengan tingginya angka kelahiran karena besarnya anggota keluarga sehingga berpengaruh terhadap kemampuan untuk membayar pendidikan dan kesehatan. Akibatnya sumber daya manusianya menjadi rendah.

2.2.5.7 Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Kartasasmita (1996:241) mengatakan untuk menanggulangi kemiskinan sekaligus memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya, diperlukan upaya untuk memadukan berbagai kebilaksanaan dan program pembangunan yang tersebar diberbagai sector dan wilayah. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan tertuang dalam tiga arah kebijaksanaan yaitu:

1) Kebijaksanaan Tidak Langsung

Yang diarahkan penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penaggulangan kemiskinan.

2) Kebijaksanaan Langsung

Yang ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah. 3) Kebijaksanaan khusus

Untuk mempersiapkan masyarakat miskin itu sendiri dan aparat yang bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran program dan sekaligus memacu dan memperluas upaya untuk menaggulangi kemiskinan.


(61)

2.2.6 Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda)

2.2.6.1 Konsep Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda)

Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan kesehatan di daerah Provinsi berupa perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan kesehatan yang memberikan jaminan bagi seluruh warga masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Adapun tujuan Program Jaminan Kesehatan Daerah sesuai dengan Pedoman Buku Jamkesda (2010:4) ada dua tujuan adalah :

Tujuan Umum:

Meningkatya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin di Kota Mojokerto agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Tujuan Khusus:

1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit Dr Wahidin Sudiro Husodo.

2. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar dan dilaksanankan dengan mudah, ramah, dan profesional.

3. Pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. 4. Pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

Adapun sasaran Program Pelayanan Kesehatan yang dijamin Pemerintah Kota Mojokerto adalah seluruh masyarakat miskin di Kota


(62)

Mojokerto yang ditetapkan dalam Keputusan Walikota sesuai dengan Pedoman Buku Jamkesda (2010:4)

Adapun Administrasi kepesertaan sesuai dengan Pedoman Buku Jamkesda (2010: 7) meliputi:

1. KTP atau Kartu Susunan Keluarga (KSK) Kota Mojokerto untuk masyarakat non kuota.

2. Masyarakat miskin peserta jamkesda ditetapkan dengan Keputusan Walikota Mojokerto.

3. Kartu Jamkesda Kota Mojokerto diterbitkan oleh Pemerintah Kota Mojokerto yang berlaku bagi masyarakat miskin peserta jamkesda yang dijamin oleh Pemerintah Kota Mojokerto atau Kota yang telah melekukan Perjanjian Kerjasama dengan Penyedia Jasa Asuransi Pelayanan Kesehatan.

4. Selama masa transisi tanda kepesertaan bagi masyarakat miskin dapat menggunakan daftar peserta yang telah ditetapkan oleh Walikota Mojokerto dengan disertai KTP dan KSK yang dilegalisir oleh kelurahan setempat, sampai kartu jamkesda terbit dan terdistribusi pada peserta Jamkesda.

5. Bayi baru lahir kepesertaanya mengikuti KTP atau Kartu Susunan Keluarga (KSK) orang tua disertai surat keterangan kelahiran.

6. Masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas (KTP/KSK) seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam Keputusan Walikota Mojokerto


(63)

akan ditetapkan dengan surat keterangan dari Kepala Puskesmas atau Direktur RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dan dikoordinasikan dengan Dinas Sosial Kota Mojokerto.

Adapun Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesda sebagai berikut:

1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar dapat berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya.

2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan peserta jamkesda menunjukkan kartu jamkesda dan dilengkapi dengan KTP dan KK. 3. Pelayanan kesehatan di puskesmas meliputi rawat jalan, rawat inap

dan pelayanan penunjang.

4. Pelayanan kesehatan rawat inap di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo diberlakukan hanya di kelas III.

5. Rujukan pasien dilakukan secara berjenjang dari Puskesmas ke Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo.

6. Apabila atas indikasi medis pasien membutuhkan rujukan ke RS Provinsi dapat dilakukan karena alasan indikasi medis, maka selanjutnya menjadi beban jamkesda Provinsi. Ketidaktersediaan alat kesehatan dan tenaga ahli di RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo, hal tersebut tak berlaku (kecuali) kasus gawat darurat dan kasus jiwa.


(64)

7. Pelayanan kesehatan rujukan harus disertai surat rujukan, kartu jamkesda, KTP, dan KK, kecuali pada kasus gawat darurat dapat dilakukan tanpa disertai surat rujukan.

8. Pelayanan Kesehatan rujukan sebagaimana di maksud di atas meliputi:

a. Pelayanan RTJL dan RITL kelas III di RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo

b. Pelayanan obat-obatan dan alat atau bahan habis pakai

c. Pelayanan rujukan spesialis, spesimen dan penunjang diagnostik

d. Pelayanan transportasi rujukan ke RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo maupun tingkat Provinsi memakai ambulance sesuai dengan ketentuan yang berlaku


(65)

Gambar 1 2.2.7 Kerangka Berpikir

Perjanjian kerjasama antara Gubernur Jawa Timur dengan Bupati/Walikota tanggal 18 Nopember 2009 tentang

Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang Dijamin oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan

Pemerintah Kabupaten/Kota Tahun 2009

RSU Dinas Kesehatan

Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin

Untuk Mengetahui Pelayanan Kesehatan Jamkesda di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto

dilihat dari:

2. Akuntabilitas

Kepuasan Masyarakat Tentang Pelayanan Kesehatan JAMKESDA

Program Jamkesda


(66)

3.1 Jenis Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka diperlukan teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering disebut dengan metode penelitian. Untuk kepentingan itu maka perlu diketahui dan dipelajari maka hingga tercapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sangat penting karena dengan metode penelitian akan dapat diperoleh data yang valid dan relevan dengan tujuan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Melalui metode kualitatif, peneliti mendengar dan melihat narasumber berbicara yang sesunggungnya tentang dirinya sendiri sesuai dengan perspektif masing-masing dan mengamati mereka berperilaku seadanya sesuai dengan posisi dan peran didalam sistem sosial masing-masing pula.

Sedangkan definisi lain penelitian kualitatif menurut (Kirk dan Miler dalam Moleong, 2007:4) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada kawasanya sendiri dan berhubung dengan orang-orang tersebut, dalam bahasanya dan dalam peristilahanya.


(67)

3.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif fokus penelitian adalah hal-hal yang akan dijadikan pusat perhatian dalam melakukan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah, dimana penelitian dijadikan acuan dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian dilapangan.

Menurut Bungin (2001:41) fokus penelitian mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian serta kelak dibahas secara mandalam dan tuntas.

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi fokus penelitian ini berdasarkan pada pelayanan yang ada di program jamkesda sesuai dengan fenomena yang ada adalah:

1. Transparansi

Transparansi publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau pengendalianya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi. Dengan sasaran kajian: a. Sistem Prosedur

Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu pelayanan.Dengan Sasaran Kajian:


(68)

1. Alur Prosedur Pelayananya 2. Loket Pelayanan

3. Prosedur Kerja Standart Operasional Prosedur (SOP) 4. Prosedur Jamkesda

b. Persyaratan Administratif

Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan Sasaran Kajian:

1. Persyaratan Teknis 2. Persyaratan Administratif c. Biaya

Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rincianya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayaranya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan Sasaran Kajian:

1. Tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat 2. Nilai atau harga yang berlaku atas barang dan jasa

3. Rincian biaya harus jelas untuk jenis pelayanan publik yang memerlukan tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan


(69)

4. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan memperhatikan prosedur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik adalah Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan sasaran kajian:

a. Sistem Prosedur merupakan Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik dengan sasaran kajian:

1. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

2. Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah

b. Persyaratan Administratif merupakan Akuntabilitas Produk Pelayanan Publik dengan sasaran kajian:

1. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.

2. Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah

c. Biaya merupakan Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik dengan sasaran kajian:

1. Biaya pelayanan dipunggut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.


(70)

2. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan publik, harus ditangani oleh petugas atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan atau Surat Penugasan dari Pejabat yang berwenang.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat peneliti untuk melakukan penelitian. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara “purposive” yaitu berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu. Penelitian ini dilaksanakan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan:

a RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto adalah Rumah Sakit Umum Daerah di Kota Mojokerto yang menerima dan memberikan pelayanan gratis melalui program pemerintah yaitu jamkesda.

b Jumlah penerima program jamkesda terbanyak dengan jumlah 7.861 KK tahun 2010.

c Tidak banyak yang mengetahui tentang pelayanan administrasi di Rumah Sakit.

3.4 Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lofland dalam Moleong, 2007:157). Berkaitan dengan hal itu sumber data


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan skripsi maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Kualitas Pelayanan Jamkesda Ditinjau Dari Perspektif Transparansi dan Akuntabilitas (Studi Kasus di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Pemerintah Kota Mojokerto) sudah berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan pelayanan publik, yaitu:

1. Transparansi pelayanan kesehatan jamkesda yang diberikan kepada peserta jamkesda sudah baik dan sudah sesuai dengan pelayanan publik dan dengan adanya transparansi yang mengenai sistem prosedur, persyaratan administrasi, biaya sudah dilakukan dengan terbuka dan mudah diketahui oleh masyarakat secara mudah dengan informasi yang sudah ditempel di tembok dan penjelasan yang mudah dimengerti oleh masyarakat dengan menanyakan langsung kepada petugas loket.

a. Transparansi Prosedur bahwa para peserta jamkesda sudah mengetahui bagaiman alur prosedur pelayanan jamkesda untuk mendapatkan pelayanan gratis dari pemerintah. Serta mudahnya masyarakat mengetahui alur prosedur pelayanannya dengan adanya informasi seperti gambar dan tulisan yang ditempel pada tembok di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Dengan adanya


(2)

126

informasi yang ada sehingga dengan mudah mengakses proses pelayanan.

b. Transparansi Persyaratan Administrasi bahwa masyarakat peserta jamkesda sudah mengetahui kelengkapan persyaratan administrasi untuk kelengkapan yang dibutuhkan pelayanan jamkesda di Rumah Sakit. Serta mudahnya informasi yang didapat dari Rumah Sakit mapun dari pegawainya atau informasi dari pihak peserta jamkesda. Serta Kelonggaran waktu yang diberikan untuk melengkapi pelayanan jamkesda yaitu 2x24 jam apabila lebih dari waktu yang ditentukan maka dianggap pasien biasa atau umum.

c. Transparansi Biaya bahwa untuk informasi biaya masyarakat sudah banyak yang mengetahui bahwa pelayanan jamkesda gratis atau tidak dipunggut biaya serta informasi yang didapat juga macam-macam ada yang dari tetangga, Rumah Sakit, serta dari kader PKK.

2. Akuntabilitas pelayanan kesehatan jamkesda sudah dilakukan sesuai pelayanan publik dan sudah dipertanggung jawabkan oleh pihak Rumah Sakit masalah ketersediaan kelengkapan untuk pelayanan kesehatan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan peserta jamkesda. Hal ini sudah sesuai dengan ketentuan yang ada.

a. Akuntabilitas Prosedur bahwa pertanggung jawaban prosedur yang dilakukan Rumah Sakit hal ini sudah sesuai dengan ketentuan yang ada pertanggung jawabanya yaitu dengan adanya informasi yang menunjukkan prosedur pelayanan kesehatanan yang mudah


(3)

dimengerti dan dipahami oleh masyarakat hal ini sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Karena rumah Sakit sudah memberikan informasi secara terbuka.

b. Akuntabilitas Persyaratan Administrasi bahwa pertanggung jawaban persyaratan administrasi sudah sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Karena rumah Sakit sudah memberikan informasi secara terbuka. Dengan adanya informasi secara terbuka dapat memudahkan masyarakat yang akan memperoleh pelayanan kesehatan.

c. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pertanggung jawaban pada biaya hal ini sudah sesuai dan sudah dilakukan pemerintah dan rumah Sakit karena peserta jamkesda tidak dipunggut biaya sama sekali. Serta informasi yang didapat juga bermacam-macam. Dengan adanya pelayanan gratis dari pemerintah masyarakat tidak mengalami kesulitan.

5.2 Saran

1. Transparansi pelayanan kesehatan jamkesda meliputi sistem prosedur, persyaratan administrasi, biaya sudah dilakukan RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dengan baik untuk itu harap dipertahankan. Serta perlu adanya loket informasi atau pengaduan sehingga masyarakat mudah bertanya dan mudah mendapatkan informasi pelayanan.

2. Akuntabilitas pelayanan kesehatan jamkesda meliputi sistem prosedur, persyaratan administrasi, dan biaya sudah dilakukan RSU Dr. Wahidin


(4)

128

Sudiro Husodo Kota Mojokerto dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ada untuk itu harap dipertahankan.


(5)

Goverment, Malang : Bayumedia Publishing.

Bugin, Burhan, 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta : Raja Grafindo.

Effendy, Najrul, 1997. Dasar-dasar Keprawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC.

Entjang, Indun, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Jurlak Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 4 Tahun 2008 Tentang sistem Jamkesda.

Kartasasmita, Ginanjar, 1996. Pembangunan Untuk Rakyat (Memadukan Pertumbuhan Pemerataan) :PT. Pustaka Utama Cidesindo.

Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang ”Petunjuk Teknis Transparasi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik”.

Kumorotomo, Wahyudi, 2005. Akuntabilitas Birokrasi Publik (Sketsa Pada masa Transisi), Yogyakarta : Magister Administrasi Publik (MAP) UGM.

Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Mashoed, Dr Msi, 2004. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Membuka Kawasan Terisolasi, Surabaya : Papyrus.

Miles, Mathew B and Hubberman, Michel A, 1992. Analisis Data Kualitatif, Jakarta : Universitas Indonesia.

Moenir, H.A.S, 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Moleong, J. Lexy, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.


(6)

Moleong, J. Lexy, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Muljadi, Arief, 2006. Pokok-pkok dan Ikhtisar Manajemen Stratejik (Perencanaan dan Manajemen Kinerja), Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Nasucha, Chaizi, 2004. Reformasi Administrasi Publik (Teori dan Praktek), Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : PT. Asdi Mahasutya.

Pedoman Teknis Pelaksanaan Program Jaminan Masyarakat Daerah, 2010.

Ratminto dan Atik, Septi, Winarsih, 2005. Manajemen Pelayanan, Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Remi, Sutyasty Soemitro, 2002. Kemiskinan Dan Ketidakmerataan di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta.

Sulistyani, Ambar Teguh, 2004. Kemitraan Dan Model-model Pemberdayaan, Yogyakarta : Gaya Media.

Widodo, joko, 2001. Good Governance (Telaah Dati Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonom darah), Surabaya : Insan Cendekia.

Internet :

www.google.com www.jpkm-online.net

http:/kesehatan.web.id www.Radarmojokerto.com www.rakyatpos.com