Lumpur Koagulasi Lumpur Dari Proses Softening

sebagai koagulan aid karena memiliki sifat kelarutan di dalam air yang lebih baik dan tingkat pembentukan flok yang lebih baik. Perbedaan kedua jenis koagulan ini adalah bahwa koagulan garam logam mengalami proses hidrolisa di dalam air, sedangkan koagulan polimer tidak.

2.3. Lumpur

Menurut Culp dan Williams 1993 terdapat beberapa jenis lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan air minum, seperti lumpur koagulan, lumpur dari proses softening, air dari proses backwash filter dan lumpur pre sedimentasi.

2.3.1. Lumpur Koagulasi

Koagulan kimia dan porses flokulasi secara luas digunakan di dalam pengolahan air untuk menghilangkan clay, lumpur, partikel koloid. Aluminum sulfat merupakan koagulan yang paling banyak digunakan di dalam proses pengolahan air minum. Lumpur alum memiliki volume yang besar, karena tidak dapat di padatkan. Alum berbentuk lumpur gelatin yang terkonsentrasi 0,5 sampai 2 persen 5000 sampai 20.000 mgL pada bak sedimentasi Culp dan Williams, 1993. Alum Al 2 SO 4 3 .14H 2 O ketika dimasukkan ke dalam air akan membentuk aluminium hidroksida AlOH 3 . Untuk setiap kilogram alum yang ditambahkan ke dalam air akan menghasilkan 0,26 kg aluminium hidroksida. Lin dan Green 1987 menyebutkan bahwa lumpur alum kemungkinan mengandung aluminium hidroksida, lempung dan pasir, partikel koloid, Universitas Sumatera Utara mikroorganisme termasuk alga dan plankton serta bahan organik dan anorganik lainnya yang terdapat di air baku. Lumpur alum umumnya mudah mengendap, tetapi dapat di keringkan dengan mudah. Walaupun lumpur alum memiliki BOD 5 dan COD yang tinggi, biasanya tidak mengalami terjadinya dekomposisi aktif ataupun menyebabkan terjadinya kondisi anaerobik. Kandungan padatan tersuspensi di dalam air baku biasanya dinyatakan di dalam unit turbiditas NTU. Tidak ada korelasi yang absolut antara unit turbiditas dengan berat kering dari total padatan tersuspensi. Berdasarkan observasi diperoleh perbandingan antara TSS dan NTU beravariasi antara 0,5 sampai 2,5, dengan perbandiangan tipikal antara 1 sampai 2. Culp dan Williams, 1993.

2.3.2. Lumpur Dari Proses Softening

Bahan kimia yang digunakan untuk proses lime softening termasuk quicklime CaO, hydrated lime CaOH 2 , soda ash Na 2 CO 3 dan sodium hydroxide NaOH. Lumpur yang dihasilkan dari proses lime softening terdiri dari calcium carbonate CaCO 3 dan magnesium hydroxide MgOH 2 yang merupakan kontrol dari reaksi penghilangan kesadahan. Jika diasumsikan bahwa lumpur yang terbentuk dari hasil penghilangan kesadahan berasal dari kesadahan karbonat yang dihilangkan dengan kapur, maka jumlah lumpur yang dihasilkan dapat dihitung dengan mempergunakan formula 2.1 berikut Culp dan Williams, 1993 .............................................2.1 S = 86,4 Q 2 Ca + 2,6 Mg Dimana: Universitas Sumatera Utara S = lumpur yang dihasilkan kghari Q = debit air baku m3detik Ca = kesadahan kalsium yang dihilangkan sebagai CaCO 3 , mgl Mg = kesadahan magnesium yang dihilangkan sebagai MgCO 3 , mgl 86,4 = konstanta yang digunakan dalam metrik unit Secara teoritis jumlah produksi lumpur dari penghilangan kesadahan dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Produksi Lumpur Secara Teoritis Dari Penghilangan Kesadahan Sebagai CaCO 3 Penambahan Bahan Kimia Kesadahan Carbonate lb lumpur kering lb kesadahan yang dihilangkan Kesadahan Non carbonat lb lumpur kering lb kesadahan yang dihilangkan Calcium Magnesium Calcium Magnesium Kapur dan Soda Ash 2.0 2.6 1.0 1.6 Sodium hydroxide 1.0 0.6 1.0 0. Sumber: Culp dan Williams, 1993 Dari survey yang dilakukan oleh AWWA Sludge Disposal Committee terhadap hasil analisa informasi dari 84 Instalasi Pengolahan Air IPA, konsentrasi padatan tersuspensi SS yang dihasilkan dari bak sedimentasi bervariasi, seperti yang tertera pada tabel 2.3. Volume produksi lumpur rata-rata 1.87 dari kapasitas produksi air rata-rata dengan standar deviasi 2,1. Culp dan Williams, 1993 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Konsentrasi Lumpur Dari Proses Softening Konsentrasi Partikel tersuspensi, Persentase di Pengolahan Air 5, rata-rata 2.4 52 5 - 10 24 11 - 15 11 16 - 25 6 25 7 S umber: Culp dan Williams, 1993

2.3.3. Air Dari Backwash Filter

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Mangan (Mn) Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua Secara Spektrofotometri

5 51 40

Penetapan Kadar Seng (Zn) Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua Secara Spektrofotometri

1 68 40

Dampak Pembangunan Pengolahan Air Bersih Oleh PDAM Tirtanadi Medan Atas Pemanfaatan Air Sei Belumai Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat

1 37 103

RECOVERY ALUM DARI LUMPUR ACCELATOR INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM (IPAM) GUNUNG PANGILUN PADANG.

0 4 8

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 0 9

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 0 1

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 0 4

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 1 14

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 1 1

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 0 4