Pada penelitian selanjutnya, perlu dipertimbanngkan penggunaan ekstrak kering etil asetat tomat tunggal tanpa campuran talkum sebagai bahan pengering.
Hal ini mengingat adanya kemungkinan interaksi yang tidak dapat diprediksi antara talkum dengan ekstrak kental etil asetat tomat maupun dengan basis krim.
Ekstrak kering etil asetat tomat dapat diperoleh dengan cara
freeze drying
.
B. Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak Tomat
Metode DPPH
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl
sangat luas digunakan untuk menguji kemampuan suatu senyawa yang bekerja sebagai penangkap
radikal bebas atau donor hidrogen, dan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan. Dasar dari metode ini adalah kemampuan suatu senyawa untuk bereaksi dengan
radikal bebas DPPH. Ekstrak tomat dapat diuji kualitatif dengan menggunakan metode ini untuk mengetahui apakah ekstrak tomat memiliki aktivitas antioksidan.
Hasil uji kualitatif antioksidan ekstrak tomat dapat dilihat pada gambar 5.
a b
Gambar 5. Hasil uji kualitatif antioksidan sesaat setelah pemberian DPPH a dan beberapa saat setelah pemberian DPPH b
Pada gambar 5, dapat terlihat perbedaan yang kasat mata pada kertas whattmann sesaat setelah pemberian DPPH a, dan kertas whattmann beberapa saat setelah
pemberian DPPH b. Adanya perubahan warna kertas yang semula berwarna
ungu menjadi berwarna putih. Hal tersebut menandakan hilangnya radikal DPPH karena adanya aktivitas antioksidan dari ekstrak yang sebelumnya telah ditotolkan
di tengah kertas. Berikut ini adalah reaksi dari DPPH dengan suatu antioksidan:
Gambar 6. Reaksi DPPH dengan antioksidan Moon dan Shibamoto, 2009
Pada gambar 6, radikal DPPH yang berwarna ungu akan berubah menjadi suatu senyawa lain akibat bereaksi dengan suatu antioksidan. Senyawa hasil reaksi
antara radikal DPPH dengan suatu antioksidan tidak lagi memberikan warna ungu. Dengan demikian, ekstrak kental tomat dapat dikatakan memiliki aktivitas
antioksidan secara kualitatif. Sebaiknya perlu dilakukan pengujian kadar kandungan dari ekstrak tomat untuk mengetahui kejelasan dari efektivitas sediaan
yang akan diformulasikan.
C. Pembuatan Krim Ekstrak Tomat
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995. Tomat mengandung likopen,
-, -, -, -karoten, zeaxanthin, lutein,
neurosporene
,
phytoene
, dan
phytofluene
Nour dkk, 2012. . Likopen diketahui sebagai senyawa
yang mudah terabsorbsi bila digunakan secara topikal karena sifatnya yang larut lemak dan ukuran molekulnya yang relatif kecil. Satu-satunya kerugian yang
diperoleh dari penggunaan likopen secara topikal adalah perubahan warna kulit menjadi kemerahan Narendran dkk, 2013. Sediaan krim yang mengandung
ekstrak tomat dapat memiliki rentang konsentrasi bahan aktif bervariasi 1-25 Ryngler-Lwensztain, 2012, untuk itu digunakan konsentrasi zat aktif berupa
ekstrak kental etil asetat tomat sebesar 1. Namun pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan orientasi dosis ekstrak pada sediaan untuk
menemukan dosis efektif. Pada dasarnya setiap sediaan farmasi terdiri dari zat aktif dan eksipien-
eksipiennya. Zat aktif yang digunakan dalam formulasi krim ini adalah ekstrak tomat. Selain zat aktif, eksipien juga memegang posisi penting dalam suatu
formula. Eksipien yang digunakan dalam sediaan semisolid topikal harus memiliki kemampuan untuk: 1 meningkatkan kelarutan zat aktif; 2 mengatur
pelepasan dan permeasi obat; 3 meningkatkan aspek estetika sediaan; 4 meningkatkan stabilitas obat dan formulasi; serta 5 mencegah kontaminasi dan
pertumbuhan mikroba Heather dan Adam, 2012. Pada penelitian ini, Tween 80 berfungsi sebagai
surfaktan, sedangkan PEG 6000 berfungsi sebagai basis dan
emulsion stabilizer
Różańska dkk, 2012. Proses pembuatan krim dimulai dengan cara mencampurkan masing-
masing bahan berdasarkan kelarutannya. Bahan-bahan yang larut dalam minyak dicampurkan dengan sesama bahan-bahan larut minyak, kemudian campuran ini
disebut fase minyak asam stearat. Bahan-bahan yang larut dalam air
dicampurkan dengan sesama bahan-bahan larut air, kemudian campuran ini disebut fase air PEG 6000, propilen glikol, TEA, Tween 80, dan nipagin.
Apabila ada bahan yang berupa padatan, pencampuran dapat dilakukan dengan cara melelehkan bahan tersebut pada suhu yang sesuai. Pada penelitian ini
digunakan suhu ±70
o
C untuk pelelehan asam stearat dan PEG 6000. Pencampuran kedua fase selanjutnya dilakukan pada wadah hangat untuk mencegah pembekuan
segera. Ekstrak kering dimasukkan sesaat sebelum penambahan aquadest untuk meningkatkan
homogenitas sediaan.
Pencampuran dilakukan
dengan menggunakan
mixer
selama 1 menit dengan tujuan untuk mendapatkan kecepatan pengadukan yang konstan. Sebab, kecepatan pengadukan dapat menjadi faktor
yang ikut mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak tomat. Pada sediaan topikal, asam stearat yang dicampurkan dengan alkali
trietanolamin TEA hingga kondisi netral akan dapat membentuk massa menyerupai seperti krim ketika dicampurkan dengan air. Sabun dari asam stearat
dapat berfungsi sebagai
emulsifying agent.
Kulit memiliki rentang pH antara 5 dan 6,5. pH sediaan tidak hanya mempengaruhi solubilitas dan stabilitas obat dalam sediaan, tetapi dapat juga
berpotensi menimbulkan iritasi, sehingga sediaan ini harus diformulasikan pada rentang pH tersebut. Oleh karena itu, perlu ditambahkan basa amin untuk
meningkatkan pH sediaan, yakni dengan penambahan trietanolamin TEA Heather dan Adam, 2012.
Nipagin dipilih karena memiliki spektrum yang luas, stabil pada sediaan berair dengan pH 3-6, stabil dalam proses sterilisasi dengan autoklaf, non-
mutagenik, non-karsinogenik dan non-teratogenik Rowe dkk, 2009. Surfaktan
emulsifying agent
yang digunakan dalam pembuatan krim ekstrak tomat ini adalah Tween 80. Tween 80 digunakan secara luas pada
kosmetik sebagai
emulsifying agent
Smolinske, 1992. Tween 80 digunakan
sebagai
emulsifying agent
pada emulsi topikal tipe minyak dalam air MA, dan berfungsi sebagai
emulifying agent
pada rentang konsentrasi 1-15 Rowe dkk, 2009.
Basis yang akan digunakan dalam pembuatan krim ekstrak tomat ini adalah PEG 6000. Krim yang baik hendaknya memenuhi kriteria aman, nyaman,
dan efektif. PEG bersifat stabil di udara dan tidak mengiritasi kulit. PEG merupakan bahan larut air dan mudah dihilangkan dari kulit hanya dengan
pencucian, sehingga banyak digunakan sebagai basis salep Rowe dkk, 2009. Emulsi merupakan suatu sistem yang
kurang stabil secara termodinamis Voorhees, 1985. Oleh karena itu, diperlukan adanya bahan-bahan yang mampu
meningkatkan stabilitas emulsi. PEG juga dapat berfungsi sebagai
emulsion stabilizer
Różańska dkk, 2012. Propilen glikol berfungsi sebagai humektan pada sediaan topikal.
Humektan ini dapat menjaga kelembaban kulit dengan mekanisme menyerap lembab yang ada di lingkungan Rowe dkk, 2009.
Sebelum melakukan proses optimasi, perlu dilakukan orientasi formula terlebih dahulu. Proses orientasi formula ini bertujuan untuk melihat apakah
faktor yang akan diteliti mampu memberikan perubahan respon yang linear sekaligus menentukan level rendah dan level tinggi dari faktor yang akan
digunakan. Grafik hasil orientasi jumlah Tween 80 terhadap respon viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak tomat dapat dilihat pada gambar 7 dan gambar 8.
Gambar 7. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap viskositas
Gambar 8. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap ukuran droplet
50 100
150 200
250 300
2,5 5
7,5 10
12,5 15
V is
k o
si ta
s d
.P a
.s
Jumlah Tween 80 g
Pengaruh Tween 80 terhadap Viskositas Krim
20 25
30 35
40 45
2,5 5
7,5 10
12,5 15
U k
u ra
n d
ro p
le t
μ m
Jumlah Tween 80 g
Pengaruh Tween 80 terhadap Ukuran Droplet Krim
Pada gambar 7 dan gambar 8, dapat dilihat bahwa jumlah Tween 80 memberikan pengaruh pada respon viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak tomat. Pada
gambar 7, diketahui bahwa pada Tween 80 sejumlah 2,5 gram, 5 gram, dan 7,5 gram memberikan perubahan yang linear terhadap respon viskositas krim ekstrak
tomat. Pada gambar 8, diketahui pula bahwa Tween 80 sejumlah 2,5 gram, 5 gram, 7,5 gram, dan 10 gram memberikan perubahan yang linear terhadap ukuran
droplet krim ekstrak tomat. Oleh karena itu, dapat ditentukan level rendah dan level tinggi dari penggunaan Tween 80 sebagai surfaktan dalam optimasi krim
ekstrak tomat. Dari gambar 7 dan gambar 8, diperoleh irisan jumlah Tween 80 sebesar 2,5 gram level rendah hingga 7,5 gram level tinggi.
Orientasi level rendah dan level tinggi juga dilakukan untuk faktor PEG 6000. Grafik hasil orientasi jumlah PEG 6000 terhadap respon viskositas dan
ukuran droplet krim ekstrak tomat dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10.
Gambar 9. Grafik orientasi pengaruh PEG 6000 terhadap viskositas
50 100
150 200
250 300
2 4
6 8
10 12
V is
k o
si ta
s d
.P a
.s
Jumlah PEG 6000 g
Pengaruh PEG 6000 terhadap Viskositas Krim
Gambar 10. Grafik orientasi pengaruh PEG 6000 terhadap ukuran droplet
Pada gambar 9 dan gambar 10, dapat dilihat bahwa jumlah PEG 6000 memberikan pengaruh pada respon viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak
tomat. Pada gambar 9, diketahui bahwa pada PEG 6000 sejumlah 2 gram, 4 gram, 6 gram, dan 8 gram memberikan perubahan yang linear terhadap respon viskositas
krim ekstrak tomat. Pada gambar 10, diketahui pula bahwa PEG 6000 sejumlah 2 gram, 4 gram, dan 6 gram memberikan perubahan yang linear terhadap respon
ukuran droplet krim ekstrak tomat. Dari gambar 9 dan gambar 10, diperoleh irisan jumlah Tween 80 sebesar 2 gram level rendah hingga 6 gram gram level
tinggi.
D. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Tomat 1. Uji organoleptis