Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha Multifida L.) dengan aplikasi desain faktorial.

(1)

INTISARI

Jarak cina memiliki efek farmakologis diantaranya sebagai antibakteri dan anti-inflamasi. Sediaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan krim dengan tipe M/A. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh dari Tween 80 sebagai

emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan terhadap sifat fisik dan stabilitas krim dari ekstrak batang jarak cina serta mengetahui formula optimum dari Tween 80 dan gliserin.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode desain faktorial yang terdiri dari 2 faktor (Tween 80 dan gliserin) dan 2 level (tinggi dan rendah). Analisis statistik menggunakan ANAVA dengan taraf kepercayaan 95% dilakukan untuk mengetahui pengaruh Tween 80 dan gliserin terhadap respon sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dan stabilitas fisik (pergeseran viskositas dan pergeseran daya sebar) krim ekstrak batang jarak cina. Hasil yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan software R 3.1.1.

Hasil penelitian menunjukkan krim yang dibuat berwarna putih keemasan, homogen, dan memiliki pH 6. Variasi dari Tween 80 dan gliserin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon daya sebar pada sediaan krim ekstrak batang jarak cina, sedangkan variasi dari Tween 80 dan gliserin tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada respon viskositas. Area optimum Tween 80 dan gliserin tidak ditemukan.

Kata kunci : ekstrak batang jarak cina, krim, Tween 80, gliserin, desain faktorial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

Jarak cina has a pharmacological effects such as an antibacterial, and anti-inflammatory. Dosage form that used in this research is O/W cream. The aim of this research were to determine the effect of Tween 80 as an emulsifying agent and glycerin as a humectant to the physical properties and stability of the cream of the Jarak Cina stem and determine the optimum area of Tween 80 and glycerin.

This research was an experimental study using factorial design consisting of two factors (Tween 80 and glycerin) and two levels (high and low). Statistical analysis using ANOVA with 95% confidence level to determine the effect of Tween 80 and glycerin on the response of physical properties (viscosity and spread ability) and physical stability (viscosity shifting and spread ability shifting) of jarak cina stem extract (Jatropha multifida L.) cream. The results analyzed with the software R 3.1.1.

The results of the research showed a cream had golden white colour, homogeneous and it’s pH is 6. The variation of Tween 80 and glycerin had a significant effect on the spread ability of jarak cina stem extract cream, while the variation of Tween 80 and glycerin didn’t have a significant effect on the viscosity. The optimum area of Tween 80 and glycerin were not obtain.


(3)

PENGARUH TWEEN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DAN GLISERIN SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN KRIM

EKSTRAK BATANG JARAK CINA (Jatropha multifida L.) DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Ardhanareswari NIM: 118114049

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

ii


(5)

iii


(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

However bad life may seem,

where there is life there is hope.

-Stephen Hawking-

Luck is where opportunity meets preparation

-Benjamin Franklin-

Try not to become a man of success,

but rather try to become a man of value

-Albert Einstein-

I dedicate this work to :

My Mother, My Father, My Sister, My Almamater And all who I love which always accompany me all times.


(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS


(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“Pengaruh Tween 80 sebagai Emulsifying Agent dan Gliserin sebagai Humektan dalam Sediaan Krim Ekstrak Batang Jarak Cina (Jatropha Multifida L.) Dengan Aplikasi Desain Faktorial“ sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Keberhasilan penulis dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku Kaprodi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan kritik serta saran yang membangun.

3. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Septim awant o Dwi Praset yo, M.Si., Apt . selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan masukan, arahan, kritik, saran, waktu, dan semangat selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah berkenan

memberikan kritik serta saran yang membangun.


(10)

viii

6. Staf – staf laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma: khususnya Pak Musrifin, Pak Parlan, Mas Kunto, Pak Wagiran, Mas Agung yang telah banyak membantu selama penelitian di laboratorium. 7. Papi, Mami, Nindya yang telah bekerja keras, memanjatkan doa setiap

waktu, memberikan masukan, serta tak henti-hentinya memberikan semangat untuk terus maju dalam menyelesaikan naskah skripsi.

8. KB. Aan Setiadi atas bantuan dalam memberikan semangat, kesabaran, ketenangan, serta memberikan kritik dan saran yang membangun dalam menyelesaikan naskah skripsi.

9. Regina Sheilla Andinia, Yoannes Deni, Laurensia Jessie, dan Henra yang menjadi teman seperjuangan skripsi dan tempat berbagi keluh kesah selama penelitian dan penyusunan skripsi. Terima kasih atas segala masukan, motivasi, dan kebersamaan yang telah diberikan.

10.Margareta Jeanne, Gemah Restuti Pendongane, Yoanna Kristia Nugraheni Gabriella Septiana, Dara Prabandari, Maria Verita Christiani, Carolina Dea, Elisabeth Indah, Andre Salim, Lukas Ingheneng, Dian Kurnia Sari, Mikaela Galuh Pradana, Rachmaniati Kurnia Sari untuk segala bantuan, kebersamaan motivasi, kritik dan saran yang membangun dalam penyelesaian naskah skripsi.

11.Teman-teman FSM B dan FST A yang telah berbagi kebersamaan serta ilmu selama masa perkuliahan penulis.

12.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas motivasi dan bantuan yang diberikan kepada penulis.


(11)

ix

Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan pada naskah yang dibuat. Oleh sebab itu, penulis menerima semua masukan dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan naskah skripsi ini. Penulis berharap bahwa naskah skripsi ini dapat berguna bagi semua orang yang membutuhkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 23 April 2015

Penulis


(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... .i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

INTISARI ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan masalah ... 2

2. Keaslian penelitian ... 2


(13)

xi

B. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan umum ... 4

2. Tujuan khusus ... 4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 5

A. Jarak Cina ... 5

B. Kulit ... 6

C. Krim ... 7

D. Monografi Eksipien ... 7

1. Gliserin ... 7

2. Tween 80 ... 8

3. Asam stearat ... 8

4. Triethanolamine ... 9

5. Metil paraben ... 9

6. Butyl hidroxy toluene ... 10

E. Stabilitas ... 10

F. Desain Faktorial ... 12

G. Ekstraksi ... 14

H. HET-CAM ... 15

I. Landasan Teori ... 15

J. Hipotesis ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 17

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 17


(14)

xii

C. Bahan Penelitian ... 19

D. Alat Penelitian ... 19

E. Tata Cara Penelitian ... 20

1. Determinasi dan pembuatan simplisia ... 20

2. Ekstraksi dengan maserasi ... 20

3. Uji kualitatif tanin ... 21

4. Uji kualitatif antibakteri ... 21

F. Formula Krim ... 22

G. Uji Stabilitas Fisik dan Sifat Fisik ... 24

H. Analisis Hasil ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Identifikasi dan Pembuatan Ekstrak Batang Jarak Cina ... 28

B. Uji Antibakteri Ekstrak Batang Jarak Cina ... 32

C. Pembuatan Krim Ekstrak Batang Jarak Cina ... 33

D. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Krim Ekstrak Batang Jarak Cina ... 36

1. Uji organoleptis dan pH ... 36

2. Pengujian tipe krim ... 37

3. Uji ukuran droplet ... 38

4. Uji viskositas ... 39

5. Uji daya sebar ... 40

E. Pengaruh Penambahan Tween 80 dan Gliserin serta Interaksi dalam Menentukan Sifat Fisik Krim ... 43


(15)

xiii

2. Pergeseran viskositas ... 48

3. Daya sebar ... 48

4. Pergeseran daya sebar ... 53

F. Grafik Superimposed Contour Plot... 54

1. Contour plot Viskositas ... 54

2. Contour plot Daya sebar ... 55

3. Superimposed contour plot ... 56

G. Uji Iritasi ... 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 63

BIOGRAFI PENULIS ... 89


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ... 13

Tabel II. Formula sediaan krim acuan ... 22

Tabel III. Modifikasi krim ekstrak batang jarak cina ... 23

Tabel IV. Indeks iritasi primer uji HET-CAM ... 26

Tabel V. Hasil uji organoleptis dan pH krim ekstrak batang jarak cina ... 36

Tabel VI. Hasil uji tipe krim dari krim ekstrak batang jarak cina ... 37

Tabel VII. Hasil uji ukuran droplet ... 38

Tabel VIII. Viskositas krim ekstrak batang jarak cina pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari ... 39

Tabel IX. Daya sebar krim ekstrak batang Jarak Cina pada 48 jam, 7hari, 14hari, 21 hari, dan 28 hari ... 41

Tabel X. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi Tween 80 dan gliserin terhadap respon viskositas ... 44

Tabel XI. Efek faktor terhadap respon viskositas krim ekstrak batang jarak cina ... 45

Tabel XII. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi Tween 80 dan gliserin terhadap pergeseran viskositas ... 48

Tabel XIII. Efek faktor terhadap respon daya sebar krim ekstrak batang jarak cina ... 49

Tabel XIV. Nilai probabilitas uji ANAVA efek faktor terhadap respon daya sebar ... 50


(17)

xv

Tabel XV. Indeks iritasi krim ekstrak batang Jarak Cina dengan

metode HET-CAM ... 57


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman jarak cina ... 5

Gambar 2. Struktur gliserin ... 7

Gambar 3. Struktur Tween 80 ... 8

Gambar 4. Struktur asam stearat ... 8

Gambar 5. Struktur triethanolamine ... 9

Gambar 6. Struktur metil paraben ... 9

Gambar 7. Struktur buthyl hidroxy toluene ... 10

Gambar 8. Hasil uji kualitatif tanin (i) ekstrak batang jarak cina sebelum ditambahkan FeCl3 ( ii) setelah penambahan FeCl3 ... 31

Gambar 9. Hasil uji kualitatif tanin menggunakan gelatin ... 31

Gambar 10. Hasil uji kontrol negatif (i) Hasil uji ekstrak batang jarak cina (ii) . 32 Gambar 11. Grafik orientasi pengaruh jumlah Tween 80 terhadap viskositas krim ... 34

Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh jumlah Tween 80 terhadap daya sebar krim ... 34

Gambar 13. Grafik orientasi pengaruh jumlah gliserin terhadap viskositas krim ... 35

Gambar 14. Grafik orientasi pengaruh jumlah gliserin terhadap daya sebar krim ... 35

Gambar 15. Grafik pergeseran viskositas krim ekstrak batang jarak cina ... 40


(19)

xvii

Gambar 17. Grafik interaksi Tween 80 (level tinggi, level rendah)

dan gliserin terhadap respon viskositas ... 46 Gambar 18. Grafik interaksi gliserin (level tinggi, level rendah)

dan Tween 80 terhadap respon viskositas ... 47 Gambar 19. Grafik interaksi Tween 80 (level tinggi, level rendah)

dan gliserin terhadap respon daya sebar... 51 Gambar 20. Grafik interaksi gliserin (level tinggi, level rendah)

dan Tween 80 terhadap respon daya sebar ... 52 Gambar 21. Grafik contour plot Tween 80 dan gliserin

terhadap respon viskositas... 54 Gambar 22. Grafik contour plot Tween 80 dan gliserin

terhadap respon daya sebar ... 55 Gambar 23. Grafik superimposed contour plot Tween 80 dan gliserin

terhadap respon viskositas dan daya sebar ... 46


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar pengesahan determinasi tanaman ... 64

Lampiran 2. Lembar pengesahan uji kadar air ... 65

Lampiran 3. Hasil uji sifat fisik dan stabilitas krim ekstrak batang jarak cina ... 66

Lampiran 4. Hasil analisis menggunakan software R.3.1.1 ... 71

Lampiran 5. Hasil perhitungan rendemen ... 79

Lampiran 6. Hasil uji zona hambat ... 80

Lampiran 7. Hasil uji iritasi dengan menggunakan HET-CAM ... 81


(21)

xix

INTISARI

Jarak cina memiliki efek farmakologis diantaranya sebagai antibakteri dan anti-inflamasi. Sediaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan krim dengan tipe M/A. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh dari Tween 80 sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan terhadap sifat fisik dan stabilitas krim dari ekstrak batang jarak cina serta mengetahui formula optimum dari Tween 80 dan gliserin.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode desain faktorial yang terdiri dari 2 faktor (Tween 80 dan gliserin) dan 2 level (tinggi dan rendah). Analisis statistik menggunakan ANAVA dengan taraf kepercayaan 95% dilakukan untuk mengetahui pengaruh Tween 80 dan gliserin terhadap respon sifat fisik (viskositas dan daya sebar) dan stabilitas fisik (pergeseran viskositas dan pergeseran daya sebar) krim ekstrak batang jarak cina. Hasil yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan software R 3.1.1.

Hasil penelitian menunjukkan krim yang dibuat berwarna putih keemasan, homogen, dan memiliki pH 6. Variasi dari Tween 80 dan gliserin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon daya sebar pada sediaan krim ekstrak batang jarak cina, sedangkan variasi dari Tween 80 dan gliserin tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada respon viskositas. Area optimum Tween 80 dan gliserin tidak ditemukan.

Kata kunci : ekstrak batang jarak cina, krim, Tween 80, gliserin, desain faktorial.


(22)

xx

ABSTRACT

Jarak cina has a pharmacological effects such as an antibacterial, and anti-inflammatory. Dosage form that used in this research is O/W cream. The aim of this research were to determine the effect of Tween 80 as an emulsifying agent and glycerin as a humectant to the physical properties and stability of the cream of the Jarak Cina stem and determine the optimum area of Tween 80 and glycerin.

This research was an experimental study using factorial design consisting of two factors (Tween 80 and glycerin) and two levels (high and low). Statistical analysis using ANOVA with 95% confidence level to determine the effect of Tween 80 and glycerin on the response of physical properties (viscosity and spread ability) and physical stability (viscosity shifting and spread ability shifting) of

jarak cina stem extract (Jatropha multifida L.) cream. The results analyzed with the software R 3.1.1.

The results of the research showed a cream had golden white colour, homogeneous and it’s pH is 6. The variation of Tween 80 and glycerin had a significant effect on the spread ability of jarak cina stem extract cream, while the variation of Tween 80 and glycerin didn’t have a significant effect on the viscosity. The optimum area of Tween 80 and glycerin were not obtain.


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan hidup manusia semakin berkembang pula. Kebutuhan akan perawatan kulit pun kini menjadi prioritas utama dalam menunjang penampilan sehari-hari, bahkan saat melakukan aktivitas di lingkungan sekitar, tidak jarang kulit manusia terpapar dengan berbagai macam efek buruk lingkungan. Salah satu cara untuk merawat kulit dan menjaga kesehatan kulit yaitu dengan menggunakan kosmetika (Surtiningsih, 2005).

Tanaman jarak cina ( Jatropha multifida L.) dipilih dalam penelitian ini sebab tanaman ini merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia, namun sebagian besar masyarakat belum mengetahui bahwa tanaman ini mempunyai efek farmakologis yang lain yakni sebagai antibakteri. Batangnya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin (Hariana, 2006). Senyawa flavonoid dan tanin yang terkandung dalam batang jarak cina inilah yang bersifat sebagai antibakteri.

Metode desain faktorial adalah rancangan yang digunakan untuk menentukan pengaruh dari beberapa faktor dan interaksi dari faktor-faktor tersebut (Agustina, 2013). Sediaan krim tipe M/A dipilih dalam penelitian ini karena sediaan krim tipe M/A mudah untuk diaplikasikan ke kulit, mudah menyebar, serta mudah untuk di cuci. Tween 80 sebagai


(24)

emulsifying agent yaitu agen yang digunakan untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air. Gliserin sebagai humektan yakni bahan yang bersifat larut dalam air dan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kelembaban adalah faktor yang memiliki pengaruh penting terhadap sifat dan stabilitas fisik sediaan krim. Metode desain faktorial digunakan untuk dapat menentukan faktor yang dominan berpengaruh dan dapat mengetahui ada tidaknya interaksi antar faktor yang diteliti.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pengaruh penambahan Tween 80 dan gliserin terhadap respon viskositas dan daya sebar sediaan krim?

b. Apakah terdapat area komposisi optimum dari Tween 80 dan gliserin?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, penelitian mengenai Pengaruh Tween 80 sebagai Emulsifying Agent dan Gliserin sebagai Humektan dalam Sediaan Krim Ekstrak Batang Jarak Cina (Jatropha multifida L.) dengan Aplikasi Desain Faktorial belum pernah dilakukan.


(25)

3

Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya adalah :

1. Handayani (2007) melakukan penelitian tentang Optimasi Komposisi Cetyl alcohol Sebagai Emulsifying Agent dan Gliserin Sebagai Humectan Dalam Krim Sunscreen Ekstrak Kental Apel Merah (Pyrus Malus L.): Aplikasi Desain Faktorial. 2. Muntiaha, Yamlean, dan Lolo (2014) melakukan penelitian tentang Uji Efektivitas Sediaan Krim Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Untuk Pengobatan Luka Sayat yang Terinfeksi Bakteri Pada Kelinci (Oytolagus cuniculus).

3. Sari dan Sari (2011) melakukan penelitian tentang Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman Yodium (Jatropha multifida

L.) sebagai Bahan Baku alternatif Antibiotik Alami.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis.

Hasil penelitian yang didapat diharapkan dapat menjadi suatu inovasi di bidang kefarmasian, khususnya teknologi formulasi. b. Manfaat praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar menjadikan ekstrak Jatropha multifida L. sebagai bahan dalam formulasi sediaan krim.


(26)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat krim ekstrak batang jarak cina (Jatropha multifida L.) dengan menggunakan Tween 80 sebagai sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan dengan aplikasi desain faktorial.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh dari penambahan Tween 80 dan gliserin terhadap respon viskositas dan daya sebar krim.

b. Mengetahui area komposisi optimum kombinasi Tween 80 dan gliserin untuk memprediksi formula optimum.


(27)

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Jarak Cina

Gambar 1. Tanaman jarak cina

(Kandowangko, Solang, dan Ahmad, 2011). Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha multifida L.

(Kandowangko dkk., 2011).


(28)

Tanaman jarak cina (gambar 1) merupakan tumbuhan menahun dan termasuk tumbuhan semak yang mempunyai akar tunggang. Batang dari jarak cina mengandung alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin yang berperan sebagai antibakteri (Hariana, 2006). Tanin merupakan senyawa yang paling bertanggung jawab sebagai antibakteri. Tanin adalah senyawa fenolik yang larut dalam air dengan berat molekul antara 500-3000 dan dapat mengendapkan protein dari larutan. Tanin berwujud serbuk amorf, berwarna kuning terang atau putih, bau yang khas (Khanbabaee dan Ree, 2001). Efek farmakologis dari jarak cina diantaranya sebagai penurun panas, anti-inflamasi, menghambat pendarahan, serta mempunyai aktivitas antibakteri (Hariana, 2006). Aktivitas antibakteri dibedakan menjadi dua macam yaitu bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan bakteriosida (membunuh bakteri) (Budi, 2004).

B. Kulit

Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Lapisan kulit terdiri dari dermis di sebelah dalam dan lapisan epidermis di sebelah luar (Wibowo, 2008).

Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit terluar dan mempunyai 5 lapisan yaitu lapisan tanduk (stratum corneum), stratum lucidum,

stratum spinosum, stratum germinativum atau stratum basale. Dermis merupakan lapisan jaringan yang terletak di bawah epidermis. Zat aktif


(29)

7

yang terdapat pada sediaan akan menembus stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi sel korneosit (Yanhendri dan Heny, 2012).

C. Krim

Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%. Krim dibedakan menjadi dua tipe yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M) (Syamsuni, 2006). Keuntungan penggunaan krim adalah umumnya mudah menyebar rata pada permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air (Anief, 2005).

D. Monografi Eksipien

1. Gliserin

Gambar 2. Struktur gliserin (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006)

Gliserin (gambar 2) merupakan cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat. Gliserin bersifat higroskopis dan jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk masa hablur tidak berwarna dan tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20oC. Gliserin berfungsi untuk


(30)

membantu menjaga kelembaban pada kulit. Konsentrasi gliserin yang digunakan sebagai humektan adalah kurang dari 30% (Rowe dkk., 2006). 2. Tween 80

Gambar 3. Struktur Tween 80 (Rowe dkk., 2006)

Tween 80 (gambar 3) merupakan cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak mempunyai rasa. Tween 80 mudah larut dalam air, etanol, asetat dan metanol, namun sukar larut dalam parafin cair. Tween 80 dalam penelitian ini berfungsi sebagai emulsifying agent. Tween 80 biasa digunakan sebagai emolien dan emulsifying agent dalam sediaan lotion, krim, dan salep (Anggraini, 2008). Tween 80 digunakan sebagai

emulsifying agent sebanyak 15% (Rowedkk., 2006). 3. Asam stearat

Gambar 4. Struktur asam stearat (Rowe dkk., 2006)

Asam stearat (gambar 4) memiliki bentuk kristal berwarna putih yang keras dan melebur pada suhu 69 – 70oC. Asam stearat digunakan dalam formulasi sediaan krim pada konsentrasi 1 – 20 % sebagai fase


(31)

9

minyak dan agen pengemulsi. Selain itu, keberadaan asam stearat akan membantu membentuk penampilan krim yang bagus yaitu kaku dan mengkilap (Rowe dkk., 2006).

4. Trietanolamin (TEA)

Gambar 5. Struktur Triethanolamine (TEA)(Rowe dkk., 2006)

TEA (gambar 5) digunakan sebagai bahan tambahan untuk formulasi sediaan. TEA ketika bercampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8, sehingga dapat digunakan sebagai emulsifying agent untuk emulsi tipe M/A. Konsentrasi TEA yang digunakan pada sediaan emulsi sebanyak 2-4% (Rowe dkk., 2006).

5. Metil paraben

Gambar 6. Struktur metil paraben (Rowe dkk., 2006)

Metil paraben (gambar 6) memiliki bentuk serbuk halus, berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki sedikit rasa terbakar. Metil paraben


(32)

digunakan sebagai pengawet pada formulasi sediaan krim ekstrak batang jarak cina. Konsentrasi metil paraben yang digunakan untuk formulasi sediaan topikal 0,02 – 0,3% (Rowe dkk., 2006).

6. Butylated hydroxytoluene (BHT)

Gambar 7. Struktur Butylated hydroxytoluene (BHT)(Rowe dkk., 2006)

BHT (gambar 7) memiliki bentuk kristal putih atau kuning muda dan berbau seperti fenol. Butylated hydroxytoluene (BHT) digunakan sebagai antioksidan pada formulasi sediaan krim ekstrak batang jarak cina yang dapat menunda atau mencegah timbulnya bau. Konsentrasi BHT yang digunakan pada formulasi sediaan topical yakni sebesar 0,0075 – 0,1 % (Rowe dkk., 2006).

E. Stabilitas Krim

Suatu emulsi dapat dikatakan stabil apabila emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama (Voigt, 1994).


(33)

11

Beberapa bentuk ketidakstabilan sediaan krim antara lain: 1. Creaming

Creaming merupakan fenomena terbentuknya dua lapisan emulsi yang memiliki viskositas yang berbeda. Creaming bersifat reversible, yang artinya dengan penggojokan perlahan-lahan akan dapat terdispersi kembali (Ansel, 1989).

2. Koalesen

Koalesen yaitu pecahnya emulsi karena lapisan film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya

irreversible, yang artinya dengan penggojokan tidak dapat terdispersi kembali (Aulton, 2002).

3. Inversi

Inversi ialah suatu peristiwa pembalikan tipe emulsi dari satu tipe ke tipe yang lain atau dapat dikatakan sebagai peristiwa berubahnya tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible

(Anief, 2005).

Uji-uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui sifat fisik krim antara lain:

1. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan mengenai tahanan dari suatu cairan untuk mengalir (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993). Uji viskositas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan krim. Uji viskositas dilakukan mengunakan alat viscotester. Sediaan


(34)

dimasukkan dalam cup, kemudian spindel dimasukkan ke dalam cup. Alat di nyalakan hingga spindel berputar (mengukur viskositas pada sediaan) dan jarum penunjuk akan menunjukkan suatu angka. Angka tersebut merupakan nilai viskositas sediaan (Voigt, 1984).

2. Daya sebar

Daya sebar adalah kemampuan penyebaran krim pada kulit. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit. Uji daya sebar dilakukan dengan cara sejumlah krim di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama, diberi beban, dan didiamkan selama 1 menit. Diameter penyebaran diukur saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur) (Voigt, 1984).

3. Mikromeritik

Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, dimana ukuran partikel ini cukup kecil. Satuan ukuran partikel yang sering digunakan dalam pengujian mikromeritik adalah mikrometer (µm) yang sering disebut micron (Martin dkk., 1993).

F. Desain Faktorial

Desain Faktorial melibatkan dua atau lebih variabel bebas. Desain faktorial merupakan desain yang digunakan untuk mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari serta interaksi antara faktor-faktor tersebut.


(35)

13

Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level. Desain faktorial dua faktor dan dua level diperlukan empat percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor (Dwiastuti, 2010).

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

F1 - - -

Fa + - -

Fb - + +

Fab + + +

- = level rendah + = level tinggi Keterangan :

Formula 1 : Formula dengan faktor A pada level rendah, dan formula dengan faktor B pada level rendah

Formula a : Formula dengan faktor A pada level tinggi, dan formula dengan faktor B pada level rendah

Formula b : Formula dengan faktor A pada level rendah, dan formula dengan faktor B pada level tinggi

Formula ab : Formula dengan faktor A pada level tinggi, dan formula dengan faktor B pada level tinggi

Maka berlaku rumus :

y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12(XA)(XB)

Keterangan : y : respon hasil atau sifat yang diamati


(36)

(XA)(XB) : level faktor A dan faktor B

b0, b1, b2, b12 : koefisien, dapat dihitung dari hasil

percobaan (Bolton, 1997).

G.Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang terdapat dalam suatu tanaman dengan menggunakan suatu pelarut. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan pada kondisi terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1994).

H. HET-CAM

HET-CAM Test adalah metode yang digunakan untuk mengetahui potensi iritasi suatu senyawa dengan cara mengamati perubahan vaskular pada membran korioalantoin embrio telur ayam setelah paparan kimia. Prinsip metode ini adalah mengamati perubahan vaskular yang ada, seperti hemoragi, lisis, dan koagulasi kemudian dikonversikan menjadi Irritation Score (IR). Metode ini menggunakan telur fertil yang diinkubasikan pada


(37)

15

inkubator dengan suhu 36-37oC. Periode inkubasi telur fertil yang akan digunakan untuk HEM CAM adalah 8-12 hari (NIH, 2010).

I. Landasan Teori

Jarak cina (Jatropha multifida L.) merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai antibakteri, sehingga dapat diformulasikan menjadi sediaan krim. Sediaan krim dipilih dalam penelitian ini karena mudah untuk diaplikasikan ke kulit, mudah menyebar, serta mudah untuk di cuci.

Sediaan krim merupakan suatu bentuk sediaan setengah padat yang diaplikasikan secara topikal dan krim merupakan sediaan yang memiliki kadar air tidak kurang dari 60%. Humektan yang digunakan dalam penelitian ini yakni gliserin, dimana gliserin dapat membantu menjaga kelembaban kulit. Emulsifying agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tween 80, dimana Tween 80 yang digunakan dapat membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air.

Metode desain faktorial melibatkan dua atau lebih variabel bebas, dibutuhkan empat percobaan dalam metode desain faktorial dua level dan dua faktor ini (2n = 4, dengan 2 menunjukan level dan n menunjukan jumlah faktor). Metode desain faktorial digunakan untuk melihat pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan terhadap sifat dan stabilitas fisik dari krim ekstrak batang jarak cina. Metode desain faktorial digunakan dalam penelitian ini karena dapat


(38)

mengetahui faktor dominan, interaksi antar faktor yang diteliti, serta dapat menentukan area komposisi optimum dari masing-masing faktor.

J. Hipotesis

1. Penambahan Tween 80 dan gliserin berpengaruh terhadap respon viskositas dan daya sebar krim ekstrak batang jarak cina.

2. Area komposisi optimum Tween 80 dengan gliserin dalam sediaan krim ekstrak batang jarak cina dapat di temukan.


(39)

17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan menggunakan metode desain faktorial untuk mengetahui jumlah optimum dari Tween 80 dan gliserin pada formula krim ekstrak batang jarak cina dengan respon viskositas dan daya sebar krim.

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gliserin dengan level rendah sebanyak 10 gram dan level tinggi sebanyak 12 gram, serta Tween 80 dengan level rendah sebanyak 2 gram dan level tinggi sebanyak 4 gram. b. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik krim ekstrak batang jarak cina yaitu pH, tipe krim, viskositas krim, daya sebar serta stabilitas fisik krim yaitu pergeseran viskositas dan pergeseran daya sebar.


(40)

c. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama waktu pengadukan, kecepatan putar mixer dan kondisi bahan yang digunakan.

d. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kelembaban udara dan suhu.

2. Definisi operasional

a. Ekstrak batang jarak cina adalah zat aktif yang digunakan dalam sediaan krim yang berfungsi sebagai zat antibakteri.

b. Humektan adalah bahan yang digunakan untuk menjaga kelembaban dari sediaan.

c. Emulsifying agent adalah suatu molekul yang memiliki 2 gugus yaitu gugus polar yang suka air dan gugus non polar yang suka minyak yang berfungsi untuk membantu menjaga kestabilan emulsi minyak dan air.

d. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon dalam penelitian. Faktor dalam penelitian ini adalah gliserin dan Tween 80.

e. Level adalah besaran faktor yang terdapat pada penelitian. Level dalam penelitian ini meliputi level tinggi dan rendah.

f. Respon adalah hasil percobaan penelitian yang perubahannya akan diamati secara kuantitatif, antara lain viskositas dan daya sebar.

g. Efek adalah adanya perubahan respon yang diakibatkan oleh variasi faktor dan level.


(41)

19

h. Sifat fisik krim adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisik dari suatu sediaan krim dengan uji viskositas dan daya sebar.

i. Stabilitas fisik krim adalah kemampuan krim dalam mempertahankan fase dispers terdistribusi halus dan merata dalam jangka waktu yang panjang. j. Desain faktorial merupakan suatu desain penelitian yang mengevaluasi efek

dari berbagai faktor dan interaksi dalam waktu yang bersamaan.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang jarak cina (diperoleh dariDesa Gondang, Kebonarum, Klaten), etanol 70% (kualitas farmasetis), asam stearat (kualitas farmasetis), Tween 80 (kualitas farmasetis), gliserin (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas farmasetis), TEA (kualitas farmasetis), butylated hidroxy toluene (BHT), aquadest, strain bakteri staphylococcus aureus, dan telur ayam kampung usia 10 hari.

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glassware (PYREX GERMANY), timbangan analitik (Mettler Toledo GB 3002), waterbath, sendok, pipet tetes, vacum rotary evaporator, mixer (modifikasi fakultas farmasi USD), maserator, stopwatch, alat uji daya sebar (modifikasi fakultas farmasi USD),

viscotester seri VT 04 (RION JAPAN), mikroskop (merk Olympus CH2-Japan), kertas pH universal, dan software R 3.1.1.


(42)

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi dan pembuatan simplisia

Sebelum melakukan ekstraksi batang dari jarak cina, terlebih dahulu dilakukan determinasi tanaman jarak cina (Jatropha multifida L.) di Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini yang berupa batang, dipilih dan dicuci sampai bersih dan diiris tipis-tipis. Batang yang telah diiris tipis-tipis dijemur dibawah sinar matahari dan ditutup dengan kain warna hitam sampai batang jarak cina kering.

Bahan hasil pengeringan dihaluskan dengan blender sampai halus dan diayak. Pengayak yang digunakan memiliki ukuran mesh 40. Jika masih terdapat, serbuk simplisia yang belum lolos ayakan mesh 40, maka dilakukan penghalusan kembali menggunakan blender. Tujuan proses penghalusan adalah untuk menghasilkan serbuk yang lebih halus sehingga dapat digunakan pada proses ekstraksi (Sari dan Sari, 2011).

2. Ekstraksi dengan maserasi

Proses ekstraksi dilakukan dengan etanol 70 % sebanyak 250 mL untuk 30 gram, selama 2 hari. Hasil maserasi dipisahkan, dan dilanjutkan dengan proses remaserasi dengan menggunakan 250 mL etanol 70%. Filtrat yang dihasilkan diuji kandungan taninnya.


(43)

21

3. Uji kualitatif tanin

Sebanyak 3 tetes ekstrak batang jarak cina diambil menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Dilakukan penambahan dengan 3 tetes reagen FeCl3. Jika terdapat tanin, maka akan memberikan warna biru

kehitaman sampai hijau kehitaman (Maula, 2014).

4. Uji kualitatif antibakteri

a. Pembuatan stok bakteri Staphylococcus aureus

Sebanyak 7,6 gram media Muller Hinton Agar (MHA) disuspensikan ke dalam 200 mL aquadest. Sebanyak 5 mL media MHA dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf suhu 121oC selama 15 menit. Setelah steril, tabung reaksi disimpan pada kemiringan 30-45o dan media dibiarkan memadat. Biakan murni

Staphylococcus aureus diambil 1 ose, lalu diinokulasikan pada media agar miring secara zig-zag dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu suhu 37oC. b. Pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus aureus

Sebanyak 1 ose koloni bakteri Staphylococcus aureus dari stok bakteri dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%. Kekeruhan suspensi bakteri disesuaikan dengan kekeruhan standar McFarland I (3x108 CFU/mL). c. Pengujian potensi antibakteri ekstrak batang jarak cina

Media MHA steril dituang ke dalam cawan petri lalu tunggu hingga memadat. Suspensi bakteri Staphylococcus aureus dimasukan pada media MHA yang telah memadat dengan menggunakan cotton bud steril. Suspensi


(44)

bakteri tersebut dioleskan sampai merata. Media MHA yang telah dioleskan suspensi bakteri, dibuat lubang sumuran dengan menggunakan pelubang sumuran. Diambil 5% ekstrak batang jarak cina dengan menggunakan spuit dan diletakan kedalam lubang sumuran tersebut. Lakukan tiap tahapan secara aseptis. Cawan petri tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C di dalam inkubator.

F. Formula Krim

Formula krim antibakteri yang dibuat, mengacu pada formula krim antibakteri ekstrak O.corniculata yang dilakukan oleh Handali, Hosseini, Ameri, dan Moghimipour (2011). Formula tercantum dalam tabel II.

Tabel II. Formula sediaan krim acuan

Bahan Jumlah (g)

Asam stearat 1

Spermaseti 0,5

Setil alcohol 0,5

Gliserin 0,5

Triethanolamin 0,2 Benzil alcohol 0,2

Aquadest 7

O.corniculata extract 0,1


(45)

23

Tabel III. Modifikasi krim ekstrak batang jarak cina

Komposisi

Berat (g)

F1 Fa Fb Fab

Ekstrak batang Jarak Cina 5 5 5 5

Asam stearate 20 20 20 20

Tween 80 2 4 2 4

Butylated hydroxyl toluene 0,02 0,02 0,02 0,02

Gliserin 10 10 12 12

Triethanolamine 2 2 2 2

Methyl paraben 0,03 0,03 0,03 0,03

Aquadest 65 65 65 65

Proses pembuatan krim dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan sesuai dengan kelarutannya. Bahan-bahan yang memiliki kelarutan yang sama dicampurkan terlebih dahulu kedalam satu wadah. Bahan-bahan yang larut air dalam penelitian ini adalah gliserin, TEA, Tween 80 dan metil paraben, sedangkan bahan yang larut minyak yaitu asam stearat dan BHT dicampurkan di tempat yang terpisah. Sebelum proses percampuran antara fase minyak dan air, asam stearat dan BHT dilelehkan pada suhu ± 65oC.

Fase minyak dan fase air yang telah meleleh dicampurkan ke dalam mortir yang telah dipanaskan terlebih dahulu dengan cara dimasukkan air hangat ke dalamnya. Tujuan pencampuran pada kondisi yang hangat adalah untuk mencegah

shock termal dari bahan-bahan yang telah dilelehkan sebelumnya yaitu asam stearat dan BHT. Aquadest dan ekstrak batang jarak cina ditambahkan, dicampur dengan menggunakan mixer selama 2 menit dengan kecepatan yang konstan.


(46)

G. Uji Stabilitas Fisik dan Sifat Fisik

1. Uji organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati warna dan bau dari krim 48 jam setelah pembuatan.

2. Uji pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH universal. Langkah yang dilakukan adalah dengan memasukkan pH universal ke dalam sediaan krim dan membandingkan dengan standar warna yang terdapat pada kemasan pH universal.

3. Uji tipe krim

Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek dan ditambahkan satu tetes

methylene blue. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara mikroskopik untuk menentukan apakah emulsi dari sediaan krim tersebut bertipe M/A atau A/M. 4. Uji viskositas

Sediaan krim dimasukkan ke dalam wadah dan dipasang viscotester

Rion VT-04. Sebanyak 100 gram dari masing-masing formula krim, ditentukan viskositasnya dengan menggunakan viscotester VT 04 pada suhu 370C putaran 50 rpm. Nilai viskositas krim ditunjukkan oleh jarum penunjuk saat viscotester dinyalakan. Pengujian dilakukan setelah 48 jam krim selesai dibuat dan setelah disimpan selama satu bulan (Melani, Purwanti, dan Soeratri, 2005).


(47)

25

5. Uji daya sebar

Uji daya sebar krim ekstrak etanol batang Jarak Cina dilakukan setelah 48 jam. Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang massa krim sebanyak 1 gram, kemudian diletakkan di tengah horizontal plate. Pemberat 125,0 gram diletakkan diatas horizontal plate dan didiamkan selama 1 menit. Setelah didiamkan selama 1 menit, diameter penyebaran krim diukur selama 48 jam setelah pembuatan, 14 hari, 21 hari dan 28 hari.

6. Uji ukuran droplet

Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek kemudian ditutup menggunakan kaca penutup, kemudian diletakkan dibawah mikroskop. Ukuran droplet yang terdispersi dalam krim diamati. Sebanyak 500 droplet diamati menggunakan perbesaran kuat (Martin dkk., 1993).

7. Uji iritasi HET-CAM

Telur yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam kampung yang berusia 9-11 hari. Bagian cangkang yang terdapat rongga udara dibuka (bagian bawah). Kontrol positif yang digunakan adalah NaOH 0,1N dan kontrol negatif yang digunakan adalah NaCl 0,9%. Masing-masing diambil sebanyak 0,3 mL dengan spuit dan dimasukkan ke dalam telur yang terdapat pembuluh darah. Untuk krim diambil 0,3 gram dan diletakkan pada telur yang terdapat pembuluh darah. Perubahan yang terjadi diamati pada pembuluh darah.


(48)

Gejala – gejala yang diamati dalam pengujian dengan metode HET-CAM adalah hemorrhage (pendarahan), lysis (disintegrasi pembuluh darah), serta coagulation (denaturasi protein ekstravaskuler dan intravaskuler). Data yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan Irritation Score (IS):

�=(301− )

300 5 +

(301− � )

300 7 +

(301− � )

300 9

(Deshmukh dkk., 2012). Hasil IS yang diperoleh kemudian dapat dilihat pada tabel IV untuk mengetahui terjadi iritasi pada senyawa uji.

Tabel IV. Indeks iritasi primer uji HET-CAM

Irritation Score Kategori

0-0,9 Tidak mengiritasi

1-4,9 Sedikit mengiritasi

5-8,9 Cukup mengiritasi

9-21 Sangat mengiritasi

(Cazedey, Carvalho, Foirentino, Gremiao, dan Salgado, 2009)

H. Analisis Hasil

Penelitian ini akan mendapatkan data sifat dan stabilitas fisik krim kemudian dianalisis dengan menggunakan metode desain faktorial (2 faktor dan 2 level ) untuk mengetahui nilai efek dari Tween 80, gliserin dan interaksinya kedua faktor yaitu Tween 80 sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan. Analisis statistik untuk melihat signifikansi dari


(49)

27

setiap faktor dan interaksi dalam mempengaruhi respon dapat diperoleh dari hasil pengolahan data menggunakan software R 3.1.1 dengan berbagai uji statistik yang dilakukan yaitu: Shapiro-Wilk Test, Levene’s Test dilanjutkan dengan uji ANAVA apabila uji statistik parametrik terpenuhi. Namun apabila tidak memenuhi persyaratan uji parametrik, maka dilanjutkan dengan uji

Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon. Persamaan y = F1 + FaA + FbB + FabAB diperoleh dengan menggunakan software Design Expert 9.0.4, dari persamaan yang diperoleh kemudian dapat dibuat grafik counter plot dan dari penggabungan grafik tersebut dapat dilihat superimposed counter plot untuk mengetahui komposisi optimum dari Tween 80 dan gliserin pada level yang diteliti.


(50)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi dan Pembuatan Ekstrak Batang Jarak Cina

Jarak cina yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Desa Gondang, Kebonarum, Klaten. Batang jarak cina diambil dari satu daerah yang sama dengan maksud untuk meminimalisir faktor pengacau seperti kondisi tanah, suhu dan kelembaban yang mungkin akan berpengaruh dalam penelitian. Sebelum digunakan untuk penelitian, Jarak cina perlu dipastikan kebenaran spesiesnya dengan melakukan determinasi. Determinasi dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri morfologi dari jarak cina. Determinasi dilakukan di Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan didapatkan hasil bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah benar jarak cina (Jatropha multifida L.) seperti terkaji dalam lampiran 1.

Batang jarak cina yang dikumpulkan memiliki kondisi yang masih segar, berwarna hijau kecoklatan. Batang jarak cina yang telah dikumpulkan kemudian dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran seperti serangga, debu serta benda-benda asing yang masih menempel pada batang jarak cina yang dapat mengganggu hasil penelitian. Batang jarak cina tersebut diserut tipis dan selanjutnya dijemur sampai kering di bawah sinar matahari, namun sebelumnya ditutup terlebih dahulu dengan kain berwarna hitam untuk menghindarkan paparan langsung sinar matahari yang akan menyebabkan batang menjadi terlalu kering.


(51)

29

Batang dijemur sampai batang berwarna coklat tua. Batang jarak cina di haluskan dengan menggunakan blender dan selanjutnya dilakukan pengayakan dengan menggunakan mesh 40.

Kelarutan tanin dalam air sebesar 0,656 g/ml dan pada etanol sebesar 0,82 g/ml (Lubis, 2011), sehingga dipilih etanol 70% sebagai pelarut. Sebanyak 30 gram serbuk batang jarak cina dilarutkan dalam 250 ml etanol 70% di dalam erlenmeyer. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi selama 2 hari. Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan serbuk yang telah dimaserasi dan filtrat. Setelah itu serbuk simplisia sisa maserasi, diremaserasi dengan menggunakan 250 ml etanol 70%. Hal ini bertujuan agar mendapatkan jumlah tanin yang lebih banyak. Hasil maserasi dan remaserasi digabung dan disaring dengan menggunakan corong Buncher. Ekstrak yang telah digabung dipindahkan ke dalam labu alas bulat dan dilakukan pemekatan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator pada tekanan rendah dan suhu antara 60oC - 70 oC. Vaccum rotary evaporator dihentikan apabila tidak ada pelarut yang menetes lagi. Setelah itu, dilakukan pemanasan terhadap ekstrak yang telah didapat dengan menggunakan

waterbath. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sisa pelarut yang kemungkinan masih terdapat dalam ekstrak. Bobot ekstrak hasil evaporasi tersebut diletakkan dalam cawan porselen yang telah ditara sebelumnya sehingga dapat diketahui bobot ekstrak yang dimasukkan dalam cawan porselen tersebut. Ekstrak pada cawan porselen tersebut diambil dari waterbath dan ditimbang pada waktu menit ke 15 dan 30, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi pengurangan bobot ekstrak


(52)

atau tidak. Apabila bobot yang didapat telah kurang dari 10% maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak telah mencapai bobot tetap. Kadar air yang terkandung dalam simplisia batang jarak cina sebanyak 6,34 %. Hal ini sesuai dengan kriteria kadar air simplisia maksimal yaitu kurang dari 10% (Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012). Rata-rata rendemen ekstrak batang Jarak cina yang didapatkan sejumlah 35,85%.

Uji kualitatif untuk mengetahui keberadaan tanin dilakukan dengan menambahkan reagen FeCl3. Diambil sebanyak 1 ml ekstrak batang jarak cina

kemudian ditambahkan reagen FeCl3 sebanyak 3 tetes. Apabila timbul warna biru

kehitaman atau hijau kehitaman maka terdapat kandungan tanin di dalamnya. (Andriyani, Utami, dan Dhiani, 2010).

Perubahan warna pada ekstrak batang jarak cina dikarenakan terjadi pembentukan kompleks warna antara FeCl3 dengan tanin yang terdapat di dalam

ekstrak batang Jarak cina (gambar 8). Setelah ditambahkan dengan FeCl3, ekstrak

batang jarak cina yang semula berwarna coklat kemudian berubah warna menjadi hijau kehitaman, hal ini menunjukkan bahwa di dalam ekstrak batang jarak cina terkandung tanin. Untuk uji penegasan tanin dilakukan menggunakan gelatin. Hasil yang diperoleh yakni terjadinya endapan putih pada ekstrak batang jarak cina yang menunjukkan bahwa dalam ekstrak batang jarak cina terdapat tanin (gambar 9).


(53)

31

( i ) ( ii )

Gambar 8. Hasil uji kualitatif tanin ( i ) ekstrak batang jarak cina sebelum ditambahkan FeCl3 ( ii) setelah penambahan FeCl3

Gambar 9. Hasil uji kualitatif tanin menggunakan gelatin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(54)

B. Uji Antibakteri Ekstrak Batang Jarak Cina

Uji antibakteri dilakukan untuk mengetahui daya antibakteri pada ekstrak batang jarak cina. Uji antibakteri yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode difusi sumuran.

( i ) ( ii )

Gambar 10. Hasil uji kontrol negatif ( i ) Hasil uji ekstrak batang jarak cina ( ii )

Berdasarkan gambar 10(ii), dapat terlihat bahwa terdapat zona hambat disekitar lubang sumuran yang dibuat. Menurut Davis Stout (cit., Sari dan Sari, 2011), bahwa ketentuan kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan daerah hambatan 5 mm atau kurang berarti lemah. Zona hambat ekstrak batang jarak cina yang terbentuk sebesar 11 mm, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak batang jarak cina memiliki kekuatan antibakteri yang kuat.


(55)

33

Ekstrak batang jarak cina yang digunakan mengandung tanin. Tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki kemampuan untuk memutuskan ikatan peptidoglikan saat proses menerobos dinding sel. Senyawa fenol tersebut akan menyebabkan kebocoran nutrien sel dengan cara merusak ikatan hidrofobik pada komponen membran sel. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada membran sel bakteri sehingga aktivitas dan biosintesis enzim-enzim spesifik yang dibutuhkan dalam proses metabolisme bakteri akan terhambat (Darmawi, Manaf, dan Putranda, 2013).

C. Pembuatan Krim Ekstrak Jarak Cina

Orientasi formula krim ekstrak batang jarak cina dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan optimasi. Orientasi formula dilakukan untuk dapat mengetahui level tinggi dan rendah dari Tween 80 dan gliserin yang digunakan terhadap respon yang diteliti yaitu viskositas dan daya sebar krim.

Grafik pada gambar 11 dan 12 menunjukan bahwa jumlah Tween 80 yang diberikan dapat menyebabkan perubahan pada viskositas dan daya sebar krim. Daerah irisan dari kedua grafik tersebut menunjukan respon linier terhadap viskositas dan daya sebar, yakni antara 2 – 4 gram. Berdasarkan hasil tersebut, maka dipilih level rendah Tween 80 yaitu 2 gram, dan level tingginya yaitu 4 gram.


(56)

Gambar 11. Grafik orientasi pengaruh jumlah Tween 80 terhadap viskositas krim

Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh jumlah Tween 80 terhadap daya sebar krim

Grafik pada gambar 13 dan 14 menunjukan bahwa jumlah gliserin yang diberikan dapat menyebabkan perubahan pada viskositas dan daya sebar krim. Daerah irisan dari kedua grafik tersebut menunjukan respon linier terhadap viskositas dan daya sebar, yakni antara 10-12 gram. Berdasarkan hasil tersebut, maka dipilih level rendah gliserin yaitu 10 gram, dan level tingginya yaitu 12 gram.

98 100 102 104 106 108 110 112 114 116

0 2 4 6 8

Pengaruh Tween 80 Terhadap Viskositas Krim

visko

sit

as

(d.Pa

.s)

jumlah Tween 80 (g)

5,95 6 6,05 6,1 6,15 6,2 6,25 6,3 6,35 6,4 6,45 6,5

0 2 4 6 8

Pengaruh Tween 80 Terhadap Daya Sebar Krim

da y a se ba r (c m)


(57)

35

Gambar 13. Grafik orientasi pengaruh jumlah gliserin terhadap viskositas krim

Gambar 14. Grafik orientasi pengaruh jumlah gliserin terhadap daya sebar krim

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak batang jarak cina, asam stearat, butyl hidroxy toluene (BHT), trietanolamin (TEA), gliserin, Tween 80, metil paraben, dan aquadest. Ekstrak batang jarak cina yang digunakan berfungsi sebagai zat aktif yang mengandung tanin. Tanin yang digunakan pada penelitian ini memiliki fungsi sebagai antibakteri. Asam stearat yang digunakan berfungsi sebagai fase minyak sedangkan trietanolamin (TEA) berfungsi sebagai basa kuat yang akan membentuk emulgator jika keduanya digabungkan. Gliserin yang digunakan

110 112 114 116 118 120 122

0 5 10 15

Pengaruh Gliserin Terhadap Viskositas Krim

visko

sit

as

(d.Pa

.s)

jumlah gliserin (g)

5,4 5,6 5,8 6 6,2 6,4 6,6

0 5 10 15

Pengaruh Gliserin Terhadap Daya Sebar Krim

da y a se ba r (c m)

jumlah gliserin (g)


(58)

berfungsi sebagai humektan, Tween 80 berfungsi sebagai surfaktan dan metil paraben yang digunakan berfungsi sebagai pengawet. Krim ekstrak batang Jarak cina yang dibuat dalam penelitian ini adalah hasil modifikasi dari formula acuan berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Handali dkk., (2011). Modifikasi formula dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan krim dengan stabilitas dan sifat fisik yang diharapkan lebih baik dari formula acuan.

D. Uji Sifat dan Stabilitas Fisik Krim Ekstrak Batang Jarak Cina

1. Uji organoleptis dan pH

Ekstrak batang jarak cina yang telah dibuat kemudian dilakukan pengamatan organoleptis dan pH. Aspek yang diamati dari segi organoleptis yakni warna, bau, dan homogenitas krim yang dibuat. Hasil uji organoleptis dan pH yang dilakukan dapat dilihat pada tabel V,

Tabel V. Hasil uji organoleptis dan pH krim ekstrak batang jarak cina

Kriteria F1 Fa Fb Fab

Warna Putih

keemasan

Putih keemasan

Putih keemasan

Putih keemasan Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen

pH 6 6 6 6

Krim ekstrak batang jarak cina berwarna putih keemasan, tidak berbau, homogen, serta memiliki pH 6. Hasil ini menunjukkan bahwa krim ekstrak


(59)

37

batang jarak cina yang dibuat memiliki pH yang masuk dalam range pH kulit manusia yaitu sebesar 5 – 7 (Zulkarnain, Ernawati, dan Sukardani, 2012). Hasil uji organoleptis dan pH tersaji dalam tabel V.

2. Pengujian Tipe Krim

Dalam penelitian ini digunakan metode pewarnaan dengan menggunakan reagen methylen blue untuk pengujian tipe krim. Metode pewarnaan ini dipilih karena metode ini cenderung lebih mudah dilakukan dan juga lebih mudah diamati secara mikroskopis untuk melihat tipe krim yang dihasilkan.

Tabel VI. Hasil uji tipe krim dari krim ekstrak batang jarak cina

Formula

Tipe Krim Replikasi

1

Replikasi 2

Replikasi 3

F1 M/A M/A M/A

Fa M/A M/A M/A

Fb M/A M/A M/A

Fab M/A M/A M/A

Berdasarkan tabel diatas, krim ekstrak batang jarak cina merupakan krim dengan tipe minyak dalam air (M/A). Pada penambahan methylene blue, maka fase luar yaitu air akan berwarna biru dan fase dalam yaitu minyak tidak mengalami perubahan warna seperti tersaji pada lampiran 8.4. Hal ini dikarenakan karena methylene blue lebih larut dalam air.


(60)

3. Uji Ukuran Droplet

Uji ukuran droplet merupakan hal yang penting karena berhubungan dengan luas permukaan yang berkaitan dengan sifat fisis, kimia dan farmakologis suatu sediaan, sehingga dapat diketahui distribusi ukuran partikel yang terdapat pada sediaan krim ekstrak batang jarak cina. Droplet krim dari tiap formula diukur sebanyak 500 partikel dengan menggunakan mikroskop. Sebelum melakukan uji ukuran droplet terlebih dahulu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui ukuran sebenarnya dari droplet krim yang diukur.

Tabel VII. Hasil uji ukuran droplet

Formula

Ukuran Droplet (μm)

(x̅ ± SD) Replikasi

1

Replikasi 2

Replikasi 3

F1 35,4 36,2 39,2 36,93 ± 2,00

Fa 42,6 39,0 42,4 41,33 ± 2,02 Fb 42,4 37,0 35,4 38,27 ± 3,67 Fab 33,4 45,0 36,8 38,40 ± 5,96

Tabel VII menunjukan bahwa rata-rata ukuran droplet yang diperoleh dari tiap formula berkisar 36,93 – 41,33 μm. Kisaran ukuran droplet dari krim konvensional yaitu 0,1–100 μm (Adriani, 2013). Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa krim ekstrak batang jarak cina memiliki ukuran droplet yang sesuai dengan rentang standar.


(61)

39

4. Uji viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan mengenai tahanan dari suatu cairan untuk mengalir (Martin dkk., 1993). Viskositas yang diharapkan adalah sebesar 100-150 d.Pa.s (Mantyas, 2013). Pengamatan viskositas yang dilakukan pada sediaan krim ekstrak batang jarak cina dilakukan pada jam ke 48, hari ke 7, 14, dan 28. Pengamatan terhadap krim tidak langsung dilakukan setelah selesai proses pembuatan karena diasumsikan krim telah membentuk sistem yang stabil setelah 48 jam.

Tabel VIII. Viskositas (x̅ ± SD) krim ekstrak batang jarak cina pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari

Formula

Viskositas krim ± SD (d.Pa.s)

48 jam 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari

F1 97 ± 5,8 103 ± 20,8 80 ± 10,0 77 ± 15,3 57 ± 5,8

Fa 73 ± 15,3 77 ± 11,5 57 ± 5,8 62 ± 14,4 60 ± 10,0 Fb 85 ± 26,0 80 ± 26,5 68 ± 22,5 58 ± 18,9 52 ± 7,6 Fab 100 ± 26,5 87 ± 32,2 80 ± 17,3 80 ± 10,0 70 ± 10,0

Tabel VIII menunjukkan hasil pengujian viskositas dari krim ekstrak batang jarak cina. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada formula Fa dengan komposisi Tween 80 pada level tinggi dan gliserin pada level rendah, serta formula Fb dengan komposisi Tween 80 pada level rendah dan gliserin pada level tinggi memiliki viskositas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan formula F1.


(62)

Hal ini dapat menunjukkan bahwa penambahan Tween 80 dan gliserin dapat menurunkan viskositas.

Tabel VIII menunjukan bahwa viskositas sediaan krim pada waktu pengamatan jam ke 48 jam, hari ke 7, 14, 21, dan 28 mengalami pergeseran viskositas pada rentang waktu penyimpanan krim.

Gambar 15. Grafik pergeseran viskositas krim ekstrak batang jarak cina

Gambar 15 menunjukan terjadinya penurunan viskositas selama rentang waktu penyimpanan. Hasil pengamatan pada formula sediaan krim ekstrak batang jarak cina menunjukkan bahwa krim yang dihasilkan kurang stabil pada penyimpanan dengan rentang waktu yang cukup lama. Gliserin bersifat higroskopis yang akan menyerap kelembaban selama penyimpanan dan pengujian sehingga dimungkinkan akan menurunkan viskositas krim.

5. Uji daya sebar

Daya sebar merupakan kemampuan penyebaran krim pada kulit (Voigt, 1984). Daya sebar yang diharapkan adalah 5-7 cm (Garg dkk., 2002).Pengamatan

0 20 40 60 80 100 120

0 10 20 30

F1 Fa Fb Fab Grafik Pergeseran Viskositas

visko

sit

as

(d.Pa

.s)


(63)

41

daya sebar sediaan krim ekstrak batang jarak cina dilakukan jam ke 48, hari ke 7, 14, 21, dan 28. Pengamatan terhadap krim tidak langsung dilakukan setelah selesai proses pembuatan karena diasumsikan krim telah membentuk sistem yang stabil setelah 48 jam.

Tabel IX. Daya sebar (x̅ ± SD) krim ekstrak batang jarak cina pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari

Formula

Daya sebar krim ± SD (cm)

48 jam 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari

F1 6,9 ± 0,40 7,2 ± 0,30 6,7 ± 0,53 6,3 ± 1,08 7,3 ± 0,11

Fa 6,7 ± 0,18 7,3 ± 0,11 6,8 ± 0,68 7,3 ± 0,60 7,3 ± 0,21 Fb 6,9 ± 0,31 7,0 ± 0,48 6,9 ± 0,16 7,4 ± 0,40 7,0 ± 0,13 Fab 7,1 ± 0,21 7,1 ± 0,10 6,9 ± 0,40 6,7 ± 0,40 6,9 ± 0,40

Tabel IX menunjukkan hasil bahwa pada krim ekstrak batang jarak cina formula Fa dengan komposisi Tween 80 pada level tinggi dan gliserin pada level rendah memiliki nilai daya sebar lebih rendah bila dibandingkan dengan formula F1. Sedangkan pada formula Fb dengan komposisi Tween 80 pada level rendah

dan gliserin pada level tinggi memiliki nilai daya sebar yang sama dengan formula F1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan Tween 80 dapat

menurunkan daya sebar, sedangkan penambahan gliserin tidak memberikan pengaruh pada respon daya sebar.

Pengaruh kedua faktor terhadap viskositas dan daya sebar juga dapat dilihat pada gambar 11, gambar 12, gambar 13, dan gambar 14. Gambar 11 dan gambar


(64)

12 merupakan orientasi jumlah Tween 80 dengan jumlah gliserin yang sama pada semua formula. Respon viskositas mengalami penurunan seiring dengan peningkatan jumlah Tween 80 yang ditambahkan sedangkan respon daya sebar mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan jumlah Tween 80 yang ditambahkan. Gambar 13 dan 14 merupakan orientasi jumlah gliserin dengan jumlah Tween 80 yang ditambahkan sama pada semua formula. Respon viskositas mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah gliserin yang ditambahkan sedangkan respon daya sebar mengalami penurunan seiring dengan peningkatan jumlah gliserin yang ditambahkan.

Tabel IXmenunjukkan rata-rata daya sebar dari sediaan krim ekstrak batang jarak cina yang diukur pada waktu pengamatan jam ke 48 jam, hari ke 7, 14, 21, dan 28.

Gambar 16. Grafik pergeseran daya sebar krim ekstrak batang jarak cina

Gambar 16 menunjukkan bahwa terjadi kenaikan daya sebar krim seiring semakin lamanya waktu penyimpanan. Hasil pengamatan pada formula sediaan

0 1 2 3 4 5 6 7 8

0 10 20 30

F1 Fa Fb Grafik Pergeseran Daya Sebar


(65)

43

krim ekstrak batang jarak cina menunjukkan bahwa krim yang dihasilkan kurang stabil pada penyimpanan dengan rentang waktu yang cukup lama. Gliserin bersifat higroskopis yang akan menyerap kelembaban selama penyimpanan dan pengujian sehingga dimungkinkan akan menurunkan viskositas krim dan menaikkan daya sebar krim.

E. Pengaruh Penambahan Tween 80 dan Gliserin dalam Menentukan Sifat

Fisik Krim Ekstrak Batang Jarak Cina

1. Viskositas

Viskositas merupakan tahanan sediaan untuk mengalir. Viskositas memiliki peranan penting dalam stabilitas dari suatu sediaan. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan program R 3.1.1. Pada penelitian ini uji normalitas data yang digunakan adalah uji Shapiro Wilk. Uji

Shapiro wilk menunjukan apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan terdistribusi normal apabila memiliki nilai p > 0,05 (Istyastono, 2012).

Hasil perhitungan statistik didapat bahwa data tidak normal karena nilai

p-value lebih kecil dari 0,05 (lampiran 4), maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon. Uji Kruskal-Wallis bertujuan untuk melihat pengaruh dari variasi Tween 80 dan gliserin terhadap empat formula. Hasil uji

Kruskal-Wallis didapat p-value sebesar 0,3359 (lebih besar dari 0,05) yang berarti data tidak berbeda signifikan.


(66)

Tabel X. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi Tween 80 dan gliserin terhadap respon viskositas

Formula p-value kesimpulan

F1 : Fb 0,6531 Tidak berbeda signifikan

Fa : Fab 0,2683 Tidak berbeda signifikan F1: Fa 0,1157 Tidak berbeda signifikan

Fb : Fab 0,6428 Tidak berbeda signifikan

Formula F1 dibandingkan dengan formula Fb untuk melihat pengaruh

gliserin pada level rendah Tween 80. Jumlah Tween 80 pada formula F1 dan Fb

sama yaitu sebanyak 2 gram. Hasil uji wilcoxon menunjukan bahwa formula F1

yang dibandingkan dengan formula Fb tidak berbeda signifikan. Hasil tersebut dapat dilihat dari p-value F1 : Fb lebih besar daripada 0,05. Pada uji wilcoxon, data

dikatakan berbeda bermakna ketika hasil p-value kurang dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada level rendah Tween 80, gliserin tidak memberikan pengaruh terhadap viskositas sediaan krim ekstrak batang jarak cina.

Pengaruh gliserin pada level tinggi Tween 80 dilihat dengan membandingkan formula Fa dan formula Fab. Jumlah Tween 80 pada kedua formula sama yaitu 4 gram. Hasil menunjukan bahwa formula Fa : Fab tidak berbeda signifikan, karena p-value lebih dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa pada level tinggi Tween 80, gliserin tidak memberikan pengaruh terhadap viskositas krim ekstrak batang jarak cina.

Formula F1 dibandingkan dengan formula Fa untuk melihat pengaruh dari

Tween 80 pada level rendah gliserin. Sedangkan, formula Fb dibandingkan dengan formula Fab untuk melihat pengaruh dari Tween 80 pada level tinggi gliserin.


(67)

45

Hasil uji wilcoxon menunjukan bahwa F1 : Fa dan Fb : Fab memiliki nilai p-value

lebih besar dari 0,05. Level rendah gliserin, Tween 80 tidak memberikan pengaruh pada viskositas krim ekstrak batang jarak cina dan pada level tinggi gliserin, Tween 80 juga tidak memberikan pengaruh terhadap viskositas krim ekstrak batang jarak cina.

Tabel XI. Efek faktor terhadap respon viskositas krim ekstrak batang jarak cina

Faktor Viskositas

Tween 80 -4,5 Gliserin 7,5 Interaksi 19,5

Perhitungan efek dari kedua faktor yaitu Tween 80 dan gliserin terhadap viskositas menunjukkan bahwa gliserin dan interaksi keduanya menghasilkan nilai positif yang menunjukkan bahwa penambahan gliserin dan interaksinya dapat meningkatkan viskositas, sedangkan nilai negatif dari efek yang diperoleh Tween 80 menunjukkan bahwa penambahan Tween 80 dapat menurunkan viskositas. Faktor dominan yang berpengaruh pada viskositas adalah interaksi antara Tween 80 dan gliserin karena menghasilkan nilai efek yang paling besar. Pengukuran viskositas yang dilakukan selama 48 jam (tabel VIII) menunjukkan bahwa formula Fab yang terdiri dari level tinggi Tween 80 dan gliserin memiliki viskositas yang paling tinggi (100 d.Pa.s) diantara formula yang lain. Hal ini sesuai dengan nilai efek yang diperoleh yaitu interaksi antara Tween 80 dan gliserin menjadi faktor yang dominan terhadap viskositas yaitu dengan meningkatkan viskositas.


(68)

Persamaan desain faktorial pada respon viskositas dihitung dengan menggunakan software Design Expert 9.0.4 menghasilkan persamaan Y = 370 – 107,5 (XA) – 25 (XB) + 9,583 (XA)(XB).

Gambar 17. Grafik interaksi Tween 80 (level tinggi, level rendah) dan gliserin terhadap respon viskositas

Interaksi yang terjadi antara Tween 80 (level rendah dan level tinggi) dan gliserin didapatkan hasil seperti yang terkaji pada gambar 17. Garis berwarna hitam menunjukkan Tween 80 pada level rendah, sedangkan garis berwarna merah menunjukkan Tween 80 pada level tinggi. Pada level rendah Tween 80, semakin tinggi jumlah gliserin yang ditambahkan menyebabkan terjadinya penurunan viskositas. Pengujian viskositas yang dilakukan menghasilkan viskositas yang diperoleh formula F1 lebih besar daripada formula Fb. Pada level tinggi Tween 80,


(69)

47

viskositas sehingga viskositas yang diperoleh dari formula Fa lebih rendah daripada formula Fab.

Gambar 18. Grafik interaksi gliserin (level tinggi, level rendah) dan Tween 80 terhadap respon viskositas

Interaksi yang terjadi antara gliserin (level rendah dan tinggi) dan Tween 80 didapatkan hasil seperti yang terkaji pada gambar 18. Garis berwarna hitam menunjukkan gliserin level rendah, sedangkan garis berwarna merah menunjukkan gliserin level tinggi. Pada level rendah gliserin, semakin tinggi jumlah Tween 80 yang ditambahkan menyebabkan terjadinya penurunan viskositas. Pengujian viskositas yang dilakukan menghasilkan viskositas yang diperoleh formula F1

lebih besar daripada formula Fa. Pada level tinggi gliserin, seiring dengan penambahan Tween 80 menyebabkan peningkatan viskositas sehingga viskositas yang diperoleh dari formula Fb lebih rendah daripada formula Fab.


(70)

2. Pergeseran viskositas

Pergeseran viskositas merupakan parameter untuk menentukan stabilitas fisik krim ekstrak batang jarak cina. Pergeseran viskositas diukur dengan cara membandingkan viskositas sediaan penyimpanan 1 bulan dengan viskositas sediaan penyimpanan 48 jam. Hasil perhitungan statistik didapat bahwa data tidak normal karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05, maka dilanjutkan dengan uji

Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon. Hasil uji Kruskal-Wallis didapat p-value sebesar 0,07491 (lebih besar dari 0,05) yang berarti data tidak berbeda signifikan.

Tabel XII. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi Tween 80 dan gliserin terhadap pergeseran viskositas

Formula p-value kesimpulan

F1: Fa 0,07652 Tidak berbeda signifikan

Fb : Fab 0,7 Tidak berbeda signifikan F1: Fb 0,6579 Tidak berbeda signifikan

Fa: Fab 0,5066 Tidak berbeda signifikan

Tabel XII pada uji Wilcoxon didapat p-value lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa data tidak berbeda signifikan. Hasil uji statistik yang didapat menunjukkan bahwa variasi Tween 80 dan gliserin tidak memberikan pengaruh pada pergeseran viskositas.

3. Daya sebar

Daya sebar menunjukan kemampuan sediaan untuk menyebar pada saat diaplikasikan pada permukaan kulit. Data yang diperoleh kemudian diolah secara dengan menggunakan program R 3.1.1. Pada penelitian ini uji normalitas data


(71)

49

yang digunakan adalah uji Shapiro Wilk. Uji Shapiro Wilk menunjukan apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan terdistribusi normal apabila memiliki nilai p > 0,05 (Istyastono, 2012).

Hasil perhitungan statistik data daya sebar normal karena memiliki nilai

p-value yang lebih besar dari 0,05 (lampiran 4). Apabila data normal, maka dilanjutkan dengan uji statistik berikutnya yaitu levene test. Uji levene test

digunakan untuk melihat kesamaan varians data pada suatu populasi (homogen atau tidak). Hasil uji menunjukan bahwa p-value lebih besar dari 0,05, artinya bahwa data memiliki kesamaan varian. Uji statistik kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji ANAVA. Uji anava menunjukan bahwa variansi data apakah berbeda bermakna atau berbeda tidak bermakna. Uji ANAVA memberikan hasil Pr (>F) sebesar 0,00183 (kurang dari 0,05) (lampiran 4), yang berarti bahwa data berbeda bermakna. Hasil uji statistik yang didapat menunjukkan bahwa variasi Tween 80 dan gliserin memberikan pengaruh pada respon daya sebar.

Tabel XIII. Efek faktor terhadap respon daya sebar krim ekstrak batang jarak cina

Faktor Daya sebar

Tween 80 0

Gliserin 0,2 Interaksi 0,2

Perhitungan efek dari kedua faktor yaitu Tween 80 dan gliserin terhadap daya sebar menunjukkan bahwa gliserin dan interaksi antara Tween 80 dan gliserin menghasilkan nilai positif yang berarti penambahan gliserin dan interaksi


(72)

antara Tween 80 dan gliserin dapat meningkatkan daya sebar, sedangkan nilai yang diperoleh Tween 80 adalah 0 yang menunjukkan bahwa penambahan Tween 80 tidak memberikan pengaruh pada daya sebar. Faktor dominan yang berpengaruh pada daya sebar adalah gliserin dan interaksi antara Tween 80 dan gliserin karena menghasilkan nilai efek yang paling besar. Pengukuran daya sebar yang dilakukan selama 48 jam (tabel IX) menunjukkan bahwa formula Fb yang terdiri dari komposisi level tinggi gliserin (12 gram) memiliki daya sebar yang lebih besar dibandingkan dengan formula Fa. Formula Fab yang terdiri dari komposisi level tinggi Tween 80 (4 gram) dan level tinggi gliserin (12 gram) memiliki daya sebar yang lebih besar apabila dibandingkan dengan F1, Fa.Hal ini

sesuai dengan perhitungan efek yang menunjukkan bahwa penambahan gliserin dan interaksi antara Tween 80 dan gliserin dapat meningkatkan daya sebar.

Tabel XIV.Nilai probabilitas uji ANAVA efek faktor terhadap respon daya sebar

Faktor Nilai probabilitas (p)

Tween 80 0,6322 gliserin 0,1739 Interaksi 0,2319

Tabel XIV didapatkan hasil bahwa nilai probabilitas dari Tween 80, gliserin dan interaksi keduanya lebih dari 0,05. Hasil menunjukkan bahwa Tween 80, gliserin dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap respon daya sebar.


(73)

51

Persamaan desain faktorial pada respon daya sebar dihitung dengan menggunakan software Design Expert 9.0.4 menghasilkan persamaan Y = 9,2 – 1,23 (XA) – 0,2 (XB) + 0,108 (XA)(XB).

Gambar 19. Grafik interaksi Tween 80 (level tinggi, level rendah) dan gliserin terhadap respon daya sebar

Interaksi yang terjadi antara Tween 80 (level rendah dan level tinggi) dan gliserin didapatkan hasil seperti yang terkaji pada gambar 19. Garis berwarna hitam menunjukkan Tween 80 pada level rendah, sedangkan garis berwarna merah menunjukkan Tween 80 pada level tinggi. Pada level rendah Tween 80, semakin tinggi jumlah gliserin yang ditambahkan tidak menyebabkan terjadinya perubahan pada daya sebar. Pengujian daya sebar yang dilakukan menghasilkan daya sebar yang diperoleh formula F1 sama dengan formula Fb. Pada level tinggi Tween 80,

seiring dengan penambahan gliserin menyebabkan terjadinya peningkatan daya


(74)

sebar sehingga daya sebar yang diperoleh dari formula Fa lebih rendah daripada formula Fab.

Gambar 20. Grafik interaksi gliserin (level tinggi, level rendah) dan Tween 80 terhadap respon daya sebar

Interaksi yang terjadi antara gliserin (level rendah dan tinggi) dan Tween 80 didapatkan hasil seperti yang terkaji pada gambar 20. Garis berwarna hitam menunjukkan gliserin level rendah, sedangkan garis berwarna merah menunjukkan gliserin level tinggi. Pada level rendah gliserin, semakin tinggi jumlah Tween 80 yang ditambahkan menyebabkan terjadinya penurunan daya sebar. Pengujian daya sebar yang dilakukan menghasilkan daya sebar yang diperoleh formula F1 lebih

besar daripada formula Fa. Pada level tinggi gliserin, seiring dengan penambahan Tween 80 menyebabkan peningkatan daya sebar sehingga daya sebar yang diperoleh dari formula Fb lebih rendah daripada formula Fab.


(75)

53

4. Pergeseran daya sebar

Pergeseran daya sebar merupakan salah satu faktor untuk menentukan stabilitas fisik dari sediaan krim ekstrak batang jarak cina. Pergeseran daya sebar diukur dengan membandingkan daya sebar sediaan pada penyimpanan 1 bulan dengan daya sebar penyimpanan 48 jam.

Hasil perhitungan statistik didapat bahwa data daya sebar normal karena memiliki nilai p-value yang lebih besar dari 0,05 (lampiran 4). Apabila data normal, maka dilanjutkan dengan uji statistik berikutnya yaitu levene test. Uji

levene test digunakan untuk melihat kesamaan varians data pada suatu populasi (homogen atau tidak). Hasil uji menunjukan bahwa p-value lebih besar dari 0,05, artinya bahwa data memiliki kesamaan varian. Uji statistik kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji anava yaitu untuk menganalis variansi. Uji anava menunjukan bahwa variansi data apakah berbeda bermakna atau berbeda tidak bermakna. Uji ANAVA memberikan hasil Pr (>F) yang didapat sebesar 0,00587 (kurang dari 0,05), yang berarti bahwa data berbeda bermakna. Hasil uji statistik didapat bahwa variasi Tween 80 dan gliserin memberikan pengaruh pada respon pergeseran daya sebar.


(76)

F. Grafik Superimposed Contour Plot

Pembuatan grafik superimposed contour plot dimulai dengan membuat

contour plot untuk respon viskositas dan daya sebar. Contour plot merupakan grafik yang digunakan untuk menggambarkan respon dari sifat fisis (viskositas dan daya sebar) krim ekstrak batang jarak cina, di mana didapat dari persamaan desain faktorial. Superimposed merupakan area perpotongan yang memuat semua arsiran dalam contour plot yang diprediksi sebagai variasi Tween 80 dan gliserin yang optimal. Grafik contour plot dibuat dengan menggunakan persamaan desain faktorial.

1. Contour plot viskositas

Gambar 21. Grafik contour plot Tween 80 dan gliserin terhadap respon viskositas Contour plot yang dihasilkan dari Tween 80 dan gliserin terhadap viskositas menunjukkan bahwa pada level rendah Tween 80 dan gliserin (F1)


(77)

55

menghasilkan viskositas yang tinggi jika dibanding level tinggi Tween 80 dan level rendah gliserin (Fa). Penggunaan Tween 80 level rendah dan gliserin level tinggi (Fb) memiliki viskositas yang lebih rendah dibanding dengan Tween 80 level tinggi dan gliserin level tinggi (Fab).

2. Contour plot daya sebar

Gambar 22. Grafik contour plot Tween 80 dan gliserin terhadap respon daya sebar Contour plot yang dihasilkan dari Tween 80 dan gliserin terhadap daya sebar menunjukkan bahwa pada level rendah Tween 80 dan gliserin (F1) menghasilkan daya sebar yang tinggi jika dibanding level tinggi Tween 80 dan level rendah gliserin (Fa). Penggunaan Tween 80 level rendah dan gliserin level tinggi (Fb) memiliki daya sebar yang lebih rendah dibanding dengan Tween 80 level tinggi dan gliserin level tinggi (Fab).


(1)

84

Sebelum perlakuan gelatin Sesudah perlakuan gelatin

2. Krim ekstrak batang jarak cina

a. Krim ekstrak batang jarak cina hari ke-2

Formula 1 ( 48 jam ) Formula a ( 48 jam )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

Formula b ( 48 jam ) Formula ab ( 48 jam )

b. Krim ekstrak batang jarak cina hari ke-28


(3)

86

Formula b ( 28 hari ) Formula ab ( 28 hari )

3. Uji pH

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

Formula 1 Formula a

Formula b Formula ab

5. Uji ukuran droplet


(5)

88

Formula b Formula ab

6. Uji antibakteri ekstrak batang jarak cina

Kontrol negatif Pengujian ekstrak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

dua bersaudara lahir dari pasangan Heribertus Arie Tjahjono dan Brigitta Tri Endang Setiyowati. Penulis menempuh pendidikan formal di TK Kemala Bhayangkari Kediri (1997-1999), SD Katolik Santa Maria Kediri (1999-2005), SMP Negeri 4 Kediri (2005-2008), dan SMA Katolik St Augustinus Kediri (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan S1, penulis memiliki beberapa pengalaman sebagai asisten praktikum Bentuk Sediaan Farmasi (2012), Botani Farmasi (2014), dan Mikrobiologi (2015). Penulis juga terlibat dalam beberapa kegiatan kepanitiaan, seperti koordinator divisi konsumsi pada Alumni Akbar Farmasi USD di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2012, anggota divisi acara pada Bersyukur Menjadi Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2014.


Dokumen yang terkait

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

0 4 117

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktorial.

1 7 100

Pengaruh tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha.

3 5 121

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktoria.

3 23 118

Pengaruh TWEEN 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak etanol batang Jarak Cina (Jatropha multifida L.) dengan aplikasi desain faktorial.

7 26 109

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial.

0 2 132

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 130

Optimasi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel photoprotector ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

2 4 132

Optimasi komposisi cetyl alcohol sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humectant dalam krim sunscreen ekstrak kental apel merah (Pyrus malus L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 118