Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Rasio Kategori
Sehat Cukup Sehat
Kurang Sehat Tidak Sehat
Kecukupan Modal CAR 8,1
6,6-8 5,1-6,6
5,1 Kualitas Aset :
Cadangan Penghapusan APAD 3,35
5,6-3,36 7,85-5,7
≥7,58 AP Diklasifikasikan AP
≥54 44-54
34-44 ≥34
Earnings : ROA
≥1,215 0,99-1,215 0,765-0,99 0,765
Efisiensi 93
94,7-93,5 95,92-94,7
95,92 Likuiditas :
LDR 110
≥110 Kewajiban Bersih call money
AL ≤19
19-34 34-49
49
Sumber Data : Bank Indonesia
2.2.3 Capital Adequacy Ratio CAR
Capital adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka
panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari
sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jadi dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih
memiliki kekurangan deficit maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang debt financing. Namun
dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif- alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila
perusahaan mempunyai capital yang optimal. Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat- surat berharga.
Menurut Sri, dkk 2000:27-28 CAR adalah “kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahan oleh setiap bank sebagai suatu
proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut resiko ATMR”. Bank Indonesia sebagai Pembina dan Pengawas harus menyesuaikan diri terhadap
perkembangan perbankan internasional untuk dapat menyiapkan perbankan nasional menjadi bank yang siap bersaing. CAR menjadi pedoman bank
dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan. Dalam prakteknya perhitungan CAR yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyedia
Modal Minimum Bank KPMM tidaklah sesederhana. KPMM adalah perbandingan antara modal dengan aktiva Tertimbang Menurut Resiko
ATMR. Baik ATMR maupun Modal Bank memerlukan rincian dan kesamaan pengertian apa yang masuk sebagai komponen untuk menghitung
ATMR dan bagaimana menghitungnya. Begitu juga modal, perlu dirinci apa
yang dapat digolongkan dan diperhitungkan sebagai Modal Bank. Petunjuk mengenai hal ini di atur dasar-dasarnya oleh Bank Indonesia melalui SE BI
No.261BPPP tanggal 29 Mei 1993. Mengenai pengertian dan perincian modal yang terdiri dari Modal Inti dan Modal Pelengkap, telah dilakukan
penyempurnaan oleh BI melalui SE BI No.330DPNP tanggal 14 desember 2001, dengan berpedoman kepada ketentuan sebelumnya sebagai berikut.
a. Di dalam perhitungan laba tidak termasuk pengakuan laba karena
penerapan PSAK No.46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. b.
Di dalam komponen modal yang dipesan yang berasal dari piutang kepada para Pemegang Saham sebagaimana ditetapkan dalam PSAK
No.21 tentang akuntansi ekuitas. c.
Yang dimaksud dengan dana setoran modal adalah dana yang sudah disetor penuh untuk tujuan penambahan modal namun belum didukung
dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor seperti pelaksanaan rapat umum pemegang saham maupun
pengesahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang. d.
Cadangan Relevansi Aktiva Tetap tidak dapat dikapitalisir kedalam modal disetor dan dibagikan sebagai saham bonus dan atau deviden.
e. Kekurangan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif oleh Bank
merupakan komponen biaya pada laba tahun berjalan.
f. Yang dimaksud ke dalam komponen laba tahun dan tahun berjalan
adalah jumlah setelah diperhitungkan taksiran pajak kecuali apabila Bank diperkenankan mengkopensasi kerugian sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku. g.
Peningkatan atau penurunan harga saham pada portofolio yang tersedia untuk dijual merupakan selisih antara harga pasar dengan nilai perolehan
atas penyertaan bank pada perusahaan yang seharusnya tercatat di Pasar Modal.
Faktor yang mempengaruhi kecukupan modal merupakan hal yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan mengalami kondisi
kerugian. Maka Bank Indonesia menetapkan kewajian minimum yang harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu bagian tertentu dari total aktiva
tertimbang menurut resiko ATMR sebesar 8. Ketentuan CAR pada prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku secara international.
Dengan ketentuan tersebut, bank wajib memelihara ketersediaan modal karena setiap pertambahan aktiva harus diimbangi dengan pertambahan modal.
Menurut Muljono,1995 : 79 bank dikatakan liquid apabila: 1.
Bank tersebut mempunyai Cash Asset sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
2. Bank tersebut memiliki Cash Asset yang lebih kecil dari butir satu diatas,
tetapi yang bersangkutan juga merupakan juga mempunyai aset lain yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai
pasarnya.
3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan Cash Asset
baru melalui berbagai bentuk hutang. Menurut kasmir 2004:278, CAR merupakan perbandingan antara
equity capital dengan total loans dan securities.
Menurut SE BI No. 623DNDP tanggal 31 Mei 2004, CAR merupakan perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko ATMR sebagai berikut :
Sedangkan menurut Muljono 1995:112, CAR merupakan perbandingan antara equity capital dikurangi fixed assets dengan total loans
dan securities, sebagai berikut :
2.2.4 Non Performing Loans NPL 2.2.4.1 Definisi Non Performing Loans NPL