48
banyak. Namun mereka bekerja dengan semangat dan usaha yang tinggi dan professional di bidangnya masing-masing. Secara struktural, tenaga administrasi
yang ada di SLBG A-B Hellen Keller ialah Yohanes Hery sebagai staf tata usaha, Antonius Eko Prabowo sebagai ketua asrama kelompok 1 dan Petrus Dwi Harjono
ketua asrama kelompok 2.
d. Struktur Organisasi Sekolah SLBG A-B Hellen Keller memiliki struktur organisasi yang baik. Kehidupan
di sekolah ini tidak dapat lepas dari naungan Yayasan Dena Upakara dan pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta serta Dinas Dikpora DIY. Struktur organisasi
yang ada di SLBG A-B Hellen Keller bagaikan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan, meskipun setiap anggota berada dalam bidangnya masing-masing.
Namun bukan berarti mereka bekerja secara sendiri-sendiri tetapi sangat diharapkan mereka dapat bekerja secara baik dan kekeluargaan.
SLBG A-B Hellen Keller diketuai oleh Sr. Magdalena S. PMY sebagai kepala sekolah dan F. Rina Wigati S.Pd sebagai wakil kepala sekolah. Untuk lebih
jelasnya, struktur organisasi di SLBG A-B Hellen Keller dapat dilihat dalam lampiran 3.
4. Metode Pendampingan Personal yang Digunakan oleh Sekolah
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Syaiful Bahri, 2005: 19. Dalam proses pembelajaran, metode
yang digunakan oleh para pengajar di sekolah adalah metode pembelajaran
49
klasikal kelompok dan individual. Dalam proses pendampingan, metode-metode ini digunakan secara bergantian menurut kebutuhan dari masing-masing anak.
Metode pengajaran klasikal selalu digunakan saat kumpul pagi, indentifikasi diri, cerita bersama dan mendikte. Metode pendampingan klasikal ini
dimaksudkan agar anak dapat bersosialisasi dengan rekan-rekannya dan mengenali satu dengan yang lain. Sedangkan metode pengajaran individual
digunakan saat masing-masing anak mengerjakan tugas, menulis, bercerita, motorik halus dan motorik kasar. Metode ini digunakan dalam bentuk
pengulangan kata dan pertanyaan dari pihak guru kepada setiap anak di kelas. Metode ini dimaksudkan agar menjangkau setiap anak dengan kendala,
kekurangan dan kekhasan yang berbeda pada masing-masing anak. Selain itu juga mengoptimalisasi apa yang telah mereka kuasai.
Namun meskipun dalam proses pembelajaran ada dua metode yang digunakan oleh para pengajar di sekolah ini, tetapi pada kenyataannya metode
pengajaran individual lebih dominan digunakan. Alasannya, dalam satu kelas setiap anak memiliki kekurangan dan kekhasan yang berbeda-beda, sehingga
mereka harus ditangani secara berbeda, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pendamping.
5. Kegiatan Akademik dan Non Akademik
Dalam proses pendampingan anak, pihak sekolah memberikan banyak kegiatan, baik bidang akademik maupun non akademik. Hal ini dimaksudkan agar
anak berkembang bukan hanya dalam bidang akademik saja namun juga berkembang secara non akademik, antara lainnya;
50
a. Kegiatan belajar mengajar secara akademik Kegiatan belajar mengajar bidang akademik diberikan sesuai jenjang kelas
masing-masing anak. Jenjang pendidikan tersebut mulai dari kelas observasi, assesment, motorik, bahasa hingga kelas keterampilan.
b. Kegiatan rohani Kegiatan rohani yang diadakan oleh sekolah meliputi; doa pagi yang selalu
dilaksanakan setiap pagi sebelum memulai pelajaran dan dipimpin oleh anak yang telah dewasa. Selain itu juga, ibadat sabda yang dilaksanakan pada setiap senin
dan ibadat ekaristi setiap pembukaan dan penutupan semester. c. Kegiatan ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah, antara lain; menari, olahraga, kesenian, kerumahtangan dan wiraswasta. Biasanya kegiatan ini
diadakan pada sore hari setelah tidur siang dan snaks sore. Kegiatan diisi oleh anak-anak yang telah dewasa dan dibimbing oleh pendamping asrama, namun ada
juga yang diisi oleh guru luar, misalnya kegiatan menari pada setiap hari senin jam 17.00 WIB.
d. Kegiatan ADL Activity Daily Living Kegiatan ini merupakan kegiatan pembiasaan yang diberikan kepada anak-
anak, agar anak terbiasa melakukan tugas sehari-harinya tanpa bergantung kepada orang lain. Kegiatan ini biasa dilakukan bagi kelas yang bertugas piket pada hari
tersebut dan setelah jam makan snaks.
51
e. Kegiatan pengembangan keterampilan siswa Keterampilan adalah bekal yang diberikan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus agar dapat bertahan hidup tanpa bergantung pada orang lain. Keterampilan yang diberikan antara lain membuat pernak-pernik hiasan, keterampilan memasak,
keterampilan bercocok tanam, dll.
6. Program Home Visit
Ada satu program yang selalu dilaksanakan pihak sekolah, yaitu Home Visit atau biasa mereka sebut precare. Program ini hanya diperuntukkan bagi anak-
anak yang tinggal di sekitar kota Yogyakarta. Program ini dilakukan oleh guru dan pengasuh asrama. Program ditujukan untuk anak buta-tuli dan anggota
keluarganya. Setiap bulan mereka mengunjungi orang tua murid, untuk melatih orang tua di rumah. Tujuan dari program ini juga untuk mempersiapkan anak-
anak buta tuli dan keluarganya supaya siap untuk belajar di sekolah. Program ini bukan bertujuan untuk menjaring atau mencari calon siswa baru
yang akan bersekolah di SLBG A-B Hellen Keller, tetapi program ini hanya salah satu dari karya yayasan suster PMY dalam melayani anak-anak berkebutuhan
khusus. Jadi meskipun anak dan keluarga yang mendapatkan program ini dan tidak ingin bersekolah di SLBG A-B Hellen Keller, yayasan akan sangat terbuka.
7. Keadaan Siswa di SLBG A-B Hellen Keller Yogyakarta
Para siswa di SLBG A-B Hellen Keller berasal dari berbagai latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga baik,
dalam arti sungguh memperhatikan dan menyayangi anak-anak dengan sepenuh
52
hati serta ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan perkembangan masing-masing anak.
Terhadap lingkungan sekitarnya, anak-anak ini sangat peka pada setiap perubahan yang ada. Mereka sangat peka dengan segala hal yang ada di
sekitarnya, misalnya cahaya matahari, hembusan angin, bau tanah, suara kendaraan, termasuk dengan kekurangan yang mereka miliki. Mereka akan
menangkap semuanya lalu mengolahnya dalam diri mereka. Begitu pun dengan interaksi mereka dengan sesama. Mereka akan mengetahui mana orang yang tulus
dan menyayangi mereka dengan sepenuh hati atau dengan terpaksa. Mereka akan dengan mudah menangkapnya.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari bagian administrasi sekolah, murid yang bersekolah di sekolah ini berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 14 laki-
laki dan 13 perempuan dengan batasan umur yang beragam, mulai dari 5 sampai 20 tahun. Kelainan yang dimiliki oleh setiap anak pun memiliki sebab yang
berbeda-beda. Ada anak yang cacat karena pengaruh obat-obatan yang sengaja dikonsumsi oleh orang tuanya aborsi, maupun ketidaktahuan orang tua saat
hamil meminum obat tertentu yang sebenarnya tidak boleh diminum saat hamil, ibu yang sakit saat mengandung atau saat kecil anak menderita panas yang sangat
tinggi. Ada berbagai macam penyebab dari kecacatan yang anak-anak miliki, namun semua sangat berpengaruh pada anak terhadap kecacatan yang dimilikinya
dan juga berpengaruh pada perkembangan masing-masing anak. Untuk lebih jelasnya, data anak-anak yang berada di SLBG A-B Hellen Keller ini dapat
dilihat dalam lampiran 4.
53
8. Guru yang bekerja di SLBG A-B Hellen Keller Yogyakarta
Guru-guru yang berada di sekolah ini bekerja dengan cinta dan ketulusan hati bagi anak-anak. Dengan sabar mereka membimbing, mengarahkan serta
mengajarkan apa yang anak-anak perlu ketahui. Mereka juga mengajarkan tentang kedisplinan, hal yang baik dan buruk serta hukuman ketika anak-anak berbuat
salah, namun juga pengampunan ketika anak mengakui kesalahannya. Mereka mengajarkan segala hal yang anak-anak perlukan bagi hidup mereka, misalnya
ketika anak menumpahkan air atau makan berantakan saat waktunya makan snaks. Guru menegur anak secara tegas, agar anak tahu bahwa yang mereka lakukan
adalah sesuatu yang salah dan tidak diulangi kembali. Selain itu, anak juga diajar untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari, seperti meletakkan perlengkapan makan
di wastafel sehabis makan dan mencuci perlengkapan makannya masing-masing atau mencuci bersama-sama saat bertugas. Dalan hal ini guru mengajar mereka
tentang tanggung jawab dan kerja sama. Selain itu juga, guru-guru yang berada di sekolah ini, berasal dari latar
belakang yang berbeda-beda dan masa pengabdian mereka pada sekolah pun berbeda-beda. Ada guru yang telah mengabdi lebih dari 10 tahun, tetapi ada juga
yang baru beberapa bulan. Mereka mengabdi dengan ketulusan dan kesungguhan hati. Untuk lebih jelasnya, data para guru yang berkarya dan bekerja di SLBG A-
B Hellen Keller ini dapat dilihat dalam lampiran 5.
54
B. Penelitian Tentang Pendampingan Personal
Pada bagian sebelumnya, penulis telah mengemukakan gambaran umum tentang SLBG A-B Hellen Keller Yogyakarta. Bagian tersebut menguraikan
tentang latar belakang berdirinya sekolah, visi, misi dan tujuan sekolah, metode pendampingan dari para guru, kegiatan akademik maupun non akademik, program
Home Visit dilaksanakan sekolah, serta keadaan siswa dan guru yang bekerja di sekolah ini.
Sehubungan dengan hal di atas, pada bagian berikut ini, penulis akan mengemukakan tentang metodologi penelitian, laporan dan pembahasan hasil
penelitian serta kesimpulan penelitian. Bagian pertama berisi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian, setting atau tempat penelitian,
subyek atau responden dalam penelitian, waktu penelitian, teknik pengumpulan data, konseptual, definisi operasional, variabel penelitian dan yang terakhir, kisi-
kisi penelitian. Kemudian bagian kedua akan menguraikan laporan dan bagian ketiga berisi tentang pembahasan hasil penelitian. Lalu yang terakhir, penulis akan
menyimpulkan penelitian berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan.
1. Metodologi Penelitian
a. Latar Belakang Penelitian Spiritualitas adalah hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Roh
Allah. Dengan spiritualitas, manusia bermaksud membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai dengan semangat dan cita-cita Allah. Karena segala hal yang
55
berhubungan dengan spiritualitas tidak jauh dari realitas hidup umat dan relasinya dengan Allah.
Begitu pun dalam Spiritualitas Gembala Baik, ada gambaran seorang gembala yang hidup dan relasinya selalu dekat dengan Allah. Ia digambarkan sebagai
seorang gembala yang dekat dengan kawanannya serta mampu memberikan nyawanya bagi kawanannya. Segala tindakan yang ia lakukan selalu berdasarkan
kehendak Tuhan, karena setiap tindakan yang dilakukan atas dasar mengandalkan Tuhan akan membuahkan sukacita yang berlimpah.
Berkaitan dengan hal di atas dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus, seorang guru dapat diibaratkan sebagai seorang gembala. Ia tak hanya sekadar
mengenal nama anak-anaknya saja, namun lebih dari itu guru harus mengenal kepribadian dan latar belakang mereka dengan sangat baik. Tak hanya itu,
selayaknya seorang gembala, guru bertanggung jawab penuh untuk menjaga anak- anaknya. Mereka harus memiliki kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar,
namun juga tegas, tidak otoriter, apalagi untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus, yang tentu saja permasalahan mereka lebih kompleks
daripada anak-anak pada umumnya. Pada bagian inilah, pendampingan personal berperan di dalamnya. Guru tidak
hanya mendampingi dalam aspek kognitif saja, namun secara keseluruhan aspek yang dimiliki oleh anak. Karena mendidik anak berkebutuhan khusus, tidak sama
seperti mendidik anak normal serta memerlukan suatu pendekatan dan strategi yang khusus juga Mohammad Efendi, 2006:23.
56
Berkaitan dengan hal di atas, proses pendampingan personal bagi anak berkebutuhan khusus di SLBG A-B Hellen Keller Yogyakarta, tentu
membutuhkan suatu ketekunan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, entah itu guru maupun orang tuanya sendiri.
b. Fokus Penelitian Pada penelitian kali ini, penulis membatasi permasalah dan memberikan
perhatian pada proses pendampingan personal yang dilaksanakan oleh para guru di SLBG A-B Hellen Keller Yogyakarta sesuai bagi hasil belajar siswa.
c. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ialah;
1 Mengetahui sejauh mana pendampingan personal tepat bagi hasil belajar siswa di SLBG A-B Hellen Keller
2 Mengetahui hasil belajar siswa dalam proses pendampingan personal.
d. Jenis Penelitian Jika dilihat dari jenis penelitian dan judul skripsi, penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang dan perilaku yang dapat diamati Moleong, 1989:3. Sedangkan pendekatan fenomenologi adalah pendekatan yang berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu Moleong, 1989:10. Alasan penulis menggunakan pendekatan ini ialah
57
agar dapat memahami serta masuk dalam situasi penelitian yang ada, tanpa mengubah keadaan yang sudah tercipta dalam lapangan.
e. Setting Penelitian Pemilihan setting dalam penelitian ini adalah SLBG A-B Hellen Keller,
Yogyakarta. SLBG A-B ini merupakan salah satu sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus dan satu-satunya sekolah berasrama yang khusus menangani
anak cacat ganda. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan Dena Upakara yang berpusat di Wonosobo serta dikelola sendiri oleh suster-suster PMY. Sekolah ini
sangat terbuka untuk menerima anak-anak berkebutuhan khusus dari setiap kalangan dan yang berada dimanapun di wilayah Indonesia.
f. Responden Penelitian Melihat dari jenis penelitian dan fokus penelitian, maka yang akan menjadi
responden dalam penelitian ini adalah para guru, suster-suster PMY di sekolah SLBG A-B Hellen Keller dan orang tua siswa. Hasil wawancara dengan orang
tua siswa akan menambahkan dan memperteguh hasil wawancara dengan para guru. Alasannya penulis menjadikan orang tua sebagai salah satu responden agar
sumber atau bahan lebih obyektif dan tidak berat sebelah. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengambil 8 responden untuk
penelitian, antara lain; tiga orang staf pengajar inti, satu kepala sekolah, seorang suster PMY sekaligus staf pengajar dan tiga orang tua murid.
58
g. Waktu Penelitian Dalam proses penelitian ini, penulis melakukan observasi partisipatif di
sekolah pada tanggal 3-12 September 2012, serta wawancara selama proses observasi dan di luar waktu observasi.
h. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian, kualitas data sangat ditentukan oleh kualitas alat pengumpulan datanya dan harus memperhatikan teknik mana yang tepat untuk
mengambil data tertentu yang diharapkan Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2008:64. Berdasarkan jenis penelitian dalam penelitian kali ini, metode yang
penulis gunakan adalah metode observasi partisipatif dan wawancara. Untuk metode observasi partisipatif, penulis akan menggunakan catatan
berkala dan mechanical devices. Mechanical devices adalah observasi yang menggunakan alat-alat mekanik, seperti kamera Cholid Narbuko dan Abu
Achmadi, 2008: 73. Sedangkan untuk metode wawancara, penulis akan menggunakan interview guide. Interview guide adalah panduan wawancara
berdasarkan pokok-pokok masalah yang akan diteliti Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2008: 84 dan penolong penulis dalam proses wawancara yang
sebenarnya Sutrisno Hadi, 2000:227.
i. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data Validitas: ditunjukkan dengan jalan membandingkan hasil wawancara
responden satu dengan yang lain, apakah memiliki kesamaan atau tidak. Hasil dapat dilihat pada lembaran hasil wawancara.
59
Reliabilitas: ditunjukkan dengan jalan membandingkan hasil wawancara penulis dengan hasil pengamatan dalam jangka waktu tertentu dan dalam situasi
yang sama. Hasil dapat dilihat pada lembaran hasil wawancara dan lembar hasil observasi.
Obyektivitas: dalam hal ini penulis mengambil responden yang dekat dengan siswa, yaitu staf guru dan orang tua. Hasil wawancara dengan orang tua siswa
akan menambahkan dan memperteguh hasil wawancara dengan para guru.
j. Teknik Pembahasan Data Proses pengolahan data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu wawancara secara informal maupun formal, pengamatan langsung, catatan berkala, dan hasil rekaman. Setelah dibaca,
dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah reduksi data. Reduksi adalah proses penyaringan segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk
tulisan script. Setelah data dipilih berdasarkan instrumen pengumpulan data, temanya masing-masing serta telah membentuk tulisan script, yang dapat
disebut sebagai kategorisasi, langkah selanjutnya adalah pemahaman data. Pada bagian ini, penulis akan mendekripsikan data yang telah diolah secara rinci dan
terakhir menyimpulkannnya.
k. Definisi Konseptual Definisi konseptual adalah jenis batasan yang lebih formal, dimana suatu
istilah diberi batasan dengan menggunakan istilah-istilah lain Arief Furchan,