Spiritualitas Gembala Baik 1. Pengertian Spiritualitas

15 semi gersang, tetapi di daerah ini jarang sekali ditemukan padang rumput yang hijau. Padang rumput yang hijau merupakan tempat yang baik untuk domba-domba dan tumbuh secara alami. Dengan padang rumput yang hijau dan subur, segala kebutuhan yang diperlukan oleh kawanan domba akan terpenuhi dengan baik. Tetapi seorang gembala tidak hanya mengandalkan satu padang rumput saja, mereka selalu mencari padang rumput yang baru dan segar untuk menjaga kebutuhan domba-kawanannya. Secara berkala, kawanan domba harus digiring dari padang satu ke padang rumput yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari habisnya rumput di satu tempat, rusaknya kesuburan tanah dan mencegah domba-domba terjangkit parasit atau penyakit Keller, 2001: 77. Oleh sebab itu dibutuhkan keterampilan, kecermatan dan pengalaman dari seorang gembala dalam mencari padang rumput bagi kawanannya. Kebiasaan para gembala menggembalakan kawanannya ditentukan berdasarkan pembagian musim selama satu tahun, sama seperti yang dikatakan oleh Keller 2004: 88; Di Palestina maupun di negara barat, kebiasaan gembala disesuaikan dengan pembagian musim dalam satu tahun. Kebanyakan gembala yang efisien berusaha membawa kawanan kawanannya ke padang rumput musim panas yang jauh letaknya, yang berarti mereka harus berjalan jauh. Kawanan domba bergerak lambat sambil menikmati rerumputan menuju ke pegunungan yang saljunya kian mencair. Di penghujung musim panas, mereka telah berada di padang rumput pegunungan tinggi nun jauh di sana. Menjelang musim gugur, salju yang datang terlalu dini bertaburan di lereng pegunungan, memaksa kawanan domba turun ke lereng yang lebih rendah. Akhirnya, menjelang akhir tahun, sesudah musim gugur berlalu, kawanan domba itu digiring pulang ke peternakan di gembala. Di situlah mereka melewati musim dingin. 16 Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat dikatakan bahwa kebiasaan seorang gembala dalam menggembalakan domba sangat ditentukan dari kecermatan dirinya dalam mengatur kebutuhan makanan kawanan berdasarkan musim yang berlangsung. Seorang gembala yang cermat akan memperhatikan pergantian musim. Pada musim semi, ia akan diam di ladang miliknya sendiri, tetapi jika mulai memasuki musim panas, seorang gembala akan membawa kawanannya berjalan ke arah padang rumput di gunung yang tinggi. Hal ini dimaksud agar tetap menjaga kebutuhan makanan bagi kawanan dan memberikan waktu bagi padang rumput miliknya berkembang kembali untuk persediaan di musim dingin ke depan. Selama perjalanan menuju padang rumput di gunung yang tinggi, para kawanan dapat menikmati rumput yang tersedia di sepanjang jalan dan meminum air hasil salju yang mencair dari gunung, serta mereka akan berjalan dengan tidak tergesa-gesa. Begitu menjelang musim gugur, kawanan akan terpaksa turun karena suhu yang mulai menurun dan badai salju. Akhirnya ketika memasuki musim dingin, kawanan telah sampai di ladang mereka sendiri dan mereka akan melewati musim dingin dengan rumput yang telah tersedia.

4. Gambaran Seorang Gembala Baik Berdasarkan Alkitab

Dalam Alkitab ada beberapa perikop yang menggambarkan tentang bagaimana seorang gembala yang baik itu, seperti Surat kepada Orang Ibrani Ibr 13:20 atau Surat Pertama Rasul Petrus 1 Ptr 2:25; 1 Ptr 5:2-5. Namun yang secara jelas membahas tentang Gembala yang baik ialah Kitab Mazmur Mzm 17 23:1-6, Kitab Yehezkiel Yeh 34: 1-31 dan Injil Yohanes Yoh 10:1-18. Di bawah ini, penulis menjelaskan gambaran Gembala yang baik berdasarkan: a. Kitab Mazmur Mzm 23:1-6 Mazmur ini merupakan sebuah Mazmur yang paling disukai dalam Kitab Mazmur, sejalan dengan yang disampaikan oleh Towns 2002: 7, yang mengatakan Mazmur 23 jelas merupakan salah satu bagian Alkitab yang paling disenangi karena bagian tersebut telah melekat dalam hati dan pikiran kita. Kita sering mendengarnya dibacakan di saat pemakaman, baptisan dan pelayanan- pelayanan keagamaan lainnya. Banyak orang bisa mengucapkannya kata demi kata, sementara banyak yang lain di dalam dan di luar Gereja yang tidak menghafalkannya tetapi mengenalinya ketika mereka mendengarnya. Mazmur ini berisi tentang ungkapan kepercayaan pemazmur sebagai domba yang digembalakan oleh gembala yang baik. Pada perikop ini, pemazmur menggambarkan Tuhan Yahwe sebagai seorang gembala, sebutan yang sangat lazim digunakan bagi dewa atau raja di dunia Timur Kuno terutama oleh bangsa Yahudi Bergant dan Karris, 2002: 434. Sebutan ini mengungkapkan perhatian dan pimpinan Tuhan Yahwe kepada umat Israel saat lepas dari perbudakan di Mesir, serta perlindungan selama 40 tahun di padang gurun. Selama 40 tahun, walaupun harus mengembara di padang gurun, bangsa Israel tidak merasakan kelaparan maupun kehausan karena Tuhan Yahwe telah menyediakan semuanya. Bagi pemazmur, di dalam Allah hidupnya menjadi terjamin, sejahtera, selamat dan tidak kekurangan sesuatupun, bahkan sampai pada soal makanan dan minuman Heryatno, 2008a: 120. Tuhan yang sangat setia dan penuh dengan kasih akan memenuhi segala yang dibutuhkan oleh domba-Nya. Pemazmur merasa sangat yakin akan pimpinan ilahi sebagai gembala, meskipun harus 18 melalui perjalanan yang sulit lembah kekelaman karena ia dalam lindungan Tuhan Mzm 23:4a. Tongkat dan gada Sang Gembala selalu teracung untuk melindungi kawanannya Mzm 23:4b. Tongkat dan gada merupakan lambang dari kekuatan Allah sendiri yang mampu memberikan sebuah kepastian dan penghiburan bagi kawanannya dalam masa sulit. Bagi pemazmur, Tuhan Yahwe sebagai gembala adalah segalanya. Ia adalah pelindungnya, pemeliharanya, tuannya, damai sejahteranya, penyembuhnya, kebenarannya, hadirat ilahi, pahlawannya, pembela, penghibur dan kekekalannya. Tanpa sang gembala maka domba akan kehilangan segalanya. Pendek kata, kesejahteraan kawanan domba bergantung sepenuhnya kepada pemilik yang memeliharanya Keller, 2004: 29. b. Kitab Yehezkiel Yeh 34:1-31 Dalam perikop ini, pembahasan tentang seorang gembala dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu; pengantar Yeh 34:1-2, peringatan kepada gembala yang lalai Yeh 34:7-10, Allah digambarkan sebagai gembala yang baik Yeh 34:11- 16, Allah sebagai Hakim yang adil atas domba-domba Yeh 34:17-21, gambaran pemenuhan janji Allah Yeh 34:22-29 dan penutup sebagai penegasan atas kekuasaan Allah sebagai penguasa Israel Yeh 34:30-31. Bagian pertama Yeh 34:1-2, yaitu pengantar menceritakan tentang Allah Yahwe yang bersabda kepada Nabi Yehezkiel untuk mengatakan pada para gembala masa lalu yang telah gagal dalam memikul tanggung jawab atas kawanan-Nya Bergant dan Karris, 2002: 607. Para gembala masa lalu dalam hal ini adalah para pemimpin bangsa Yahudi yang telah berkhianat dari Yahwe. 19 Berkhianat dalam hal ini berarti penyembahan kepada berhala saat mereka berada di pembuangan Babel Bergant dan Karris, 2002: 595. Allah Yahwe memerintahkan Nabi Yehezkiel untuk menceritakan tentang apa saja yang dilakukan oleh para gembala masa lalu Yeh 34:2-4 dan apa yang saja yang terjadi pada kawanan domba gembalaannya Yeh 34:5-6. Selain itu juga, Allah Yahwe memerintah Nabi Yehezkiel untuk memberitahu akhir dari gembala- gembala tersebut karena mereka telah gagal memikul tanggung jawab mereka atas kawanan-Nya. Bagian kedua adalah teguran Allah kepada para gembala yang lalai Yeh 34:7-10. Allah menegur mereka yang telah gagal menggembalakan kawanannya dan akan mengambil alih tugas kegembalaannya. Alasan mengapa Allah mengambil alih tugas tersebut karena domba milik-Nya menjadi mangsa dan makanan binatang di hutan serta para gembala menggembalakan dirinya sendiri Yeh 34:8-9. Padahal tugas utama para gembala adalah menggembalakan kawanan domba milik-Nya. Oleh sebab itu, Tuhan Yahwe menegur mereka dengan menyebutkan semua kesalahan para gembala melalui Nabi Yehezkiel. Bagian ketiga berisi tentang gambaran Allah sebagai Gembala Baik Yeh 34:11-16. Gembala yang baik selalu memperhatikan kawanan-Nya Yeh 34:11, mencari yang hilang Yeh 34:12a, membawa mereka keluar dari kegelapan Yeh 34:12b, mengumpulkan mereka dari segala penjuru negeri dan mengembalikan ke tanah airnya Yeh 34:13, serta memberikan segala yang terbaik bagi kawanan- Nya Yeh 34:14. Ia akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya mereka digembalakan Yeh 34:16. Di bagian yang menjadi inti dari perikop ini, 20 bagian yang menggambarkan bagaimana gambaran seorang gembala baik yang pantas dan sesuai untuk melayani dan membimbing umat Allah sendiri. Bagian keempat berisi tentang Allah sebagai hakim atas kawanan domba-Nya Yeh 34:17-21. Pada awalnya, Allah menyapa kawanan domba-Nya dengan mengatakan bahwa Ia akan menjadi hakim atas mereka. Ia akan menjadi hakim antara domba dengan domba dan domba dengan kambing Yeh 34:17. Allah sendiri yang akan membuka penghakiman terhadap domba-domba yang menyalahgunakan kekuasaan mereka dengan mengatakan bahwa yang mementingkan dirinya sendiri akan dihukum dan Allah sendiri yang akan menghakimi mereka Yeh 34:19;22. Bagian kelima berisi tentang gambaran akan pemenuhan janji Allah Yeh 34:23-29. Ia akan menjadi pemimpin atas kawanan-Nya namun juga mengangkat seseorang yang menjadi wakil atasnya. Orang tersebut adalah keturunan Daud sendiri, gembala manusia dan seorang Mesias dari keturunan Daud. Dalam pemerintahan Mesias tersebut, digambarkan bagaimana suasana negeri yang dipimpin oleh orang tersebut. Suasana negeri yang tenteram, damai dan bebas dari segala bahaya. Setiap orang dapat hidup dengan tenang dan berdampingan satu dengan yang lainnya. Allah akan memberikan berkat dan kelimpahan yang besar atas umat-Nya serta Allah menjanjikan sebuah negeri bagi umat-Nya. Kemudian perikop ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah, Yahwe, akan selalu menyertai mereka karena mereka adalah umat-Nya Yeh 34:30. Ia menegaskan bahwa Israel adalah kawanan domba milik-Nya dan Ia adalah Allah mereka Yeh 34:31. 21 c. Injil Yohanes Yoh 10:1-18 Dalam perikop ini, yang menjadi penekanan ialah gambaran gembala yang baik ada dalam pribadi Yesus sendiri. Yesus digambarkan sebagai Sang Gembala Baik yang memberikan nyawa-Nya, mengenal kawanan-Nya serta mau merangkul domba yang tersesat. Di bawah ini, penulis memberikan penjelasan tentang gambaran Yesus sebagai Sang Gembala Baik menurut injil Yohanes 1 Yesus selalu memimpin di depan kawanan dan kawanan mengikuti Dia Yoh 10:4 Seorang gembala yang baik selalu berjalan di depan kawanannya dan menunt un mereka ke padang rumput dan sumber air yang segar D‟Souza, 2007: 31. Di Palestina, gembala tidak menggiring domba dari belakang. Gembala berjalan di depan, sedang domba-domba mengikutinya dari belakang St.Darmawijaya, 1987: 122. Biasanya seorang gembala memanggil kawanannya dengan siulan tertentu atau seruan khusus dan dengan sendirinya kawanan domba mengikuti suara atau siulan tersebut. Kawanan domba sangat mengenal suara gembalanya dan jika ada domba yang kurang memperhatikan, acungan tongkat gembala akan menyadarkan domba tersebut. Begitu pun gambaran seorang gembala dalam diri Yesus, Ia selalu berjalan di depan kawanan dan kawanan selalu mengikuti diri-Nya. Yesus tidak menuntun kawanan-Nya dari belakang namun ia selalu berjalan di depan kawanan untuk menunjukkan jalan yang benar. Yesus selalu mengingatkan kawanan-Nya, ketika kawanan melupakan diri-Nya. Ketika diri-Nya memanggil, kawanan-Nya tahu kalau itu adalah suara milik-Nya. 22 2 Yesus adalah pintu dan orang yang tidak masuk melewati Dia adalah pencuri Yoh 10:7-8 Hal ini tidak dapat diartikan secara harafiah sebagai sebuah pintu, namun sebagai batas antara luar kandang dengan dalam kandang. Karena pada jaman Yesus, tidak ada sebuah pintu yang membatasi antara dalam kandang dengan luar kandang dan bentuk kandang domba hanya sebuah ladang luas yang dipagari dengan batu yang dibuat oleh gembala sendiri atau berada dalam gua-gua yang ada di tengah padang gurun. Biasanya seorang gembala selalu berjaga dan tidur di depan kandang untuk menjaga kawanannya, sehingga domba aman dari para pencuri atau binatang liar. Oleh sebab itu, dapat digambarkan bahwa Yesus sebagai batas pintu antara bagian luar dengan dalam dan bagi yang tidak masuk melewati dirinya pintu adalah seorang pencuri. Hal ini pun, memberikan rasa aman dan tenang bagi kawanan domba, karena sang gembala selalu berjaga di dekat mereka. 3 Yesus adalah pintu dan orang yang melewati Dia sampai pada keselamatan Allah Yoh 10:9 Biasanya pada masa dahulu, jika domba-domba ingin masuk atau keluar ke kandang, mereka harus melewati gembala yang telah bersiap dengan gada atau tongkat di depan pintu, untuk menghitung apakah kawanannya telah terkumpul semua atau belum. Dari pernyataan inilah, diartikan bahwa siapa yang melewati Yesus pintu akan mendapatkan keselamatan kandang dan yang mendapatkannya tentu saja adalah kawanan domba-Nya umat-Nya. Selain itu juga, biasanya seorang gembala selalu membukakan pintu bagi kawanannya saat akan masuk ke padang rumput yang baru. Jika hal itu terjadi, 23 kawanan domba akan segera berdiri dan berlari berdesakan menuju ke pintu, karena mereka tahu bahwa mereka akan dibawa kepada padang rumput yang lebih segar, subur dan menenteramkan mereka. Pada saat itu, perasaan bahagia luar biasa akan dirasakan oleh seluruh anggota kawanan. Perasaan di mana mereka selalu merasa bahagia saat bersama sang gembala. 4 Yesus rela memberikan nyawa bagi kawanan-Nya Yoh 10:11 Sebagai seorang gembala, Yesus rela memberikan nyawa bagi kawanan-Nya. Ia memberikan diri-Nya dengan benar-benar total, karena domba-domba pengikut-Nya hanya percaya kepada-Nya saja. Bagi domba, sang gembala adalah pemimpin yang dapat memberikan kebahagian dan kesejahteraan sejati. Bukti nyata atas totalitas Yesus dalam mencintai pengikut-Nya domba ditunjukkan dengan kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya, serta selalu menyertai mereka hingga akhir jaman. 5 Yesus mengenal dan dikenal kawanan-Nya Yoh 10: 14 Maksudnya ialah seorang gembala mengenal siapa yang dia gembalakan dan dikenal oleh mereka yang dia gembalai. Hubungan antara gembala dengan kawanan, bahkan dengan setiap domba, amat akrab. Mereka mengenal satu per satu, bahkan sering memberi nama pada mereka St.Darmawijaya, 1987: 122. Gembala mengenal bagaimana pribadi dari domba gembalaannya, kekurangan yang dimiliknya, kelebihan yang ada padanya dan bagaimana cara mendekatinya. Seorang gembala tahu akan hal ini dan inilah yang menjadi inti kedekatannya dengan domba milikinya. 24 Begitu juga dengan domba, mengenal suara pemiliknya, bukan berarti hanya sekedar tahu, tetapi memiliki hubungan yang akrab dan dekat dengan pemiliknya. Mereka tidak akan pernah jauh dari gembalanya dan selalu berada di samping gembalanya. Jika gembala miliknya memanggil dirinya, ia akan segera meloncat dan berlari ke arah suara tersebut. Domba memang binatang yang bodoh dan mudah tersesat tetapi mereka mempunyai sebuah kelebihan yaitu mampu mengenali suara dari gembalanya. Biasanya domba-domba dewasalah yang mampu mengenali suara gembalanya dengan baik. Sedangkan domba-domba yang belum dewasa kurang mampu mengenali suara gembalanya dengan baik. Anak- anak domba yang masih muda mengikuti domba yang telah dewasa untuk bisa mengenali suara gembala mereka. Ketika gembala memanggil maka domba- domba yang dewasa akan mengenali suara tersebut, lalu domba-domba yang lebih muda akan mengikuti mereka. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa mengenali suara bukan berarti hanya sekedar mengenal saja, namun mengenal keseluruhan pribadi dari setiap anggota serta mengasihinya. 6 Yesus mengenal dan dikenal oleh Bapa Yoh 10:15 Seorang gembala pun harus mengenal Tuhan Bapa, mempunyai hubungan yang erat dan akrab dengan Tuhan. Sebab sumber kekuatan seorang gembala adalah kepercayaan dan doa kepada Tuhan. Segala tindakan yang dilakukan oleh sang gembala harus mengandalkan Tuhan. 25 7 Yesus mau menerima domba-domba yang tersesat menjadi satu kawanan Yoh 10:16 Sebagai seorang gembala, ia harus terbuka dan mau menerima domba-domba yang tersesat dan menjadikannya satu kawanan dengan miliknya. Ia tidak boleh menelantarkan domba lain yang tersesat, namun ia harus merangkul, menggendong dan menjadikan domba tersebut milik kepunyaannya sendiri.

5. Sifat-Sifat Seorang Gembala Baik

Seorang gembala yang baik memiliki banyak sifat yang baik dan dapat ditiru oleh setiap orang. Sifat-sifat itu, antara lain; a. Kawanan adalah pusat segalanya Bagi seorang gembala yang baik, kawanan merupakan segalanya baginya. Mereka adalah fokus dari keberhasilan dirinya dalam mengelola sebuah peternakan. Segala pikiran dan hidupnya hanya dipenuhi dengan domba gembalaannya. Ketika kawanannya menghadapi berbagai bahaya dalam perjalanan, ketika mereka bertambah kuat, gembala dengan setia menunaikan tugasnya D‟Souza, 2007: 28. b. Selalu siap dan hadir di tengah kawanan Gembala selalu bersama kawanannya dan senantiasa siap apabila mereka membutuhkan dirin ya D‟Souza, 2007: 30. Ia membimbing kawanan dengan sabar dan dengan kehadiran dirinya kawanan merasa tenang, meskipun kawanan harus melewati lembah kekelaman, di mana setiap saat bahaya mengintai mereka. 26 Namun dengan sosok gembala yang hadir dan selalu siap melindungi mereka, kawanan akan merasa tenang. c. Mengenal kawanannya Gembala mengetahui nama setiap kawanannya dan secara pribadi memanggil masing- masing dengan namanya D‟Souza, 2007: 29. Ia memanggil kawanannya dengan kekhasan yang masing-masing anggota miliki. Ia mengetahui segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki mereka, namun ia tetap mencintai mereka dengan penuh. Ia tidak membeda-bedakan mereka, namun mencintai mereka dengan cara yang sama dan kasih yang sama besar. Bagi seorang gembala, kawanan merupakan subyek, bukan obyek. d. Dapat dipercaya. Sang tuan akan merasa aman menyerahkan ternaknya kepada seorang gembala yang jujur, tekun dan pekerja keras, bukan karena pendidikannya yang tinggi atau pengalamannya yang banyak. Selain tuan yang percaya kepada gembala, kawanan pun akan sangat percaya kepada seorang gembala yang mampu dipercaya. Mereka akan mengikuti seorang gembala yang dapat mereka percaya. e. Seorang yang pekerja keras Gembala yang baik akan mencarikan rumput terbaik, padang rumput yang subur dan sungai yang tenang bagi kawanan gembalanya. Gunung tinggi nan terjal tidak akan menjadi halangan baginya untuk mendapatkan rumput dan air yang segar bagi domba gembalaannya. Tetapi seorang gembala yang malas dan egois, 27 sering memotong jatah makanan ternaknya, menyuruh ternaknya mencari makanan sendiri serta meninggalkan mereka sendirian saat ada bahaya datang. f. Pribadi yang melindungi dan berani Gembala yang baik akan menjaga kawanannya dari kemungkinan gangguan yang mengancam, entah itu singa, serigala atau beruang. Upaya memberikan perlindungan dan rasa aman pada ternak menjadi tanggung jawab yang besar. Penggembala akan menghalau segala kemungkinan serangan yang mengancam keselamatan ternaknya walaupun itu harus mengorbankan nyawanya sendiri. Ia berani mengorbankan nyawa menghadapi bahaya apapun yang menyerang, asalkan kawanannya selamat. Biasanya saat seorang gembala menggembalakan kawanannya, ia selalu membawa tongkat atau gada untuk melindungi kawanan dan dirinya sendiri. Selain itu juga, seorang gembala yang baik akan menghalau dan mencegah ternaknya melakukan kesalahan, tidak membiarkan ternaknya berbuat salah, contohnya ketika ternaknya mendekati pagar tanaman segera penggembala menghalaunya. Jika ada rumput beracun, sang gembala segera mencabutnya atau saat salah satu kawanannya hilang, ia akan segera mencari dan berusaha menemukannya.

6. Kualitas Seorang Gembala Baik

Menurut Vanier 2009: 255 untuk menjadi seorang gembala yang baik orang tidak harus sempurna karena tidak ada yang sempurna. Menjadi seorang gembala yang baik, berarti menjadi seorang yang rendah hati, terbuka, mampu mengakui 28 kesalahannya dan mengenal setiap kekurangan yang ia miliki, serta mampu untuk meminta maaf jika memiliki kesalahan. Selain itu juga, seorang gembala diharapkan dapat menjadi seorang pemimpin yang baik karena kawanan domba sangat mengandalkan dirinya. Ia harus menjadi seorang pribadi yang kuat, tekun, pekerja keras dan selalu sabar dalam membimbing domba-kawanannya. Kepercayaan dari kawanannya merupakan dasar dari segala penggembalaan Vanier, 2009: 254. Kepercayaan dapat dimiliki seorang gembala jika ia mampu untuk menjadi pemimpin yang baik. Bagi Vanier, menjadi seorang gembala yang baik adalah berani keluar dari kungkungan egoisme agar dapat memberikan perhatian kepada kawanannya, menyatakan kepada mereka keindahan dan arti mereka, serta membantu mereka untuk berkembang dan menjadi hidup sepenuhnya Vanier, 2009: 257.

7. Fungsi Penggembalaan

Dalam mendampingi domba-kawanannya, tentu seorang gembala melalui proses pengembalaan yang tidak mudah dan lama. Ia harus memahami, mengerti, menyembuhkan serta mendorong kawanannya untuk tetap maju. Proses penggembalaan ini pun memiliki fungsi yang cukup penting, seperti yang dikutip oleh Howard Clinebeel dari William A. Clebsch dan Charles R. Jaekle dalam ringkasan sumber-sumber dari Sejarah Gereja 2002: 53-54, mengungkapkan bahwa ada lima fungsi penggembalaan: 29 a. Menyembuhkan Healing Adalah suatu fungsi penggembalaan yang terarah untuk mengatasi kerusakan yang dialami orang dengan memperbaiki orang itu menuju keutuhan dan membimbingnya ke arah kemajuan di luar kondisinya terdahulu. b. Mendukung Sustaining Adalah suatu fungsi di mana menolong orang yang sakit terluka agar dapat bertahan dan mengatasi suatu kejadian yang terjadi pada waktu yang lampau, di mana perbaikan atau penyembuhan atas penyakitnya tidak mungkin lagi diusahakan atas kemungkinannya sangat tipis sehingga tidak mungkin lagi diharapkan. c. Membimbing Guiding Adalah suatu fungsi di mana dapat membantu orang yang berada dalam kebingunan dalam mengambil pilihan yang pasti meyakinkan di antara berbagai pikiran dan tindakan alternatif atau pilihan, pilihan yang dipandang mempengaruhi keadaan jiwa mereka sekarang dan pada waktu yang akan datang. d. Memulihkan Reconciling Adalah suatu fungsi di mana adanya usaha untuk membangun hubungan yang rusak kembali di antara manusia dan sesamanya dan di antara manusia dengan Allah. e. Memelihara atau mengasuh Nurturing Fungsi ini merupakan suatu sifat yang mendasar dan motif yang tetap ada dalam sejarah Gereja. Fungsi ini merupakan suatu fungsi yang memampukan orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah kepada 30 mereka, di sepanjang perjalanan mereka dengan segala lembah-lembah, puncak- puncak dan dataran-datarannya.

B. Inspirasi Spiritualitas Gembala Baik Bagi Pendampingan Personal

Sebelum mengulas lebih dalam tentang inspirasi apa saja yang dapat diambil dari Spiritualitas Gembala Baik bagi pendampingan personal, terlebih dahulu, penulis akan mengulas tentang pendampingan personal itu sendiri. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada uraian di bawah ini;

1. Pengertian Pendampingan Personal

Berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia, pendampingan 2005: 234 adalah proses, cara, perbuatan mendampingi, sedangkan personal 2005: 863 adalah bersifat pribadi atau perseorangan. Dari kedua hal ini, penulis menarik kesimpulan bahwa pendampingan personal adalah proses, cara atau perbuatan seseorang mendampingi orang lain secara pribadi.

2. Fungsi Pendampingan Personal

Dalam mendampingi tentu setiap guru harus melalui proses yang panjang, namun setiap proses yang dilalui memiliki tujuan yang jelas, yaitu semakin berkembangnya dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Setiap proses pendampingan diciptakan untuk memberikan dampak positif serta memperlancar berjalannya proses pendampingan, terutama untuk proses pendampingan personal. Hal ini tentu sejalan dengan pendapat dari Prayitno dan Erman Amti 2004: 196 yang mengatakan bahwa 31 Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besanya terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang menjadi fokus pelayanan yang dimaksud. Sejalan dengan hal tersebut, pendampingan personal memiliki berbagai macam fungsi dalam dunia pendidikan ditinjau dari kegunaan, manfaat atau keuntungan yang diperoleh, antara lain: a. Fungsi Pemahaman Fungsi pemahaman dalam pendampingan personal, tidak hanya sekadar mengenal diri siswa, melainkan lebih jauh lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi siswa, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungan siswa sendiri Prayitno dan Erman Amti, 2004: 197. Pemahaman guru tentang siswa akan menjadi bahan acuan baginya dan pihak lain, terutama orang tua, untuk memahami siswa lebih baik. Tanpa pemahaman terhadap masalah, penanganan terhadap masalah itu tidak mungkin dilakukan. Oleh sebab itu, fungsi pemahaman menjadi tugas yang paling awal dalam setiap penyelenggaraan proses pendampingan personal bagi setiap anak. b. Fungsi Pencegahan Jika siswa dalam proses perkembangnya tidak mengalami suatu masalah, maka besar kemungkinan ia dapat berkembang dengan baik dalam setiap tahap perkembangannya. Akan tetapi, bila anak mengalami suatu masalah pada salah satu masa perkembangan, tentu ia akan mengalami kesulitan dalam menempuh 32 tahap perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, diharapkan anak dapat melalui setiap tahap perkembangannya dengan baik. Sehubungan dengan hal di atas, pendidikan pun memiliki fungsi pencegahan. Fungsi ini berguna untuk mencegah sesuatu hal yang tidak diharapkan di masa depan dan mengurangi kemungkinan yang buruk. Upaya pencegahan memang telah disebut orang sejak puluhan tahun yang lalu. Pencegahan diterima sebagai sesuatu yang baik dan perlu untuk dilaksanakan Prayitno dan Erman Amti, 2004: 202. Berkaitan dengan hal di atas, dalam pendidikan luar biasa, fungsi pencegahan ini kurang begitu berperan terutama untuk fisik, karena sebagian besar telah mengalami kecacatan, sebelum atau setelah dilahirkan. Namun jika fungsi ini diterapkan dalam suatu proses pendidikan dengan tujuan untuk pencegahan di masa depan, terutama untuk proses interaksi mereka dengan orang lain, tentu akan sangat membantu. Misalnya saja, anak yang tunarungu yang sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jika diajarkan bahasa isyarat dengan baik dan benar, seperti mengucapkan selamat pagi atau bertanya siapa nama dan dari mana asalnya, tentu anak akan mengalami perkembangan. Perkembangan dalam hal ini bukan hanya berkembang secara kognitif, namun afektif dan psikomotoriknya mereka juga. c. Fungsi Pemeliharaan Apa bila berbicara tentang “pemeliharaan” maka pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar 33 hal-hal tersebut bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah daripada waktu-waktu sebelumnya Prayitno dan Erman, 2004: 215. Hal-hal yang dapat dinyatakan dalam fungsi ini, antara lain; intelegensi, bakat, minat seseorang, sikap atau kebiasaan yang baik, cita-cita, kesehatan rohani dan jasmani, hubungan dengan orang lain, serta lingkungan kehidupan seseorang. Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada dalam diri setiap individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini Prayitno dan Erman, 2004: 215. Seperti seorang petani yang selalu menjaga tanaman padinya dengan baik. Ia selalu menjaga apakah kebutuhan air sudah terpenuhi, apakah ada hama yang menggangu tanaman atau adakah tanaman liar yang menggangu. Begitu pun dalam dunia pendidikan, guru bertugas menjaga anak-anaknya. Ia selalu memperhatikan apakah perkembangan anak terhambat atau tidak. Jika ada hambatan, apakah yang penyebab hambatan tersebut dan mencari cara untuk menyelesaikannya dengan baik. Hal ini pun tidak jauh beda dengan pendidikan luar biasa, guru pun selalu memantau perkembangan anak. Guru selalu melihat perkembangan anak setiap hari, apa saja yang sudah dipelajarinya, apa yang sudah ia kuasai dan belum dikuasainya, dan kalau mengalami suatu kemunduran pada diri anak, apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya. 34 d. Fungsi Pengembangan Berbicara tentang fungsi pemeliharaan, tentu saja akan berbicara juga tentang fungsi pengembangan. Alasannya karena fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan, ibarat dua sisi mata uang logam. Jika satu sisi cacat, maka sisi yang lain tidak bernilai Prayitno dan Erman, 2004: 215. Dalam kamus bahasa Indonesia 2007: 538, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan; pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki. Fungsi pengembangan pada dasarnya merupakan tujuan umum dari seluruh upaya pelayanan pemuliaan manusia Prayitno dan Erman, 2004: 217. Selain itu juga, fungsi ini pun dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan dan program yang ada. Dalam dunia pendidikan, fungsi ini sangat berperan penting di dalamnya. Guru berperan memelihara apa yang baik di dalam diri setiap anak. Seperti halnya fungsi pemeliharaan, fungsi pengembangan pun bertujuan untuk menjaga intelegensi yang dimiliki anak, bakat yang ada di dalam diri seseorang, minat seseorang, sikap atau kebiasaan yang baik, cita-cita, kesehatan rohani dan jasmani, hubungan dengan orang lain, serta lingkungan kehidupan seseorang. Guru berusaha sebaik mungkin untuk mengembangkan hal baik yang sudah terbentuk atau telah ada sebelumnya, sehingga anak semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Selain itu juga, fungsi pengembangan pun tidak dapat dipisahkan dari fungsi- fungsi sebelumnya, karena fungsi ini merupakan salah satu kunci agar proses pendampingan berjalan dengan baik. Setiap proses tentu memiliki suatu tujuan 35 dan tujuan tersebut tentu menuju ke arah perkembangan anak. Oleh sebab itu, fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan dari fungsi-fungsi lain dalam konteks pendampingan personal.

3. Teknik-Teknik dalam Pendampingan Personal

Dalam pendampingan personal, ada bermacam-macam teknik yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendampingi siswa Winkel, 1987: 263, antara lain: a. Rencana studi mandiri Independent Study Plan Dalam pendampingan personal, pertama-tama guru membuat suatu rencana mengenai apa yang akan dipelajari dan pencapaian apa yang ingin didapatkan selama proses. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai motivator bagi anak, namun segala keberhasilan dalam proses pembelajaran yang menentukan adalah anak sendiri. Untuk membuat suatu rencana mengenai apa yang ingin dicapai, guru harus terlebih dahulu melihat daya penangkapan dan kekurangan yang dimiliki oleh anak, agar tujuan pembelajaran lebih jelas dan hasil lebih optimal. Begitu pun dalam membimbing anak yang berkebutuhan khusus, setiap guru terlebih dahulu memahami latar belakang, kekuatan dan kekurangan dari setiap anak. Baru kemudian membuat rencana atau program yang ingin dicapai oleh mereka. b. Program belajar yang berpusat pada siswa Learned Centered Program Dalam pendampingan personal, yang menjadi pusat dan inti dari proses belajar mengajar, bukanlah guru melainkan anak sendiri. Segala proses berjalannya suatu pendampingan serta keberhasilan proses pendampingan bukan