Rp 2,3 triliun dan menunggak pembayaran kewajiban BHP Frekuensi. Setelah ada persetujuan aksi korporasi tersebut, Axis akhirnya bersedia melunasi BHP
senilai Rp 1 triliun pada akhir Desember 2013. b.
Masalah kepemilikan blok 3G menjadi alasan XL Axiata untuk mengakuisisi Axis. XL Axiata berhasil melakukan akuisisi terhadap Axis, XL Axiata
memiliki 3 blok frekuensi 3G dari 12 blok yang sudah tersedia. Aksi korporasi ini dilakukan karena di Indonesia masalah frekuensi sebagai salah satu alat
untuk bersaing di masa depan sehingga akusisi dilakukan XL Axiata demi mengembangkan XL di Indonesia.
Hal di atas didukung oleh teori tentang alasan melakukan akuisisi menurut Mudrajad 2001 adalah1 meningkatkan market power. Akuisisi dimaksudkan
untuk mengurangi keseimbangan kompetisi industri. Dan 2 meningkatkan kecepatan ke pasar.
4.2.2 Faktor-Faktor yang Menentukan Keberhasilan Perusahaan Melakukan Merger dan Akuisisi
4.2.2.1 Faktor-Faktor yang Menentukan Keberhasilan PT. SMARTFREN TELECOM Tbk. Melakukan Merger
Merger PT Smart Telecom dan PT Mobile-8 Telecom Tbk. memiliki beberapa halangan namun karena usaha dan kerja keras perusahaan maka merger
tersebut dapat terjadi sehingga terbentuklah PT. Smartfren Telecom Tbk. Berikut adalah faktor yang menentukan keberhasilan PT. Smartfren Telecom Tbk.
melakukan merger:
Universitas Sumatera Utara
a. Merger antara PT Smart Telecom dan PT Mobile-8 Telecom Tbk. terganjal
masalah kepemilikan lisensi. Mobile-8 memiliki lisensi ganda berupa seluler dan fixed wireless access FWA, sementara Smart menjadi operator yang
bekerja di frekuensi code division multiple access CDMA 1.900 MHz sehingga mengalami kesulitan untuk mengakuisisi pelanggan operator lainnya.
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia BRTI menegaskan bahwa tidak ada lisensi bersama dalam industri telekomunikasi, yang ada adalah sharing
resources antar operator tetapi tidak mengurangi kewajiban pembangunan pada
modern licensing masing-masing. Kedua operator pun diminta perlu menjabarkan kerja sama penggunaan lisensi tersebut karena lisensi adalah
milik individual operator. Sumber bisnis di kalangan regulator industri telematika mengatakan merger antara Smart dan Mobile-8 ini dibahas dalam
rapat pleno Badan Regulasi dan Telekomunikasi Indonesia BRTI. Perseroan bergantung pada ijin operasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika untuk provisi layanan telekomunikasi telepon selular termasuk jaringan operasi dan utilisasi dari alokasi frekuensi spektrum. Perseroan
memiliki ijin untuk menyediakan layanan dasar telekomunikasi melalui jaringan selular CDMA2000 1X dengan jangkauan nasional. Pemerintah telah
menyesuaikan ijin regional dengan anak perusahaan perseroan terdahulu serta memberikan ijin operasi untuk akses telepon selular. Ijin operasi telepon
selular memberikan kemudahan bagi perseroan untuk menyediakan layanan telepon selular secara nasional dan berlaku untuk jangka waktu yang tidak
Universitas Sumatera Utara
terhingga, tergantung dari kepatuhan perseroan pada peraturan yang relevan dan klausul-klausul dalam ijin tersebut.
b. Setelah pelaksanaan akuisisi, Smartfren mengalami pertumbuhan jumlah
pelanggan sekitar 8,3 selama periode 9 sembilan bulan tahun 2011 dari 6,341 juta pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi 6,869 juta pada tanggal 30
September 2011. ARPU bulanan perseroan mengalami penurunan antara tahun 2008 dan sembilan bulan yang berakhir tanggal 30 September 2011 terutama
disebabkan oleh i tingginya kompetisi di pasar sehingga terjadi penurunan tarif pada industri; dan ii peningkatan penetrasi dari pasar yang menyebabkan
peningkatan jumlah pelanggan baru dengan tingkat pemakaian yang lebih rendah.
c. Beberapa fakta bahwa Grup Sinarmas merger dengan Mobile-8. Jika Mobile-8
dan Smartel beroperasi sendiri, maka masing-masing perusahaan akan kalah bersaing dengan perusahaan telekomunikasi lainnya, karena ukuran kedua
perusahaan terlalu kecil, bahkan untuk ukuran perusahaan telekomunikasi di pasar CDMA. Tapi setelah kedua perusahaan merger maka diperoleh sebuah
perusahaan dengan total aset Rp 11.8 trilyun per 31 Agustus 2011 dan nilai pasar Rp 6.7 trilyun.
Hal di atas didukung oleh teori Moin 2003 menjelaskan keunggulan dan manfaat aktivitas merger dan akuisisi yaitu 1 mendapatkan pelanggan yang telah
ada tanpa harus merintis lebih awal. Keputusan merger dan akuisisi akan menyebabkan perusahaan bidder memperoleh pasar yang sebelumnya dikuasai
oleh perusahaan target, sehingga secara tidak langsung juga akan menguasai
Universitas Sumatera Utara
pelanggan yang telah ada. 2 Memperoleh kemudahan danapembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
Penggabungan usaha merger dan akuisisi akan menjadikan kondisi keuangan perusahaan lebih mapan dalam hal ini adanya peningkatan aset atau sejenisnya.
4.2.2.2Faktor-Faktor yang Menentukan Keberhasilan PT. XL AXIATA Tbk. Melakukan Akuisisi
Proses akuisisi PT. XL AXIATA Tbk. terhadap AXIS memiliki hambatan dan membuat manajemen putus asa.Namun XL AXIATA pantang menyerah dan
terus berupaya agar akuisisi dan merger tersebut bisa terwujud. Perseroan juga mengharapkan dapat menciptakan suatu perusahaan telekomunikasi yang lebih
terintegrasi sehingga mampu mempertahankan kelangsungan industri yang memberikan keuntungan kepada pelanggan. Berikut adalah faktor-faktor
keberhasilan PT. XL AXIATA Tbk. melakukan merger dan akuisisi: a.
Akuisisi PT. XL AXIATA Tbk. terhadap AXIS Telecom Indonesia terganjal oleh UU No. 5 tahun 1999 pasal 26, tentang Persaingan Usaha karena kedua
perusahaan sama-sama bergerak di bidang telekomunikasi sehingga sulit bagi Axiata untuk menempuh aksi korporasi tersebut. Sebab di Indonesia, satu
perusahaan tidak diperbolehkan mempunyai dua merek dagang di bidang yang sama. Dalam masalah ini, XL Axiata tidak dibenarkan untuk menjadi satu
perusahaan yang menguasai kepemilikan XL dan Axis secara bersamaan. XL menguasai frekuensi seluler di spektrum 900 MHz, 2.100 MHz, dan 1.800
MHz, baik untuk 2G maupun 3G. Sedangkan Axis memiliki dua frekuensi di
Universitas Sumatera Utara
spektrum 1800 MHz dan 2100 MHz. Setelah proses persetujuan yang panjang dan rumit PT XL Axiata Tbk. mendapatkan persetujuan untuk mengakuisisi PT
Axis Telecom. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha KPPU telah menyetujui XL mengakuisisi Axis. Kesepakatan ini ditandai dengan
penandatangan dokumen penyelesaian transaksi pada tanggal 19 Maret 2014 antara XL dan Saudi Telecom Company. Penyelesaian proses akuisisi ini
dicapai setelah XL memperoleh seluruh persetujuan yang dipersyaratkan sebelumnya dalam Perjanjian Jual Beli Bersyarat Conditional Sales Purchase
Agreement -CSPA, yang meliputi:
a Persetujuan dari Kementerian Informasi dan Komunikasi Kemenkominfo
b Persetujuan pemegang saham XL melalui RUPSLB
c Pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan OJK
d Pernyataan tidak ada keberatan dari Bursa Efek Indonesia
e Persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM untuk
rencana akuisisi. f
Persetujuan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU terhadap rencana akuisisi dan merger XL–AXIS. Dari aspek ekonomi, merger XL-
AXIS mendorong pendapatan negara melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP sektor telekomunikasi meningkat.
b. XL mengakuisisi Axis menambah jumlah pelanggan, XL dari semula 49,1 juta
menjadi 66,1 juta pada akhir triwulan pertama tahun 2013.Ini mewakili sekitar 21 pangsa pasar industri seluler domestik.
Universitas Sumatera Utara
c. Sejumlah pakar dan ahli telekomunikasi menilai merger dan akuisisi
merupakan solusi tepat untuk menyelamatkan PT Axis Telekom Indonesia dari kebangkrutan dan pelanggan, serta mendorong industri lebih sehat, juga
sumber pemasukan bagi negara. d.
Pasca merger, manajemen XL dan AXIS memiliki kinerja lebih baik jika dibandingkan dengan periode ketika XL dan AXIS masih bergerak sendiri-
sendiri. Berdasarkan prospektus resmi terkait merger XL dan AXIS, kedua perusahaan menikmati peningkatan kinerja yang lebih baik. Ini terlihat pada
rata-rata pendapatan XL setiap tahunnya tumbuh sekitar 8,4 dibandingkan dengan rata-rata pendapatan XL tanpa akusisi yang setiap tahunnya hanya
tumbuh sekitar 7,2 saja. Dengan merger dan akuisisi, maka laba bersih XL mencapai Rp 3,5 triliun setiap tahun. Sementara bottom line XL tanpa merger
rata-rata hanya sekitar Rp 3,2 triliun setiap tahun. e.
Bagi para pemegang saham mendapatkan keuntungan dari pembagian dividen XL dari penggabungan dua perusahaan telekomunikasi ini. Sebab dengan
meningkatnya kinerja XL pasca merger, maka rata-rata laba bersih saham atau earning per share
EPS XL setiap tahun sebesar Rp 405 saham. Bandingkan dengan rata-rata EPS XL tanpa merger yang sebesar Rp 378 saham.
Hal di atas didukung oleh teori Moin 2003 menjelaskan keunggulan dan manfaat aktivitas merger dan akuisisi yaitu 1 mendapatkan pelanggan yang telah
ada tanpa harus merintis lebih awal. Keputusan merger dan akuisisi akan menyebabkan perusahaan bidder memperoleh pasar yang sebelumnya dikuasai
oleh perusahaan target, sehingga secara tidak langsung juga akan menguasai
Universitas Sumatera Utara
pelanggan yang telah ada. 2 Mendapatkan cash flow dengan cepat karena produk dan pasar telah jelas. Ketika perusahaan melakukan keputusan merger dan
akuisisi, maka bidder akan memperoleh pasar dari yang telah dikuasai oleh perusahaan target. 3 Memperoleh kemudahan danapembiayaan karena kreditor
lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. Penggabungan usaha merger dan akuisisi akan menjadikan kondisi keuangan perusahaan lebih
mapan dalam hal ini adanya peningkatan aset atau sejenisnya.
4.2.3 Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Melakukan Merger dan Akuisisi