11 tepung daun sirih dalam mengurangi jumlah sel somatis dalam susu sebagai
indikator adanya infeksi bakteri penyebab mastitis subklinis. Metode Breed dilakukan dengan mengambil 0.01 ml sampel susu menggunakan pipet Breed,
disebarluaskan di atas bidang 1 cm
2
di atas gelas objek bebas lemak. Preparat ditunggu kering, lalu di
fiksasi di atas nyala api. Selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan Breed. Setelah dikeringkan, JSSml dapat dihitung dengan bantuan
mikroskop dengan pembesaran 1000 x Sudarwanto dan Sudarnika 2008.
d Pengujian konsentrasi Immunoglobulin G
Pengukuran konsentrasi immunoglobulin bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan level IgG dari selama perlakuan tepung daun sirih.
Konsentrasi immunogobulin diuji dengan metode ELISA Burgess 1995. Plate dicoating dengan anti IgG Bovine 1 : 5000 dalam buffer bicarbonate pH 9.6,
selanjutnya diinkubasi semalam pada tempratur 4
o
C. Masing-masing sumuran dicuci tiga kali dengan 300 µl 0.05 Phosphate buffered saline tween PBST
20, kemudian diblok dengan 0.5 skim milk sebanyak 100 µl PBS, lalu diinkubasi 1 jam pada tempratur 37
o
C. Kemudian dicuci tiga kali dengan 300 µl 0.05 PBST20. Selanjunya, ditambahkan sampel yang telah diencerkan 1 : 1000
dalam PBS, sebagai blanko digunakan PBS. Setelah itu, diinkubasi pada tempratur 37
o
C selama 1 jam. Kemudian dicuci tiga kali dengan 300 µl 0.05 PBST20. Selanjunya conjugat anti IgG peroksidase sebanyak 100 µl dan
diinkubsai pada tempratur 37
o
C selama 1 jam. Setelah itu, dicuci tiga kali dengan 300 µl 0.05 PBST20. Selanjutnya, ditambahkan subtrat dan diinkubasi selama1
jam. Hasil dibaca dengan mikroplat reader pada panjang gelombang 492 nm.
2.2.5 Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam ANOVA berdasarkan rancangan acak lengkap. Jika terdapat perbedaan yang nyata
dilanjutkan dengan Uji Duncan Gasperz, 1994. Rancangan Acak Lengkap RAL, selanjutnya tiap perlakuan berbeda nyata
dilanjutkan dengan uji Duncan Gaspersz, 1991. Model linier yang digunakan sebagai berikut :
Yij = µ +
I
+ ɛ ij
Keterangan : Yij : Rata-rata Hasil Pengamatan dari Parameter pada ke–i dengan ulangan j
µ : Rata-rata pengamatan
I
: Pengaruh Perlakuan ke – i ɛij
: Gajat percobaan dari perlakuan ke- i dan ulangan ke-j
12
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kajian In vitro Penambahan Tepung Daun Sirih Dalam Ransum Sapi
Perah Sebagai Antimastitis Terhadap Aktivitas Antibakteri, Fermentabilitas dan Daya Hidup Mikroorganisme Rumen
3.1.1 Aktivitas antibakteri Tepung Daun Sirih Terhadap Staphylococcus sp.
Perlakuan level tepung daun sirih dalam ransum berpengaruh nyata P0.05 pada pengujian daya hambat terhadap Staphylococcus sp. sebelum fermentasi.
Hasil pengujian aktivitas antibakteri tepung daun sirih dengan level 0, 2, 4, 6, dan 8 dalam masing-masing menghasilkan diameter hambat 0.0, 3.9, 15.9, 18.1, dan
22.0 mm. Diameter hambat tersebut seiring dengan penambahan level tepung daun sirih Tabel 2. Adanya diameter hambat tersebut diakibatkan oleh zat aktif
yang terkandung dalam daun sirih yang bersifat antibakteri. Tabel 3 Rataan diameter zona hambat tepung daun sirih terhadap bakteri
Staphylococcus sp. Pra Fermentasi Rumen
Pasca Fermentasi Rumen Level
Tepung Daun Sirih
Diameter Hambat mm
Level Tepung Daun Sirih
Diameter Hambat mm
0.0 ± 0.0a 0.0 ± 0.0a
2 3.9 ± 3.62a
2 16.1 ± 1.92b
4 15.9 ± 3.64b
4 15.3 ± 1.64b
6 18.1 ± 1.40bc
6 15.8 ± 1.14b
8 22.0 ± 2.88c
8 14.6 ± 0.87b
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 uji selang berganda Duncan.
Percobaan Hermawan 2007, mengenai pengaruh ekstrak daun sirih hijau Piper betle L. terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dengan metode difusi disk diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak
daun sirih hijau Piper betle L. mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli yang ditunjukkan dengan adanya zona bening yang terbentuk pada media uji yang dapat diukur. Selanjutnya
Benchaar et al. 2008 melaporkan bahwa carvacrol yang terkandung dalam minyak atsiri dapat membunuh Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa.
13 Setelah dilakukan fermentasi in vitro, level 2 menghasilkan diameter
hambat tertinggi di antara perlakuan tepung daun sirih dalam konsentrat, demikian pula bila dibandingkan dengan kontrol 0 . Sedangkan perlakuan 4, 6,
dan 8 menghasilkan diameter zona bening yang sama pasca fermentasi yaitu masing-masing berturut-turut 15.3, 15.8, dan 14.6 mm. Peningkatan diameter
zona hambat perlakuan 2 setelah fermentasi diduga disebabkan oleh terlepasnya zat aktif dalam proses fermentasi sehingga potensi untuk membunuh bakteri
menjadi lebih tinggi. Sedangkan penurunan diameter zona hambat pada perlakuan 4, 6, dan 8 disebabkan oleh adaptasi bakteri rumen ketika level ditingkatkan
sehingga aktivititas antibakteri daun sirih menurun setelah fermentasi. Penurunan tersebut disebabkan oleh degradasi minyak atsiri di dalam rumen. McIntosh et al.
2003 melaporkan bahwa terjadi resistensi dan sensitivitas pada bakteri rumen ketika ditumbuhkan pada media yang mengandung minyak atsiri.
3.1.2 Pengaruh Penambahan Tepung Daun Sirih Terhadap Produksi
Volatile Fatty Acid VFA
Hasil pengukuran VFA total terhadap pada fermentasi in vitro dengan pemberian rumput gajah dan konsentrat sapi perah yang ditambahkan dengan
tepung daun sirih dengan level yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 1. Penambahan level tepung daun sirih memberikan pengaruh yang nyata P0.05
terhadap rata-rata produksi VFA total di antara perlakuan. Kadar VFA yang tertinggi yaitu pada perlakuan 2, tetapi kadar VFA menurun seiring dengan
penambahan level tepung daun sirih pada level 4, 6, dan 8.
Penurunan kadar VFA total pada perlakuan 4, 6, dan 8 disebabkan oleh kandungan zat aktif antibakteri dari daun sirih yang lebih banyak. Salah satu
kandungan zat aktif yang dominan dan memiliki kemampuan menghambat bakteri adalah eugenol Benchaar et al. 2007. Lebih lanjut Benchaar et al. 2008
Gambar 1 Rataan Produksi VFA total pada fermentasi in vitro rumput gajah dengan konsentrat yang ditambahkan tepung daun sirih dengan
level yang berbeda.