yang mendominasi hutan dan juga musim. Sedangkan kadar air bahan
bakar adalah jumlah kandungan air dalam bahan bakar yang dinyatakan
dalam persentase berat air terhadap berat kotor bahan bakar yang
dikeringkan pada suhu 100 °C.
Tanah Tanah disini meliputi kadar air
dalam tanah dan jenis tanahnya. Cuaca
Meliputi angin, kelembaban relatif, curah hujan, intensitas radiasi dan
suhu udara. Topografi dan kelerengan
Topografi berpengaruh terhadap penjalaran api, dimana daerah yang
tidak rata penyebaran kebakaran tidak teratur dan dapat menyulitkan
pemadaman. Kelerengan tempat mempunyai
pengaruh pada
kecepatan penjalaran api, dimana kecepatan penjalaran api meningkat
setiap kenaikan kelerengan sebesar 10°, sedangkan pada kelerengan
15°-30° dan setiap 10° setelahnya, kecepatan penjalaran api meningkat
dua kali lipat.
2.4 Dampak Kebakaran Hutan
Dampak kebakaran hutan menyangkut berbagai aspek, baik fisik maupun non fisik,
langsung maupun tidak langsung pada berbagai bidang maupun sektor, berskala
lokal, nasional, regional, maupun global. Terhadap lingkungan, dampak kebakaran
hutan secara umum sangat luas, antara lain kerusakan
ekologi, menurunnya
keanekaragaman sumber daya hayati dan ekosistemnya, serta penurunan kualitas
udara. Pada aspek kesehatan dampak kebakaran hutan mempunyai pengaruh pada
penurunan
kualitas lingkungan
hidup kesuburan lahan, biodiversitas, pencemaran
udara, dst., emisi GRK yang selanjutnya menimbulkan
permanasan global
dan perubahan iklim.
Dampak yang
ditimbulkan oleh
kebakaran hutan menurut Syumanda 2003 ada 4 empat aspek yaitu:
1. Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi
2. Dampak Terhadap
Ekologis dan
Kerusakan Lingkungan 3. Dampak Terhadap Hubungan Antar
negara 4. Dampak terhadap Perhubungan dan
Pariwisata Hidayat et al 2003 mengatakan
bahwa akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan tidak hanya
berskala lokal, melainkan berskala nasional dan bahkan berskala regional. Asap yang
timbul dari kebakaran hutan dan lahan dapat mengganggu negara tetangga kita seperti
Singapura dan Malaysia. Untuk itulah berbagai upaya baik pada tingkat nasional,
regional
maupun internasional
sudah dilakukan guna menangatasi kebakaran
hutan dan lahan. Menteri Lingkunan Hidup 1998
menyatakan bahwa
dampak utama
kebakaran hutan dan lahan adalah asap yang mempengaruhi jarak pandang dan kualitas
udara. Akibat pengaruh iklim global El Nino dan iklim lokal rendahnya kecepatan
angin permukaan, asap bertahan cukup lama di atmosfer bagian bawah. Ini
berdampak serius pada kesehatan manusia serta flora dan fauna. Menteri Kesehatan RI,
2003 menyatakan bahwa kebakaran hutan menimbulkan polutan udara yang dapat
menyebabkan penyakit dan membahayakan kesehatan manusia. Berbagai pencemar
udara yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan, misalnya : debu dengan ukuran
partikel kecil PM 10 PM 2,5, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak
nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain. Selain
itu juga
dapat menimbulkan
gangguan jarak pandang penglihatan, sehingga dapat menganggu semua bentuk
kegiatan di luar rumah. Gumpalan asap yang pedas akibat
kebakaran yang melanda Indonesia pada tahun 19971998 meliputi wilayah Sumatra
dan Kalimantan, juga Singapura dan sebagian dari Malaysia dan Thailand. Sekitar
75 juta orang terkena gangguan kesehatan yang disebabkan oleh asap Tacconi, 2003.
Gambut yang terbakar di Indonesia melepas karbon lebih banyak ke atmosfer
dari pada yang dilepaskan Amerika Serikat dalam satu tahun. Hal itu membuat
Indonesia menjadi salah satu pencemar lingkungan terburuk di dunia pada periode
tersebut Tacconi, 2003.
2.5 Titik Panas Hotspot