13
Skema  jaringan  irigasi  tetes  dan  contoh  jaringan  pipa  dapat  dilihat  pada Lampiran  2.  Efesiensi  irigasi  tetes  yang  tergolong  tinggi    adalah  bila  nilai
Emission  of  Uniformity  EU  lebih  besar  dari  85.    Berikut  adalah  rumus  EU menurut Keller dan Bleisner 1990 :
a
q q
v N
EU
min
27 .
1 1
100 
 
 
 
 
............................................ 2
 
 
a n
q n
q q
q q
v 1
.... ..........
2 2
3 2
2 2
1
 
 
 
.................................. 3 Keterangan :
v = variasi debit emiter mm, q
1
, q
2
, q
3
, …q
n
= debit setiap emiter ltjam, n = jumlah emitter, q
a
= debit emitter rata –rata ltjam, q
min
= debit emitter terendah ltjam, dan N = jumlah emitter per tanaman.
C. Kandungan Lengas Tanah
Menurut  Benami  dan  Ofen  1984  tanah  merupakan  penyimpan  air  yang digunakan  oleh  tanaman  untuk  pertumbuhannya.  Sedangkan  menurut  Arsyad
1983, tanah merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas fase padat, cair dan  gas.  Sebagai  produk  alami  yang  heterogen  dan  dinamik,  maka  sifat dan
perilaku tanah berbeda dari suatu tempat dengan tempat lainnya. Air  yang  terkandung  di  dalam  tanah  diklasifikasikan  menjadi  air
higroskopik,  air  kapiler  dan  air  gravitasi.  Pengelompokan  ini  didasarkan  pada konsep dasar potensial air tanah yaitu berdasarkan perbedaan besarnya energi atau
gaya  yang  menahan  air  Richards  dan  Wadleigh,  1952  dalam Herlika  Asriasuri, 1997.
Gaya  yang  menahan  dan  meresapkan  airdalam  tanah  terdiri  dari  gaya adhesi, gaya kohesi dan gaya gravitasi. Air  yang ditahan oleh gaya adhesi antara
tanah  dan  air  sehingga  diserap  oleh  tanah  dengan  sangat  kuat  dan  tidak  dapat digunakan  oleh  tanaman  disebut  air  higroskopik.  Air  kapiler  adalah  keadaan
dimana  gaya  kohesi  dan  gaya  adhesi  lebih  kuat  dari  gaya  gravitasi  sehingga  air tertahan  dalam  pori  – pori  tanah.  Sedangkan  air  gravitasi  adalah  air  yang  tidak
dapat  ditahan  oleh  tanah  sehingga  meresap  kebawah  karena  gaya  gravitasi
14
Hardjowigeno,  1992.  Tersedianya  lengas  tanah  selain  diperoleh  melalui  curah hujan, juga dapat melalui sistem irigasi.
Kapasitas lapang field capacity yaitu jumlah air yang ditahan oleh tanah terhadap  gaya  tarik  bumi  gravitasi.  Pada  keadaan  ini,  kelembaban  tanah  diikat
oleh partikel tanah dengan tegangan matriks kira – kira sebesar 13 atm atau pada pF  2.54.  Air  yang  dapat  ditahan  oleh  tanah  tersebut  terus  menerus  diserap  oleh
akar  tanaman  atau  menguap  sehingga  tanah  makin  lama  makin  mongering  dan pada  suatu  saat  akar  tanaman  tidak  mampu  lagi  menyerap  air  tersebut  sehingga
tanaman menjadi layu kondisi titik layu permanen. Titik layu permanen atau wilting point yaitu keadaan air tanah diperakaran
tananan  dimana  air  tersebut  sudah  tidak  bisa  digunakan  oleh  tanaman  sehingga terjadi  layu  permanen  pada  tanaman.  Kelembaban  tanah  pada  keadaan  ini  diikat
dengan tegangan matriks kira – kira sebesar 15 atm atau pF 4.2. Air  tersedia  yaitu  bagian  air  tanah  yang  terdapat  antara  kapasitas  lapang
dan  titik  layu  permanen.  Antara  kapasitas  lapang  dan  titik  layu  permanen  ini terdapat titik kritis lengas tanah. Apabila lengas tanah berada dibawah titik kritis
maka air didalam tanah tidak dapat lagi diserap oleh akar tanaman. Lengas tanah tersedia  antara  kapasitas  lapang  dan  titik  kritis  lengas  tanah  dinamakan  lengas
tanah  segera  tersedia  atau  RAM  Ready  Avaiable  Soil  Moisture.  Perbandingan antara  kandungan  lengas  tanah  tersedia  total  TAM,  Total  Avaible  Moisture
dengan  RAM  diberikan  oleh  factor  deplesi  p  yang  dipengaruhi  oleh  iklim, evapotranspirasi, jenis tanaman dan tahap pertumbuhan. Berdasarkan data diatas,
air  didalam  tanah  diklasifikasikan  menjdi  tiga kelompok  yaitu  air  tanah  tersedia, air berlebih dan air tidak tersedia Hakim et al., 1986.
Menurut  Hansen  et  al.,  1992,  ekstraksi  tanaman  terhadap  air  tanah umumnya mempunyai pola 40 – 30 – 20 – 10  dari kebutuhannya terhadap air
yang benar – benar tersedia untuk tanaman. Berikut adalah klasifikasi kelembaban tanah dengan tegangan airnya menurut Hardjowigeno 1992.
15
Tabel 2. Klasifikasi kelembaban tanah dengan tegangan air tanah
Klasifikasi kelembaban tanah Tegangan air tanah pF
Jenuh air Air gravitasi
Kapasitas Lapang 2.54
Air Kapiler dapat diserap tanaman Titik Kritis
3.8 Titik Layu permanen
4.2 Air Kapiler tidak dapat diserap tanaman
Sumber : Hardjowigeno 1992
D. Kebutuhan Air Tanaman