b 100 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pangan rekayasa genetika pada ibu rumah tangga perkotaan

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Logistic Regression Case Processing Summary 450 100.0 .0 450 100.0 .0 450 100.0 Unweighted Cases a Included in Analysis Missing Cases Total Selected Cases Unselected Cases Total N Percent If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. a. Dependent Variable Encoding 1 Original Value Tidak Menerima Menerima Internal Value Categorical Variables Codings 150 .000 .000 150 1.000 .000 150 .000 1.000 50 .000 .000 276 1.000 .000 124 .000 1.000 Jakarta Surabaya Medan Kota tempat tinggal Rendah Sedang Tinggi Tingkat Pendidikan Frequency 1 2 Parameter coding Block 0: Beginning Block Classification Table

a,b

147 .0 303 100.0 67.3 Observed Tidak Menerima Menerima Penerimaan Overall Percentage Step 0 Tidak Menerima Menerima Penerimaan Percentage Correct Predicted Constant is included in the model. a. The cut value is .500 b. Variables in the Equation .723 .101 51.783 1 .000 2.061 Constant Step 0 B S.E. Wald df Sig. ExpB Variables not in the Equation 25.739 1 .000 6.053 2 .048 1.617 1 .204 .115 1 .735 9.332 1 .002 20.752 1 .000 44.918 2 .000 38.235 1 .000 28.415 1 .000 90.149 7 .000 KATMISKI PNDIDIKN PNDIDIKN1 PNDIDIKN2 PNGETKAT PERSEPSI KOTA KOTA1 KOTA2 Variables Overall Statistics Step Score df Sig. Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients 95.406 7 .000 95.406 7 .000 95.406 7 .000 Step Block Model Step 1 Chi-square df Sig. Model Summary 473.208 .191 .266 Step 1 -2 Log likelihood Cox Snell R Square Nagelkerke R Square Hosmer and Lemeshow Test 17.491 7 .014 Step 1 Chi-square df Sig. Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test 34 37.703 16 12.297 50 24 24.365 21 20.635 45 18 19.566 25 23.434 43 23 18.841 28 32.159 51 19 16.695 35 37.305 54 19 10.727 27 35.273 46 3 8.268 49 43.732 52 4 5.727 41 39.273 45 3 5.108 61 58.892 64 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Step 1 Observed Expected Penerimaan = Tidak Menerima Observed Expected Penerimaan = Menerima Total Classification Table a 56 91 38.1 35 268 88.4 72.0 Observed Tidak Menerima Menerima Penerimaan Overall Percentage Step 1 Tidak Menerima Menerima Penerimaan Percentage Correct Predicted The cut value is .500 a. Variables in the Equation 1.353 .283 22.765 1 .000 3.868 2.219 6.741 3.581 2 .167 .553 .375 2.172 1 .141 1.738 .833 3.626 .796 .420 3.581 1 .058 2.216 .972 5.052 -.685 .231 8.793 1 .003 .504 .320 .793 .623 .261 5.698 1 .017 1.864 1.118 3.109 36.337 2 .000 -1.217 .275 19.591 1 .000 .296 .173 .508 .592 .327 3.271 1 .070 1.808 .952 3.433 -.653 .433 2.276 1 .131 .521 KATMISKI PNDIDIKN PNDIDIKN1 PNDIDIKN2 PNGETKAT PERSEPSI KOTA KOTA1 KOTA2 Constant Step 1 a B S.E. Wald df Sig. ExpB Lower Upper 95.0 C.I.for EXPB Variables entered on step 1: KATMISKI, PNDIDIKN, PNGETKAT, PERSEPSI, KOTA. a. Logistic Regression Case Processing Summary 450 100.0 .0 450 100.0 .0 450 100.0 Unweighted Cases a Included in Analysis Missing Cases Total Selected Cases Unselected Cases Total N Percent If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. a. Dependent Variable Encoding 1 Original Value Tidak Menerima Menerima Internal Value Categorical Variables Codings 150 .000 .000 150 1.000 .000 150 .000 1.000 Jakarta Surabaya Medan Kota tempat tinggal Frequency 1 2 Parameter coding Block 0: Beginning Block Classification Table

a,b

147 .0 303 100.0 67.3 Observed Tidak Menerima Menerima Penerimaan Overall Percentage Step 0 Tidak Menerima Menerima Penerimaan Percentage Correct Predicted Constant is included in the model. a. The cut value is .500 b. Variables in the Equation .723 .101 51.783 1 .000 2.061 Constant Step 0 B S.E. Wald df Sig. ExpB Variables not in the Equation 25.739 1 .000 9.332 1 .002 20.752 1 .000 44.918 2 .000 38.235 1 .000 28.415 1 .000 86.713 5 .000 KATMISKI PNGETKAT PERSEPSI KOTA KOTA1 KOTA2 Variables Overall Statistics Step Score df Sig. Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients 91.821 5 .000 91.821 5 .000 91.821 5 .000 Step Block Model Step 1 Chi-square df Sig. Model Summary 476.793 .185 .257 Step 1 -2 Log likelihood Cox Snell R Square Nagelkerke R Square Hosmer and Lemeshow Test 18.026 8 .021 Step 1 Chi-square df Sig. Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test 25 27.404 10 7.596 35 16 20.263 17 12.737 33 20 17.229 16 18.771 36 17 17.722 22 21.278 39 19 19.673 34 33.327 53 16 12.707 24 27.293 40 21 11.901 28 37.099 49 6 10.561 60 55.439 66 4 4.418 30 29.582 34 3 5.124 62 59.876 65 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Step 1 Observed Expected Penerimaan = Tidak Menerima Observed Expected Penerimaan = Menerima Total Classification Table a 41 106 27.9 27 276 91.1 70.4 Observed Tidak Menerima Menerima Penerimaan Overall Percentage Step 1 Tidak Menerima Menerima Penerimaan Percentage Correct Predicted The cut value is .500 a. Variables in the Equation 1.487 .274 29.517 1 .000 4.424 2.587 7.565 -.679 .229 8.789 1 .003 .507 .324 .795 .658 .259 6.456 1 .011 1.931 1.162 3.208 35.717 2 .000 -1.137 .262 18.802 1 .000 .321 .192 .536 .557 .326 2.922 1 .087 1.746 .922 3.306 -.244 .339 .518 1 .472 .784 KATMISKI PNGETKAT PERSEPSI KOTA KOTA1 KOTA2 Constant Step 1 a B S.E. Wald df Sig. ExpB Lower Upper 95.0 C.I.for EXPB Variables entered on step 1: KATMISKI, PNGETKAT, PERSEPSI, KOTA. a. Lampiran 3. Foto Kegiatan Pengambilan Data Lampiran 4. Kuesioner K Kuesioner PENGETAHUAN DAN PERSEPSI KONSUMEN TENTANG PRODUK REKAYASA GENETIKA PRG Kerjasama BADAN LITBANG PERTANIAN DENGAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB Isi atau lingkari jawaban yang sesuai: I . I dentitas 1. Nama Lengkap : 2. Kelurahan : 3. Kecamatan : 4. Kota : Jakarta Surabaya Medan coret yang tidak perlu I I . Karakteristik 1. Usia .............................Tahun 2. Pendidikan termasuk yang tidak tamat pada masing-masing kategori 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. Perguruan Tinggi 3. Jumlah anggota keluarga orang 4. Sumber pendapatan utama : 1. PNS TNIPOLRI 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta 4. Buruh 5. Profesional 6. Lainnya 5. Besar pengeluaran pangan rata-rata per bulan Rp: 1. Rp.500.000,-kel 2. Rp.500.000- 1 jutakel 3. 1 juta – 2 jutakel 4. 2 jutakel 6. Besar pengeluaran selain pangan rata-rata per bulan Rp: 1. Rp.500.000,-kel 2. Rp.500.000- 1 jutakel 3. 1 juta – 2 jutakel 4. 2 jutakel I I I . Pengetahuan tentang Produk Rekayasa Genetika PRG 1. Apakah Ibu tahu istilah Produk Rekayasa Genetika PRG? 1. Ya 2. Tidak 2. BilaYa jawaban pertanyaan no 1, apa yang Ibu ketahui tentang PRG? 1. Produk yang dalam proses menghasilkan benihnya telah mengalami penyisipan gen 2. Produk-produk yang benihnya telah direkayasa 3. Produk yang benihnya diimpor 4. Produk yang benihnya tidak bermutu 3. Bila Ya jawaban pertanyaan no 1, apakah menurut Ibu PRG telah beredardiperjual belikan di daerah ini? 1. Ya 2. Tidak 4. Apakah menurut Ibu ada manfaat PRG? 1. Ya 2. Tidak 5. Perlunya uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia ? 1. Benar 2. Salah 6. Perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak ? 1. Benar 2. Salah 7. Mengkonsumsi pangan berformalin lebih berbahaya dibandingkan PRG 1. Benar 2. Salah 8. Mengkonsumsi daging ayam yang terinfeksi flu burung lebih berbahaya dibandingkan PRG 1. Benar 2. Salah 9. Mengkonsumsi pangan penyebab diare lebih berbahaya dibandingkan PRG 1. Benar 2. Salah Nama Enumerator: Tanggal wawancara : 10. Mengkonsumsi pewarna pangan lebih berbahaya dibandingkan PRG 1. Benar 2. Salah I V. Praktek tentang Produk Rekayasa Genetika PRG 1. Pernahkah Ibu dan keluarga mengkonsumsi PRG? 1. Ya 2. Tidak

V. Persepsi tentang Produk Rekayasa Genetika PRG

1. Pangan PRG mempunyai kualitas rasa, aroma, warna dan tekstur yang lebih baik 1. Benar 2. Salah 2. Pangan PRG mempunyai nilai gizi yang lebih baik 1. Benar 2. Salah 3. Pangan PRG mempunyai manfaat bagi kesehatan 1. Benar 2. Salah 4. Produktivitas tanaman PRG lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lokal sejenis 1. Benar 2. Salah 5. Tanaman PRG tahan terhadap serangan hama 1. Benar 2. Salah 6. Tanaman transgenik memiliki biaya produksi rendah dan keuntungan tinggi 1. Benar 2. Salah 7. Jumlah pemakaian pestisida pada tanaman PRG lebih hemat dibandingkan dengan tanaman lokal sejenis 1. Benar 2. Salah Crosstabs Case Processing Summary 450 100.0 .0 450 100.0 Penerimaan Kota tempat tinggal N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total Cases Penerimaan Kota tempat tinggal Crosstabulation 45 78 24 147 30.0 52.0 16.0 32.7 105 72 126 303 70.0 48.0 84.0 67.3 150 150 150 450 100.0 100.0 100.0 100.0 Count within Kota tempat tinggal Count within Kota tempat tinggal Count within Kota tempat tinggal Tidak Menerima Menerima Penerimaan Total Jakarta Surabaya Medan Kota tempat tinggal Total Chi-Square Tests 44.918 a 2 .000 45.749 2 .000 6.668 1 .010 450 Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value df Asymp. Sig. 2-sided 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 49.00. a. Directional Measures .059 .017 3.496 .000 c .080 .023 3.496 .000 c .046 .013 3.496 .000 c Symmetric Penerimaan Dependent Kota tempat tinggal Dependent Uncertainty Coefficient Nominal by Nominal Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Not assuming the null hypothesis. a. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b. Likelihood ratio chi-square probability. c. Symmetric Measures .301 .000 .122 .043 2.599 .010 c .122 .044 2.599 .010 c 450 Contingency Coefficient Nominal by Nominal Pearsons R Interval by Interval Spearman Correlation Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Not assuming the null hypothesis. a. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b. Based on normal approximation. c. Crosstabs Case Processing Summary 450 100.0 .0 450 100.0 Penerimaan Pekerjaan N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total Cases Penerimaan Pekerjaan Crosstabulation 26 121 147 31.3 33.0 32.7 57 246 303 68.7 67.0 67.3 83 367 450 100.0 100.0 100.0 Count within Pekerjaan Count within Pekerjaan Count within Pekerjaan Tidak Menerima Menerima Penerimaan Total Tidak Bekerja Bekerja Pekerjaan Total Chi-Square Tests .083 b 1 .773 .025 1 .874 .084 1 .772 .797 .441 .083 1 .773 450 Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fishers Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value df Asymp. Sig. 2-sided Exact Sig. 2-sided Exact Sig. 1-sided Computed only for a 2x2 table a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 27. 11. b. Directional Measures .000 .001 .145 .772 c .000 .001 .145 .772 c .000 .001 .145 .772 c Symmetric Penerimaan Dependent Pekerjaan Dependent Uncertainty Coefficient Nominal by Nominal Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Not assuming the null hypothesis. a. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b. Likelihood ratio chi-square probability. c. Symmetric Measures .014 .773 -.014 .047 -.288 .774 c -.014 .047 -.288 .774 c 450 Contingency Coefficient Nominal by Nominal Pearsons R Interval by Interval Spearman Correlation Ordinal by Ordinal N of Valid Cases Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Not assuming the null hypothesis. a. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b. Based on normal approximation. c. ABSTRACT NUR RISKA TADJOEDIN. Analysis Determinant Factors of Acceptability genetically modified foods GMO among urban housewives’ . Find guidance by HARDINSYAH, HANDEWI PURWATI SALIEM dan MD. DJAMALUDIN This research was aimed analyzing factors determined acceptability of genetically modified foods GMO among urban housewives’. Factor were analyzed in the research are economic status, education level, housewives’ occupation, knowledge, perception and residency Jakarta, Surabaya and Medan on acceptability of GMO. The study applied a cross sectional design with sample of 450 housewives’ in Jakarta, Surabaya and Medan. A logistic regression analysis was applied to analy ze the determinant factors of housewives’ acceptance on GMO. The results of the study show the determinants are economic status positively associated, knowledge, perception and recidency on GMO positively associated. Acceptability and perception of housewives’ was different among the three cities and economic status, but the knowledge is not different for poor among the three cities. Key Words: Genetically modified foods, acceptability, knowledge, perception, economic status, housewives RINGKASAN NUR RISKA TADJOEDIN. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pangan Rekayasa Genetika pada Ibu Rumah tangga Perkotaan. Dibimbing oleh HARDINSYAH, HANDEWI PURWATI SALIEM dan MD. DJAMALUDIN. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga di perkotaan terhadap Pangan Rekayasa Genetika PRG. Sedangkan tujuan khususnya a. Mengidentifikasi penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG, b. Menganalisis perbedaan penerimaan PRG Ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal dan status ekonomi, c. Menganalisis hubungan faktor-faktor status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan Ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal dengan penerimaan PRG, dan d. Menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Peubah independen status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, persepsi, dan kota tempat tinggal yang diasumsikan berhubungan dengan peubah dependen penerimaan diamati sekaligus pada saat yang bersamaan. Contoh dalam penelitian ini adalah Ibu–Ibu rumah tangga yang berasal dari kota Jakarta, Surabaya dan Medan. Pemilihan lokasi tersebut karena memiliki kepadatan populasi yang tinggi sehingga membuat lebih sederhana dalam mencari sasaran Stakeholders yang bervariasi, selain itu pangan PRG relatif lebih banyak beredar di perkotaan seperti kedelai impor dari Amerika. Pengambilan contoh ini dilakukan secara sengaja. Data penelitian yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Secara umum data primer yang dikumpulkan meliputi identitas responden, pengetahuan dan persepsi responden tentang PRG, tentang ciri dan keberadaan PRG dalam kehidupan sehari-hari pangan, kemungkinan sisi baik dan buruk PRG; serta tindakan responden terhadap Pangan Rekayasa Genetika PRG bagi dirinya dan bagi orang disekitarnya. Data primer tersebut dikumpulkan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Data sekunder meliputi dokumenlaporan tentang penggunaan benih, luas tanam dan produksi pangan rekayasa genetika PRG. Dokumen tentang regulasi, kesepakatan, pedoman dan standar tentang atau yang berkaitan dengan PRG baik nasional maupun internasional. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 for windows. Uji Kruskall Wallis, 1997 digunakan untuk menguji perbedaan penerimaan Ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal menurut status ekonomi. Untuk menguji hubungan antara faktor-faktor status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal dengan penerimaan PRG dipergunakan uji korelasi Spearman dan uji chi square Contingency Coeficient. Sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan dipergunakan analisis regresi logistik. Penerimaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan skor penerimaan. Setengah dari contoh status ekonomi tidak miskin termasuk dalam kategori menerima 58.2. Namun jika dibandingkan diantara ketiga kota, Medan yang berasal dari status ekonomi tidak miskin mempunyai persentase lebih besar yaitu 76 menerima PRG. Sedangkan pada status ekonomi miskin 14.6 di kota Jakarta lebih menerima PRG. Hasil analisis penerimaan tersebut didukung oleh hasil uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara Jakarta, Surabaya dan Medan menurut status ekonomi. Hasil pengujian menurut status ekonomi miskin dan tidak miskin maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam penerimaan di tiga kota. Faktor pengetahuan menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara ketiga kota sedangkan faktor persepsi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara ketiga kota menurut status ekonomi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan PRG adalah status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal. Faktor status ekonomi menunjukkan adanya hubungan yang positif artinya status ekonomi tidak miskin lebih menerima PRG dibandingkan status ekonomi miskin. Faktor pengetahuan menunjukkan adanya hubungan yang negatif artinya pengetahuan yang tidak baik lebih menerima PRG dibandingkan yang mempunyai pengetahuan yang baik. Faktor persepsi juga menunjukkan hubungan yang positif dimana semakin meningkat persepsi maka semakin meningkat penerimaannya. Selain faktor status ekonomi, pengetahuan dan persepsi, faktor kota tempat tinggal menunjukkan hasil yang sama yaitu adanya hubungan yang positif dengan penerimaan PRG. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan PRG adalah status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal. Berdasarkan faktor status ekonomi menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan yang didukung oleh nilai OR yaitu 4.42 yang mempunyai makna bahwa terdapat 4.42 kali Ibu rumah tangga yang tidak miskin akan menerima PRG dibandingkan yang berasal dari kategori miskin. Faktor pengetahuan mempunyai nilai OR yaitu 0.51 yang mempunyai makna yaitu 0.51 kali Ibu rumah tangga yang berpengetahuan baik akan menerima PRG dibandingkan ibu rumah tangga yang berpengetahuan tidak baik. Menurut faktor persepsi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan yang didukung oleh nilai OR yaitu 1.93 yang mempunyai makna yaitu 1.93 kali artinya semakin meningkat persepsi Ibu rumah tangga terhadap PRG maka akan semakin meningkat penerimaan terhadap PRG. Faktor kota tempat tinggal menunjukkan hasil bahwa Ibu rumah tangga di Medan lebih menerima PRG dibandingkan Ibu rumah tangga di Jakarta dan Surabaya dengan Odd Ratio yang lebih tinggi 1.75 artinya 1.75 kali Ibu rumah tangga di Medan lebih menerima dibandingkan Jakarta dan Surabaya. Disarankan perlu adanya penyebarluasan informasi dari segi manfaat dan kerugian PRG untuk dapat meningkatkan penerimaan Ibu rumah tangga terhadap PRG, pengalokasian sumber daya untuk penelitian yang lebih mendalam terkait dengan pemasaran produk yang mengandung PRG serta pengoptimalan peranan pakar yang berada di lingkungan konsumen dalam meningkatkan pengetahuan tentang PRG sehingga persepsi konsumen terhadap PRG akan semakin baik. Kata Kunci : Pangan rekayasa genetika, penerimaan, pengetahuan, persepsi, status ekonomi, Ibu rumah tangga PENDAHULUAN Latar Belakang Bioteknologi modern merupakan hasil penerapan organisme hidup yang bagian-bagiannya mempunyai susunan genetik baru Pasal 1 PP No.21 Tahun 2005 tentang keamanan hayati. Perkembangan baru dalam bidang bioteknologi memiliki berbagai kemungkinan pemanfataannya seperti pemindahan sifat genetik antar makhluk hidup, yang hasilnya dikenal dengan istilah Produk Rekayasa Genetika PRG. Genetically Modified Organisms atau Produk Rekayasa Genetika pangan rekayasa genetika atau organisme hasil modifikasi genetik OHMG secara umum diartikan sebagai suatu organisme yang memiliki material genetik yang diperoleh dari teknik rekayasa genetika. Perkembangan pemanfaatan teknologi rekayasa genetika GMO melalui rekombinasi DNA, telah menghasilkan produk rekayasa genetika atau tanaman transgenik yang mempunyai sifat-sifat baru yang diinginkan untuk mengatasi kendala utama dalam rangka meningkatkan pertanian, menghasilkan produk pangan yang lebih berkualitas dan meningkatkan daya saing produk di pasar global. Prinsip umum dalam menghasilkan pangan rekayasa genetika dilakukan dengan mengintroduksi material genetik baru ke dalam genom individu Chang et al 1973. Pasal 1 angka 7 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik menyebutkan bahwa produk rekayasa genetik atau organisme hasil modifikasi genetik yang selanjutnya disebut Pangan Rekayasa Genetika adalah organisme hidup, yang bagian–bagian hasil olahannya mempunyai susunan genetik baru dari hasil penerapan bioteknologi modern Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005. Selama sepuluh tahun terakhir, aplikasi bioteknologi Produk Rekayasa Genetika PRG meningkat dengan pesat, terutama untuk produk pangan. Pada tahun 1997 luas tanam Pangan Rekayasa Genetika di dunia kurang dari 8 juta hektar kemudian pada tahun 2006 menjadi 102 juta hektar, meningkat 12 kali lipat. Saat ini PRG ditanam oleh sekitar 10.3 juta petani di 22 negara. Dari tahun 2005 ke tahun 2006 saja luas tanam PRG meningkat 12 juta hektar; dan luas peningkatan luas tanam yang besar pada setahun terakhir ini adalah pada negara USA, Argentina, Brazil, Canada, India dan China ISAAA, 2007. Luas tanam kapas meningkat tiga kali lipat dari 1.3 juta hektar menjadi 3.8 juta hektar. PRG berupa tomat, pepaya, alfalfa dan beras masih kecil luas tanamnya Tabel 1. Seluas 4000 hektar padi PRG ditanam di Iran. Selama dekade terakhir luas tanam kedelai PRG di dunia meningkat pesat dari di bawah dua hektar pada tahun 1996 menjadi sekitar 55 juta hektar pada tahun 2006. Luas tanam jagung PRG juga meningkat pesat selama dekade terakhir meskipun tidak sepesat perkembangan peningkatan luas tanaman kedelai. ISAAA International Service for the Acquisition of Agri-Biotech Applications 2007. Tabel 1. Luas Tanam dan Jenis Tanaman Produk Rekayasa Genetika PRG 2006 No Negara Luas Tanam Juta Ha Jenis Produk Rekayasa Genetika 1 USA 54,6 Kedelai, jagung, kapas, beras squash, pepaya,alfafa 2 Argentina 18,0 Kedelai, jagung, kapas 3 Brasil 11,5 Kedelai, kapas 4 Canada 6,1 Beras, jagung, kedelai 5 India 3,8 Kapas 6 China 3,5 Kapas 7 Paraguay 2,0 Kedelai 8 South Africa 1,4 Jagung, kedelai, kapas 9 Uruguay 0,4 Kedelai, jagung 10 Philippines 0,2 Jagung 11 Australia 0,2 Kapas 12 Romania 0,1 Kedelai 13 Mexico 0,1 Kapas, kedelai 14 Spain 0,1 Jagung 15 Colombia 0,1 Kapas 16 France 0,1 Jagung 17 Iran 0,1 Beras 18 Honduras 0,1 Jagung 19 Czech Republic 0,1 Jagung 20 Germany 0,1 Jagung 21 Portugal 0,1 Jagung 22 Slovakia 0,1 Jagung Sumber: ISAAA Briefs No 35-2006 Di Indonesia, riset bioteknologi PRG sudah mulai dikembangkan sejak beberapa tahun terakhir, terutama untuk tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, coklat, tebu, ubi jalar, kentang, padi dan tembakau. Untuk tanaman non-pangan telah dic obakan penanaman kapas jenis Bt di Sulawesi Selatan menjelang akhir tahun 2000 lalu, dengan produksi diperkirakan tiga kali lipat lebih besar dibanding kapas lokal. Malaysia mengembangkan riset PRG untuk tanaman pangan, tanaman industri, hias dan kehutanan. Sedangkan Thailand mengembangkan riset PRG dan uji lapang komoditas tomat, jagung, kacang panjang dan kapas Sitepu 2001. Selain aspek riset dan uji coba lapang, di Indonesia juga beredar beberapa produk PRG impor seperti kedelai, jagung dan komponen-komponen dari kedelai dan jagung PRG yang diimpor. Berbagai komponen kedelai seperti isolat protein, lecithin dan lainnya diproduksi secara massal dari kedelai PRG. Selain itu, gula sirup jagung dari jagung PRG. Komponen-komponen ini digunakan untuk bahan tambahan pangan atau ingredient makananminumnan dalam industri pangan. Demikian pula jagung PRG untuk ternak diimpor untuk pakan ternak dan hasil ternaknya dimakan penduduk Indonesia. Pesatnya pertumbuhan populasi dunia, sangat membutuhkan upaya peningkatan suplai pangan yang demikian besar pula. Salah satu alternatif upaya penyelesaian masalah pangan adalah dengan adanya teknologi transgenik Matsui, Miyazaki, Kasamo 1997. Perkembangan transgenik yang luar biasa dalam tiga tahun terakhir membawa kekhawatiran dan persepsi masyarakat umum terutama Ibu rumah tangga yang dalam hal ini merupakan individu yang sangat penting dalam penentuan konsumsi pangan keluarga. Namun kekhawatiran dan persepsi ini telah muncul lebih seperempat abad lalu setelah Herbert Boyer dan Stanley Cohen pada tahun 1973 berhasil untuk pertama kalinya mengembangkan transgenik, meskipun secara alamiah rekombinasi DNA sebenarnya juga terjadi BPPT 2000. Perkembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK PRG semakin pesat di dunia dan pasar internasional Tittle M dan Wilson 2001. Manfaat PRG cukup jelas yaitu mempunyai daya kuat bagi peningkatan kuantitas dan kualitas produk pangan. Meskipun demikian sebagian manfaat dari segi kesehatan dan lingkungan masih kontroversial bahkan diperdebatkan. Saat ini produk pangan rekayasa genetika dari manca negara terutama kedelai dan jagung, telah tersedia di pasar dan menjadi bagian kehidupan makanan dan pakaian dari sebagian kehidupan masyarakat Indonesia Hardinsyah 2004. Ditengah semakin meningkatnya produksi dan penggunaan PRG, tahun 2007 dilakukan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengetahuan, persepsi dan harapan masyarakat tentang PRG serta merumuskan implikasi alternatif kebijakan PRG terhadap kebijakan pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia. Masyarakat dalam hal ini adalah pihak pemangku kepentingan yang mencakup rumah tangga, petani, pimpinan instansi pemerintah dan pimpinan instansi non pemerintah. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan melalui kerjasama perguruan tinggi dengan Departemen Pertanian yang salah satunya terpusat pada Ibu rumah tangga sebagai konsumen pangan dan produk pertanian. Perkembangan bioteknologi telah membawa populasi manusia dengan cepat ke masa depan. Searah dengan adanya perkembangan pangan rekayasa genetika harus tetap terkontrol sehingga tidak menimbulkan kerugian tetapi akan membawa manfaat atau dampak positif. Faktor pendukung perkembangan pangan rekayasa genetika ini salah satunya adalah pengetahuan, dimana dengan pengetahuan dapat lebih menekankan kepada pengamatan dan pengalaman. Pengetahuan konsumen akan penggunaan atau pengkonsumsian pangan rekayasa genetika akan mempengaruhi penerimaan. Hal ini dapat dianalisis dengan adanya aspek–aspek yang dapat menggambarkan bahwa Ibu rumah tangga mengetahui akan pangan rekayasa genetika atau tidak, sampai kepada bagaimana penerimaannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diduga bahwa pengetahuan, tingkat pendidikan, pekerjaan, status ekonomi dan kota tempat tinggal akan berhubungan dengan pembentukkan persepsi Ibu rumah tangga yang kemudian akan mempengaruhi keputusan untuk menerima atau mengkonsumsi. Menurut Setiadi 2003, persepsi timbul akibat adanya keadaan yang merupakan tanggapan indera penerimaan secara cepat terhadap suatu rangsangan dasar. Persepsi merupakan proses bagaimana rangsangan–rangsangan itu diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan. Mengingat masih terbatasnya penelitian ataupun kajian mengenai pangan rekayasa genetika, maka penulis tertarik untuk mendalami beberapa aspek yang terkait dengan PRG melalui penelitian yang diharapkan dapat melengkapi informasi sebelumnya. Dalam melakukan kajian tersebut, penulis melakukan survey untuk mengetahui sejauh mana masyarakat, khususnya ibu rumah tangga di perkotaan telah mengenal dan dapat menerima PRG dalam kehidupan sehari- hari. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi : a Bagaimana penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG ?, b Apakah terdapat perbedaan penerimaan Ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal dan status ekonomi ?, c Apakah terdapat hubungan faktor-faktor status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan Ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal dengan penerimaan PRG ?, dan d Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG ?. Tujuan Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga di perkotaan terhadap Pangan Rekayasa Genetika PRG. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah : a. Menganalisis penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG. b. Menganalisis perbedaan penerimaan PRG Ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal dan status ekonomi. c. Menganalisis hubungan faktor-faktor status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan Ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal dengan penerimaan PRG. d. Menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga perkotaan terhadap PRG. Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai informasi mengenai tingkat pengetahuan, persepsi dan penerimaan PRG Ibu rumah tangga di perkotaan yang berguna bagi akademisi maupun masyarakat. 2. Sebagai langkah dasar untuk penelitian selanjutnya, sehingga nantinya lebih banyak masyarakat khususnya Ibu rumah tangga yang akan memanfaatkan PRG dalam kehidupan sehari-hari. 3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan program yang tepat bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan untuk lebih mensosialisasikan Pangan Rekayasa Genetika. 4. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pendukung untuk penelitian utama dimana FAO akan mengundang Departemen Pertanian dari semua negara anggota PBB guna memperoleh informasi tentang persepsi masyarakat dan perkembangan penerapan Iptek PRG di berbagai negara dunia serta merumuskan kesepakatan global tentang PRG. TINJAUAN PUSTAKA Produk Rekayasa Genetika Teknologi Rekayasa Genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Misalnya gen pankreas babi ditransplantasikan ke bakteri Escheria coli sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya gen bakteri yang menghasilkan toksin pembunuh hama ditransplantasikan ke tanaman jagung maka akan diperoleh jagung transgenik yang tahan hama tanaman. Gen dari sel kambing susu domba ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri yang kemudian ditumbuhkembangkan di dalam kandungan induknya sehingga lahirlah domba Dolly yang merupakan hewan kloning cangkokan pertama di dunia. Demikian pula gen tomat ditransplantasikan ke ikan transgenik sehingga ikan menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan. Pangan rekayasa genetika biasa disebut dengan trangenik . Transgenik disini berupa tanaman yang mengandung gen dan sudah dimodifikasi atau direkayasa dengan menyelipkan gen dari organisme atau spesies lain dengan tujuan agar tanaman tersebut menghasilkan jenis protein dari organisme atau spesies lain dari mana gen tersebut berasal. Prinsip teknologi transgenik adalah memindahkan satu atau beberapa gen, yaitu potongan DNA yang menyandikan sifat tertentu, dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Dengan demikian, suatu tanaman yang tadinya tidak mempunyai sifat tertentu dapat direkayasa sehingga memiliki sifat tersebut. Aplikasi bioteknologi melalui teknologi rekayasa genetika transgenik telah memasuki sektor pertanian secara luas. Menurut Hikam 2000 keberadaan bioteknologi ini tidak akan terhindarkan. Masalahnya, walau muncul berbagai kontroversi terhadap pertanian dan pangan transgenik, teknologi tersebut kini telah berada di Indonesia dan akan terus berkembang. Tujuan pengembangan bioteknologi PRG menjawab tantangan dan kesulitan meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pangan dan pertanian bagi penduduk Pardey 2001. Menurut Bouis et al 2003 pengembangan PRG dimaksudkan untuk 1 meningkatakan produktifitas pangan atau produk pertanian, 2 meningkatkan jumlah zat gizi atau bio-aktif bermanfaat yang dikandung pangan, 3 meningkatkan mutu zat gizi dan bio-aktif bermanfaat yang dikandung pangan, 4 meningkatkan kualitas penampakan dan citarasa organoleptik produk pangan, dan 5 Meningkatkan daya tahan produk dalam proses distribusi dan pemasaran produk pangan. Dengan adanya produk-produk rekayasa genetika tersebut dapat dikatakan bahwa produk rekayasa genetika khususnya bahan pangan mengintroduksi unsur toksis, bahan-bahan asing dan berbagai sifat yang belum dapat dipastikan dan berbagai karakteristik lainnya. Oleh karena itu muncullah berbagai keingintahuan dalam menggunakan dan mengkonsumsi bahan pangan transgenik, salah satunya beras transgenik golden rice yang mengandung beta karotene dan karotenoid lainnya yang diperlukan untuk memproduksi vitamin A telah dikembangkan. Beras ini dapat mencegah kebutaan akibat kekurangan vitamin A. Di masa depan, pangan dari organisme yang direkayasa secara genetik akan semakin banyak dikembangkan. Di antaranya adalah bahan pangan yang memiliki lemak rendah, komposisi nutrisi yang lebih baik, umur simpan yang lebih lama atau rasa yang lebih baik. Dunia pertanian Indonesia sampai saat ini sudah dapat mengakses bahan PRG setidaknya 10 tanaman transgenik, diantaranya jagung, kapas, kacang tanah, kakao, kentang, tembakau, padi, tebu, dan ubi jalar. Bahkan kapas transgenik jenis Bt artinya rangkaian gen tanaman kapas ini disisipi gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang mengandung racun mematikan untuk hama tertentu, telah mendapat legalisasi pemerintah, lewat SK Menteri Pertanian No. 107KptsKB43022001, untuk ditanam sebagai varietas unggul di tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan. Keputusan tersebut kontan ditentang oleh para aktifis lingkungan hidup karena dinilai melompati prosedur AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang dipersyaratkan bagi setiap penglepasan jenis hewan atau tanaman baru. Selama dekade terakhir luas tanam kedelai PRG yang salah satunya dimasukkan gen EPSPS yang tahan herbisida glisofat di dunia meningkat pesat dari di bawah dua hektar pada tahun 1996 menjadi sekitar 55 juta hektar pada tahun 2006 Gambar 1. Luas tanaman Kedelai PRG yang signifikan adalah di USA, Argentina, Brazil, Canada, Paraguay, Uruguay, Meksiko, Afrika Selatan, dan Rumania. Rumania pada tahun 2006 menanam 115 ribu hektar kedelai PRG, namun dilarang oleh European Union EU karena negara tersebut baru saja menjadi anggota EU. Juta ha tahun Gambar 1. Perkembangan Luas Tanam Kedelai PRG di Dunia Juta Hektar 1996-2006. Luas tanam jagung PRG yang dimasukkan gen Bacillus thuringiensis juga meningkat pesat Gambar 2 selama dekade terakhir meskipun tidak sepesat perkembangan peningkatan luas tanaman kedelai. Pada tahun 2006 luas tanam jagung PRG adalah 25.2 juta hektar yang ditanam oleh petani di 13 negara. Jagung PRG juga ditanam di Afrika Selatan dan di Philipina ISAAA, 2007. Juta ha tahun Gambar 2. Perkembangan Luas Tanam Jagung PRG di Dunia Juta Hektar 1996-2006. Indonesia meski tidak tercatat sebagai negara produsen tanaman PRG, tapi kenyataannya beberapa tanaman PRG telah diintroduksi dan ditanam di beberapa propinsi. Sejak tahun 1999 lebih kurang 10 jenis tanaman transgenik yang dihasilkan oleh perusahaan–perusahaan multinasional dan Lembaga Penelitian telah dilakukan uji coba lapangan Tabel 2, bahkan melalui SK Mentan No. 107KptsKB43022001 telah dilepas varietas kapas PRG Bt DP 5690B dan ditanam di tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan secara komersial Intisari 2001. Indonesia, yang selama ini menjadi negara konsumen pangan hasil rekayasa genetika ini. Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI sejak tahun 2001, 2002, dan 2005, terhadap beberapa produk diantaranya panganan yang selama ini merupakan menu kegemaran para konsumen warteg alias warung tegal, tahu dan tempe. Dari kedua panganan itu ditemukan kandungan kedelai yang merupakan hasil rekayasa genetika. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2005 tentang keamanan hayati produk rekayasa genetika, disebutkan sebelum produk beredar, perlu diberlakukan pengkajian resiko dan pengujian terlebih dahulu. Yang meliputi teknik perekayasaan, efikasi dan persyaratan keamanan hayati. Untuk proses itu, peraturan pemerintah tadi juga sudah menunjuk Tim Teknis Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan TTKHKP di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Namun sampai sekarang, tim ini belum juga terbentuk. Sehingga produk rekayasa genetika bebas beredar di pasaran. Pangan yang mengandung materi rekayasa genetika menurut hasil penelitian YLKI adalah produk pangan impor seperti jagung, kedelai, dan kentang olahan. Kebanyakan kedelai transgenik datang dari Amerika yang menguasai 60 persen pasar kedelai dunia. Sedangkan kebutuhan kedelai kita 70 persennya tergantung dari impor. Umumnya kedelai lokal mudah dibedakan secara fisik dengan kedelai impor hasil rekayasa genetika. Kedelai transgenik yang beredar umumnya adalah bentuk yang besar-besar dan bagus butirannya. Sedangkan kedelai lokal umumnya kecil-kecil. Tabel 2. Jenis dan Status Tanaman transgenik di Indonesia, 2008 Tanamam Sifat Agen Status Jagung Bt Tahan hama Monsanto dan Pioneer Uji lapangan Jagung Pin ll Tahan hama Balitbio Sedang dikembangkan Jagung RR Tahan herbisida Monsanto Uji lapangan Kacang tanah Tahan virus Balitbiogen ACIAR Uji lapangan Kedelai Tahan herbisida Monsanto Uji lapangan Kentang Bt Tahan hama BalitsaMSU Uji lapangan Padi Bt GNA Tahan hama LIPI Sedang Dikembangkan Kedelai Pin II Tahan hama pin II Balitbiogen Uji laboratorium Kakao Bt Tahan penggerek Buah Balitbiogen Uji laboratorium Pepaya Tahan virus CP Balitbiogen, Balitsa, Balitbun Uji laboratorium Tebu Tahan penggerek P3GI Uji laboratorium Sumber : Yayasan IDEP, 2008 Keanekaragaman hayati merupakan istilah payung untuk menunjukan derajat keanekaragaman alam pada umumnya, secara lebih spesifik istilah tersebut menurut McNeely, dipahami sebagai suatu konsep yang memiliki tiga dimensi yang mencakup konsep keanekaragaman ekosistem the diversity of ecosystems, keanekaragaman spesies the diversity of species dan keanekaragaman genetik dalam spesies genetic diversity within species. Dari ketiga dimensi tersebut, keanekaragaman ekosistem merupakan dimensi yang terpenting sebab semua organisme hidup berada dan melakukan fungsinya di alam ekosistem. Keanekaragaman genetik dianggap sebagai konsep yang paling fundamental mengingat genus yang ada didalam dan diantara spesies tersebut merupakan bahan dasar dari inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan, industri pertanian yang diperlukan dalam mempertahankan biosfer pada saat terjadinya degradasi lingkungan yang terus berlanjut sampai saat ini. Peraturan Perundang-undangan Keberadaan Produk Rekayasa Genetika PRG, GMOs bertujuan sebagai upaya manusia dalam mewujudkan ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Ketersedian pangan memiliki arti yang luas dalam hal jumlah, kualitas, dan distribusi sehingga dapat mewujudkan ketahanan pangan. Departemen Pertanian 2003 merumuskan indikator terwujudnya ketahanan pangan food security yang kokoh meliputi : 1 ketersediaan pangan bagi masyarakat food availability, 2 keterjangkauan pangan oleh masyarakat food accessibility, 3 kelayakan pangan untuk diterima konsumen consumer acceptability, 4 keamanan untuk dikonsumsi masyarakat food safety, dan 5 kesejahteraan masyarakat, keluarga, dan perorangan people’s welfare. Sebagai bentuk tanggungjawab pemerintah terhadap masyarakat dituntut untuk melakukan pengaturan dan pengawasan pangan mulai dari lahan sampai dengan meja from the farm to table. Pengaturan dan pengawasan keamanan dan mutu pangan, dilakukan berdasarkan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Pasal 3 Undang- Undang No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah : a. Tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia; b. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab; c. Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berkaitan dengan ketahanan pangan maka peredaran dan pemanfaatan PRG diatur dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati Convention of Biological Diversity dan suatu Protokol yaitu Protokol Cartagena Cartagena Protokol. Kedua ketentuan internasional tersebut telah diratifikasi dalam peraturan perundang-undangan yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity Konvensi Perserikatan BangsaBangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati dan Undang undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological Diversity Protokol Cartagena Tentang Keamanan Hayati atas Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati. Penjabaran operasional pelaksanaan pengawasan pemanfaatan dan peredaran PRG diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Peraturan pemerintah ini bertujuan meningkatkan hasilguna dan dayaguna PRG bagi kesejahteraan rakyat berdasarkan prinsip kesehatan dan pengelolaan sumberdaya hayati, perlindungan konsumen, kepastian hukum, dan kepastian dalam melakukan usaha. Ruang lingkup yang diatur meliputi : 1 jenis dan persyaratan PRG; 2 penelitian dan pengembangan PRG; 3 pemasukan PRG dari luar negeri; 4 pengkajian, pelepasan dan peredaran, serta pemanfaatan PRG; 5 pengawasan dan pengendalian PRG; 6 kelembagaan; 7 pembiayaan, dan 8 ketentuan sanksi. Berdasarkan ruang lingkup dalam PP No. 212005, penanganan PRG tidak saja merujuk pada UU No. 51994 dan UU No. 212004, akan tetapi cakupannya lebih luas lagi dengan peraturan perundang-undangan lainnya, diantaranya peraturan perundang-undangan tentang kesehatan, pangan, lingkungan hidup, karantina, perlindunga varitas tanaman, ketahanan pangan, dan konservasi sumberdaya alam. Piranti peraturan perundang-undangan yang ada sudah mencukupi sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan pemanfaatan dan peredaran PRG. Sosialisasi Produk Rekayasa Genetika Selama hampir dua puluh tahun berbagai upaya telah dilaksanakan di banyak negara guna mengevaluasi keamanan penggunaan bioteknologi modern, khususnya menyangkut potensi manfaat yang dinikmati petani dan konsumen di negara-negara berkembang. Pada prinsipnya dalam aplikasi bioteknologi di bidang pangan, kesehatan, pertanian, dan lingkungan, masyarakat harus memperoleh informasi yang transparan tentang manfaat dan resikonya. Ilmuwan, industri, dan pemerintah dituntut memfasilitasi pemahaman publik sehingga penggunaan bioteknologi dapat diatur secara efektif dan bertanggungjawab. Isu utama dalam pemasyarakatan bioteknologi, khususnya produk transgenik, bukan terletak pada aspek ilmu pengetahuan, riset, dan teknologinya, tetapi pada jaminan keamanan penggunaannya bagi kesehatan dan lingkungan biosafety. Keamanan hayati biosafety dicapai melalui penilaian dan pengelolaan resiko lingkungan, evaluasi potensi konsekuensi ekonomi, dan membandingkan keduanya terhadap potensi manfaatnya. Pedoman penilaian keamanan hayati secara internasional dituangkan dalam Protokol Cartagena, sedang di tingkat nasional tertuang dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura pada tanggal 29 September 2000, khusus untuk produk pertanian PRG. Pada prinsipnya sebuah pedoman keamanan hayati yang efektif memiliki empat unsur kunci, yaitu : i pedoman yang transparan, ilmiah, dan fleksibel; ii pengambilan keputusan yang kompeten; iii proses review berdasarkan informasi ilmiah mutakhir; dan iv mekanisme umpan balik dalam merevisi pedoman berdasarkan informasi terbaru. Tidak optimalnya salah satu dari unsur kunci tersebut akan berakibat timbulnya perbedaan persepsi di dalam menilai kelayakan pemasyarakatan produk transgenik. Lebih jauh lagi, ketidakjelasan peraturan akan menimbulkan kebingungan, baik di pihak masyarakat maupun instansi- instansi terkait. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi menyarankan beberapa langkah strategis yang perlu diambil pemerintah sebagai berikut : a. Revisi SKB Empat Menteri tersebut di atas menjadi peraturan yang tingkatnya lebih tinggi Peraturan Pemerintah atau Undang- Undang tentang Produk Transgenik, b. Ratifikasi Protokol Keamanan Hayati Cartagena, c. Sosialisasi secara luas, transparan, dan seimbang kepada masyarakat tentang manfaat dan potensi resiko pemanfaatan produk transgenik, d. Alokasi dana yang memadai di bidang riset dan pembangunan fasilitas pendeteksian, pengujian, dan evaluasi potensi resiko produk transgenik. Ibu Rumah Tangga sebagai Konsumen Negara Indonesia memiliki kepadatan jumlah penduduk yang begitu besar dimana kebutuhan akan sandang, pangan dan papan pun harus dipenuhi juga. Kebutuhan in i sangat dibutuhkan untuk hajat hidup orang banyak. Berkaitan dengan kebutuhan pangan yang harus dipenuhi setiap harinya, dimana kebutuhan pangan yang berasal dari pangan rekayasa genetika. Dalam pemenuhan bahan pangan memerlukan seorang tenaga ahli yang berskala sederhana yaitu ibu rumah tangga, walaupun tidak menutup kemungkinan seorang kepala keluarga yang memutuskan dalam pemenuhan bahan pangan. Ibu rumah tangga adalah bagian dari konsumen yang merupakan seseorang yang akan membeli suatu produk untuk dipakai sendiri dan tidak untuk dijual kembali. Menurut Sumarwan 1997, perilaku konsumen adalah kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Schiftmann dan Kanuk 2000 mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumberdaya yang tersedia waktu, uang, usaha dan energi. Pemenuhan kebutuhan akan sandang, pangan dan papan sebagian besar ditentukan oleh kaum ibu rumah tangga yang merupakan bagian dari konsumen. Setiap penduduk atau individu adalah seorang konsumen karena tugasnya melakukan kegiatan konsumsi, baik pangan dan non pangan maupun jasa. Konsumen akan menggunakan berbagai kriteria dalam membeli produk dan merek tertentu Sumarwan 2003. Ibu rumah tangga sebagai bagian dari konsumen adalah individu yang memiliki keragaman latar belakang budaya, tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh karena itu para pemasar berkewajiban memahami ibu rumah tangga, mengetahui apa yang dibutuhkan, apa seleranya dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga produsen dapat memproduksi barang dan jasa sesuai kebutuhan konsumen. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk pada proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini Engel, Blackwell dan Miniard 1994. Perilaku konsumen dalam hal ini ibu rumah tangga sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi konsumen dalam perolehan bahan pangan rekayasa genetika PRG. Ibu rumah tangga merupakan sosok yang penting dalam pemenuhan kebutuhan, baik dalam hal perencanaan keuangan sampai pada pengelolaan keuangan. Akses pengelolaan diatur sedemikian rupa oleh ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Pada tahap pembelian suatu bahan pangan dimana ibu akan menentukan jenis bahan pangan apa yang akan dibeli dan akan dikonsumsi untuk keluarganya. Mayoritas para ibu rumah tangga memperoleh bahan pangan dengan mudah, baik itu di supermaket atau pasar tradisional. Ibu pun mulai teliti akan produk bahan pangan yang akan dibeli dan dikonsumsi bagi keluarganya, sehingga diperlukan suatu pengetahuan akan perolehan bahan pangan. Pengetahuan Pengetahuan dapat didefinisikan secara umum sebagai informasi yang dapat disimpan dalam ingatan Engel, Blackwell Miniard, 1994. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap penerimaan dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo 1995. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan reality. Salah satu cara untuk mendapat dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwewenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti Aristoteles. Pengetahuan dapat diketahui dengan cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan eksperimen seperti dilakukannya metode ilmiah. Pengetahuan juga dapat diturunkan dengan cara logika secara tradisional, otoritatif, atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengujian. Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu semakin banyak pengetahuan yang dimiliki konsumen maka akan semakin baik pula dalam mengambil keputusan. Selain itu, pengetahuan konsumen menyebabkan konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi serta mampu mengingat informasi dengan lebih baik Sumarwan 2003. Pengetahuan konsumen terbagi menjadi tiga kategori, yaitu pengetahuan objektif, pengetahuan subjektif dan informasi mengenai pengetahuan lainnya. Pengetahuan objektif adalah informasi yang benar mengenai kelas produk yang disimpan dalam memori jangka panjang konsumen. Pengetahuan subjektif adalah persepsi konsumen mengenai apa dan berapa banyak yang diketahui mengenai kelas produk. Selain itu, konsumen juga memiliki informasi mengenai berbagai pengetahuan lainnya Sumarwan 2003. Menurut Dharmmesta dan Handoko 1996 pengetahuan yaitu unsur– unsur yang mengisi akal alam jiwa manusia yang sadar. Hal ini akan menimbulkan suatu gambaran, pengamatan persepsi, konsep terhadap segala hal yang diterima dari lingkungan melalui panca inderanya. Menurut Engel, Blackwell Miniard 1995 pengetahuan dapat meningkatkan kemampuan konsumen untul mengerti suatu pesan, membantu konsumen mengamati logika yang salah dan dapat menghindari penafsiran yang tidak benar. Lebih lanjut Engel, Blackwell Miniard 1994 menjelaskan bahwa pengetahuan konsumen terhadap suatu barang dibagi dalam tiga jenis yaitu 1 pengetahuan produk product knowledge, 2 pengetahuan pembelian purchase knowledge dan 3 pengetahuan penggunaan usage knowledge. Persepsi Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan lingkungannya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima rangsangan stimulus dari lingkungannya. Individu mengenal dan memahami lingkungannya, merupakan persoalan yang berhubungan dengan penginderaan dan pengamatan sensation dan perception. Kata persepsi sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu perseptio yang berarti mengambil, mengerti atau menagkap dan dalam bahasa Inggris yaitu perception yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami. Sedangkan dalam bahasa sehari-hari persepsi diartikan sebagai mengerti, memahami atau menyadari. Menurut Jalaludin Rahmat, 1992 persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan atau juga proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Pengertian persepsi yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera Bimo 2002. Pada umumnya pengertian persepsi berkisar diantara penginderaan dan pemikiran. Namun demikian persepsi bukan hanya sekedar hasil penginderaan, ada unsur penafsiran interpretation terlebih dahulu terhadap stimulus yang diterima. Persepsi merupakan proses penginterpretasian yang merupakan pemaknaan hasil pengamatan. Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut. Misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja. Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat otak mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang banyak coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu tulisan menjadi jelek. Menurut Irawan, Wijaya dan Sudjoni 1997 seseorang dapat muncul dengan persepsi yang berbeda terhadap objek rangsangan yang sama karena tiga proses yang berkenaan dengan persepsi. Proses tersebut adalah penerimaan rangsangan secara selektif, perubahan makna informasi secara selektif dan mengingat sesuatu secara selektif. Muhadjir 1992 menyatakan persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari domain kognitif berupa ekspresi pendapat yang lebih tepat atau kurang tepat. Menurut Cshlosberg dalam Muhadjir 1992 pengukuran persepsi dapat disajikan dalam dua dimensi senang–tidak senang dan menerima–menolak. Selanjutnya Noeng dalam Muhadjir 1992 menyederhanakan pengukuran persepsi dalam bentuk skala penilaian setuju dan tidak setuju. Persepsi tentang sesuatu merupakan interpretasi atau respon kesadaran sesorang terhadap lingkungan fisik atau stimulasi yang diperolehnya Hardinsyah dan Yunita 1997. Persepsi juga dinyatakan sebagai proses seseorang mengungkapkan pendapat atau opini dari berbagai stimulus yang diterimanya. Apa yang didengar, dibaca, dilihat, dirasakan dan dibaui oleh seseorang akibat faktor lingkungannya yang akan memberi respon persepsi dari seseorang. Informasi, baik yang dilihat, dibaca, didengar atau dirasakan akan menjadi pengetahuan bagi seseorang dan dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap objek tertentu, termasuk Pangan Rekayasa Genetika. Pengetahuan seseorang merupakan aspek kognitif yang dimiliki seseorang dari merekam atau mengingat dari segala informasi yang diperolehnya, baik tentang lingkungannya general knowledge maupun tentang bagaimana melakukan sesuatu–bertindak procedural knowledge. Dalam teori Perilaku Konsumen, persepsi dan pengetahuan seserorang merupakan dua hal yang penting diperhatikan bahkan dijadikan sasaran perubahan untuk tujuan pemasaran. Demikian pula dalam psikologi untuk tujuan terapi Belch GE dan Belch MA 1995. Penelitian di Inggris mengenai persepsi konsumen tentang penggunaan produk PRG pada tahun 1996 lebih detail disajikan pada bagian selanjutnya, menunjukkan bahwa sebagain besar responden menolak menggunakan pangan hasil PRG. Sisi negatif dari penolakan ini adalah tidak berkembangnya perdagangan dan pasar pangan produk PRG. Bagi Inggris yang merupakan negara maju dan masih memungkinkan untuk memproduksi dan membeli pangan non-PRG, tidak menimbulkan masalah food insecurity di negaranya. Tetapi bila hal tersebut terjadi di negara-negara yang padat penduduk dan produksi pangannya tidak memadai tergantung sebagian pada Impor pangan, seperti indonesia, bisa jadi masalah tersebut dapat menimbulkan masalah ketidaktahanan pangan. Meskipun sebenarnya definisi ketahanan pangan bukan berarti setiap negara harus mampu memproduksi sendiri untuk kebutuhan sendiri Handewi, P.S. Rachman dan Mewa Ariani, 2002; Hardinsyah, 2001. Respon masyarakat di berbagai wilayah dunia terhadap pangan hasil rekayasa genetika cenderung negatif. Hal itu diperoleh dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara besar di Eropa dan juga di Jepang. Tetapi, beberapa penelitian yang dilakukan di negara-negara berkembang memberikan hasil yang berbeda dengan penelitian di negara maju. Di negara berkembang, persepsi positif yang diberikan terhadap produk PRG merupakan hasil analisis manfaat biaya cost-benefit analysis sejalan dengan teori manfaat yang diharapkan. Negara-negara berkembang lebih memberi perhatian terhadap kebutuhan pangan kaitannya dengan ketersediaan pangan dan kandungan gizi. Selain itu, tingkat persepsi terhadap potensi resiko bisa ditekan menjadi lebih rendah karena kepercayaan terhadap peraturan yang dibuat pemerintah, persepsi positif terhadap kajian ilmiah dan pengaruh positif media massa. Hal ini bertentangan dengan minimnya manfaat dan persepsi besarnya resiko yang ditemukan di negara-negara maju Curtis et al. 2004. Knight dan Paradkar 2008 menjelaskan bahwa konsumen di India tidak begitu tertarik terhadap isu GMO, masyarakat umumnya tidak memahami dan kurang menyadari akan isu GMO. Penerimaan Menurut David L.Ludon 1984 perilaku konsumen adalah sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mempergunakan barang dan jasa. Adapun menurut James F. Engel et al 1994 perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Teori perilaku konsumen ini sejalan dengan penerimaan PRG dimana konsumen yaitu Ibu rumah tangga akan mengevaluasi, memperoleh, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa yaitu Pangan Rekayasa Genetika. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam penerimaan adalah sebagai berikut : 1. Faktor Kebudayaan a. Budaya : Faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen. Budaya culture adalah penyebab paling mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang. b. Subbudaya : Faktor Sosial setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang lebih kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan meliputi: kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah geografis. 2. Faktor Sosial Seperti kelompok kecil, keluarga serta aturan dan status sosial konsumen. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan orang ingin membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup dan kepribadian serta konsep diri. 3. Faktor Psikologis Meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan dan keyakinan serta sikap. Penerimaan seseorang terhadap suatu produk pangan secara umum dapat dilihat dari jumlah yang dikonsumsi. Daya terima pangan dapat juga dinilai dari jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan pangan yang dikonsumsi. Beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap makanan yang disajikan menurut Khumaidi 1994 antara lain : a. Faktor internal, yaitu suatu kondisi yang ada dalam diri seseorang yang mempengaruhi konsumsi makanannya b. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu yang dapat mempengaruhi konsumsi makan. Dengan adanya pernyataan yang dikemukakan oleh Khumaidi 1994 maka faktor internal dan faktor eksternal mempengaruhi pengkonsumsian makanannya. Penerimaan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dipengaruhi pula oleh faktor internal dimana dalam pemenuhan bahan pangan ibu yang menentukan, akan tetapi untuk faktor eksternal dapat dipengaruhi oleh faktor luar dalam hal ini keluarga dimana masing-masing individu menginginkan jenis pangan yang akan dikonsumsi. Selanjutnya Lisdiana 1997 menambahkan bahwa penerimaan terhadap makanan juga dipengaruhi oleh pengalaman dan respon yang diperlihatkan orang lain terhadap makanan sejak ia masih anak-anak. Penerimaan suatu makanan ditentukan oleh rangsangan yang timbul melalui panca indera penglihatan, penciuman, pencicip dan indera pendengaran. Namun faktor yang pada akhirnya mempengaruhi penerimaan adalah rangsangan citarasa yang ditimbulkan oleh makanan. Penerimaan lebih ditentukan oleh faktor kesehatan dan kepercayaan, sedangkan kesukaan lebih dipengaruhi oleh selera. Potter Hotchkiss 1996 menambahkan bahwa penerimaan sangat dipengaruhi oleh mutu produk. Akan terdengar aneh bahwa produk-produk yang diproduksi dengan teknologi yang lebih maju malah kurang disukai oleh konsumen. Hal inilah yang terjadi pada produk PRG, paling tidak untuk beberapa konsumen. Organisme yang telah dimodifikasi secara genetis PRG dikembangkan dengan bioteknologi yang lebih maju dengan tujuan untuk mencapai beberapa kualitas tertentu yang diinginkan dalam produksi pertanian seperti benih dan tahan terhadap serangga. Sayangnya, PRG yang tidak disertai dengan manfaat yang dapat langsung dirasakan dapat diamati secara fisik bagi konsumen, produk-produk olahan PRG dan pangan yang mengandung bahan tambahan dari produk PRG bisa dipandang kurang baik dibandingkan produk pangan non-PRG Chern dan Rickertsen, 2002. KERANGKA PEMIKIRAN Pangan rekayasa genetika merupakan produk hasil pencangkokan dari satu gen ke gen yang lain. Pangan rekayasa genetika juga merupakan suatu produk yang mempunyai kemampuan untuk memenuhi kecukupan pangan dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Dimana keberadaannya sudah beredar dimana-mana, hanya masyarakat umum tidak mengetahui secara pasti akan pangan rekayasa genetika itu. Keberadaan pangan rekayasa genetika bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia masih asing ditelinga, bahkan tak jarang yang memandang negatif akan produk ini. Akan tetapi di luar negeri, dikarenakan terbatasnya lahan pertanian dan pesatnya teknologi, pangan rekayasa genetika merupakan sesuatu hal yang sudah tidak langka lagi. Banyak faktor yang menyebabkan pangan rekayasa genetika ini kurang dikenal masyarakat Indonesia, selain kurangnya sosialisasi oleh departemen atau lembaga yang terkait, juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan besarnya pendapatan masyarakat Indonesia. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak pengetahuan dan persepsi positif mengenai pangan rekayasa genetika, sehingga mereka tidak ragu dan takut untuk mengkonsumsi atau menerima produk PRG tersebut. Sebaliknya juga demikian, bila tingkat pendidikannya rendah maka pengetahuan dan persepsi akan pangan rekayasa genetika juga rendah yang pada akhirnya mereka tidak menginginkan untuk mengkonsumsi pangan rekayasa genetika. Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran dalam bertindak. Pengetahuan yang dimiliki, dapat membuat seseorang bisa menilai dan mempersepsikan pangan rekayasa genetika sehingga akan membentuk suatu penerimaan terhadap pangan rekayasa genetika dalam bentuk perilaku berupa tindakan. Selain tingkat pengetahuan, beberapa faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi penerimaan PRG pada ibu rumah tangga, yaitu status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu dan kota tempat tinggal. Berdasarkan penjelasan diatas maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Keterangan : Peubah yang diteliti Peubah yang tidak diteliti Gambar 3. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PRG pada Ibu Rumah Tangga Perkotaan. Karakteristik Ibu Rumah Tangga • Status ekonomi • Tingkat pendidikan • Pekerjaan Ibu • Kota Tempat Tinggal PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika PERSEPSI Pangan Rekayasa Genetika Komunikasi Interpretasi Tanggapan PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN • Media Massa • Lingkungan Sosial METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian utama yang dilakukan oleh Hardinsyah et al 2007 melalui kerjasama antara Institut Pertanian Bogor dengan Departemen Pertanian. Penelitian utama menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis sederhana dengan sebaran distribusi. Sedangkan rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional Study yang bersifat deskriptif analitis dengan menjelaskan kekuatan hubungan dan faktor demografi serta status ekonomi yang mempengaruhi penerimaan PRG khususnya kedelai dan olahannya terutama tahu dan tempe. Penelitian ini dilakukan di tiga kota besar yang dipilih secara sengaja yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga November 2007. Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dan ibu rumah tangga dipilih sebagai responden. Penentuan ibu rumah tangga sebagai responden didasarkan atas asumsi bahwa ibu merupakan anggota keluarga yang berperan sangat besar dalam hal pengadaan dan penyiapan konsumsi di rumah tangga. Penetapan ketiga kota yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan wilayah perkotaan, akses informasi dan isu terkini lebih cepat dan terbaru di banding daerah pedesaan. Selain itu, pemilihan ketiga kota tersebut memiliki kepadatan populasi yang tinggi sehingga diharapkan terdapat heterogenitas calon responden Ibu rumah tangga dari berbagai tingkat sosial ekonomi miskin, sedang dan tidak miskin. Penentuan ketiga kota tersebut juga ditetapkan karena ketiga kota merupakan kota besar di Indonesia, serta di Kota Medan dan Surabaya merupakan daerah dengan hasil pertanian yang cukup besar. Penentuan kelurahan dari masing–masing kota diambil secara sengaja purposive yang berasal dari lima kelurahan dengan prevalensi kemiskinan yang berbeda. Setelah diperoleh informasi mengenai prevalensi kemiskinan rata-rata di setiap kota berdasarkan data BPS di masing-masing kota, maka dipilih satu kelurahan dengan prevalensi kemiskinan terbawah, satu kelurahan dengan prevalensi kemiskinan teratas dan tiga kelurahan dengan prevalensi kemiskinan di sekitar rata-rata prevalensi kemiskinan kota sebagai tempat pelaksanaan penelitian. Teknik penarikan contoh secara terinci dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4. Teknik Penarikan Contoh. Indonesia DKI Jakarta Jawa Timur Sumatera Utara 1 Kota Jakarta 5 Kelurahan Kel. Miskin - Kel. Cipinang Cempedak Kel. Menengah - Kel. Baru - Kel. Cipinang Muara - Kel. Kebon Pala Kel. Atas - Kel. Rambutan 150 Rumahtangga 1 Kota Surabaya 5 Kelurahan Kel. Miskin - Kel. Kebraon Kel. Menengah - Kel. Mojo - Kel. Keputih - Kel. Ploso Kel. Atas - Kel. Gading 150 Rumahtangga 1 Kota Medan 5 Kelurahan Kel. Miskin - Kel. Teladan Timur Kel. Menengah - Kel. Pasar Merah - Kel. Sudi Rejo I - Kel. Sudi Rejo II Kel. Atas - Kel. Teladan Barat 150 Rumahtangga 30 Rumah tangga Miskin 90 Rumah tangga Mene ngah 30 Rumah tangga Atas 30 Rumah tangga Miskin 90 Rumah tangga Mene ngah 30 Rumah tangga Atas 30 Rumah tangga Miskin 90 Rumah tangga Mene ngah 30 Rumah tangga Atas Sebanyak 30 rumahtangga dipilih dari setiap kelurahan dengan cara berkonsultasi dengan petugas kelurahan atau ketua tim penggerak Pendidikan Kesejahteraan Keluarga PKK, sehingga dari setiap kota diperoleh sebanyak 150 responden, dan dari ketiga kota dikumpulkan responden total sebanyak 450 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Penelitian ini dikumpulkan dari data hasil penelitian utama. Adapun jenis data yang dikumpulkan dari studi penelitian utama meliputi data primer dan data sekunder. Secara umum data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden yang mencakup : usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Data mengenai pengetahuan tentang PRG meliputi : pengetahuan tentang istilah PRG, pemahaman tentang PRG, peredaran PRG, manfaat PRG, uji keamanan untuk manusia dan pakan ternak. Data untuk persepsi tentang PRG meliputi : kualitas PRG, nilai gizi, manfaat PRG bagi kesehatan, produktivitas PRG, tahan hama, biaya dan produktivitas PRG serta pestisida yang hemat untuk PRG. Data yang dikumpulkan untuk faktor penerimaan adalah pernah mengkonsumsi PRG, kuantitas konsumsi PRG, produk berformalin yang lebih berbahaya banding PRG, daging ayam yang terinfeksi flu burung yang lebih berbahaya banding PRG, pangan penyebab diare yang lebih berbahaya banding PRG dan pewarna pangan yang lebih berbahaya banding PRG. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Adapun langkah yang dilakukan sebelum ibu rumah tangga mengisi kuesioner yaitu dengan wawancara terlebih dahulu untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan PRG. Enumerator juga memberi arahan dengan menyebutkan salah satu contoh PRG yang sudah umum dan mudah dipahami oleh ibu rumah tangga seperti jenis kacang kedelai impor yang merupakan produk rekayasa genetika dimana mempunyai ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan kacang kedelai lokal. Data sekunder meliputi dokumen atau laporan tentang penggunaan benih, luas tanam dan produksi pangan rekayasa genetika PRG. Dokumen tentang regulasi, kesepakatan, pedoman dan standar tentang atau yang berkaitan dengan PRG baik nasional maupun internasional. Dalam kaitannya dengan penarikan contohsampling, di setiap lokasi penelitian diperlukan data sekunder tentang kemiskinan tingkat desa di setiap kabupaten dan kota yang menjadi lokasi penelitian Hardinsyah, et al 2007. Tabel 3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data No Jenis Data Cara Pengumpulan 1 Karakteristik Kuesioner Usia, Pendidikan, Jumlah anggota keluarga, Sumber pendapatan utama, Besar pengeluaran pangan, Besar pengeluaran non pangan 2 Penerimaan Kuesioner pernah mengkonsumsi PRG 3 Pengetahuan Kuesioner pengetahuan tentang PRG, pengetahuan tentang istilah PRG, peredaran PRG, manfaat PRG, perlunya uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia, konsumsi pangan berformalin lebih berbahaya dibandingkan PRG, konsumsi daging terinfeksi flu burung lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi makanan penyebab diare berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi pewarna lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG dan perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak 4 Persepsi Kuesioner kualitas PRG, pangan PRG mempunyai nilai gizi lebih baik, pangan PRG mempunyai manfaat bagi kesehatan, produktivitas PRG lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lokal sejenis, PRG tahan terhadap serangan hama, PRG memiliki biaya produksi rendah dan keuntungan tinggi, jumlah pemakaian pestisida pada PRG lebih hemat dibandingkan dengan tanaman lokal sejenis Pengolahan dan Analisis Data Status ekonomi dikategorikan menjadi dua kategori yaitu miskin dan tidak miskin berdasarkan kelompok pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan di masing- masing kota Jakarta Rp.658.764, Surabaya Rp.345.498,- dan Medan Rp.391.159 BPS Susenas 2005. Status ekonomi dinilai berdasarkan kategori miskin dan tidak miskin, dimana kategori miskin diberi skor 0 dan tidak miskin diberi nilai 1 yang kemudian masing-masing kategori dipresentasekan. Menurut tingkat pendidikan Ibu rumah tangga diukur berdasarkan jenjang pendidikan yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu rendah Tidak sekolah dan SD, menengah SLTP dan SLTA dan tinggi Perguruan Tinggi. Pengkategorian tersebut diberi skor masing-masing, yaitu kategori rendah diberi skor 0, kategori sedang diberi skor 1 dan kategori tinggi diberi skor 2. Pekerjaan Ibu rumah tangga diukur berdasarkan profesi yang dijalani saat ini yang dibagi dalam dua kategori yaitu bekerja PNS, karyawan swasta, buruh, profesional dan tidak bekerja hanya sebagai Ibu rumah tangga yang mengurusi keluarganya. Penerimaan dinilai berdasarkan persentase atas jawaban dari pertanyaan yaitu: pernah mengkonsumsi PRG. Pertanyaan terdiri dari dua pilihan dimana jawaban ya artinya pernah mengkonsumsi akan diberi skor 1 dan jawaban tidak tidak pernah mengkonsumsi akan diberi skor 0. Pengetahuan dinilai berdasarkan persentase atas jawaban yang benar dari enam pertanyaan, mengenai pengetahuan tentang pengertian PRG, pengetahuan tentang manfaat PRG, pemahaman tentang defenisi PRG, mengetahui bahwa di Indonesia atau daerah tempat tinggal responden saat ini telah beredar produk pangan PRG, PRG harus mela lui uji keamanan sebelum diedarkan, konsumsi pangan berformalin lebih berbahaya dibandingkan PRG, konsumsi daging terinfeksi flu burung lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi makanan penyebab diare berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi pewarna lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG dan PRG yang akan diolah jadi pakan ternak juga harus melalui uji keamanan sebelum diedarkan. Tiap pertanyaan terdiri dari dua pilihan dan jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan salah akan diberi skor 0. Total skor dari sepuluh komponen pertanyaan kemudian dipersentasekan untuk ditetapkan menjadi dua kategori pengetahuan yaitu tidak baik dengan batas pengelompokkan skor 60 persen dan untuk kategori baik apabila skor yang diperoleh 60 persen. Persepsi dinilai berdasarkan persentase atas jawaban yang benar dari tujuh pertanyaan, terdiri atas : PRG punya kualitas lebih baik, PRG punya nilai gizi lebih baik, PRG punya manfaat bagi kesehatan, produktivitas PRG lebih tinggi dibandingkan produk lokal sejenis, PRG tahan hama, biaya produksi rendah, hemat pestisida. Tiap pertanyaan terdiri dari dua pilihan dan jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan salah akan diberi skor 0. Total skor dari tujuh komponen pertanyaan kemudian dipersentasekan untuk ditetapkan menjadi dua kategori persepsi yaitu persepsi salah apabila skor yang diperoleh 60 persen dan persepsi benar jika skor yang diperoleh 60 persen. Kota tempat tinggal dibedakan atas tiga kota besar yang ada di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Entri data primer dari responden penelitian dilakukan menggunakan program Excel. Entri data dilakukan setelah disiapkan suatu code book, sebagai pedoman entri data. Double entry dilakukan pada 5 persen kuesioner untuk mengecek secara sepintas kesalahan entri data. Kecurigaan akan kemungkinan kesalahan entri menghendaki pengecekan ulang data dari kuesioner, sampai diyakini hasil entri data tersebut benar. Pengolahan data dilakukan dengan analisis menggunakan SPSS Statistical Package for Social Sciences versi 12.0, yang diawali dengan menentukan hasil statistik deskriptif yaitu nilai proporsi untuk setiap kategori dari masing-masing peubah sudah dientri. Setelah menetapkan proporsi masing-masing peubah, maka dilanjutkan dengan analisis data untuk melihat hubungan skor pengetahuan dan persepsi responden antar berbagai kelompok kelompok miskin vs kelompok tidak miskin. Untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan ibu rumah tangga terhadap PRG, dilakukan analisis dengan menggunakan metode regresi logistik. Pemilihan regresi logistik sebagai metode analisis data dalam penelitian ini adalah karena penelitian ini bertujuan melihat hubungan beberapa faktor peubah independen dengan peubah dependen, dimana peubah dependennya penerimaan ibu rumah tangga terhadap PRG terdiri dari dua kategori atau binarydikotomus Kleinbaum 1988, Steel and Torrie 1991. Peubah independen yang diduga mempengaruhi penerimaan PRG dalam penelitian ini yaitu status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal. Analisis data menggunakan regresi logistik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahapan analisis univariat untuk melihat sebaran data, bivariat atau regresi logistik sederhana yaitu untuk melihat hubungan masing- masing peubah independen dengan penerimaan sebagai peubah dependen. Seterusnya data yang memenuhi kriteria persyaratan, dianalisis dengan uji regresi logistik berganda yaitu untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang secara bersamaan akan berpengaruh terhadap penerimaan PRG pada ibu rumah tangga perkotaan. Tahapan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secara lengkap meliputi a analisis sebaran data yang digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari responden serta untuk mendeskripsikan peubah dependen dan independen Pagano 1992. Analisis ini memberikan gambaran atau karakteristik peubah penerimaan, status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal, b analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan penerimaan PRG berdasarkan kota tempat tinggal dan status ekonomi dengan menggunakan uji Kruskall Wallis, c uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji korelasi Spearman yang digunakan untuk melihat hubungan penerimaan dengan data ordinal yang terdiri dari status ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan dan persepsi. Sedangkan untuk uji korelasi chi square contingency coeficient digunakan untuk melihat hubungan penerimaan dengan data nominal yang terdiri dari pekerjaan dan kota tempat tinggal, d Analisis selanjutnya yang dipergunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Ibu rumah tangga terhadap PRG, dilakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi logistik. Penggunaan regresi logistik dalam analisis variabel berganda bertujuan untuk menjelaskan faktor- faktor apa saja yang menentukkan penerimaan PRG, hasil tersebut dilengkapi dengan penjelasan persentase tiap kategori dengan masing-masing kekuatan hubungannya sebagaimana yang dijelaskan oleh model persamaan regresi logistik berganda berikut : 1 1 2 2 ... 1 1 k k X X X Y e β β β β − + + + + = + dimana : Y = penerimaan PRG 1 = menerima, 0 = tidak menerima X 1 = status ekonomi 1 = tidak miskin, 0 = miskin X 2 = tingkat pendidikan 2 = tinggi, 1 = sedang, 0 = rendah X 3 = pekerjaan ibu 1 = bekerja, 0 = tidak bekerja X 4 = pengetahuan tentang PRG 1 = baik, 0 = tidak baik X 5 = persepsi terhadap PRG 1 = menerima, 0 = tidak menerima X 6 = kota tempat tinggal 2 = Medan, 1 = Surabaya, 0 = Jakarta ßo = intercept ß 1 ,ß 2 ,...,ß 6 = koefisien regresi untuk peubah X 1 , X 2 , . . ., X 6 e = galat Adapun skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Skala pengukuran variabel-variabel penelitian No Variabel Kategori Sumber 1 Pendidikan Rendah Tidak Sekolah dan SD Menengah SLTP dan SLTA Tinggi Perguruan Tinggi 2 Status Ekonomi Miskin Tidak Miskin Jakarta Rp.658.764, Surabaya Rp.345.498,- dan Medan Rp.391.159 Data Susenas 2005 Besar Pengeluaran 3 Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 4 Penerimaan Tidak Menerima : 60 Menerima : 60 5 Pengetahuan Tidak Baik : 60 Baik : 60 6 Persepsi Persepsi Salah : 60 Persepsi Benar : 60 Definisi Operasional Penerimaan adalah daya terima ibu rumah tangga terhadap suatu produk pangan rekayasa genetika yang mereka konsumsi dalam kehidupan sehari- hari. Untuk penerimaan ini yang merupakan nilai Y dalam regresi logistik berganda dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu menerima diberi skor 1 dan tidak menerima diberi skor 0. Pangan Rekayasa Genetika PRG adalah produk yang secara genetik telah mengalami modifikasi penyisipan gen tertentu melalui teknologi penggabungan DNA untuk mendapatkan produk pangan baru yang lebih unggul. Dalam penelitian ini dibatasi pada jenis PRG yaitu kedelai impor dimana dalam beberapa literatur bahwa kedelai impor dapat dikenali dari ukurannya yang relatif besar-besar dibandingkan kedelai lokal. Ibu Rumah Tangga adalah wanita yang berperan sebagai istri dan ibu untuk anak-anaknya, serta merupakan seseorang yang mengelola pemenuhan pangan keluarga dalam rumah tangga. Status Ekonomi adalah keadaan tingkat ekonomi ibu rumah tangga yang dikategorikan miskin dan tidak miskin menurut besar pengeluaran pangan dan besar pengeluaran non pangan setiap keluarga berdasarkan data BPS Susenas 2005. Pengkodean skor yaitu tidak miskin diberi skor 1 dan miskin diberi nilai 0. Tingkat pendidikan adalah jenjang tingkat pendidikan formal yang dijalani oleh Ibu rumah tangga. Dalam hal ini dikelompokkan pada kategori rendah yaitu untuk ibu tidak sekolah dan SD, kategori sedang untuk yang berpendidikan SMP Sekolah Menengah Pertama dan SMA Sekolah Menengah Atas, dan kategori tinggi untuk ibu yang berpendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi. Pengkodean skor yaitu tinggi diberi nilai 2, sedang diberi nilai 1, dan rendah diberi skor 0. Pekerjaan adalah status pekerjaan ibu yang dikategorikan bekerja yaitu meliputi: PNS, Karyawan swasta, Wiraswasta, Buruh, dan Profesional, kategori tidak bekerja yaitu ibu rumah tangga . Pengkodean skor yaitu bekerja diberi skor 1 dan tidak bekerja diberi nilai 0. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui ibu rumah tangga PRG meliputi: pengetahuan tentang PRG, pengetahuan tentang istilah PRG, pengetahuan peredaran PRG, pengetahuan manfaat PRG, perlunya uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia, konsumsi pangan berformalin lebih berbahaya dibandingkan PRG, konsumsi daging terinfeksi flu burung lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi makanan penyebab diare berbahaya dibandingkan dengan PRG, konsumsi pewarna lebih berbahaya dibandingkan dengan PRG dan perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak. Peubah ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu baik yang berarti ibu rumah tangga dapat menjawab 60 pertanyaan dengan benar yang diberi skor 1 dan tidak baik yang berarti ibu rumah tangga dapat menjawab 60 pertanyaan yang salah dan diberi skor 0. Persepsi adalah respon Ibu rumah tangga sebagai konsumen terhadap PRG meliputi: kualitas PRG, pangan PRG mempunyai nilai gizi lebih baik, pangan PRG mempunyai manfaat bagi kesehatan, produktivitas PRG lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lokal sejenis, PRG tahan terhadap serangan hama, PRG memiliki biaya produksi rendah dan keuntungan tinggi, jumlah pemakaian pestisida pada PRG lebih hemat dibandingkan dengan tanaman lokal sejenis. Peubah ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu persepsi benar yang diberi skor 1 artinya ibu rumah tangga dapat menjawab 60 pertanyaan dengan benar dan persepsi salah yang diberi skor 0 berarti ibu rumah tangga dapat menjawab 60 pertanyaan yang salah. Kota tempat tinggal adalah lokasi perkotaan yang dipilih sebagai kota tempat tinggal Ibu rumah tangga sebagai responden penelitian, yaitu kota Medan yang diberi skor 2, Surabaya yang diberi skor 1 dan Jakarta yang diberi skor 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ibu Rumah Tangga Data yang dianalisis pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dengan menyebar kuesioner. Ibu rumah tangga merupakan responden dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini berjumlah 450 Ibu rumah tangga orang yang ditemui di tiga kota yang berbeda yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Karakteristik yang dilihat yaitu usia, tingkat pendidikan, besar pengeluaran pangan, besar pengeluaran non pangan dan jumlah anggota keluarga. Tabel 5. Sebaran Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Karakteristik Demografi Menurut Kota Tempat Tinggal Karakteristik Jakarta Surabaya Medan Total Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin Miskin Tidak Miskin n Usia tahun 20 – 35 36 – 55 55 1653.3 1446.7 0 0 4436.7 7159.2 54.2 1344.8 1344.8 310.3 4839.7 6553.7 86.6 1546.9 1340.6 412.5 2218.6 8773.7 97.6 4448.4 4044.0 77.7 11431.8 22362.1 226.1 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi 00 620 723.3 1446.7 310 00 97.5 2117.5 6554.2 2520.8 00 1034.5 310.3 1137.9 517.2 00 43.3 119.1 4234.7 6452.9 39.4 618.8 618.8 1134.4 618.8 00 1210.2 2117.8 6454.2 2117.8 33.3 2224.2 1617.6 3639.6 1415.4 00 257 5314.8 17147.6 11030.6 Pekerjaan Ibu PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Buruh Profesional Lainnya 13.3 1446.7 1446.7 00 00 13.3 1613.3 6251.7 3630 10.8 10.8 43.3 13.4 1034.5 931 517.2 00 413.8 3428.1 4335.5 2722.3 10.8 119.1 54.1 13.1 00 26.3 13.1 13.1 2784.4 2722.9 86.8 3126.3 97.6 10.8 4235.6 33.3 2426.4 2527.5 66.6 11.1 3235.2 7721.4 11331.5 9426.2 113.1 133.6 5114.2 Jumlah Anggota Keluarga orang 2 – 3 4 – 5 5 1860 826.7 413.3 1613.3 8066.7 2420 827.6 1965.5 26.9 2823.1 6452.9 2924 825 1753.1 721.9 119.3 6353.4 4437.3 3437.4 4448.4 1314.3 5515.3 20757.7 9727 Pengeluaran Pangan perbulan Rp 500000 500000-1000000 1000000-2000000 2000000 1240 1860 00 00 00 5142.5 6050 97.5 2896.6 13.4 00 00 119.1 5343.8 5444.6 32.5 32100 00 00 00 54.2 9479.7 1815.3 10.8 7279.1 1920.9 00 00 164.5 19855.2 13236.8 133.6 Pengeluaran Non Pangan perbulanRp 500000 500000-1000000 1000000-2000000 2000000 2893.3 26.7 00 00 00 8671.7 2924.2 54.2 2793.1 26.9 00 00 1512.4 3528.9 2520.7 4638 32100 00 00 00 3529.7 5647.5 2218.6 54.2 8795.6 44.4 00 00 5013.9 17749.3 7621.2 5615.6 Data sebaran karakteristik yang diperoleh, memperlihatkan usia Ibu rumah tangga pada status ekonomi tidak miskin menunjukkan rentang usia 36 hingga 55 tahun dengan jumlah persentase 62, namun untuk status ekonomi miskin ada pada usia 20 hingga 35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa status ekonomi miskin cenderung menikah atau berkeluarga di usia yang relatif muda. Ibu rumah tangga dari tiga kota yang tersebar di Indonesia berdasarkan status ekonomi miskin menunjukkan persentase yang terbesar 39 berpendidikan SLTA. Namun untuk status ekonomi tidak miskin menunjukkan hasil dimana 47 Ibu rumah tangga berpendidikan SLTA. Berdasarkan pekerjaan Ibu yang dibandingkan antar kota, diperoleh hasil dimana pekerjaan Ibu bervariasi dari menjadi PNS, karyawan swasta, buruh, profesional dan lainnya hanya sebagai Ibu rumah tangga. Secara umum, proporsi terbesar dari status ekonomi miskin yaitu 35 berprofesi sebagai Ibu rumah tangga yang mengurusi keluarganya sedangkan proporsi terbesar pada status ekonomi tidak miskin 31 berprofesi sebagai karyawan swasta. Menurut Kartasapoetra dan Marsetyo 2003 jenis pekerjaan orang tua merupakan salah satu indikator besarnya pendapatan keluarga. Pendapatan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan keluarga yang berimplikasi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga pada status ekonomi miskin dan status ekonomi tidak miskin berada pada rentang jumlah anggota keluarga 4 hingga 5 orang dengan masing-masing persentase 48 dan 57. Besar pengeluaran pangan rata–rata perbulan dari tiga kota berdasarkan status ekonomi miskin menunjukkan hasil bahwa Rp. 500.000,- para Ibu rumah tangga mengeluarkan untuk keperluan pangan 79. Pada status ekonomi tidak miskin menunjukkan bahwa untuk keperluan pangan biaya yang dikeluarkan berada pada rentang Rp.500.000,- – Rp.1.000.000,- sebesar 55. Namun berdasarkan pengeluaran non pangan pada status ekonomi miskin yaitu 95 mengeluarkan dana Rp.500.000,-, dan pada status ekonomi tidak miskin 49 mengeluarkan dana non pangan sebesar Rp.500.000,- – Rp.1.000.000,-. Penerimaan Ibu Rumah Tangga Terhadap Pangan Rekayasa Genetika Menurut Kota Berdasarkan Status ekonomi Penerimaan PRG dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan skor. Faktor penerimaan dan sebaran jawaban Ibu rumah tangga menurut kota dan status sosial ekonomi disajikan dalam Tabel 6 – Tabel 9. Tabel 6. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Penerimaan PRG Ibu Rumah Tangga di Jakarta untuk setiap kategori Status ekonomi Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n Pernah konsumsi PRG Menerima Tidak Menerima 22 73.3 8 26.4 83 69.2 37 30.8 105 70 45 30 Tabel 4 menunjukkan bahwa 73.3 sebaran Ibu rumah tangga di Jakarta pada status ekonomi miskin menerima konsumsi PRG dan 26.4 tidak menerima untuk mengkonsumsi PRG. Adapun pada status ekonomi tidak miskin, terdapat 69.2 menerima untuk mengkonsumsi PRG dan 30.8 tidak menerima untuk mengkonsumsi PRG. Sejalan dengan adanya berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa penerimaan konsumen dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Moerbeek dan Casimer, 2006 menyampaikan bahwa tingkat penerimaan wanita terhadap GMO lebih rendah dibandingkan dengan pria. Hal ini dapat dijelaskan dengan 2 hal, yaitu : 1 bahwa semakin tinggi pengetahuan, akan semakin besar tingkat penerimaan. Namun, untuk pangan hasil rekayasa genetika hal ini tidak sepenuh nya bisa diterima. Kurangnya penerimaan terhadap pangan GMO justru disebabkan karena tingkat pemahaman yang lebih baik mengenai GMO. Ibu rumah tangga yang memiliki informasi lebih banyak tentang GMO, tidak dapat sepenuhnya menerima pangan GMO karena mereka memahami bahwa risiko dan konsekuensi mengkonsumsi GMO jangka panjang masih belum jelas, dan 2 faktor jender ternyata berkaitan dengan sikap terhadap jenis pangan tertentu. Wanita umumnya merencanakan makanan dan belanja kebutuhan rumah tangga lainnya. Kurangnya ketertarikan terhadap GMO dan pangan hasil inovasi lainnya dibandingkan pangan tradisional dipraktekkan dalam hal memilih dan menyiapkan makanan untuk anaknya. Berbagai penelitian terkait penerimaan dan penilaian konsumen terhadap pangan PRG telah dilakukan. Curtis et al. 2004 menyampaikan bahwa penelitian yang dilakukan di Eropa dan Jepang memberikan bukti kuat bahwa konsumen akan memutuskan untuk mengonsumsi PRG dengan mengabaikan potensi risiko produk PRG sesuai yang mereka pahami, jika produk tersebut dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk non-PRG. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Norwegia, Grimsrud et al. 2002 menyimpulkan bahwa konsumen disana rata-rata akan mengkonsumsi roti yang dibuat dari tepung GMO hanya jika roti tersebut diberi diskon 49.5 dibawah harga roti yang dibuat dari tepung non-GMO. Penelitian yang dilakukan Burton et al. 2001 di United Kingdom, menyimpulkan bahwa pria bersedia membayar lebih banyak 26 untuk mengonsumsi pangan non-GMO, sedangkan wanitanya bersedia membayar lebih tinggi lagi 49.3 untuk menghindari pangan yang telah mengalami teknologi rekayasa genetika. Penelitian lain di Jepang, ditemukan bahwa rata-rata warga Jepang bersedia membeli mie GMO jika harganya didiskon sampai 60 harga mie non-GMO McCluskey et al. in press, 2003. Tabel 7. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Penerimaan PRG Ibu Rumah Tangga di Surabaya untuk setiap kategori Status ekonomi Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n Pernah konsumsi PRG Menerima Tidak Menerima 7 24.1 22 75.9 65 53.7 56 46.3 72 48 78 52 Faktor penerimaan untuk Surabaya menunjukkan hasil bahwa proporsi Ibu rumah tangga pada status ekonomi tidak miskin lebih besar 53.7 dibandingkan dengan status ekonomi miskin, dimana status ekonomi tidak miskin lebih menerima untuk mengkonsumsi PRG Tabel 7. Tabel 8. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Penerimaan PRG Ibu Rumah Tangga di Medan untuk setiap kategori Status ekonomi Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n Pernah konsumsi PRG Menerima Tidak Menerima 12 37.5 20 62.5 114 96.6 4 3.4 126 84 24 16 Hasil analisis menunjukan proporsi pada status ekonomi tidak miskin di kota Medan mempunyai persentase yang tinggi yaitu 96.6, dimana sebagian besar menerima untuk mengkonsumsi PRG. Akan tetapi pada status ekonomi miskin 62.5 tidak menerima untuk mengkmonsumsi PRG Tabel 8. Tabel 9. Sebaran Tingkat Penerimaan Ibu Rumah Tangga Terhadap PRG Kategori Jakarta Surabaya Medan Total Chi-Square Test n n n n Chi Square Sig Miskin Menerima Tidak Menerima Tidak Miskin Menerima Tidak Menerima Total 22 8 83 37 150 14.6 5.3 55.3 24.8 100 7 22 65 56 150 4.7 14.6 43.3 37.4 100 12 20 114 4 150 8 13.3 76

2.7 100

41 50 262 97 450 9.1 11.1 58.2 21.6 100 15.383 56.905 .000 .000 Hasil analisis penerimaan dengan menggunakan uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara Jakarta, Surabaya dan Medan menurut status ekonomi menunjukkan bahwa pada status ekonomi miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 15.38 dengan signifikansi 0.000, dimana p-value 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam penerimaan di tiga kota menurut status ekonomi miskin. Adapun pada status ekonomi tidak miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 56.905 dengan signifikansi 0.000, dimana p-value 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam penerimaan di tiga kota menurut status ekonomi tidak miskin Tabel 9. Hasil penelitian ini didukung pula oleh hasil penelit ian yang dilakukan oleh Bermawie et al. 2003 dengan menunjukkan hasil bahwa terdapat 27.82 yang merupakan jawaban persentase terbesar yang ada pada kategori “tidak keberatan mengkonsumsi PRG”. Neela et al. 2006 juga menyatakan bahwa 64.6 warga negara Hindia Barat bersedia untuk membeli dan mengkonsumsi GMO. Pengetahuan Terhadap Pangan Rekayasa Genetika Menurut Kota Berdasarkan Status ekonomi Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan ibu rumah tangga terhadap PRG, dilakukan analisis dengan memberi skor atas semua jawaban yang diberikan Ibu rumah tangga. Pengetahuan tentang PRG ini terdiri dari sepuluh item pertanyaan, dengan skor total sepuluh jika jawaban benar atas semua pertanyaan. Skor total diperoleh dengan menjumlahkan beberapa pertanyaan terkait dengan pengetahuan Ibu rumah tangga tentang pangan rekayasa genetika yang disebar pada tiga kota yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Sebaran Ibu rumah tangga berdasarkan pertanyaan pengetahuan PRG menurut kota disajikan pada Tabel 10 - Tabel 14. Tabel 10. Sebaran Persentase Jawaban setiap Faktor Pengetahuan PRG Ibu Rumah Tangga di Jakarta untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Pengetahuan tentang istilah PRG Ya Tidak 0 0 13 100 23 16.8 114 83.2 23 15.3 127 84.7 2 Pemahaman tentang PRG Produk yang mengalami penyisipan gen Produk yang benihnya telah direkayasa Produk yang benihnya diimpor Produk yang benihnya tidak bermutu 9 69.2 3 23.1 1 7.7 101 73.7 19 13.9 10 7.3 7 5.1 110 73.3 22 14.7 11 7.3 7 4.7 3 Pengetahuan tentang peredaran PRG Ya Tidak 4 30.8 9 69.2 58 42.3 79 57.7 62 41.3 88 58.7 4 Pengetahuan manfaat PRG Ya Tidak 3 23.1 10 76.9 43 31.4 94 68.6 46 30.7 104 69.3 5 Perlunya uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia Benar Salah 11 84.6 2 15.4 99 72.3 38 27.7 110 73.3 40 26.7 6 Perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak Benar Salah 10 76.9 3 23.1 85 62 52 38 95 63.3 55 36.7 7 Produk berformalin lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 6 46.2 7 53.8 79 57.7 58 42.3 85 56.7 65 43.3 8 Daging ayam terinfeksi flu burung lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 5 38.5 8 61.5 79 57.7 58 42.3 84 56 66 44 9 Pangan penyebab diare lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 10 76.9 3 23.1 98 71.5 39 28.5 108 72 42 28 10 Pewarna pangan lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 9 69.2 4 30.8 99 72.3 38 27.7 108 72 42 28 Hasil pengetahuan ibu rumah tangga di Jakarta terhadap PRG, ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi dan dibedakan atas status ekonomi miskin dan tidak miskin mempunyai persentase 73 pada pertanyaan mengenai pemahaman tentang PRG dan perlu adanya uji keamanan PRG untuk dikonsumsi manusia. Adapun persentase jawaban benar yang rendah adalah 15 mempunyai pengetahuan tentang istilah PRG yang benar. Hal ini terjadi karena pertanyaan pengetahuan mengenai istilah PRG merupakan pertanyaan pertama yang diajukan dan kemudian Ibu rumah tangga diberikan rangsangan mengenai PRG yang pada akhirnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Tabel 11. Sebaran Persentase Jawaban setiap Faktor Pengetahuan PRG Ibu Rumah Tangga di Surabaya untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Pengetahuan tentang istilah PRG Ya Tidak 6 21.4 22 78.6 23 18.9 99 81.1 29 19.3 121 80.7 2 Pemahaman tentang PRG Produk yang mengalami penyisipan gen Produk yang benihnya telah direkayasa Produk yang benihnya diimpor Produk yang benihnya tidak bermutu 9 32.1 5 17.9 10 35.7 4 14.3 19 15.6 9 7.3 60 49.2 34 27.9 28 18.7 14 9.3 70 46.7 38 25.3 3 Pengetahuan tentang peredaran PRG Ya Tidak 19 67.9 9 32.1 48 39.3 74 60.7 67 44.7 83 55.3 4 Pengetahuan manfaat PRG Ya Tidak 8 28.6 20 71.4 21 17.2 101 82.8 29 19.3 121 80.7 5 Perlunya uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia Benar Salah 13 46.4 15 53.6 77 63.1 45 36.9 90 60 60 40 6 Perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak Benar Salah 14 50 14 50 42 34.4 80 65.6 94 62.7 56 37.3 7 Produk berformalin lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 23 82.1 5 17.9 88 72.1 34 27.9 111 74 39 26 8 Daging ayam terinfeksi flu burung lebih berbahaya banding PRG Benar S alah 18 64.3 10 35.7 75 61.5 47 38.5 93 62 57 38 9 Pangan penyebab diare lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 20 71.4 8 28.6 83 68 39 32 103 68.7 47 31.3 10 Pewarna pangan lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 19 67.9 9 32.1 79 64.8 43 35.2 98 65.3 52 34.7 Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan ibu rumah tangga di Surabaya terhadap PRG, ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi untuk status ekonomi tidak miskin adalah jawaban ibu rumah tangga yang mengemukakan perlunya uji keamanan untuk pakan ternak yaitu 63, dan jawaban benar yang rendah yaitu 19 mengenai pemahaman PRG. Adapun 60 Ibu rumah tangga menjawab benar mengenai perlunya uji kemanan PRG untuk dikonsumsi manusia. Sejalan dengan itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konsumen dituntut untuk mengetahui lebih banyak tentang PRG, sehingga konsumen cenderung menganggap bahwa PRG merupakan produk pangan yang lebih baik. Oleh karena itu, pentingnya sosialisasi tentang keberadaan PRG sehingga akan berpengaruh kepada penerimaan untuk mengkonsumsi PRG Chern dan Rickertsen 2002. Tabel 12. Sebaran Persentase Jawaban setiap Faktor Pengetahuan PRG Ibu Rumah Tangga di Medan untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Pengetahuan tentang istilah PRG Ya Tidak 4 6.1 62 93.9 10 11.9 74 88.1 14 9.3 136 90.7 2 Pemahaman tentang PRG Produk yang mengalami penyisipan gen Produk yang benihnya telah direkayasa Produk yang benihnya diimpor Produk yang benihnya tidak bermutu 5 7.6 6 9.1 35 53 20 30.3 1 1.2 63 75 20 23.8 6 4 6 4 98 65.3 40 26.7 3 Pengetahuan tentang peredaran PRG Ya Tidak 51 77.3 15 22.7 31 36.9 53 63.1 82 54.7 68 45.3 4 Pengetahuan manfaat PRG Ya Tidak 1 1.5 65 98.5 9 10.7 75 89.3 10 6.7 140 93.3 5 Perlunya uji keamanan PRG konsumsi manusia Benar Salah 48 72.7 18 27.3 52 61.9 32 38.1 100 66.7 50 33.3 6 Perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak Benar Salah 48 72.7 18 27.3 48 57.1 36 42.9 96 64 54 36 7 Produk formalin lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 46 69.7 20 30.3 74 88.1 10 11.9 120 80 30 20 8 Daging ayam terinfeksi flu burung lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 45 69.7 20 30.3 66 78.6 18 21.4 112 74.7 38 25.3 9 Pangan penyebab diare lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 45 68.2 21 31.8 74 88.1 10 11.9 119 79.3 31 20.7 10 Pewarna lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 44 66.7 22 33.3 71 84.5 13 15.5 115 76.7 35 23.3 Sebaran persentase atas jawaban benar pada faktor pengetahuan yang paling tinggi untuk status ekonomi miskin adalah 77 dimana jawaban Ibu rumah tangga yang memberi pernyataan bahwa Ibu tahu akan peredaran PRG, 73 skor yang tidak jauh berbeda dari 77 yaitu Ibu rumah tangga dirasakan perlu untuk uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia dan konsumsi pakan ternak. Untuk status ekonomi tidak miskin, jawaban benar yang paling tinggi adalah 62 dimana para Ibu rumah tangga menganggap perlu adanya uji keamanan untuk konsumsi manusia. Hasil sebaran yang diperoleh, didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiana dimana para konsumen dirasakan perlu adanya uji keamanan terhadap makanan yang akan dikonsumsi, sehingga sejalan dengan apa yang diinginkan Ibu rumah tangga mengenai PRG. Hasil penelitian diatas juga didukung dengan adanya hasil–hasil penelitian yang telah melalui pengamatan bahwa telah beredarnya bahan pangan yang mengandung transgenik atau PRG dipasar-pasar tradis ional dan pasar-pasar modern dan tanpa disadari konsumen telah mengkonsumsi PRG tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini : Tabel 13. Hasil Penelitian terhadap Bahan dan Produk yang Mengandung PRG PRG Turunan Jenis Pangan Kedelai Tepung kedelai, minyak kedelai, lechitin. Isolat protein kedelai dan konsentrat. Kira – kira 60 semua pangan teroleh mengandung kedelai ataupun produk turunannya Roti , Tamari Cookies , Biskuit Permen, Yoghurt, Tahu Saus kedelai, Bubuk protein Sereal , Formula Bayi , Kecap , Cokelat , Keju kedelai . Kentang Kentang, pati kentang, tepung kentang. Chips , Kentang goreng Pie vegetable , Passover product, Sup Jagung Tepung jagung, pati jagung, minyak jagung, pemanis, sirup. Baking Powder, Cokelat , Salad Dressing , Es krim, Cookies , Soda Gula Bubuk, Margarine, Roti, Tahu , Permen, Sereal , Formula Bayi, Chips Kapas Minyak serat Chips, Biskuit, Cookies, Selai Kacang tanah Canola Minyak Chips ,Salad Dressing, Cookies , Margarine Tomat Tomat Makanan Itali, Lasagna, Pizza , Saus , Purees Sumber : BIO Member Survey, 2000 dalam Santosa 2002 Keterangan : Tanda memiliki indikasi bahwa produk tersebut telah beredar di pasaran Indonesia melalui perdagangan resmi ataupun melalui impor ilegal Hasil sebaran tingkat pengetahuan Ibu rumah tangga antara Jakarta, Surabaya dan Medan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini : Tabel 14. Sebaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap PRG Kategori Jakarta Surabaya Medan Total Chi-Square Test n n n n Chi Square Sig Miskin Baik Tidak Baik Tidak Miskin Baik Tidak Baik Total 12 18 73 47 150 8 12 48.7 31.3 100 18 11 58 63 150 12 7.3 38.7 42 100 15 17 53 65 150 10 11.3 35.3 43.4 100 45 46 184 175 450 14.4 9.3 39.3 37 100 0.000 0.000 1.000 1.000 Rata-rata ± SD 56.9 ± 18.9 50.4 ± 22.1 52 ± 15.8 Skor pengetahuan tentang PRG pada Ibu rumah tangga di kota Jakarta lebih baik 56.9 ± 18.9 bila dibandingkan dengan skor pengetahuan di Surabaya dan Medan. Hal ini menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga di Jakarta akses untuk memperoleh informasi mengenai PRG lebih banyak sehingga mempunyai pengetahuan yang lebih baik. Hasil analisis pengetahuan tersebut didukung oleh hasil uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan pengetahuan antara Jakarta, Surabaya dan Medan menurut status ekonomi. Hasil pengujian pada status ekonomi miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 0.000 dengan signifikansi 1.000, dimana p-value 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam pengetahuan di tiga kota menurut status ekonomi miskin. Adapun pada status ekonomi tidak miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 0.000 dengan signifikansi 1.000, dimana p- value 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pada tiga kota menurut status ekonomi tidak miskin juga tidak terdapat perbedaan yang nyata Tabel 14. Sejalan dengan penelitian tentang penerimaan konsumen terhadap PRG ini, sebuah penelitian survei dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh Onyango et al. 2004 untuk menganalisis tingkat keinginan konsumen untuk mengkonsumsi pangan hasil modifikasi genetika, PRG terhadap tiga jenis produk olahan daging, menunjukkan bahwa keinginan responden yang diberi informasi tentang manfaat sekaligus potensi risiko pangan PRG untuk mengonsumsi produk pangan tersebut lebih rendah dibandingkan mereka yang hanya diberi informasi manfaat PRG saja. Persepsi Ibu Rumah tangga terhadap Pangan Rekayasa Genetika Berdasarkan Status Ekonomi pada Setiap Kota Persepsi Ibu rumah tangga tentang Pangan Rekayasa Genetika dihitung dengan menggunakan skor. Skor diperoleh dengan menghitung persentase jumlah Ibu rumah tangga yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan untuk setiap Faktor persepsi PRG menurut masing-masing kategori status ekonomi. Skor diperoleh dengan menjumlahkan beberapa pertanyaan terkait persepsi ibu rumah tangga tentang pangan rekayasa genetika. Faktor persepsi dan sebaran persentase jawaban pada Ibu rumah tangga untuk kota Jakarta, Surabaya dan Medan, masing-masing disajikan dalam Tabel 15 hingga Tabel 18. Tabel 15. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Persepsi PRG Ibu Rumah Tangga di Jakarta untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Kualitas PRG Benar Salah 11 84.6 2 15.4 113 82.5 24 17.5 124 82.7 26 17.3 2 Nilai Gizi Benar Salah 11 84.6 2 15.4 98 71.5 39 28.5 109 72.7 41 27.3 3 Manfaat PRG bagi kesehatan Benar Salah 11 84.6 2 15.4 101 73.7 36 26.3 112 74.7 38 25.3 4 Produktivitas PRG Benar Salah 3 23.1 10 76.9 50 36.6 87 63.5 53 35.3 97 64.7 5 Tanaman PRG tahan hama Benar Salah 9 69.2 4 30.8 88 64.2 49 35.8 97 64.7 53 35.3 6 Biaya dan produktivitas tanaman PRG Benar Salah 3 23.1 10 76.9 39 28.5 98 71.5 42 28 108 72 7 Pestisida untuk tanaman PRG lebih hemat Benar Salah 10 76.9 3 23.1 79 57.7 58 42.3 89 59.3 61 40.7 Faktor persepsi untuk Jakarta dengan mengajukan tujuh pertanyaan untuk mengukur persepsi Ibu rumah tangga terhadap pangan rekayasa genetika baik yang mempunyai status ekonomi tidak miskin ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi adalah jawaban ibu rumah tangga yang memberikan pertanyaan mengenai kualitas PRG 83, pertanyaan ini mengacu kepada persepsi akan kesadaran Ibu rumah tangga di Jakarta bahwa pangan rekayasa genetika baik dari segi kualitas cita rasa rasa, warna, tekstur dan aroma. Adapun proporsi terkecil adalah 28 mengenai pertanyaan biaya dan produktivitas tanaman PRG Tabel 15. Hasil sebaran persentase jawaban persepsi tentang PRG dikota Surabaya disajikan pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Persepsi PRG Ibu Rumah Tangga di Surabaya untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Kualitas PRG Benar Salah 24 85.7 4 14.3 90 73.8 32 26.2 114 76 36 24 2 Nilai Gizi Benar Salah 17 60.7 11 39.3 62 50.8 60 49.2 79 52.7 71 47.3 3 Manfaat PRG bagi kesehatan Benar Salah 13 46.4 15 53.6 66 54.1 56 45.9 79 52.7 71 47.3 4 Produktivitas PRG Benar Salah 22 78.6 6 21.4 102 83.6 20 16.4 124 82.7 26 17.3 5 Tanaman PRG tahan hama Benar Salah 24 85.7 4 14.3 95 77.9 27 22.1 119 79.3 31 20.7 6 Biaya dan produktivitas tanaman PRG Benar Salah 19 67.9 9 32.1 82 67.2 40 32.8 101 67.3 49 32.7 7 Pestisida untuk tanaman PRG lebih hemat Benar Salah 21 75 7 25 90 73.8 32 26.2 111 74 39 26 Faktor persepsi untuk Ibu rumah tangga di Surabaya, yaitu dengan mengajukan tujuh pertanyaan yang sama untuk mengukur persepsi ibu rumah tangga terhadap pangan rekayasa genetika secara garis besar 83 terkait dengan produktivitas PRG. Di Surabaya yang mempunyai sosial ekonomi miskin, ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi adalah 86 memberikan pernyataan bahwa PRG tahan terhadap hama dan mempunyai kualitas yang baik. Untuk status ekonomi tidak miskin, persentase yang paling tinggi adalah 84 dengan memberikan pernyataan mengenai produktivitas PRG. Berdasarkan hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga di Surabaya dapat memberikan persepsi yang baik mengenai PRG. Sedangkan sebaran persentase jawaban persepsi tentang PRG dikota Medan disajikan pada Tabel 17 berikut ini Tabel 17. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Persepsi PRG Ibu Rumah Tangga di Medan untuk setiap kategori Status ekonomi No Pernyataan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Kualitas PRG Benar Salah 65 98.5 1 1.5 83 98.8 1 1.2 148 98.7 2 1.3 2 Nilai Gizi Benar Salah 66 100 0 0 84 100 0 0 150 100 0 0 3 Manfaat PRG bagi kesehatan Benar Salah 66 100 0 0 84 100 0 0 150 100 0 0 4 Produktivitas PRG Benar Salah 62 93.9 4 6.1 84 100 0 0 146 97.3 4 2.7 5 Tanaman PRG tahan hama Benar Salah 64 97 2 3 83 98.8 1 1.2 147 98 3 2.0 6 Biaya dan produktivitas tanaman PRG Benar Salah 65 98.5 1 1.5 84 100 0 0 149 99.3 1 0.7 7 Pestisida untuk tanaman PRG lebih hemat Benar Salah 58 87.9 8 12.1 79 94 5 6 137 91.3 13 8.7 Kota Medan secara umum mempunyai jawaban yang berada pada persentase tinggi dimana rata-rata persentase sebesar 90 keatas, hal ini mengungkapkan bahwa ibu rumah tangga di kota Medan secara umum menerima akan keberadaan PRG. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baker et al. 2001 mengungkapkan bahwa konsumen percaya bahwa PRG akan memperbaiki kualitas makanan. Meskipun tingkat pemahaman responden secara umum masih terbatas, responden bersedia memberikan persepsi yang positif tentang PRG. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pertanian diperoleh hasil dimana responden penelitian mempunyai apresiasi tinggi akan jawaban mengenai transgenik, seperti jawaban–jawaban berikut ini yaitu kemampuan produktivitasnya yang lebih tinggi dibandingkan tanaman non transgenik dan dapat memberi keuntungan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan informasi tentang pangan rekayasa genetika kepada ibu rumah tangga yang belum mengetahui PRG dan kemudian meminta mereka memberikan respon terhadap setiap pertanyaan yang diberikan peneliti. Dengan kata lain, jawaban yang diberikan ibu yang sebelumnya tidak mengetahui PRG adalah jawaban yang bersifat persepsi. Adapun hasil sebaran persepsi Ibu rumah tangga pada ketiga kota, dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini : Tabel 18. Sebaran Tingkat Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap PRG Kategori Jakarta Surabaya Medan Total Chi-Square Test n n n n Chi Square Sig Miskin Menerima Tidak Menerima Tidak Miskin Menerima Tidak Menerima Total 8 5 78 59 150 5.3 3.3 52 39.4 100 20 8 73 49 150 13.3 5.3 48.7 32.7 100 65 1 84 150 43.3 0.7 56 100 93 14 235 108 450 20.7 3.1 52.2 24 100 13.754 67.290 .001 .000 Rata-rata ± SD 79.81 ± 15.54 84.62 ± 13.54 98.9 ±3.28 87.78 ± 14.51 Skor persepsi tentang PRG pada Ibu rumah tangga di kota Medan lebih baik 98.9 ± 3.28 bila dibandingkan dengan skor persepsi di Jakarta dan Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi Ibu rumah tangga di Medan lebih mempunyai persepsi yang baik mengenai PRG hal ini sejalan dengan hasil Tabel 7 yang menunjukkan bahwa kota Medan lebih menerima PRG dibandingkan Jakarta dan Surabaya. Hasil analisis persepsi tersebut didukung oleh hasil uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan persepsi antara ketiga kota menurut status ekonomi. Hasil pengujian pada status ekonomi miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 13.754 dengan signifikansi 0.001, dimana p- value0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata di tiga kota menurut status ekonomi miskin. Adapun pada status ekonomi tidak miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 67.290 dengan signifikansi 0.000, dimana p-value0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi pada tiga kota menurut status ekonomi tidak miskin terdapat perbedaan yang nyata Tabel 16. Kategori-kategori Peubah yang Diduga Mempengaruhi Penerimaan PRG Data yang tersebar di tiga kota dalam Tabel 19 menunjukkan bahwa berdasarkan status ekonomi, sebagian besar 79 Ibu rumah tangga ada pada kategori tidak miskin. Kualitas sumberdaya pada Ibu rumah tangga diukur dengan tingkat pendidikan formal yang dijalani Ibu rumah tangga. Adapun sebaran untuk status ekonomi adalah sebagai berikut : 91 359 100 200 300 400 Status Ekonomi Miskin Tidak Miskin Gambar 5. Sebaran Status Ekonomi. Berdasarkan tingkat pendidikan, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Ibu rumah tangga termasuk sedang yaitu 61 yang menempuh pendidikan hingga SMP-SMA. Akan tetapi terdapat pula Ibu rumah tangga yang menempuh pendidikan tinggi Perguruan Tinggi mencapai 27. 50 276 124 50 100 150 200 250 300 TINGKAT PENDIDIKAN Rendah Sedang Tinggi Gambar 6. Sebaran Tingkat Pendidikan. Ibu rumah tangga perkotaan sebanyak 81 telah bekerja dan hanya sedikit yang tidak bekerja 18. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar Ibu rumah tangga diperkotaan telah bekerja dan hanya sedikit yang tidak bekerja. 83 367 100 200 300 400 PEKERJAAN Tidak bekerja Bekerja Gambar 7. Sebaran Pekerjaan Ibu. Pengetahuan Ibu rumah tangga setengahnya 53 tergolong kategori baik. Tingkat pendidikan Ibu rumah tangga mempunyai peranan untuk untuk menguasai pengetahuan terutama tentang PRG. Adapun sebaran pengetahuan di ketiga kota yaitu : 221 229 216 218 220 222 224 226 228 230 PENGETAHUAN Tidak baik Baik Gambar 8. Sebaran Pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan Ibu rumah tangga mengenai PRG akan berdampak pada persepsi Ibu rumah tangga tentang PRG. Sebaran persepsi di ketiga kota menunjukkan 72.9 mempunyai persepsi yang benar tentang PRG. 122 328 50 100 150 200 250 300 350 PERSEPSI Tidak Menerima Menerima Gambar 9. Sebaran Persepsi Ibu rumah tangga. Penyebaran kota dibagi secara merata pada tiga kota besar yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan, yang masing-masing mempunyai sebaran 33. Adapun sebaran di ketiga kota yaitu : 150 150 150 20 40 60 80 100 120 140 160 KOTA TEMPAT TINGGAL Jakarta Surabaya Medan Gambar 10. Sebaran Kota Tempat Tinggal. Tabel 19. Sebaran Ibu Rumah tangga menurut Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Penerimaan PRG Faktor-Faktor n Persentase Status Ekonomi Miskin Tidak Miskin Total Tingkat pendidikan Rendah Sedang Tinggi Total Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja Total Pengetahuan Tidak baik Baik Total Persepsi Persepsi Salah Persepsi Benar Total Kota tempat tinggal Jakarta Surabaya Medan Total 91 359 450 50 276 124 450 83 367 450 221 229 450 122 328 450 150 150 150 450 20.2 79.8 100 11.1 61.3 27.6 100 18.4 81.6 100 49.1 50.9 100 27.1 72.9 100 33.3 33.3 33.3 100 Analisis Hubungan Masing-masing Faktor dengan Penerimaan PRG Analisis hubungan penerimaan PRG dengan masing-masing faktor dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman dan uji chi square Contingency Coeficient. Uji korelasi Spearman digunakan untuk data ordinal yang terdiri dari status ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan dan persepsi. Sedangkan untuk data nominal yakni pekerjaan dan kota tempat tinggal dianalisis menggunakan uji chi square dengan melihat nilai Contingency Coeficient. Hasil analisis uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal mempunyai hubungan dengan faktor penerimaan, yang ditunjukkan dengan angka signifikansi 0.05. Hasil ini juga masih menunjukkan hubungan yang nyata pada taraf signifikansi 0.01. Namun untuk faktor tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak menunjukkan adanya hubungan dengan penerimaan p-value 0.05. Lebih lengkapnya hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 20 berikut. Tabel 20. Hasil Uji Hubungan Masing-masing Faktor dengan Penerimaan PRG Faktor R Sig N Status ekonomi 1 Tidak Miskin .239 .000 450 Tingkat pendidikan 1 Sedang 2 Tinggi .065 .166 450 Pekerjaan Ibu 1 Bekerja .014 .773 450 Pengetahuan 1 Baik -.144 .002 450 Persepsi 1 Benar .215 .000 450 Kota tempat tinggal 1 Surabaya 2 Medan .301 .000 450 Korelasi signifikan pada taraf 0.01 Faktor status ekonomi dengan penerimaan memiliki hubungan yang positif dengan kekuatan 0.239. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin meningkat status ekonomi Ibu rumah tangga maka semakin meningkat penerimaannya terhadap PRG. Bila dilihat dari faktor pekerjaan dengan penerimaan menunjukkan hubungan yang positif artinya ibu yang bekerja lebih menerima PRG. Berdasarkan faktor pengetahuan dengan penerimaan menunjukkan hubungan negatif yang signifikan dengan nilai kekuatan 0.144. Hubungan ini menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga yang berpengetahuan rendah lebih menerima PRG dibanding Ibu rumah tangga yang berpengetahuan tinggi. Faktor persepsi dengan penerimaan memiliki hubungan yang positif dengan kekuatan 0.215. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin meningkat persepsi Ibu rumah tangga maka semakin meningkat penerimaannya terhadap PRG. Menurut kota tempat tinggal dengan penerimaan memiliki hubungan yang positif dengan kekuatan hubungan yaitu 0.301. Dengan menetapkan kota Jakarta sebagai faktor pembanding, nilai tersebut dapat diartikan bahwa Ibu rumah tangga di kota Medan lebih menerima PRG. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Analisis yang akan digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing peubah independen atau bebas status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal dengan peubah dependen atau terikat penerimaan, seperti pada Tabel 21 sampai Tabel 26 berikut ini. Penerimaan berdasarkan status ekonomi menunjukkan hasil nilai Odd Ratio OR 3.29 artinya 3.29 kali ibu yang tidak miskin akan menerima PRG dibanding ibu yang ada pada kategori miskin, dengan Confident Interval 95 CI antara 2.050 – 5.292. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan status ekonomi pada tabel 19 menghasilkan p- Value 0.000. Hasil ini menunjukkan hubungan yang bermakna p- Value 0.05. Status ekonomi ini dapat digunakan sebagai kandidat untuk analisis logistik berganda p-Value 0.25. Tabel 21. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Status Ekonomi Faktor Penerimaan OR CI 95 p- Value Tidak Menerima Menerima n n Status ekonomi Miskin 50 54.9 41 45.1 3.294 2.050 – 5.292 0.000 Tidak Miskin 97 27 262 73 Analisis data penerimaan Ibu rumah tangga berdasarkan tingkat pendidikan dibagi kedalam tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada analisis ini kategori tingkat pendidikan rendah dijadikan sebagai pembanding untuk kategori tingkat pendidikan sedang dan kategori tingkat pendidikan tinggi. Distribusi Ibu rumah tangga berdasarkan penerimaan dengan tingkat pendidikan ditunjukkan pada tabel 22. Pendidikan rendah Tidak sekolah dan SD mempunyai makna yang tidak signifikan 0.167. Pendidikan sedang SMP dan SMA mempunyai makna tidak signifikan terhadap pendidikan rendah begitu pula untuk pendidikan tinggi Perguruan Tinggi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pendidikan merupakan peubah independen yang dapat digunakan sebagai kandidat untuk analisis regresi logistik berganda. Tabel 22. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Tingkat pendidikan Faktor Penerimaan OR CI 95 p- Value Tidak Menerima Menerima n n Tingkat pendidikan Rendah 24 48 26 52 1.738 2.216 0.833 – 3.626 0.972 – 5.052 0.141 0.058 Sedang 84 30.4 192 69.6 Tinggi 39 31.5 85 68.5 Hasil distribusi pada data tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna p- Value 0.05 pada ibu bertingkat pendidikan sedang jika dibandingkan dengan ibu bertingkat pendidikan rendah dan hubungan yang tidak bermakna p-Value 0.05 pada ibu bertingkat pendidikan tinggi jika dibandingkan dengan ibu bertingkat pendidikan rendah. Nilai Odd Ratio OR untuk tingkat pendidikan sedang yaitu 1.74 dengan Confident Interval CI 95 terdapat antara 0.833 – 3.626 dan untuk tingkat pendidikan tinggi yaitu 2.22 dengan CI 95 0.972 – 5.052. Peubah pendidikan ini dapat digunakan sebagai kandidat untuk dianalisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda. Jumlah persentase penerimaan PRG pada Ibu rumah tangga jika dilihat dari peubah pekerjaan Ibu yaitu bekerja dan tidak bekerja memiliki proporsi yang hampir sama antara Ibu rumah tangga bekerja dan tidak bekerja untuk menerima dan tidak menerima PRG. Persentase menerima berbanding tidak menerima untuk Ibu bekerja 32.9 : 67.1. Hasil yang tidak berbeda juga berlaku untuk Ibu yang tidak bekerja yaitu 31.3 : 68.7. Adapun distribusi pekerjaan sebagai berikut : Tabel 23. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Pekerjaan Ibu Faktor Penerimaan OR CI 95 p-Value Tidak Menerima Menerima n n Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 26 31.3 57 68.7 0.927 0.556 – 1.548 0.773 Bekerja 121 32.9 246 67.1 Hasil nilai Odd Ratio OR 0.93 artinya 0.93 kali ibu yang bekerja akan menerima PRG dibanding ibu yang tidak bekerja, dengan Confident Interval 95 CI antara 0.556 – 1.548. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan pekerjaan ibu dibagi kedalam dua kategori yaitu tidak bekerja dan bekerja. Pekerjaan pada tabel 21 menghasilkan p- Value 0.773. Hasil ini menunjukkan hubungan yang tidak bermakna p- Value 0.05. Pekerjaan ibu tidak dapat digunakan sebagai kandidat untuk analisis multivariat p-Value 0.25. Kategori pengetahuan dibagi kedalam dua kategori yaitu tidak baik dan kategori baik. Adapun analisis tersebut ditunjukkan pada tabel 24 berikut ini : Tabel 24. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Pengetahuan Faktor Penerimaan OR CI 95 p-Value Tidak Menerima Menerima n n Pengetahuan Tidak baik 57 25.8 164 74.2 0.537 0.359 – 0.802 0.002 Baik 90 39.3 139 60.7 Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan tingkat pengetahuan diperoleh hasil yang menunjukkan hubungan yang bermakna p- Value 0.05 untuk kategori pengetahuan tidak baik dan pengetahuan kategori baik. Nilai Odd Ratio OR yaitu 0.54 dengan Confident Interval 95 CI antara 0.359 – 0.802. Kategori ini dapat digunakan sebagai kandidat untuk masuk pada analisis selanjutnya yaitu analisis multivariat. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan persepsi ada pada dua kategori yaitu persepsi salah dan persepsi benar yang ditunjukkan pada tabel 25 dibawah ini : Tabel 25. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Persepsi Faktor Penerimaan OR CI 95 p-Value Tidak Menerima Menerima n n Persepsi Persepsi Salah 60 49.2 62 50.8 2.681 1.741 – 4.127 0.000 Persepsi Benar 87 26.5 241 73.5 Nilai OR untuk persepsi yaitu 2.68 dengan Confident Interval 95 CI antara 1.741 – 4.127. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna yaitu 0.000 p- Value 0.05 dan dapat digunakan sebagai kandidat untuk dianalisis ke regresi logistik berganda. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal ada pada tiga kota yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Dimana untuk kota Jakarta dijadikan sebagai pembanding pada kota Surabaya dan kota Medan. Hasil distribusi pada tabel 26 menunjukkan hubungan yang bermakna p- Value 0.05 dan dapat digunakan sebagai kandidat untuk dianalisis secara multivariat. Nilai OR untuk kota Surabaya yaitu 0.296 dengan Confident Interval 95 CI antara 0.173 – 0.508 dan untuk Medan yaitu mempunyai nilai OR 1.81 dengan CI 95 0.952 – 3.433. Tabel 26. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Kota Faktor Penerimaan OR CI 95 p- Value Tidak Menerima Menerima n n Kota Tempat Tinggal Jakarta 45 30 105 70 0.296 1.808 0.173 – 0.508 0.952 – 3.433 0.000 0.070 Surabaya 78 52 72 48 Medan 24 16 126 84 Kota secara umum menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dimana untuk Surabaya terhadap Jakarta tidak mempunyai hubungan yang signifikan, tetapi untuk kota Medan mempunyai hubungan yang signifikan dibandingkan dengan kota Jakarta. Peubah kota tempat tinggal memenuhi kriteria untuk masuk sebagai kandidat analisis regresi logistik berganda. Pemilihan peubah independen yang potensial sebagai kandidat dalam model multivariat ditentukan berdasarkan hasil analisis statistik. Dengan demikian berdasarkan analisis hubungan terhadap peubah penerimaan Tabel 21 – Tabel 26, peubah independen yang bisa disertakan dalam model untuk analisis faktor- faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan adalah status ekonomi, pendidikan, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal masing-masing memiliki p- Value 0.25. Pada tahap pertama proses analisis data multivariat, ternyata terdapat faktor yang tidak berpengaruh yaitu faktor tingkat pendidikan dengan menunjukkan nilai hubungan yang tidak signifikan yaitu 0.167 p- Value 0.05 sehingga dengan demikian peubah pendidikan dikeluarkan dari model. Tahap selanjutnya diperoleh model hasil akhir analisis multivariat, yaitu faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal dalam model yang dapat memberikan hubungan bermakna p- Value 0.05 yang dapat mempengaruhi penerimaan PRG Ibu rumah tangga perkotaan. Hasil analisis dengan menggunakan regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 27 berikut ini : Tabel 27. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan PRG Faktor B df Sig OR 95.0 C.I Lower Upper Status ekonomi 1 Tidak Miskin 1.487 1 .000 4.424 2.587 7.565 Pengetahuan 1 Baik -.679 1 .003 0.507 0.324 0.795 Persepsi 1 Benar .658 1 .011 1.931 1.162 3.208 Kota tempat tinggal 2 .000 Kota 1 Surabaya -1.137 1 .000 .321 .192 .536 Kota 2 Medan .557 1 .087 1.746 .922 3.306 Constant -.244 1 .472 .545 a Variables entered on step 1: status ekonomi, pengetahuan, kota. Hasil analisis statistik regresi logistik menunjukkan bahwa faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal memiliki pengaruh terhadap penerimaan PRG p- Value 0.05. Berdasarkan kota tempat tinggal yaitu Jakarta sebagai pembanding maka menunjukkan hasil bahwa Ibu rumah tangga di Medan lebih menerima PRG dibandingkan Ibu rumah tangga di Surabaya yang mempunyai karakter to the point untuk kemukakan sesuatu yang tidak berkenan dihati. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih rendah p- Value 0.001 dan Odd Ratio yang lebih tinggi 1.75. Hasil penelitian terhadap penerimaan PRG pada Ibu rumah tangga perkotaan diperoleh bahwa status ekonomi, pengetahuan dan kota tempat tinggal mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen. Faktor pengetahuan mempunyai peran dalam penerimaan konsumen terkait dengan teori bahwa pengetahuan konsumen menyebabkan konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi serta mampu mengingat informasi dengan lebih baik Sumarwan 2003. Informasi, baik yang dilihat, dibaca, didengar atau dirasakan akan menjadi pengetahuan bagi Ibu rumah tangga dan dapat mempengaruhi untuk menerima PRG tersebut. Faktor yang mempengaruhi lainnya yaitu status ekonomi yang juga mempunyai peranan penting dalam penerimaan PRG. Status ekonomi juga mempunyai hubungan yang signifikan yaitu 0,000 yang didukung oleh nilai OR yaitu 4.42 yang mempunyai makna bahwa terdapat 4.42 kali Ibu rumah tangga yang tidak miskin akan menerima PRG dibandingkan yang berasal dari kategori miskin. Faktor persepsi juga merupakan faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan PRG. Persepsi mempunyai hubungan yang signifikan yaitu 0,011 yang didukung oleh nilai OR yaitu 1.93 yang mempunyai makna bahwa terdapat 1.93 kali artinya semakin meningkat persepsi Ibu rumah tangga terhadap PRG maka akan semakin meningkat penerimaan terhadap PRG. Analisis berdasarkan kota tempat tinggal menunjukkan hubungan yang signifikan, namun Medan tidak memberikan hubungan yang nyata jika dibandingkan Ibu rumah tangga di Jakarta. Persamaan regresi logistik yang menjelaskan penerimaan PRG Ibu rumah tangga sebagai berikut : 1 1 2 2 ... 1 1 e x p n n X X X P e n e r i m a a n β β β β − + + + + = + Karena setiap peubah independen status ekonomi, pengetahuan dan persepsi terdiri dari dua kategori dan kota tempat tinggal terdiri dari tiga kategori, maka model regresi tersebut dapat dibentuk menjadi beberapa model sesuai dengan kategori peubah independen yang akan dibandingkan. Sebagai contoh, model untuk melihat bagaimana penerimaan PRG ibu rumah tangga yang mempunyai status ekonomi tidak miskin 1, berpengetahuan baik 1, berpersepsi benar 1 dan bertempat tinggal di Surabaya 1 adalah : 1 Penerimaan = ----------------------------------------------------------------- - -0.244 + 1.487 1 + -0.679 1 + 0.658 1 + -1.1371 1 + exp 1 Penerimaan = ---------------------------- - 0.085 1 + exp 1 Penerimaan = ----------------------------- 1 + 0.918 Penerimaan = 1 1.918 = 0.52 Interpretasi dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa dari 100 orang ibu rumah tangga yang memiliki status ekonomi tidak miskin 1, berpengetahuan baik 1, berpersepsi benar dan bertempat tinggal di Surabaya 1 mempunyai peluang 52 orang ibu rumah tangga diantaranya akan menerima PRG. Hasil pemodelan tersebut akan dapat digunakan untuk kategori lainnya dalam peubah status ekonomi, pengetahuan dan kota tempat tinggal, yaitu dengan menggunakan nilai pengkodean yang telah ditetapkan untuk masing-masing kategori tersebut, yaitu status ekonomi 0 = miskin dan 1 = tidak miskin, pengetahuan 0 = tidak baik dan 1 = baik, persepsi 0 = persepsi salah dan 1 = persepsi benar dan kota tempat tinggal 0 = Jakarta, 1 = Surabaya, 2 = Medan sesuai dengan kategori ibu rumah tangga yang akan diamati. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PANGAN REKAYASA GENETIKA PADA IBU RUMAH TANGGA PERKOTAAN NUR RISKA TADJOEDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 DAFTAR PUSTAKA Badrie Neela, Marynese Titre, Martha Jueanville Faye DHeureux- Calix. 2006. Public awareness and perception of genetically modified engineered foods in Trinidad, West Indies. British Food Journal. 108 : 192-199 Bánáti. D dan Szabó, J.A. 2006. Knowledge and acceptance of genetically modified foodstuffs in Hungary. Acta Biologica Szegediensis. Volume 503- 4:115-119. Central Food Research Institute, Budapest, Hungary. Belch GEBelch MA, 1995. Introduction to Advertising and Promotion. Irwin. Chicago Bermawie N., Bahagiawati AH., Karden M., Djoko S., Budihardjo S., Evy J., Syahjuti., Erizal., Hasnam., Herman. Andi T. 2003. Perkembangan dan Dampak Pelepasan Produk Rekayasa Genetika dan Produk Komersialnya. Departemen Pertanian. Jakarta Bouis H, Chassy BM and Ochadana JO. 2003. Genetically Modified Food Crops and Their Contribution to Human Nutrition and Food Quality. Trend in Food Science and Technology 14:191-209. Burton, M., D. Rigby, T. Young, dan S. James 2001. Consumer Attitudes to Genetically Modified Organisms in Food in the UK. European Review of Agricultural Economics28: 479-498. dalam Curtis KR., Wahl. TI., dan McCluskey JJ., 2004. Consumer Acceptance of Genetically Modified Food Productsin the Developing World. Washington State University Chang A., Cohen S., Boyer H. Heling R. 1973. Contruction of Biologically Function Bacterial Plasmids in vitro. Proc. Natl. Acad. Sci., USA : 70, 3240 3244. Chern WS dan Rickertsen K. 2002. Customer Accetance of GMO. Survey results from Japan, Norway, Taiwan and the United States. Working Paper : AEDE- WP-0026-02. Department of Agricultural, Environmental and Development Economics The Ohio State University. Curtis KR., Wahl. TI., dan McCluskey JJ., 2004. Consumer Acceptance of Genetically Modified Food Productsin the Developing World. Washington State University. Departemen Pertanian. 2003. Peta Penanganan Mutu dan Keamanan Pangan : Pengawasan keamanan pangan secara terpadu total food safety control dengan metode pengawasan terpadu antarsektor Integrated intersectoral approach. Wiganda S. Ed.. Jakarta : Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI. Dharmmesta, B.S. T.H.Handoko. 1996. Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen 1 th ed . Yogyakarta : BPFE Engel, J.F., R.D. Blackwell, P.W.Miniard dalam F.X. Budiyanto penerjemah. 2002. Perilaku Konsumen Jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara Engel, J.F., R.D. Blackwell, P.W.Miniard dalam F.X. Budiyanto penerjemah. 1995. Perilaku Konsumen Jilid II 6 th ed. Jakarta : Binarupa Aksara Gregory, BA Thomas BA. 2001. Consumer response to genetically modified foods: Market segment analysis and implications for producers and policy makers. Journal of Agricultural and Resource Economics . Grimsrud, Kristine, Jill J. McCluskey, Maria Loureiro, and Thomas I. Wahl 2002. Consumer Attitudes toward Genetically Modified Food in Norway. IMPACT Center Technical Working Paper. dalam Curtis KR., Wahl. TI., dan McCluskey JJ., 2004. Consumer Acceptance of Genetically Modified Food Productsin the Developing World. Washington State University Hardinsyah, Rachman HPS, dewa, Riska Nur, Devi Guspri Artanti, Marhamah, Aries M. 2007. Pengetahuan Dan Persepsi Masyarakat Tentang Produk Rekayasa Genetika dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Ketahanan Pangan dan Pertanian. Bogor Hardinsyah. 2004. Functional Foods in Indonesia. In Functional Foods and Their Implications in the Daily Diet. FAO RAP Publication. Bangkok. Hardinsyah dan Sumarwan. 2002 Analisis Perilaku Konsumsi Suplemen di Perkotaan Indonesia. Prosiding Seminar Pangan Tradisional Sebagai Basis IndustriPangan Fungsional dan Suplemen. PKMT IPB ISBN 897-95295-4- 9. Hardinsyah. 2001. Pembangunan Pangan di Era Ekonomi Daerah Prosuding Dialog dan Loka Karya Kebijakan dan Program Pangan, Ketahanan Pangan di Era Ekonomi. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi IPB. Bogor. Hardinsyah. 2000. Potensi Kekuatan dan Kelemahan Produk Pangan Hasil Rekayasa Genetika. Makalah pada Seminar Pangan Rekayasa Genetika. Kolaborasi. Bogor Hardinsyah dan Yunita. 1997. Persepsi Konsumen tentang Minuman Suplemen. Prosiding I Seminar Nasional Teknologi Pangan. PATPI Denpasar. ISBN 979-95240-03 Hosmer David W and Stanley Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. A Wiley-Interscience Publication. The United States of America Irawan, F., Wijaya M.N., Sudjoni. 1997. Pemasaran : Prinsip dan Kasus. Yogyakarta : BPFE ISAAA International Service for the Acquisition of Agri- Biotech Applications. 2007. In http:www.gmo-compass.orgengagri_biotechnologyproduk rekayasa genetika_planting html. Diakses 5 Juli 2007 Kartasapoetra, Marsetyo H. 2003. Ilmu Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta Khomsan Ali. 2002. Dampak Gizi dan Kesehatan pada Pangan Transgenik, Kompas 6 mei. Khumaidi. 1994. Gizi Masyarakat. Gunung Mulia. Jakarta Kleimbaum D.G. at al., 1988. Applied Regression Analysis and Other Multivariable Method. The University of North Carolina at Chapel Hill. PWS- Kent Publishing Company. Boston Knight dan Paradkar 2008. Acceptance of genetically modified food in India: perspectives of gatekeepers. British Food Journal, 2008. Vol 110. Issue 10 Page 1019-1033. Emerald Group Publishing Limited. LIPI. 2004. Rumusan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta. Loedin HIS. 2004. Bioteknologi untuk Ketahanan Pangan. Prosidings Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta. Moerboek dan Casimir. 2006. Gender differences in consumer’s acceptance of GMO. International Journal of Consumer Studies Sociology of Consumers and Household. Wageningen University. Netherlands. Muhadjir N. 1992. Pengukuran Kepribadian : Telaah Konsep dan Teknik Penyusunan Test Psikometrik Skala Penerimaan. Yogyakarta : Rake Sarasin Nelson GC ed. 2001. Genetically Modified Organism in Agriculture: Economics and Politics. Academic Press. San Diego. Oyango B., Nayga RM., dan Schilling B. 2004. Role of product benefits and potensial risks in consumer acceptance of Genetically Modified Foods. AgBioForum, 74: 202-211. Pardey PG. 2001. The Future of the Food: Biotechnology Markets and Policies in an International Setting. International Food Policy Research Institute. Washington. Pagano, M. And Kimberlee, G., 1992. Principles of Biostatistics. Duxubury Press An Imprint of Wadsworth Publishing Company, Belmont. California Potter, N.N J.H.Hotchkiss. 1996. Food Science. Chapman Hall. New York Praktiknya A.W. 1993. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Rachman, HPS dan Ariani.M 2002. Ketahanan Pangan : Konsep, Pengukuran dan Strategi. FAE. Vol 20. No.1 . Juli 2002 Rakhmat, Jalaludin. 1992. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992. Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan. 2001. Posisi Pemerintah mengenai Pengembangan dan Pemanfaatan PRG. Jakarta. Setiadi, N.J. 2003, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media, Jakarta Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Terjemahan. Gramedia. Jakarta Sitepoe M. 2001. Rekayasa Genetika. PT Grasindo. Jakarta. Steel R, J. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta Suyanto. Dalam http:www.msuyanto.com Diakses 5 Juli 2007 Teitle MWilson. 2001. Genetically Engineered Food: Changing the Nature of Nature. Park Street Press. Rochester. Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset, 2002. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Penerimaan ibu rumah tangga tidak miskin akan PRG lebih besar dibandingkan penerimaan ibu rumah tangga miskin. 2. Berdasarkan kota tempat tinggal, ibu rumah tangga miskin di kota Jakarta dan Surabaya paling besar tingkat penerimaannya akan PRG dibandingkan Medan, sedangkan tingkat penerimaan ibu rumah tangga tidak miskin paling tinggi pada ibu rumah tangga di Medan dibandingkan dengan dua kota lainnya. 3. Ada perbedaan signifikan p0.05 terhadap tingkat penerimaan Ibu rumah tangga tidak miskin dan Ibu rumah tangga miskin akan PRG di antara ketiga kota, artinya hasil uji beda menunjukkan bahwa ibu rumah tangga tidak miskin lebih menerima PRG. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan ibu rumah tangga di perkotaan akan PRG adalah faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal. Berdasarkan faktor status ekonomi menunjukkan bahwa ibu rumah tangga dari status ekonomi tidak miskin lebih menerima dibandingkan ibu rumah tangga yang berasal dari status ekonomi miskin, untuk faktor pengetahuan menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan tidak baik lebih menerima PRG, sedangkan faktor persepsi menunjukkan bahwa semakin meningkat persepsi mengenai PRG maka semakin menerima PRG dan untuk faktor kota tempat tinggal menunjukkan bahwa kota Medan lebih menerima PRG dibandingkan kota Jakarta dan Surabaya. 5. Tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak memberikan kontribusi terhadap penerimaan ibu rumah tangga akan PRG. Saran 1. Menyebarluaskan informasi baik dari segi manfaat maupun kerugian PRG untuk meningkatkan penerimaan Ibu rumah tangga terhadap PRG melalui peningkatan aktivitas kelompok Ibu rumah tangga serta sosialisasi melalui brosur atau modul yang dapat meningkatkan konsumsi PRG, serta memberikan label pada produk-produk PRG yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan; 2. Mengalokasikan sumberdaya untuk penelitian lebih mendalam terkait dengan pemasaran produk yang mengandung PRG terutama hubungannya dengan konsumen sebagai pengguna produk pangan terutama penelitian lebih lanjut mengenai persepsi konsumen terhadap PRG serta penelitian lebih lanjut terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli produk PRG; 3. Mengoptimalkan peranan pakar dan sumber informasi yang berada di lingkungan konsumen dalam meningkatkan pengetahuan tentang PRG sehingga persepsi konsumen terhadap PRG akan semakin baik. LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Peubah yang Menentukkan Penerimaan Frequencies Statistics 450 450 450 450 450 450 450 Valid Missing N Penerimaan Status Ekonomi Tingkat Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Persepsi Kota tempat tinggal Frequency Table Penerimaan 147 32.7 32.7 32.7 303 67.3 67.3 100.0 450 100.0 100.0 Tidak Menerima Menerima Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Status Ekonomi 91 20.2 20.2 20.2 359 79.8 79.8 100.0 450 100.0 100.0 Miskin Tidak Miskin Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tingkat Pendidikan 50 11.1 11.1 11.1 276 61.3 61.3 72.4 124 27.6 27.6 100.0 450 100.0 100.0 Rendah Sedang Tinggi Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Pekerjaan 83 18.4 18.4 18.4 367 81.6 81.6 100.0 450 100.0 100.0 Tidak Bekerja Bekerja Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Pengetahuan 221 49.1 49.1 49.1 229 50.9 50.9 100.0 450 100.0 100.0 Tidak Baik Baik Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Persepsi 122 27.1 27.1 27.1 328 72.9 72.9 100.0 450 100.0 100.0 Tidak Menerima Menerima Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Kota tempat tinggal 150 33.3 33.3 33.3 150 33.3 33.3 66.7 150 33.3 33.3 100.0 450 100.0 100.0 Jakarta Surabaya Medan Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Bar Chart 147 303 50 100 150 200 250 300 350 PENERIMAAN Tidak Menerima Menerima Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Logistic Regression Case Processing Summary 450 100.0 .0 450 100.0 .0 450 100.0 Unweighted Cases a Included in Analysis Missing Cases Total Selected Cases Unselected Cases Total N Percent If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. a. Dependent Variable Encoding 1 Original Value Tidak Menerima Menerima Internal Value Categorical Variables Codings 150 .000 .000 150 1.000 .000 150 .000 1.000 50 .000 .000 276 1.000 .000 124 .000 1.000 Jakarta Surabaya Medan Kota tempat tinggal Rendah Sedang Tinggi Tingkat Pendidikan Frequency 1 2 Parameter coding Block 0: Beginning Block Classification Table

a,b

147 .0 303 100.0 67.3 Observed Tidak Menerima Menerima Penerimaan Overall Percentage Step 0 Tidak Menerima Menerima Penerimaan Percentage Correct Predicted Constant is included in the model. a. The cut value is .500 b. Variables in the Equation .723 .101 51.783 1 .000 2.061 Constant Step 0 B S.E. Wald df Sig. ExpB Variables not in the Equation