100 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pangan rekayasa genetika pada ibu rumah tangga perkotaan

besar menerima untuk mengkonsumsi PRG. Akan tetapi pada status ekonomi miskin 62.5 tidak menerima untuk mengkmonsumsi PRG Tabel 8. Tabel 9. Sebaran Tingkat Penerimaan Ibu Rumah Tangga Terhadap PRG Kategori Jakarta Surabaya Medan Total Chi-Square Test n n n n Chi Square Sig Miskin Menerima Tidak Menerima Tidak Miskin Menerima Tidak Menerima Total 22 8 83 37 150 14.6 5.3 55.3 24.8 100 7 22 65 56 150 4.7 14.6 43.3 37.4 100 12 20 114 4 150 8 13.3 76

2.7 100

41 50 262 97 450 9.1 11.1 58.2 21.6 100 15.383 56.905 .000 .000 Hasil analisis penerimaan dengan menggunakan uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara Jakarta, Surabaya dan Medan menurut status ekonomi menunjukkan bahwa pada status ekonomi miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 15.38 dengan signifikansi 0.000, dimana p-value 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam penerimaan di tiga kota menurut status ekonomi miskin. Adapun pada status ekonomi tidak miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 56.905 dengan signifikansi 0.000, dimana p-value 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam penerimaan di tiga kota menurut status ekonomi tidak miskin Tabel 9. Hasil penelitian ini didukung pula oleh hasil penelit ian yang dilakukan oleh Bermawie et al. 2003 dengan menunjukkan hasil bahwa terdapat 27.82 yang merupakan jawaban persentase terbesar yang ada pada kategori “tidak keberatan mengkonsumsi PRG”. Neela et al. 2006 juga menyatakan bahwa 64.6 warga negara Hindia Barat bersedia untuk membeli dan mengkonsumsi GMO. Pengetahuan Terhadap Pangan Rekayasa Genetika Menurut Kota Berdasarkan Status ekonomi Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan ibu rumah tangga terhadap PRG, dilakukan analisis dengan memberi skor atas semua jawaban yang diberikan Ibu rumah tangga. Pengetahuan tentang PRG ini terdiri dari sepuluh item pertanyaan, dengan skor total sepuluh jika jawaban benar atas semua pertanyaan. Skor total diperoleh dengan menjumlahkan beberapa pertanyaan terkait dengan pengetahuan Ibu rumah tangga tentang pangan rekayasa genetika yang disebar pada tiga kota yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Sebaran Ibu rumah tangga berdasarkan pertanyaan pengetahuan PRG menurut kota disajikan pada Tabel 10 - Tabel 14. Tabel 10. Sebaran Persentase Jawaban setiap Faktor Pengetahuan PRG Ibu Rumah Tangga di Jakarta untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Pengetahuan tentang istilah PRG Ya Tidak 0 0 13 100 23 16.8 114 83.2 23 15.3 127 84.7 2 Pemahaman tentang PRG Produk yang mengalami penyisipan gen Produk yang benihnya telah direkayasa Produk yang benihnya diimpor Produk yang benihnya tidak bermutu 9 69.2 3 23.1 1 7.7 101 73.7 19 13.9 10 7.3 7 5.1 110 73.3 22 14.7 11 7.3 7 4.7 3 Pengetahuan tentang peredaran PRG Ya Tidak 4 30.8 9 69.2 58 42.3 79 57.7 62 41.3 88 58.7 4 Pengetahuan manfaat PRG Ya Tidak 3 23.1 10 76.9 43 31.4 94 68.6 46 30.7 104 69.3 5 Perlunya uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia Benar Salah 11 84.6 2 15.4 99 72.3 38 27.7 110 73.3 40 26.7 6 Perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak Benar Salah 10 76.9 3 23.1 85 62 52 38 95 63.3 55 36.7 7 Produk berformalin lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 6 46.2 7 53.8 79 57.7 58 42.3 85 56.7 65 43.3 8 Daging ayam terinfeksi flu burung lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 5 38.5 8 61.5 79 57.7 58 42.3 84 56 66 44 9 Pangan penyebab diare lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 10 76.9 3 23.1 98 71.5 39 28.5 108 72 42 28 10 Pewarna pangan lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 9 69.2 4 30.8 99 72.3 38 27.7 108 72 42 28 Hasil pengetahuan ibu rumah tangga di Jakarta terhadap PRG, ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi dan dibedakan atas status ekonomi miskin dan tidak miskin mempunyai persentase 73 pada pertanyaan mengenai pemahaman tentang PRG dan perlu adanya uji keamanan PRG untuk dikonsumsi manusia. Adapun persentase jawaban benar yang rendah adalah 15 mempunyai pengetahuan tentang istilah PRG yang benar. Hal ini terjadi karena pertanyaan pengetahuan mengenai istilah PRG merupakan pertanyaan pertama yang diajukan dan kemudian Ibu rumah tangga diberikan rangsangan mengenai PRG yang pada akhirnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Tabel 11. Sebaran Persentase Jawaban setiap Faktor Pengetahuan PRG Ibu Rumah Tangga di Surabaya untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Pengetahuan tentang istilah PRG Ya Tidak 6 21.4 22 78.6 23 18.9 99 81.1 29 19.3 121 80.7 2 Pemahaman tentang PRG Produk yang mengalami penyisipan gen Produk yang benihnya telah direkayasa Produk yang benihnya diimpor Produk yang benihnya tidak bermutu 9 32.1 5 17.9 10 35.7 4 14.3 19 15.6 9 7.3 60 49.2 34 27.9 28 18.7 14 9.3 70 46.7 38 25.3 3 Pengetahuan tentang peredaran PRG Ya Tidak 19 67.9 9 32.1 48 39.3 74 60.7 67 44.7 83 55.3 4 Pengetahuan manfaat PRG Ya Tidak 8 28.6 20 71.4 21 17.2 101 82.8 29 19.3 121 80.7 5 Perlunya uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia Benar Salah 13 46.4 15 53.6 77 63.1 45 36.9 90 60 60 40 6 Perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak Benar Salah 14 50 14 50 42 34.4 80 65.6 94 62.7 56 37.3 7 Produk berformalin lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 23 82.1 5 17.9 88 72.1 34 27.9 111 74 39 26 8 Daging ayam terinfeksi flu burung lebih berbahaya banding PRG Benar S alah 18 64.3 10 35.7 75 61.5 47 38.5 93 62 57 38 9 Pangan penyebab diare lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 20 71.4 8 28.6 83 68 39 32 103 68.7 47 31.3 10 Pewarna pangan lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 19 67.9 9 32.1 79 64.8 43 35.2 98 65.3 52 34.7 Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan ibu rumah tangga di Surabaya terhadap PRG, ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi untuk status ekonomi tidak miskin adalah jawaban ibu rumah tangga yang mengemukakan perlunya uji keamanan untuk pakan ternak yaitu 63, dan jawaban benar yang rendah yaitu 19 mengenai pemahaman PRG. Adapun 60 Ibu rumah tangga menjawab benar mengenai perlunya uji kemanan PRG untuk dikonsumsi manusia. Sejalan dengan itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konsumen dituntut untuk mengetahui lebih banyak tentang PRG, sehingga konsumen cenderung menganggap bahwa PRG merupakan produk pangan yang lebih baik. Oleh karena itu, pentingnya sosialisasi tentang keberadaan PRG sehingga akan berpengaruh kepada penerimaan untuk mengkonsumsi PRG Chern dan Rickertsen 2002. Tabel 12. Sebaran Persentase Jawaban setiap Faktor Pengetahuan PRG Ibu Rumah Tangga di Medan untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Pengetahuan tentang istilah PRG Ya Tidak 4 6.1 62 93.9 10 11.9 74 88.1 14 9.3 136 90.7 2 Pemahaman tentang PRG Produk yang mengalami penyisipan gen Produk yang benihnya telah direkayasa Produk yang benihnya diimpor Produk yang benihnya tidak bermutu 5 7.6 6 9.1 35 53 20 30.3 1 1.2 63 75 20 23.8 6 4 6 4 98 65.3 40 26.7 3 Pengetahuan tentang peredaran PRG Ya Tidak 51 77.3 15 22.7 31 36.9 53 63.1 82 54.7 68 45.3 4 Pengetahuan manfaat PRG Ya Tidak 1 1.5 65 98.5 9 10.7 75 89.3 10 6.7 140 93.3 5 Perlunya uji keamanan PRG konsumsi manusia Benar Salah 48 72.7 18 27.3 52 61.9 32 38.1 100 66.7 50 33.3 6 Perlunya uji keamanan PRG untuk pakan ternak Benar Salah 48 72.7 18 27.3 48 57.1 36 42.9 96 64 54 36 7 Produk formalin lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 46 69.7 20 30.3 74 88.1 10 11.9 120 80 30 20 8 Daging ayam terinfeksi flu burung lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 45 69.7 20 30.3 66 78.6 18 21.4 112 74.7 38 25.3 9 Pangan penyebab diare lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 45 68.2 21 31.8 74 88.1 10 11.9 119 79.3 31 20.7 10 Pewarna lebih berbahaya banding PRG Benar Salah 44 66.7 22 33.3 71 84.5 13 15.5 115 76.7 35 23.3 Sebaran persentase atas jawaban benar pada faktor pengetahuan yang paling tinggi untuk status ekonomi miskin adalah 77 dimana jawaban Ibu rumah tangga yang memberi pernyataan bahwa Ibu tahu akan peredaran PRG, 73 skor yang tidak jauh berbeda dari 77 yaitu Ibu rumah tangga dirasakan perlu untuk uji keamanan PRG untuk konsumsi manusia dan konsumsi pakan ternak. Untuk status ekonomi tidak miskin, jawaban benar yang paling tinggi adalah 62 dimana para Ibu rumah tangga menganggap perlu adanya uji keamanan untuk konsumsi manusia. Hasil sebaran yang diperoleh, didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiana dimana para konsumen dirasakan perlu adanya uji keamanan terhadap makanan yang akan dikonsumsi, sehingga sejalan dengan apa yang diinginkan Ibu rumah tangga mengenai PRG. Hasil penelitian diatas juga didukung dengan adanya hasil–hasil penelitian yang telah melalui pengamatan bahwa telah beredarnya bahan pangan yang mengandung transgenik atau PRG dipasar-pasar tradis ional dan pasar-pasar modern dan tanpa disadari konsumen telah mengkonsumsi PRG tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini : Tabel 13. Hasil Penelitian terhadap Bahan dan Produk yang Mengandung PRG PRG Turunan Jenis Pangan Kedelai Tepung kedelai, minyak kedelai, lechitin. Isolat protein kedelai dan konsentrat. Kira – kira 60 semua pangan teroleh mengandung kedelai ataupun produk turunannya Roti , Tamari Cookies , Biskuit Permen, Yoghurt, Tahu Saus kedelai, Bubuk protein Sereal , Formula Bayi , Kecap , Cokelat , Keju kedelai . Kentang Kentang, pati kentang, tepung kentang. Chips , Kentang goreng Pie vegetable , Passover product, Sup Jagung Tepung jagung, pati jagung, minyak jagung, pemanis, sirup. Baking Powder, Cokelat , Salad Dressing , Es krim, Cookies , Soda Gula Bubuk, Margarine, Roti, Tahu , Permen, Sereal , Formula Bayi, Chips Kapas Minyak serat Chips, Biskuit, Cookies, Selai Kacang tanah Canola Minyak Chips ,Salad Dressing, Cookies , Margarine Tomat Tomat Makanan Itali, Lasagna, Pizza , Saus , Purees Sumber : BIO Member Survey, 2000 dalam Santosa 2002 Keterangan : Tanda memiliki indikasi bahwa produk tersebut telah beredar di pasaran Indonesia melalui perdagangan resmi ataupun melalui impor ilegal Hasil sebaran tingkat pengetahuan Ibu rumah tangga antara Jakarta, Surabaya dan Medan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini : Tabel 14. Sebaran Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap PRG Kategori Jakarta Surabaya Medan Total Chi-Square Test n n n n Chi Square Sig Miskin Baik Tidak Baik Tidak Miskin Baik Tidak Baik Total 12 18 73 47 150 8 12 48.7 31.3 100 18 11 58 63 150 12 7.3 38.7 42 100 15 17 53 65 150 10 11.3 35.3 43.4 100 45 46 184 175 450 14.4 9.3 39.3 37 100 0.000 0.000 1.000 1.000 Rata-rata ± SD 56.9 ± 18.9 50.4 ± 22.1 52 ± 15.8 Skor pengetahuan tentang PRG pada Ibu rumah tangga di kota Jakarta lebih baik 56.9 ± 18.9 bila dibandingkan dengan skor pengetahuan di Surabaya dan Medan. Hal ini menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga di Jakarta akses untuk memperoleh informasi mengenai PRG lebih banyak sehingga mempunyai pengetahuan yang lebih baik. Hasil analisis pengetahuan tersebut didukung oleh hasil uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan pengetahuan antara Jakarta, Surabaya dan Medan menurut status ekonomi. Hasil pengujian pada status ekonomi miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 0.000 dengan signifikansi 1.000, dimana p-value 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam pengetahuan di tiga kota menurut status ekonomi miskin. Adapun pada status ekonomi tidak miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 0.000 dengan signifikansi 1.000, dimana p- value 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pada tiga kota menurut status ekonomi tidak miskin juga tidak terdapat perbedaan yang nyata Tabel 14. Sejalan dengan penelitian tentang penerimaan konsumen terhadap PRG ini, sebuah penelitian survei dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh Onyango et al. 2004 untuk menganalisis tingkat keinginan konsumen untuk mengkonsumsi pangan hasil modifikasi genetika, PRG terhadap tiga jenis produk olahan daging, menunjukkan bahwa keinginan responden yang diberi informasi tentang manfaat sekaligus potensi risiko pangan PRG untuk mengonsumsi produk pangan tersebut lebih rendah dibandingkan mereka yang hanya diberi informasi manfaat PRG saja. Persepsi Ibu Rumah tangga terhadap Pangan Rekayasa Genetika Berdasarkan Status Ekonomi pada Setiap Kota Persepsi Ibu rumah tangga tentang Pangan Rekayasa Genetika dihitung dengan menggunakan skor. Skor diperoleh dengan menghitung persentase jumlah Ibu rumah tangga yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan untuk setiap Faktor persepsi PRG menurut masing-masing kategori status ekonomi. Skor diperoleh dengan menjumlahkan beberapa pertanyaan terkait persepsi ibu rumah tangga tentang pangan rekayasa genetika. Faktor persepsi dan sebaran persentase jawaban pada Ibu rumah tangga untuk kota Jakarta, Surabaya dan Medan, masing-masing disajikan dalam Tabel 15 hingga Tabel 18. Tabel 15. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Persepsi PRG Ibu Rumah Tangga di Jakarta untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Kualitas PRG Benar Salah 11 84.6 2 15.4 113 82.5 24 17.5 124 82.7 26 17.3 2 Nilai Gizi Benar Salah 11 84.6 2 15.4 98 71.5 39 28.5 109 72.7 41 27.3 3 Manfaat PRG bagi kesehatan Benar Salah 11 84.6 2 15.4 101 73.7 36 26.3 112 74.7 38 25.3 4 Produktivitas PRG Benar Salah 3 23.1 10 76.9 50 36.6 87 63.5 53 35.3 97 64.7 5 Tanaman PRG tahan hama Benar Salah 9 69.2 4 30.8 88 64.2 49 35.8 97 64.7 53 35.3 6 Biaya dan produktivitas tanaman PRG Benar Salah 3 23.1 10 76.9 39 28.5 98 71.5 42 28 108 72 7 Pestisida untuk tanaman PRG lebih hemat Benar Salah 10 76.9 3 23.1 79 57.7 58 42.3 89 59.3 61 40.7 Faktor persepsi untuk Jakarta dengan mengajukan tujuh pertanyaan untuk mengukur persepsi Ibu rumah tangga terhadap pangan rekayasa genetika baik yang mempunyai status ekonomi tidak miskin ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi adalah jawaban ibu rumah tangga yang memberikan pertanyaan mengenai kualitas PRG 83, pertanyaan ini mengacu kepada persepsi akan kesadaran Ibu rumah tangga di Jakarta bahwa pangan rekayasa genetika baik dari segi kualitas cita rasa rasa, warna, tekstur dan aroma. Adapun proporsi terkecil adalah 28 mengenai pertanyaan biaya dan produktivitas tanaman PRG Tabel 15. Hasil sebaran persentase jawaban persepsi tentang PRG dikota Surabaya disajikan pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Persepsi PRG Ibu Rumah Tangga di Surabaya untuk setiap kategori Status ekonomi No Pertanyaan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Kualitas PRG Benar Salah 24 85.7 4 14.3 90 73.8 32 26.2 114 76 36 24 2 Nilai Gizi Benar Salah 17 60.7 11 39.3 62 50.8 60 49.2 79 52.7 71 47.3 3 Manfaat PRG bagi kesehatan Benar Salah 13 46.4 15 53.6 66 54.1 56 45.9 79 52.7 71 47.3 4 Produktivitas PRG Benar Salah 22 78.6 6 21.4 102 83.6 20 16.4 124 82.7 26 17.3 5 Tanaman PRG tahan hama Benar Salah 24 85.7 4 14.3 95 77.9 27 22.1 119 79.3 31 20.7 6 Biaya dan produktivitas tanaman PRG Benar Salah 19 67.9 9 32.1 82 67.2 40 32.8 101 67.3 49 32.7 7 Pestisida untuk tanaman PRG lebih hemat Benar Salah 21 75 7 25 90 73.8 32 26.2 111 74 39 26 Faktor persepsi untuk Ibu rumah tangga di Surabaya, yaitu dengan mengajukan tujuh pertanyaan yang sama untuk mengukur persepsi ibu rumah tangga terhadap pangan rekayasa genetika secara garis besar 83 terkait dengan produktivitas PRG. Di Surabaya yang mempunyai sosial ekonomi miskin, ditemukan bahwa persentase jawaban benar yang paling tinggi adalah 86 memberikan pernyataan bahwa PRG tahan terhadap hama dan mempunyai kualitas yang baik. Untuk status ekonomi tidak miskin, persentase yang paling tinggi adalah 84 dengan memberikan pernyataan mengenai produktivitas PRG. Berdasarkan hasil pada tabel diatas menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga di Surabaya dapat memberikan persepsi yang baik mengenai PRG. Sedangkan sebaran persentase jawaban persepsi tentang PRG dikota Medan disajikan pada Tabel 17 berikut ini Tabel 17. Sebaran Persentase Jawaban pada setiap Faktor Persepsi PRG Ibu Rumah Tangga di Medan untuk setiap kategori Status ekonomi No Pernyataan Status Ekonomi Total Miskin Tidak Miskin n 1 Kualitas PRG Benar Salah 65 98.5 1 1.5 83 98.8 1 1.2 148 98.7 2 1.3 2 Nilai Gizi Benar Salah 66 100 0 0 84 100 0 0 150 100 0 0 3 Manfaat PRG bagi kesehatan Benar Salah 66 100 0 0 84 100 0 0 150 100 0 0 4 Produktivitas PRG Benar Salah 62 93.9 4 6.1 84 100 0 0 146 97.3 4 2.7 5 Tanaman PRG tahan hama Benar Salah 64 97 2 3 83 98.8 1 1.2 147 98 3 2.0 6 Biaya dan produktivitas tanaman PRG Benar Salah 65 98.5 1 1.5 84 100 0 0 149 99.3 1 0.7 7 Pestisida untuk tanaman PRG lebih hemat Benar Salah 58 87.9 8 12.1 79 94 5 6 137 91.3 13 8.7 Kota Medan secara umum mempunyai jawaban yang berada pada persentase tinggi dimana rata-rata persentase sebesar 90 keatas, hal ini mengungkapkan bahwa ibu rumah tangga di kota Medan secara umum menerima akan keberadaan PRG. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baker et al. 2001 mengungkapkan bahwa konsumen percaya bahwa PRG akan memperbaiki kualitas makanan. Meskipun tingkat pemahaman responden secara umum masih terbatas, responden bersedia memberikan persepsi yang positif tentang PRG. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pertanian diperoleh hasil dimana responden penelitian mempunyai apresiasi tinggi akan jawaban mengenai transgenik, seperti jawaban–jawaban berikut ini yaitu kemampuan produktivitasnya yang lebih tinggi dibandingkan tanaman non transgenik dan dapat memberi keuntungan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan informasi tentang pangan rekayasa genetika kepada ibu rumah tangga yang belum mengetahui PRG dan kemudian meminta mereka memberikan respon terhadap setiap pertanyaan yang diberikan peneliti. Dengan kata lain, jawaban yang diberikan ibu yang sebelumnya tidak mengetahui PRG adalah jawaban yang bersifat persepsi. Adapun hasil sebaran persepsi Ibu rumah tangga pada ketiga kota, dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini : Tabel 18. Sebaran Tingkat Persepsi Ibu Rumah Tangga Terhadap PRG Kategori Jakarta Surabaya Medan Total Chi-Square Test n n n n Chi Square Sig Miskin Menerima Tidak Menerima Tidak Miskin Menerima Tidak Menerima Total 8 5 78 59 150 5.3 3.3 52 39.4 100 20 8 73 49 150 13.3 5.3 48.7 32.7 100 65 1 84 150 43.3 0.7 56 100 93 14 235 108 450 20.7 3.1 52.2 24 100 13.754 67.290 .001 .000 Rata-rata ± SD 79.81 ± 15.54 84.62 ± 13.54 98.9 ±3.28 87.78 ± 14.51 Skor persepsi tentang PRG pada Ibu rumah tangga di kota Medan lebih baik 98.9 ± 3.28 bila dibandingkan dengan skor persepsi di Jakarta dan Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi Ibu rumah tangga di Medan lebih mempunyai persepsi yang baik mengenai PRG hal ini sejalan dengan hasil Tabel 7 yang menunjukkan bahwa kota Medan lebih menerima PRG dibandingkan Jakarta dan Surabaya. Hasil analisis persepsi tersebut didukung oleh hasil uji Kruskall wallis yang dilakukan untuk melihat perbedaan persepsi antara ketiga kota menurut status ekonomi. Hasil pengujian pada status ekonomi miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 13.754 dengan signifikansi 0.001, dimana p- value0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata di tiga kota menurut status ekonomi miskin. Adapun pada status ekonomi tidak miskin diperoleh nilai chi-square sebesar 67.290 dengan signifikansi 0.000, dimana p-value0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi pada tiga kota menurut status ekonomi tidak miskin terdapat perbedaan yang nyata Tabel 16. Kategori-kategori Peubah yang Diduga Mempengaruhi Penerimaan PRG Data yang tersebar di tiga kota dalam Tabel 19 menunjukkan bahwa berdasarkan status ekonomi, sebagian besar 79 Ibu rumah tangga ada pada kategori tidak miskin. Kualitas sumberdaya pada Ibu rumah tangga diukur dengan tingkat pendidikan formal yang dijalani Ibu rumah tangga. Adapun sebaran untuk status ekonomi adalah sebagai berikut : 91 359 100 200 300 400 Status Ekonomi Miskin Tidak Miskin Gambar 5. Sebaran Status Ekonomi. Berdasarkan tingkat pendidikan, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Ibu rumah tangga termasuk sedang yaitu 61 yang menempuh pendidikan hingga SMP-SMA. Akan tetapi terdapat pula Ibu rumah tangga yang menempuh pendidikan tinggi Perguruan Tinggi mencapai 27. 50 276 124 50 100 150 200 250 300 TINGKAT PENDIDIKAN Rendah Sedang Tinggi Gambar 6. Sebaran Tingkat Pendidikan. Ibu rumah tangga perkotaan sebanyak 81 telah bekerja dan hanya sedikit yang tidak bekerja 18. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar Ibu rumah tangga diperkotaan telah bekerja dan hanya sedikit yang tidak bekerja. 83 367 100 200 300 400 PEKERJAAN Tidak bekerja Bekerja Gambar 7. Sebaran Pekerjaan Ibu. Pengetahuan Ibu rumah tangga setengahnya 53 tergolong kategori baik. Tingkat pendidikan Ibu rumah tangga mempunyai peranan untuk untuk menguasai pengetahuan terutama tentang PRG. Adapun sebaran pengetahuan di ketiga kota yaitu : 221 229 216 218 220 222 224 226 228 230 PENGETAHUAN Tidak baik Baik Gambar 8. Sebaran Pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan Ibu rumah tangga mengenai PRG akan berdampak pada persepsi Ibu rumah tangga tentang PRG. Sebaran persepsi di ketiga kota menunjukkan 72.9 mempunyai persepsi yang benar tentang PRG. 122 328 50 100 150 200 250 300 350 PERSEPSI Tidak Menerima Menerima Gambar 9. Sebaran Persepsi Ibu rumah tangga. Penyebaran kota dibagi secara merata pada tiga kota besar yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan, yang masing-masing mempunyai sebaran 33. Adapun sebaran di ketiga kota yaitu : 150 150 150 20 40 60 80 100 120 140 160 KOTA TEMPAT TINGGAL Jakarta Surabaya Medan Gambar 10. Sebaran Kota Tempat Tinggal. Tabel 19. Sebaran Ibu Rumah tangga menurut Faktor-faktor yang Diduga Mempengaruhi Penerimaan PRG Faktor-Faktor n Persentase Status Ekonomi Miskin Tidak Miskin Total Tingkat pendidikan Rendah Sedang Tinggi Total Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja Total Pengetahuan Tidak baik Baik Total Persepsi Persepsi Salah Persepsi Benar Total Kota tempat tinggal Jakarta Surabaya Medan Total 91 359 450 50 276 124 450 83 367 450 221 229 450 122 328 450 150 150 150 450 20.2 79.8 100 11.1 61.3 27.6 100 18.4 81.6 100 49.1 50.9 100 27.1 72.9 100 33.3 33.3 33.3 100 Analisis Hubungan Masing-masing Faktor dengan Penerimaan PRG Analisis hubungan penerimaan PRG dengan masing-masing faktor dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman dan uji chi square Contingency Coeficient. Uji korelasi Spearman digunakan untuk data ordinal yang terdiri dari status ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan dan persepsi. Sedangkan untuk data nominal yakni pekerjaan dan kota tempat tinggal dianalisis menggunakan uji chi square dengan melihat nilai Contingency Coeficient. Hasil analisis uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal mempunyai hubungan dengan faktor penerimaan, yang ditunjukkan dengan angka signifikansi 0.05. Hasil ini juga masih menunjukkan hubungan yang nyata pada taraf signifikansi 0.01. Namun untuk faktor tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak menunjukkan adanya hubungan dengan penerimaan p-value 0.05. Lebih lengkapnya hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 20 berikut. Tabel 20. Hasil Uji Hubungan Masing-masing Faktor dengan Penerimaan PRG Faktor R Sig N Status ekonomi 1 Tidak Miskin .239 .000 450 Tingkat pendidikan 1 Sedang 2 Tinggi .065 .166 450 Pekerjaan Ibu 1 Bekerja .014 .773 450 Pengetahuan 1 Baik -.144 .002 450 Persepsi 1 Benar .215 .000 450 Kota tempat tinggal 1 Surabaya 2 Medan .301 .000 450 Korelasi signifikan pada taraf 0.01 Faktor status ekonomi dengan penerimaan memiliki hubungan yang positif dengan kekuatan 0.239. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin meningkat status ekonomi Ibu rumah tangga maka semakin meningkat penerimaannya terhadap PRG. Bila dilihat dari faktor pekerjaan dengan penerimaan menunjukkan hubungan yang positif artinya ibu yang bekerja lebih menerima PRG. Berdasarkan faktor pengetahuan dengan penerimaan menunjukkan hubungan negatif yang signifikan dengan nilai kekuatan 0.144. Hubungan ini menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga yang berpengetahuan rendah lebih menerima PRG dibanding Ibu rumah tangga yang berpengetahuan tinggi. Faktor persepsi dengan penerimaan memiliki hubungan yang positif dengan kekuatan 0.215. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin meningkat persepsi Ibu rumah tangga maka semakin meningkat penerimaannya terhadap PRG. Menurut kota tempat tinggal dengan penerimaan memiliki hubungan yang positif dengan kekuatan hubungan yaitu 0.301. Dengan menetapkan kota Jakarta sebagai faktor pembanding, nilai tersebut dapat diartikan bahwa Ibu rumah tangga di kota Medan lebih menerima PRG. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Analisis yang akan digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing peubah independen atau bebas status ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal dengan peubah dependen atau terikat penerimaan, seperti pada Tabel 21 sampai Tabel 26 berikut ini. Penerimaan berdasarkan status ekonomi menunjukkan hasil nilai Odd Ratio OR 3.29 artinya 3.29 kali ibu yang tidak miskin akan menerima PRG dibanding ibu yang ada pada kategori miskin, dengan Confident Interval 95 CI antara 2.050 – 5.292. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan status ekonomi pada tabel 19 menghasilkan p- Value 0.000. Hasil ini menunjukkan hubungan yang bermakna p- Value 0.05. Status ekonomi ini dapat digunakan sebagai kandidat untuk analisis logistik berganda p-Value 0.25. Tabel 21. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Status Ekonomi Faktor Penerimaan OR CI 95 p- Value Tidak Menerima Menerima n n Status ekonomi Miskin 50 54.9 41 45.1 3.294 2.050 – 5.292 0.000 Tidak Miskin 97 27 262 73 Analisis data penerimaan Ibu rumah tangga berdasarkan tingkat pendidikan dibagi kedalam tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada analisis ini kategori tingkat pendidikan rendah dijadikan sebagai pembanding untuk kategori tingkat pendidikan sedang dan kategori tingkat pendidikan tinggi. Distribusi Ibu rumah tangga berdasarkan penerimaan dengan tingkat pendidikan ditunjukkan pada tabel 22. Pendidikan rendah Tidak sekolah dan SD mempunyai makna yang tidak signifikan 0.167. Pendidikan sedang SMP dan SMA mempunyai makna tidak signifikan terhadap pendidikan rendah begitu pula untuk pendidikan tinggi Perguruan Tinggi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pendidikan merupakan peubah independen yang dapat digunakan sebagai kandidat untuk analisis regresi logistik berganda. Tabel 22. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Tingkat pendidikan Faktor Penerimaan OR CI 95 p- Value Tidak Menerima Menerima n n Tingkat pendidikan Rendah 24 48 26 52 1.738 2.216 0.833 – 3.626 0.972 – 5.052 0.141 0.058 Sedang 84 30.4 192 69.6 Tinggi 39 31.5 85 68.5 Hasil distribusi pada data tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna p- Value 0.05 pada ibu bertingkat pendidikan sedang jika dibandingkan dengan ibu bertingkat pendidikan rendah dan hubungan yang tidak bermakna p-Value 0.05 pada ibu bertingkat pendidikan tinggi jika dibandingkan dengan ibu bertingkat pendidikan rendah. Nilai Odd Ratio OR untuk tingkat pendidikan sedang yaitu 1.74 dengan Confident Interval CI 95 terdapat antara 0.833 – 3.626 dan untuk tingkat pendidikan tinggi yaitu 2.22 dengan CI 95 0.972 – 5.052. Peubah pendidikan ini dapat digunakan sebagai kandidat untuk dianalisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda. Jumlah persentase penerimaan PRG pada Ibu rumah tangga jika dilihat dari peubah pekerjaan Ibu yaitu bekerja dan tidak bekerja memiliki proporsi yang hampir sama antara Ibu rumah tangga bekerja dan tidak bekerja untuk menerima dan tidak menerima PRG. Persentase menerima berbanding tidak menerima untuk Ibu bekerja 32.9 : 67.1. Hasil yang tidak berbeda juga berlaku untuk Ibu yang tidak bekerja yaitu 31.3 : 68.7. Adapun distribusi pekerjaan sebagai berikut : Tabel 23. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Pekerjaan Ibu Faktor Penerimaan OR CI 95 p-Value Tidak Menerima Menerima n n Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 26 31.3 57 68.7 0.927 0.556 – 1.548 0.773 Bekerja 121 32.9 246 67.1 Hasil nilai Odd Ratio OR 0.93 artinya 0.93 kali ibu yang bekerja akan menerima PRG dibanding ibu yang tidak bekerja, dengan Confident Interval 95 CI antara 0.556 – 1.548. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan pekerjaan ibu dibagi kedalam dua kategori yaitu tidak bekerja dan bekerja. Pekerjaan pada tabel 21 menghasilkan p- Value 0.773. Hasil ini menunjukkan hubungan yang tidak bermakna p- Value 0.05. Pekerjaan ibu tidak dapat digunakan sebagai kandidat untuk analisis multivariat p-Value 0.25. Kategori pengetahuan dibagi kedalam dua kategori yaitu tidak baik dan kategori baik. Adapun analisis tersebut ditunjukkan pada tabel 24 berikut ini : Tabel 24. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Pengetahuan Faktor Penerimaan OR CI 95 p-Value Tidak Menerima Menerima n n Pengetahuan Tidak baik 57 25.8 164 74.2 0.537 0.359 – 0.802 0.002 Baik 90 39.3 139 60.7 Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan tingkat pengetahuan diperoleh hasil yang menunjukkan hubungan yang bermakna p- Value 0.05 untuk kategori pengetahuan tidak baik dan pengetahuan kategori baik. Nilai Odd Ratio OR yaitu 0.54 dengan Confident Interval 95 CI antara 0.359 – 0.802. Kategori ini dapat digunakan sebagai kandidat untuk masuk pada analisis selanjutnya yaitu analisis multivariat. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan persepsi ada pada dua kategori yaitu persepsi salah dan persepsi benar yang ditunjukkan pada tabel 25 dibawah ini : Tabel 25. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Persepsi Faktor Penerimaan OR CI 95 p-Value Tidak Menerima Menerima n n Persepsi Persepsi Salah 60 49.2 62 50.8 2.681 1.741 – 4.127 0.000 Persepsi Benar 87 26.5 241 73.5 Nilai OR untuk persepsi yaitu 2.68 dengan Confident Interval 95 CI antara 1.741 – 4.127. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna yaitu 0.000 p- Value 0.05 dan dapat digunakan sebagai kandidat untuk dianalisis ke regresi logistik berganda. Analisis data penerimaan ibu rumah tangga berdasarkan kota tempat tinggal ada pada tiga kota yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Dimana untuk kota Jakarta dijadikan sebagai pembanding pada kota Surabaya dan kota Medan. Hasil distribusi pada tabel 26 menunjukkan hubungan yang bermakna p- Value 0.05 dan dapat digunakan sebagai kandidat untuk dianalisis secara multivariat. Nilai OR untuk kota Surabaya yaitu 0.296 dengan Confident Interval 95 CI antara 0.173 – 0.508 dan untuk Medan yaitu mempunyai nilai OR 1.81 dengan CI 95 0.952 – 3.433. Tabel 26. Distribusi Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Penerimaan dengan Kota Faktor Penerimaan OR CI 95 p- Value Tidak Menerima Menerima n n Kota Tempat Tinggal Jakarta 45 30 105 70 0.296 1.808 0.173 – 0.508 0.952 – 3.433 0.000 0.070 Surabaya 78 52 72 48 Medan 24 16 126 84 Kota secara umum menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dimana untuk Surabaya terhadap Jakarta tidak mempunyai hubungan yang signifikan, tetapi untuk kota Medan mempunyai hubungan yang signifikan dibandingkan dengan kota Jakarta. Peubah kota tempat tinggal memenuhi kriteria untuk masuk sebagai kandidat analisis regresi logistik berganda. Pemilihan peubah independen yang potensial sebagai kandidat dalam model multivariat ditentukan berdasarkan hasil analisis statistik. Dengan demikian berdasarkan analisis hubungan terhadap peubah penerimaan Tabel 21 – Tabel 26, peubah independen yang bisa disertakan dalam model untuk analisis faktor- faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan adalah status ekonomi, pendidikan, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal masing-masing memiliki p- Value 0.25. Pada tahap pertama proses analisis data multivariat, ternyata terdapat faktor yang tidak berpengaruh yaitu faktor tingkat pendidikan dengan menunjukkan nilai hubungan yang tidak signifikan yaitu 0.167 p- Value 0.05 sehingga dengan demikian peubah pendidikan dikeluarkan dari model. Tahap selanjutnya diperoleh model hasil akhir analisis multivariat, yaitu faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal dalam model yang dapat memberikan hubungan bermakna p- Value 0.05 yang dapat mempengaruhi penerimaan PRG Ibu rumah tangga perkotaan. Hasil analisis dengan menggunakan regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 27 berikut ini : Tabel 27. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan PRG Faktor B df Sig OR 95.0 C.I Lower Upper Status ekonomi 1 Tidak Miskin 1.487 1 .000 4.424 2.587 7.565 Pengetahuan 1 Baik -.679 1 .003 0.507 0.324 0.795 Persepsi 1 Benar .658 1 .011 1.931 1.162 3.208 Kota tempat tinggal 2 .000 Kota 1 Surabaya -1.137 1 .000 .321 .192 .536 Kota 2 Medan .557 1 .087 1.746 .922 3.306 Constant -.244 1 .472 .545 a Variables entered on step 1: status ekonomi, pengetahuan, kota. Hasil analisis statistik regresi logistik menunjukkan bahwa faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal memiliki pengaruh terhadap penerimaan PRG p- Value 0.05. Berdasarkan kota tempat tinggal yaitu Jakarta sebagai pembanding maka menunjukkan hasil bahwa Ibu rumah tangga di Medan lebih menerima PRG dibandingkan Ibu rumah tangga di Surabaya yang mempunyai karakter to the point untuk kemukakan sesuatu yang tidak berkenan dihati. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih rendah p- Value 0.001 dan Odd Ratio yang lebih tinggi 1.75. Hasil penelitian terhadap penerimaan PRG pada Ibu rumah tangga perkotaan diperoleh bahwa status ekonomi, pengetahuan dan kota tempat tinggal mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen. Faktor pengetahuan mempunyai peran dalam penerimaan konsumen terkait dengan teori bahwa pengetahuan konsumen menyebabkan konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi serta mampu mengingat informasi dengan lebih baik Sumarwan 2003. Informasi, baik yang dilihat, dibaca, didengar atau dirasakan akan menjadi pengetahuan bagi Ibu rumah tangga dan dapat mempengaruhi untuk menerima PRG tersebut. Faktor yang mempengaruhi lainnya yaitu status ekonomi yang juga mempunyai peranan penting dalam penerimaan PRG. Status ekonomi juga mempunyai hubungan yang signifikan yaitu 0,000 yang didukung oleh nilai OR yaitu 4.42 yang mempunyai makna bahwa terdapat 4.42 kali Ibu rumah tangga yang tidak miskin akan menerima PRG dibandingkan yang berasal dari kategori miskin. Faktor persepsi juga merupakan faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan PRG. Persepsi mempunyai hubungan yang signifikan yaitu 0,011 yang didukung oleh nilai OR yaitu 1.93 yang mempunyai makna bahwa terdapat 1.93 kali artinya semakin meningkat persepsi Ibu rumah tangga terhadap PRG maka akan semakin meningkat penerimaan terhadap PRG. Analisis berdasarkan kota tempat tinggal menunjukkan hubungan yang signifikan, namun Medan tidak memberikan hubungan yang nyata jika dibandingkan Ibu rumah tangga di Jakarta. Persamaan regresi logistik yang menjelaskan penerimaan PRG Ibu rumah tangga sebagai berikut : 1 1 2 2 ... 1 1 e x p n n X X X P e n e r i m a a n β β β β − + + + + = + Karena setiap peubah independen status ekonomi, pengetahuan dan persepsi terdiri dari dua kategori dan kota tempat tinggal terdiri dari tiga kategori, maka model regresi tersebut dapat dibentuk menjadi beberapa model sesuai dengan kategori peubah independen yang akan dibandingkan. Sebagai contoh, model untuk melihat bagaimana penerimaan PRG ibu rumah tangga yang mempunyai status ekonomi tidak miskin 1, berpengetahuan baik 1, berpersepsi benar 1 dan bertempat tinggal di Surabaya 1 adalah : 1 Penerimaan = ----------------------------------------------------------------- - -0.244 + 1.487 1 + -0.679 1 + 0.658 1 + -1.1371 1 + exp 1 Penerimaan = ---------------------------- - 0.085 1 + exp 1 Penerimaan = ----------------------------- 1 + 0.918 Penerimaan = 1 1.918 = 0.52 Interpretasi dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa dari 100 orang ibu rumah tangga yang memiliki status ekonomi tidak miskin 1, berpengetahuan baik 1, berpersepsi benar dan bertempat tinggal di Surabaya 1 mempunyai peluang 52 orang ibu rumah tangga diantaranya akan menerima PRG. Hasil pemodelan tersebut akan dapat digunakan untuk kategori lainnya dalam peubah status ekonomi, pengetahuan dan kota tempat tinggal, yaitu dengan menggunakan nilai pengkodean yang telah ditetapkan untuk masing-masing kategori tersebut, yaitu status ekonomi 0 = miskin dan 1 = tidak miskin, pengetahuan 0 = tidak baik dan 1 = baik, persepsi 0 = persepsi salah dan 1 = persepsi benar dan kota tempat tinggal 0 = Jakarta, 1 = Surabaya, 2 = Medan sesuai dengan kategori ibu rumah tangga yang akan diamati. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Penerimaan ibu rumah tangga tidak miskin akan PRG lebih besar dibandingkan penerimaan ibu rumah tangga miskin. 2. Berdasarkan kota tempat tinggal, ibu rumah tangga miskin di kota Jakarta dan Surabaya paling besar tingkat penerimaannya akan PRG dibandingkan Medan, sedangkan tingkat penerimaan ibu rumah tangga tidak miskin paling tinggi pada ibu rumah tangga di Medan dibandingkan dengan dua kota lainnya. 3. Ada perbedaan signifikan p0.05 terhadap tingkat penerimaan Ibu rumah tangga tidak miskin dan Ibu rumah tangga miskin akan PRG di antara ketiga kota, artinya hasil uji beda menunjukkan bahwa ibu rumah tangga tidak miskin lebih menerima PRG. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan ibu rumah tangga di perkotaan akan PRG adalah faktor status ekonomi, pengetahuan, persepsi dan kota tempat tinggal. Berdasarkan faktor status ekonomi menunjukkan bahwa ibu rumah tangga dari status ekonomi tidak miskin lebih menerima dibandingkan ibu rumah tangga yang berasal dari status ekonomi miskin, untuk faktor pengetahuan menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan tidak baik lebih menerima PRG, sedangkan faktor persepsi menunjukkan bahwa semakin meningkat persepsi mengenai PRG maka semakin menerima PRG dan untuk faktor kota tempat tinggal menunjukkan bahwa kota Medan lebih menerima PRG dibandingkan kota Jakarta dan Surabaya. 5. Tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak memberikan kontribusi terhadap penerimaan ibu rumah tangga akan PRG. Saran 1. Menyebarluaskan informasi baik dari segi manfaat maupun kerugian PRG untuk meningkatkan penerimaan Ibu rumah tangga terhadap PRG melalui peningkatan aktivitas kelompok Ibu rumah tangga serta sosialisasi melalui brosur atau modul yang dapat meningkatkan konsumsi PRG, serta memberikan label pada produk-produk PRG yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan; 2. Mengalokasikan sumberdaya untuk penelitian lebih mendalam terkait dengan pemasaran produk yang mengandung PRG terutama hubungannya dengan konsumen sebagai pengguna produk pangan terutama penelitian lebih lanjut mengenai persepsi konsumen terhadap PRG serta penelitian lebih lanjut terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli produk PRG; 3. Mengoptimalkan peranan pakar dan sumber informasi yang berada di lingkungan konsumen dalam meningkatkan pengetahuan tentang PRG sehingga persepsi konsumen terhadap PRG akan semakin baik. DAFTAR PUSTAKA Badrie Neela, Marynese Titre, Martha Jueanville Faye DHeureux- Calix. 2006. Public awareness and perception of genetically modified engineered foods in Trinidad, West Indies. British Food Journal. 108 : 192-199 Bánáti. D dan Szabó, J.A. 2006. Knowledge and acceptance of genetically modified foodstuffs in Hungary. Acta Biologica Szegediensis. Volume 503- 4:115-119. Central Food Research Institute, Budapest, Hungary. Belch GEBelch MA, 1995. Introduction to Advertising and Promotion. Irwin. Chicago Bermawie N., Bahagiawati AH., Karden M., Djoko S., Budihardjo S., Evy J., Syahjuti., Erizal., Hasnam., Herman. Andi T. 2003. Perkembangan dan Dampak Pelepasan Produk Rekayasa Genetika dan Produk Komersialnya. Departemen Pertanian. Jakarta Bouis H, Chassy BM and Ochadana JO. 2003. Genetically Modified Food Crops and Their Contribution to Human Nutrition and Food Quality. Trend in Food Science and Technology 14:191-209. Burton, M., D. Rigby, T. Young, dan S. James 2001. Consumer Attitudes to Genetically Modified Organisms in Food in the UK. European Review of Agricultural Economics28: 479-498. dalam Curtis KR., Wahl. TI., dan McCluskey JJ., 2004. Consumer Acceptance of Genetically Modified Food Productsin the Developing World. Washington State University Chang A., Cohen S., Boyer H. Heling R. 1973. Contruction of Biologically Function Bacterial Plasmids in vitro. Proc. Natl. Acad. Sci., USA : 70, 3240 3244. Chern WS dan Rickertsen K. 2002. Customer Accetance of GMO. Survey results from Japan, Norway, Taiwan and the United States. Working Paper : AEDE- WP-0026-02. Department of Agricultural, Environmental and Development Economics The Ohio State University. Curtis KR., Wahl. TI., dan McCluskey JJ., 2004. Consumer Acceptance of Genetically Modified Food Productsin the Developing World. Washington State University. Departemen Pertanian. 2003. Peta Penanganan Mutu dan Keamanan Pangan : Pengawasan keamanan pangan secara terpadu total food safety control dengan metode pengawasan terpadu antarsektor Integrated intersectoral approach. Wiganda S. Ed.. Jakarta : Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI. Dharmmesta, B.S. T.H.Handoko. 1996. Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen 1 th ed . Yogyakarta : BPFE Engel, J.F., R.D. Blackwell, P.W.Miniard dalam F.X. Budiyanto penerjemah. 2002. Perilaku Konsumen Jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara Engel, J.F., R.D. Blackwell, P.W.Miniard dalam F.X. Budiyanto penerjemah. 1995. Perilaku Konsumen Jilid II 6 th ed. Jakarta : Binarupa Aksara Gregory, BA Thomas BA. 2001. Consumer response to genetically modified foods: Market segment analysis and implications for producers and policy makers. Journal of Agricultural and Resource Economics . Grimsrud, Kristine, Jill J. McCluskey, Maria Loureiro, and Thomas I. Wahl 2002. Consumer Attitudes toward Genetically Modified Food in Norway. IMPACT Center Technical Working Paper. dalam Curtis KR., Wahl. TI., dan McCluskey JJ., 2004. Consumer Acceptance of Genetically Modified Food Productsin the Developing World. Washington State University Hardinsyah, Rachman HPS, dewa, Riska Nur, Devi Guspri Artanti, Marhamah, Aries M. 2007. Pengetahuan Dan Persepsi Masyarakat Tentang Produk Rekayasa Genetika dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Ketahanan Pangan dan Pertanian. Bogor Hardinsyah. 2004. Functional Foods in Indonesia. In Functional Foods and Their Implications in the Daily Diet. FAO RAP Publication. Bangkok. Hardinsyah dan Sumarwan. 2002 Analisis Perilaku Konsumsi Suplemen di Perkotaan Indonesia. Prosiding Seminar Pangan Tradisional Sebagai Basis IndustriPangan Fungsional dan Suplemen. PKMT IPB ISBN 897-95295-4- 9. Hardinsyah. 2001. Pembangunan Pangan di Era Ekonomi Daerah Prosuding Dialog dan Loka Karya Kebijakan dan Program Pangan, Ketahanan Pangan di Era Ekonomi. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi IPB. Bogor. Hardinsyah. 2000. Potensi Kekuatan dan Kelemahan Produk Pangan Hasil Rekayasa Genetika. Makalah pada Seminar Pangan Rekayasa Genetika. Kolaborasi. Bogor Hardinsyah dan Yunita. 1997. Persepsi Konsumen tentang Minuman Suplemen. Prosiding I Seminar Nasional Teknologi Pangan. PATPI Denpasar. ISBN 979-95240-03 Hosmer David W and Stanley Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. A Wiley-Interscience Publication. The United States of America Irawan, F., Wijaya M.N., Sudjoni. 1997. Pemasaran : Prinsip dan Kasus. Yogyakarta : BPFE ISAAA International Service for the Acquisition of Agri- Biotech Applications. 2007. In http:www.gmo-compass.orgengagri_biotechnologyproduk rekayasa genetika_planting html. Diakses 5 Juli 2007 Kartasapoetra, Marsetyo H. 2003. Ilmu Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta Khomsan Ali. 2002. Dampak Gizi dan Kesehatan pada Pangan Transgenik, Kompas 6 mei. Khumaidi. 1994. Gizi Masyarakat. Gunung Mulia. Jakarta Kleimbaum D.G. at al., 1988. Applied Regression Analysis and Other Multivariable Method. The University of North Carolina at Chapel Hill. PWS- Kent Publishing Company. Boston Knight dan Paradkar 2008. Acceptance of genetically modified food in India: perspectives of gatekeepers. British Food Journal, 2008. Vol 110. Issue 10 Page 1019-1033. Emerald Group Publishing Limited. LIPI. 2004. Rumusan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta. Loedin HIS. 2004. Bioteknologi untuk Ketahanan Pangan. Prosidings Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta. Moerboek dan Casimir. 2006. Gender differences in consumer’s acceptance of GMO. International Journal of Consumer Studies Sociology of Consumers and Household. Wageningen University. Netherlands. Muhadjir N. 1992. Pengukuran Kepribadian : Telaah Konsep dan Teknik Penyusunan Test Psikometrik Skala Penerimaan. Yogyakarta : Rake Sarasin Nelson GC ed. 2001. Genetically Modified Organism in Agriculture: Economics and Politics. Academic Press. San Diego. Oyango B., Nayga RM., dan Schilling B. 2004. Role of product benefits and potensial risks in consumer acceptance of Genetically Modified Foods. AgBioForum, 74: 202-211. Pardey PG. 2001. The Future of the Food: Biotechnology Markets and Policies in an International Setting. International Food Policy Research Institute. Washington. Pagano, M. And Kimberlee, G., 1992. Principles of Biostatistics. Duxubury Press An Imprint of Wadsworth Publishing Company, Belmont. California Potter, N.N J.H.Hotchkiss. 1996. Food Science. Chapman Hall. New York Praktiknya A.W. 1993. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Rachman, HPS dan Ariani.M 2002. Ketahanan Pangan : Konsep, Pengukuran dan Strategi. FAE. Vol 20. No.1 . Juli 2002 Rakhmat, Jalaludin. 1992. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992. Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan. 2001. Posisi Pemerintah mengenai Pengembangan dan Pemanfaatan PRG. Jakarta. Setiadi, N.J. 2003, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media, Jakarta Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Terjemahan. Gramedia. Jakarta Sitepoe M. 2001. Rekayasa Genetika. PT Grasindo. Jakarta. Steel R, J. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta Suyanto. Dalam http:www.msuyanto.com Diakses 5 Juli 2007 Teitle MWilson. 2001. Genetically Engineered Food: Changing the Nature of Nature. Park Street Press. Rochester. Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset, 2002. LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Peubah yang Menentukkan Penerimaan Frequencies Statistics 450 450 450 450 450 450 450 Valid Missing N Penerimaan Status Ekonomi Tingkat Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Persepsi Kota tempat tinggal Frequency Table Penerimaan 147 32.7 32.7 32.7 303 67.3 67.3 100.0 450 100.0 100.0 Tidak Menerima Menerima Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Status Ekonomi 91 20.2 20.2 20.2 359 79.8 79.8 100.0 450 100.0 100.0 Miskin Tidak Miskin Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Tingkat Pendidikan 50 11.1 11.1 11.1 276 61.3 61.3 72.4 124 27.6 27.6 100.0 450 100.0 100.0 Rendah Sedang Tinggi Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Pekerjaan 83 18.4 18.4 18.4 367 81.6 81.6 100.0 450 100.0 100.0 Tidak Bekerja Bekerja Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Pengetahuan 221 49.1 49.1 49.1 229 50.9 50.9 100.0 450 100.0 100.0 Tidak Baik Baik Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Persepsi 122 27.1 27.1 27.1 328 72.9 72.9 100.0 450 100.0 100.0 Tidak Menerima Menerima Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Kota tempat tinggal 150 33.3 33.3 33.3 150 33.3 33.3 66.7 150 33.3 33.3 100.0 450 100.0 100.0 Jakarta Surabaya Medan Total Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Bar Chart 147 303 50 100 150 200 250 300 350 PENERIMAAN Tidak Menerima Menerima Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Logistic Regression Case Processing Summary 450 100.0 .0 450 100.0 .0 450 100.0 Unweighted Cases a Included in Analysis Missing Cases Total Selected Cases Unselected Cases Total N Percent If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.