IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Geografis Provinsi Gorontalo
Provinsi Gorontalo terletak antara 0 19’ - 1
15’Lintang Utara dan 121 23’
– 123 43’ Bujur Timur. Wilayah provinsi ini berbatasan langsung dengan dua
provinsi lain, yaitu Provinsi Sulawesi Utara di sebelah timur dan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah barat. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan
laut Sulawesi, sebelah selatan dengan Teluk Tomini. Luas wilayah provinsi ini tercatat sebesar 12.215,44 km
2
. Jika dibandingkan dengan wilayah Indonesia, luas
wilayah provinsi ini hanya sebesar 0,64 persen. Provinsi Gorontalo terdiri dari 5 lima kabupaten dan satu kota, yaitu Kab. Boalemo, Kab.Gorontalo, Kab.
Pohuwato, Kab. Bone Bolango, Kab. Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo. Wilayah terluas di Provinsi Gorontalo adalah Kabupaten Gorontalo. Jumlah
penduduk di Provinsi Gorontalo 972.208 jiwa yang tersebar di keenam kabupatenkota tersebut.
Gambar 4.1 Wilayah Provinsi Gorontalo
4.2 Kondisi Ekonomi Provinsi Gorontalo
4.2.1 Struktur Ekonomi Sektoral
Peranan sektor-sektor dalam PDRB yang dapat dilihat dari besarnya sumbangan tiap-tiap sektor menggambarkan struktur ekonomi daerah tersebut.
Struktur perekonomian suatu daerah akan menggambarkan polatatanan ekonomi daerah tersebut. Struktur ekonomi di suatu daerah akan sangat tergantung dari
seberapa besar kemampuan sektor-sektor tersebut dalam memproduksi barang dan jasa.
Tabel 4.1 Kontribusi PDRB Gorontalo menurut Sektor Ekonomi Tahun 2001- 2008
Lapangan Usaha Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-
rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanian 32,58 30,75
32,45 30,47
28,04 30,58
30,51 31,32 30,84 Pertambangan dan
Penggalian 0,88 0,75 0,75 0,81 0,95 1,01 1,12 1,08 0,92
Industri Pengolahan
11,39 8,69 7,97 8,31 7,18 5,90 5,55 4,93 7,49 Listrik, Gas, dan
Air Bersih 0,66 0,79 0,87 0,91 0,79 0,70 0,71 0,58 0,75
Bangunan 7,63 7,96 6,95 6,57 6,29 6,78 6,77 6,69 6,96
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 16,36 15,38
14,06 13,27
11,89 11,49
11,14 10,26 12,98 Pengangkutan dan
Komunikasi 11,67 9,22 8,08 8,44 8,07 8,41 8,92 8,63 8,93
Keuangan, Real Estat Jasa Persh
5,80 6,77 8,61 10,31
10,48 10,17
10,44 9,95 9,07 Jasa - jasa
13,03 19,69
20,26 20,92
26,31 24,95
24,84 26,57 22,07 PDRB 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo diolah
Semakin besar nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu sektor ekonomi maka akan semakin besar pula tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap
sektor ekonomi tersebut. Apabila sumbangan suatu sektor relatif besar, maka
seandainya terjadi sedikit gangguan pada sektor tersebut, maka akan dapat mengakibatkan permasalahan dalam perekonomian Gorontalo. Namun demikian,
sektor dengan kontribusi yang kecil tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab terdapat kemungkinan bahwa sektor tersebut mempunyai potensi untuk
dikembangkan dan akan menjadi andalan wilayah di waktu yang akan datang. Berdasarkan tabel 4.1, terdapat tiga sektor di Gorontalo yang memiliki
kontribusi cukup besar terhadap perekonomian di Gorontalo. Sektor-sektor tersebut yaitu sektor Pertanian, sektor Jasa-jasa dan sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran. Sedangkan sektor dengan kontribusi terendah adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih.
Dari ketiga
sektor-sektor dengan kontribusi besar tersebut, sektor Pertanian merupakan sektor yang sangat dominan dengan kontribusi selalu berada pada
posisi teratas dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya selama periode penelitian dan memiliki kontribusi rata-rata sebesar 30,84 persen. Kontribusi
sektor Pertanian ini pada tahun 2001 sebesar 32,58 persen dan pada tahun 2008 sebesar 31,32 persen, walaupun selama kurun waktu tersebut kontribusinya
terbilang fluktuatif. Sementara itu, sektor Jasa-jasa memiliki kontribusi sebesar 13,03 persen pada tahun 2001 dan memiliki kecenderungan untuk terus meningkat
kontribusinya, hingga pada tahun 2008 kontribusinya menjadi sebesar 26,57 persen. Sedangkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran walaupun merupakan
sektor dengan kontribusi terbesar ketiga dengan kontribusi rata-rata sebesar 12,98 persen, namun kontribusinya selama kurun waktu delapan tahun ini semakin
menurun, yaitu dari sebesar 16,36 persen pada tahun 2001 menjadi sebesar 10,26
persen pada tahun 2008. Selain ketiga sektor dominan diatas, sektor-sektor lainnya yang mengalami
kontribusi semakin besar selama kurun waktu 2001-2008 adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,88 persen pada tahun 2001 dan
meningkat menjadi sebesar 1,08 persen pada tahun 2008. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum sebesar 0,66 persen pada tahun 2001 menjadi 0,58 persen pada tahun
2008. Sektor Keuangan dan Jasa Persewaan sebesar 5,80 persen pada tahun 2001, dan meningkat pada tahun 2008 menjadi sebesar 9,95 persen
Sementara sektor-sektor yang memiliki kontribusi semakin mengecil adalah sektor Industri Pengolahan yaitu dengan kontribusi sebesar 11,39 persen pada
tahun 2001, menjadi sebesar 4,93 persen pada tahun 2008. Sektor Bangunan yang memiliki kontribusi sebesar 6,69 persen pada tahun 2008, lebih kecil
dibandingkan kontribusinya pada tahun 2001 yaitu sebesar 7,63 persen. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 8,63 persen pada tahun 2008, menurun
apabila dibandingkan dengan kontribusinya pada tahun 2001 yaitu sebesar 11,67 persen.
Apabila dilihat dari sektor-sektor yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap PDRB Gorontalo, maka struktur perekonomian Gorontalo di dominasi
yang termasuk dalam kelompok sektor Primer Pertanian dan sektor Tersier Perdagangan dan Jasa-jasa. Sementara itu peranan sektor Sekunder terbilang
sangat kecil, sehingga terlihat pertumbuhan perekonomian yang tidak linier dimana bergerak dari primer ke tersier. Dengan masih lemahnya kontribusi sektor
Sekunder yang biasanya dimotori oleh sektor Industri Pengolahan 7,49 persen,
maka hasil produksi sektor Pertanian lebih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentahbelum diolah yang cenderung memiliki nilai tambah rendah, karena hasil
produksi tersebut tidak mampu diserap oleh sektor Industri Pengolahan. Ekspor produksi pertanian Provinsi Gorontalo yang sebagian besar berupa komoditas
Jagung, Kelapa, Sapi dan Ikan ke luar daerah seperti pulau Jawa dan luar negeri seperti Jepang, Malaysia dan Filipina masih dalam bentuk bahan mentah sehingga
selain memiliki nilai tambah yang masih rendah juga sangat rentan terhadap kemungkinan rusaknya produk-produk tersebut pada saat pengiriman sehingga
dapat menurunkan kualitas produk.
4.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan dari hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu daerah, khususnya
pembangunan dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berguna untuk mengukur kinerja pembangunan dan sebagai indikator guna penyusunan rencana
pembangunan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama suatu periode tertentu tersebut tidak terlepas dari perkembangan masing-
masing sektorsubsektor yang ikut membentuk nilai tambah perekonomian suatu daerah secara keseluruhan. Pertumbuhan tersebut merupakan agregat dari
pertumbuhan di setiap sektor ekonomi yang ada. Bagi setiap daerah, indikator ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah
dicapai, kinerja perekonomian daerah serta berguna untuk menentukan arah pembangunan masa yang akan datang.
Gambar 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo dan Indonesia Tahun 2002- 2008
Berdasarkan gambar diatas, laju pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama kurun waktu 2002-2008 memberikan suatu indikator pertumbuhan yang baik.
Secara rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo melaju diatas laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2002, laju pertumbuhan ekonomi
Gorontalo sebesar 6,45 persen, sedangkan laju pertumbuhan Indonesia 4,50 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Gorontalo tersebut terus meningkat hingga
tahun 2008 dengan pertumbuhan mencapai sebesar 7,76 persen, sementara pertumbuhan nasional sebesar 6,06 persen. Hal tersebut terjadi karena sebagai
provinsi yang terbilang baru, masih banyak dilakukan pembangunan infrastruktur dasar guna menunjang kelangsungan jalannya pemerintahan dan pembangunan.
Gambaran fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun dapat dilihat melalui penyajian PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan
yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, dan sebaliknya menunjukkan terjadinya penurunan. Jika suatu sektor memiliki laju pertumbuhan
relatif tinggi pada waktu yang relatif panjang, maka diharapkan sektor tersebut akan mampu mengangkat perekonomian Provinsi Gorontalo. Apabila sebaliknya,
maka akan menimbulkan kekhawatiran bahwa sektor ini akan cenderung memperlambat laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo secara keseluruhan.
Tabel 4.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo menurut Sektor Ekonomi Tahun 2002-2008
Lapangan Usaha Tahun
Rata- rata
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian 8,73 4,49 3,16 7,45 7,94 7,32 8,06 6,74
Pertambangan dan Penggalian
13,09 15,44 3,36 9,65 11,26 11,79 10,14 10,68 Industri
Pengolahan 5,51 4,98 5,15 4,73
5,93 5,39 5,47 3,61 Listrik, Gas, dan Air Bersih
7,76 3,42 11,93 5,44 1,56 14,65 0,74 6,29
Bangunan 3,71 7,41 4,46 4,84 12,42 10,12 10,17 7,59
Perdagangan, Hotel dan Restoran
3,65 1,72 2,54 4,89 6,87 6,83 6,87 4,77 Pengangkutan dan
Komunikasi 8,27 5,34
22,44 9,36 9,75 7,05 7,58 7,61 Keuangan, Real Estat
Jasa Persh 14,98 27,27 20,13 3,58 7,44 8,39 7,20 11,69
Jasa - jasa 12,10
9,00 5,54
15,61 9,93 7,60 8,39 9,74 PDRB
6,45 6,88
6,93 7,19 7,30 7,51 7,76 7,15
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo diolah
Kinerja perekonomian Gorontalo selama delapan tahun 2001-2008 mengalami percepatan pertumbuhan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhannya
yang terus mengalami kenaikan, yaitu dari 6,45 persen pada tahun 2002 menjadi 7,76 persen pada tahun 2008 atau secara rata-rata mengalami pertumbuhan
sebesar 7,15 persen. Sejak tahun 2002 hingga 2008 hampir keseluruhan sektor ekonomi yang ada mengalami pertumbuhan positif, kecuali pada sektor
Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan, sektor Industri Pengolahan dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih .
Selama kurun waktu 2001-2008 terdapat tiga sektor yang mengalami pertumbuhan rata-rata yang cukup tinggi yaitu sektor Keuangan, Real Estate dan
Jasa Perusahaan sebesar 11,69 persen dan sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,68 persen, dan sektor Jasa-jasa sebesar 9,74 persen.
Pada tahun 2002, sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Keuangan memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi yaitu 14,98 persen dan kondisi ini
terus berlangsung hingga tahun 2004. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan sektor ini sebesar 7,20 persen. Sektor lain yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi
pada tahun 2002 adalah sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 13,09 persen yang disebabkan oleh adanya penemuan tambang emas, walaupun
eksplorasinya masih bersifat tradisional karena masih dilakukan langsung oleh masyarakat sehingga pertumbuhan yang positif ini bersifat fluktuatif dalam kurun
waktu tersebut, dan berlangsung sampai dengan tahun 2008 dengan pertumbuhan sebesar 10,14 persen.
Sektor selanjutnya yang memiliki pertumbuhan tinggi ketiga adalah sektor Jasa-jasa. Sektor ini tumbuh sebesar 12,10 pada tahun 2002 dan pada tahun 2008
tumbuh sebesar 8,39 persen dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 9,74 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih memiliki laju pertumbuhan rata-rata
terkecil selama kurun waktu penelitian, padahal peranan sektor ini sangat berarti bagi kinerja sektor-sektor lainnya dikaitkan dengan fungsinya sebagai sektor
penunjang. Kecilnya pertumbuhan sektor ini, bahkan sempat mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2008 -0,47 persen disebabkan terutama oleh
subsektor Listrik. Kurang memadainya sumber pembangkit listrik yang dimiliki
oleh Gorontalo dan kurang lancarnya pasokan bahan baku penghasil listrik menjadi penyebab kecilnya laju pertumbuhan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
ini, yaitu pembangkit listrik diesel yang telah berusia tua dan tersendatnya pasokan solar sebagai bahan baku pembangkit listrik yang semakin tidak
seimbang dengan kebutuhan listrik yang semakin meningkat oleh rumah tangga dan industri di Gorontalo.
4.2.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi
Dalam pertumbuhan ekonomi, sumber-sumber pertumbuhan berasal dari kemampuan suatu wilayah dalam mengembangkan potensi sumber dayanya.
Semakin besar kuantitas dan semakin tinggi kualitas sumber daya tersebut, maka makin besar pula potensi wilayah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerah tersebut. Selama kurun waktu delapan tahun, Gorontalo mencatat pertumbuhan
ekonomi rata-rata sebesar 7,15 persen. Terdapat tiga sektor ekonomi yang memberikan andil atau menjadi sumber bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo.
ketiga sektor tersebut adalah sektor Pertanian dengan sumber pertumbuhan sebesar 2,09 persen, sektor Jasa-jasa dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,72
persen, dan sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,89 persen.
Apabila dikaji ketiga sektor dengan sumber pertumbuhan dominan tersebut pada tahun 2002 dan 2008, maka laju pertumbuhan ekonomi Gorontalo
pada tahun 2002 sebesar 6,45 persen bersumber dari sektor Pertanian yang
merupakan sumber dari pertumbuhan Gorontalo yang utama sebesar 2,76 persen. Sektor tersebut diikuti oleh sektor Jasa-jasa sebesar 1,97 persen, dan sektor
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan sebesar 0,98 persen. Pada tahun 2008, sumber utama bagi pertumbuhan Gorontalo sebesar 7,76 persen bersumber dari
sektor Pertanian sebesar 2,47 persen, sektor Jasa-jasa sebesar 1,60 persen dan sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan sebesar 0,62 persen. Pada tahun
2008 ini, sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan bukan merupakan sumber pertumbuhan ketiga tertinggi, melainkan sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,95 persen.
Gambar 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo menurut Sektor Ekonomi Tahun 2002-2008
Pada tahun 2003-2004 sumber pertumbuhan terbesar adalah sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan sebesar masing-masing 1,93 persen
dan 1,69 persen, namun pada waktu 2006-2008 sumber terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo kembali berasal dari sektor Pertanian. Sektor ini merupakan
sumber pertumbuhan sebesar 2,42 persen terhadap pertumbuhan Gorontalo sebesar 7,30 persen pada tahun 2006, sebesar 2,25 persen terhadap pertumbuhan
Gorontalo sebesar 7,51 persen pada tahun 2007 dan sebesar 2,47 terhadap pertumbuhan Gorontalo sebesar 7,76 persen pada tahun 2008.
Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo menurut Sektor Ekonomi Tahun 2002-2008
Lapangan Usaha Tahun
Rata- rata
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 2 3
4 5
6 7
8 9
Pertanian 2,76 1,45
1,00 2,27 2,42 2,25 2,47 2,09
Pertambangan dan Penggalian 0,11
0,14 0,03 0,09 0,11 0,12 0,10 0,10
Industri Pengolahan 0,56
0,50 0,51 0,46 0,56 0,45 0,45 0,34
Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,05
0,02 0,07 0,03 0,01 0,09
0,00 0,04
Bangunan 0,29 0,57
0,34 0,36 0,91 0,78 0,80 0,58
Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,58
0,27 0,38 0,70 0,95 0,95 0,95 0,68
Pengangkutan dan Komunikasi 0,84
0,47 1,94 0,93 0,98 0,73 0,78 0,71
Keuangan, Real Estat Jasa Persh
0,98 1,93 1,69 0,34 0,63 0,71 0,62 0,89 Jasa - jasa
1,97 1,54
0,97 2,69 1,85 1,45 1,60 1,72
PDRB 6,45 6,88
6,93 7,19 7,30 7,51 7,76 7,15
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo diolah
Selain sektor Pertanian, sektor Jasa-jasa menjadi sumber pertumbuhan sebesar 1,97 persen pada tahun 2002 dan sebesar 1,60 persen pada tahun 2008.
Sementara sektor-sektor lainnya memberikan peranan terhadap pertumbuhan ekonomi Gorontalo sebesar di bawah satu persen.
4.3 Analisis Location Quotient
Analisis Location Quotient LQ digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif kegiatan ekonomi di Provinsi Gorontalo dengan
membandingkannya pada tingkat nasional. Teori LQ digunakan untuk menganalisa keragaman basis ekonomi. Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi
apakah sektor-sektor tersebut dapat dikembangkan untuk tujuan ekspor atau hanya untuk memasok kebutuhan lokal, sehingga sektor yang dikatakan potensial dapat
dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi.
Tabel 4.4 Nilai Location Quotient Gorontalo dirinci per Subsektor Ekonomi Tahun
2001-2008
Lapangan Usaha Tahun
Rata- rata
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanian 2,03 2,10 2,07 2,04 2,10 2,16
2,21 2,25
2,12
a. Tanaman. Bahan Makanan 1,63
1,73 1,79 1,86 1,95 2,03
2,12 2,19
1,91 b. Tanaman Perkebunan
3,18 3,13
3,01 3,01 3,02 3,02 2,94
2,82 3,02
c. Peternakan 2,16
2,19 2,14
2,30 2,41
2,42 2,48
2,54 2,33
d. Kehutanan
2,10 2,12 1,92 0,90 0,97
1,13 1,22
1,23 1,45
e. Perikanan 2,03
2,10 1,99
1,91 1,91
1,91 1,95
1,99 1,97
Pertambangan dan Penggalian
0,07 0,08 0,09 0,10 0,10 0,11 0,12
0,13 0,10
Industri Pengolahan
0,37 0,36 0,35 0,34 0,34 0,30 0,30
0,30 0,33
Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,97
0,94 0,91
0,95 0,93
0,88 0,90 0,79 0,91
Bangunan 1,41 1,36 1,35 1,29 1,24 1,27
1,27 1,28
1,31 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 0,99 0,96 0,91 0,87 0,83 0,82
0,80 0,78
0,87 Pengangkutan dan
Komunikasi 2,09 1,73 1,60 1,69 1,62 1,53
1,42 1,29
1,62
a.Pengangkutan 2,66 2,23 2,09 2,34
2,37 2,39
2,43 2,50
2,38 b.Komunikasi
0,69 0,64 0,58 0,52 0,46
0,41 0,36
0,29 0,49
Keuangan, Real Estat Jasa persh.
0,76 0,81 0,94 1,04 0,92 0,92 0,92
0,89 0,90
Jasa -
jasa 1,75 1,85 1,90 1,87 2,02 2,06
2,06 2,06
1,95
a.Pemerintahan Umum 2,21
2,50 2,70 2,75 3,20 3,40
3,46 3,57
2,98 b. Swasta
1,24 1,19
1,12 1,07
1,03 0,97
0,93 0,89
1,06 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo diolah
Berdasarkan analisis LQ pada tabel 4.4, selama kurun penelitian 2001- 2008, secara rata-rata di Gorontalo terdapat empat sektor ekonomi yang memiliki
keunggulan komparatif, yaitu yang memiliki nilai LQ lebih dari satu. Sektor- sektor tersebut adalah sektor Pertanian, sektor Bangunan, sektor Pengangkutan
dan Komunikasi dan Sektor Jasa-jasa. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Gorontalo telah mampu memenuhi sendiri kebutuhannya di sektor ini dan
dimungkinkan untuk mengekspor keluar daerah hasil dari produksi barang dan jasa pada sektor ini. Sehingga sektor-sektor tersebut dapat diunggulkan dan
potensial untuk meningkatkan kinerja perekonomian provinsi Gorontalo. Sektor Pertanian selama kurun waktu delapan tahun memiliki nilai LQ
rata-rata sebesar 2,12 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang unggul di Gorontalo dengan asumsi telah mampu mencukupi
kebutuhan di dalam wilayah ini dan memiliki kelebihan untuk dijadikan komoditas ekspor ke luar wilayah Gorontalo. Potensi sektor ini telah terlihat sejak
tahun 2001, yaitu dengan nilai LQ sebesar 2,03 dan semakin besar hingga mencapai 2,25 pada tahun 2008.
Sektor Pertanian terdiri dari subsektor Tanaman Bahan Makanan, tanaman Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Apabila dilihat sampai ke
pada subsektor pembentuk sektor Pertanian ini, seluruh subsektor memiliki nilai LQ1 yang berarti bahwa seluruh subsektor merupakan sekor basis dan memiliki
potensi ekspor. Subsektor Tanaman Bahan Makanan atau biasa disebut Tabama memiliki nilai LQ sebesar 1,63 pada 2001 dan meningkat menjadi 2,19 pada tahun
2008, atau secara rata-rata sebesar 1,91. Subsektor Tabama ini dominasi oleh komoditas Jagung dan Padi yang memang diberikan perhatian khusus oleh
pemerintah daerah sehingga memiliki potensi yang terus berkembang seperti yang terlihat dari kecenderungan kenaikan nilai LQ subsektor ini selama kurun waktu
tersebut.
Selain subsektor Tabama, subsektor Tanaman Perkebunan juga memiliki LQ1 sehingga merupakan sektor yang memiliki potensi ekspor. Sektor Tanaman
Perkebunan yang dimotori oleh komoditas kelapa ini memiliki nilai LQ 3,18 pada tahun 2001 dan memiliki nilai 2,82 pada tahun 2001 atau secara rata-rata bernilai
3,02. Ekspor produk kelapa ini masih berupa bahan mentah maupun setengah jadi yaitu sebagian besar berbentuk kopra sebagai bahan pembuatan minyak goreng
akibat belum tersedianya industri minyak goreng di Gorontalo. Subsektor basis lainnya adalah subsektor Peternakan dengan nilai rata-rata
LQ sebesar 2,33. Konsumsi daging oleh masyarakat Gorontalo yang semakin meningkat berimbas pada peningkatan nilai tambah di sektor peternakan, terutama
ayam kampung. Selain itu pula, beberapa tahun terakhir ini pemerintah menggalakkan komoditas sapi dalam rangka memenuhi konsumsi daging lokal
maupun kebutuhan ekspor, sehingga hal tersebut memberikan kenaikan nilai LQ dari sebesar 2,16 pada tahun 2001 manjadi 2,54 pada tahun 2008.
Pembatasan ekploitasi hasil hutan terutama kayu yang merupakan komoditas utama subsektor Kehutanan akibat seringnya terjadi banjir di Gorontalo
secara tidak langsung memberikan imbas pada penurunan nilai tambah yang dihasilkan oleh subsektor Kehutanan. Pada tahun 2001, nilai LQ subsektor
Kehutanan bernilai 2,10 dan mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi sebesar 1,23 dimana di dalam kurun waktu tersebut terjadi fluktuasi nilai LQ,
bahkan sempat menjadi sektor non basis karena bernilai dibawah 1 pada tahun 2004-2005 akibat pembatasan ekploitasi tersebut. Apabila dilihat secara rata-rata,
nilai LQ subsektor ini adalah sebesar 1,45.
Subsektor Perikanan sebagai subsektor terakhir pada sektor Pertanian memiliki rata-rata nilai LQ sebesar 1,97. Walaupun merupakan sektor basis,
namun apabila dilihat dari perubahan nilai LQ selama kurun waktu tersebut menunjukkan penurunan, yaitu dari sebesar 2,03 pada tahun 2001 menjadi 1,99
pada tahun 2009. Letak Gorontalo yang berada di sekitar Teluk Tomini di mana merupakan pertemuan arus merupakan suatu potensi perikanan yang baik, namun
kurang memadainya prasarana yang dimiliki untuk menangkap ikan seperti kapal dengan ukuran yang memadai dan alat tangkap ikan lainnya menjadi salah satu
penyebab penurunan nilai LQ, walaupun subsektor ini masih merupakan sektor basis.
Sebagai provinsi yang baru berusia delapan tahun, masih banyak sarana dan prasarana infrastruktur yang giat dibangun guna menunjang dan
memperlancar jalannya pemerintahan di provinsi ini. Pembangunan tersebut tidak hanya berupa jalan, jembatan dan gedung umum, namun juga sarana
perekonomian seperti bangunan toko, hotel dan restoran. Hal tersebut memberikan dampak bagi sektor Bangunan sehingga menjadi sektor basis dengan nilai LQ
sebesar 1,41 pada tahun 2001 menjadi sebesar 1,28 pada tahun 2008 atau secara rata-rata bernilai sebesar 1,31.
Posisi Gorontalo yang berada di jalur trans Sulawesi yang menghubungkan antara Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara, dan diapit oleh
provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah membuat Gorontalo menjadi salah satu tempat transit bagi arus transportasi darat bagi barang dan penumpang di
pulau Sulawesi. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang memberikan andil
bagi sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebagai sektor basis. Pada tahun 2001, nilai LQ sektor ini sebesar 2,09 dan menjadi sebesar 1,29 pada tahun 2008.
Apabila dilihat rata-rata nilai LQ selama kurun waktu tersebut, sektor Pengangkutan dan Komunikasi ini bernilai 1,62.
Subsektor Pengangkutan sebagai penggerak sektor Pengangkutan dan Komunikasi sendiri memiliki nilai LQ sebesar 2,50 pada tahun 2008, lebih kecil
daripada nilai LQ subsektor ini pada tahun 2001. Sedangkan secara rata-rata nilai LQ subsektor ini adalah 2,38. Subsektor Pengangkutan ini merupakan sektor basis
karena tingginya arus barang dari luar daerah guna memenuhi kebutuhan lokal Gorontalo yang masih tergantung pada impor. Sementara itu subsektor
Komunikasi bukan merupakan sektor basis, karena memiliki nilai LQ1. Selain peningkatan infratruktur jalan dan jembatan, berdirinya suatu
provinsi baru juga memerlukan sumber daya manusia guna menjalankan roda pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Hal tersebut dialami pula oleh
Gorontalo. Penambahan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan akan hal tersebut memberikan dampak pada meningkatnya nilai tambah bruto jasa
pemerintahan umum, sehingga menyebabkan subsektor Pemerintahan Umum menjadi sektor basis dengan nilai sebesar 2,21 pada tahun 2001, dan sebesar 3,57
pada tahun 2008 sehingga secara rata-rata bernilai 2,98. Di samping Pemerintahan Umum, subsektor Swasta juga merupakan sektor basis dengan rata-rata nilai LQ
1,06 persen. Namun selama 2 tahun terakhir, subsektor ini menjadi sektor non basis dengan nilai LQ 0,89 pada tahun 2008, apabila dibandingkan dengan nilai
LQ tahun 2001 sebesar 1,24.
Sementara lima sektor lainnya yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan merupakan sektor non basis karena memiliki nilai LQ1. Ini juga
menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap barang-barang di sektor ini belum mampu dicukupi oleh produksi lokal Gorontalo, sehingga dimungkinkan untuk
mengimpor dari daerah lain.
4.3 Ringkasan Berbagai Analisis