c. Mewujudkan kampus UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan.
1.5.3. Manfaat bagi sekolah:
Memberi masukan pada sekolah dalam pengembangan pemeliharaan kesehatan siswa dan meningkatkan kesadaran siswa dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
1.5.4. Manfaat bagi profesi dokter
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah Dasar sehingga bagi tenaga kesehatan khususnya dokter dalam
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam perilaku hidup bersih sehat.
1.5.5. Manfaat bagi pelayanan kesehatan Puskesmas
Dengan   penelitian   ini   dapat   menjadi   masukan   bagi   pemberi   pelayanan   kesehatan dalam program kesehatan lingkungan sehingga diharapkan dapat memberi gambaran
pada   masyarakat   tentang   perilaku   hidup   bersih   sehat   kaitannya   pada   pencegahan penyakit menular dan dapat diambil langkah-langkah atau strategi yang positif bagi
pengembangan perilaku hidup bersih sehat pada anak kearah yang lebih baik antara lain:
a. Memberi penyuluhan tentang perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah Dasar.
b. Mencari anak usia Sekolah Dasar yang tidak berperilaku hidup bersih sehat. c. Meningkatkan mutu pelayanan.
d. Kebiasaan cara hidup sehat pada anak diawasi oleh keluarga, pencatatan dan
pelaporan dilakukan dengan teratur, lengkap dan benar.
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2.1.1 Pengertian PHBS
4
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat diamati secara langsung maupun     tidak     langsung     yang   dapat  diamati oleh   pihak     luar. Perilaku
kesehatan    adalah    suatu    respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan  kesehatan, makanan, minuman,  serta lingkungan. Perilaku
hidup bersih  dan  sehat  PHBS  adalah  sekumpulan perilaku  yang dipraktikkan  atas  dasar kesadaran  sebagai  hasil  pembelajaran  yang  menjadikan  seseorang  atau  keluarga  dapat
menolong diri  sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.  Kondisi  sehat dapat  dicapai  dengan  mengubah  perilaku dari   yang   tidak
sehat     menjadi  perilaku  sehat  dan  menciptakan  lingkungan  sehat   di  rumah  tangga   oleh karena  itu kesehatan  perlu  dijaga,  dipelihara,dan ditingkatkan oleh  setiap  anggota  rumah
tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak.
4
Perilaku   hidup   bersih   dan   sehat   adalah   tindakan   yang   dilakukan   oleh   perorangan kelompok,   masyarakat   yang   sesuai   dengan   norma-norma   kesehatan   untuk   memperoleh
derajat kesehatan yang  optimal,  menolong  dirinya  sendiri dan berperan  serta aktif  dalam pembangunan kesehatan.
4
2.1.2.  Indikator PHBS di tiap tatanan
Indikator   tatanan   sehat   terdiri   dari   indikator   perilaku   dan   indikator  lingkungan   di   lima tatanan,   yaitu   tatanan   rumah   tangga,   tatanan  sekolah,  tatanan   sarana   kesehatan,   tatanan
tempat kerja, dan tatanan tempat umum.
5
2.2. Definisi PHBS di Sekolah
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala aktivitasnya   direncanakan  dengan    sengaja   disusun  yang  disebut   kurikulum.
Sekolah adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada
anak   didiknya.  Sekolah  memegang   peranan   penting   dalam   pendidikan  karena pengaruhnya  besar sekali pada jiwa anak, maka di samping keluarga sebagai pusat
pendidikan,  sekolah  juga   mempunyai  fungsi  sebagai  pusat  pendidikan  untuk pembentukan pribadi anak.
5
PHBS   di   sekolah   merupakan   sekumpulan   perilaku   yang   dipraktekkan   oleh peserta didik, guru dan masyarakat sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil dari
pembelajaran, sehingga secara berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat di sekolah.
6
5
Menururut penelitan  Ophel tahun 2011 tentang “Gambaran  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada anak Sekolah Dasar dan Faktor-faktor yang Berhubungan di
Kelurahan Duri Kepa, Jakarta Barat” pada sebaran perilaku hidup bersih dan sehat anak sekolah dasar, didapatkan 19.8 siswa memiliki perilaku  bersih  dan sehat,
22.6      memiliki   perilaku  yang   tidak   Bersih  dan   sehat,  17.9   yang   memiliki perilaku hidup bersih dan tidak sehat, dan perilaku yang tidak bersih dan tidak sehat
sebesar 39,6
.
3
2.2.1. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI 2008 dikembangkan dalam lima  tatanan yaitu  di  rumah  atau     tempat     tinggal,  di  tempat   kerja,  di  tempat-tempat   umum,
institusi  pendidikan,  dan  di  sarana  kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:
7
2.2.1.1. Sasaran primer
Sasaran  utama  dalam  institusi  pendidikan  yang   akan   dirubah perilakunya  atau murid  dan  guru  yang  bermasalah  individu kelompok dalam institusi pendidikan
yang bermasalah.
8
2.2.1.2. Sasaran sekunder
Sasaran    yang   mempengaruhi     individu       dalam     institusi    pendidikan  yang bermasalah  misalnya,  kepala  sekolah,  guru, orang tua  murid,  kader  kesehatan
sekolah, tokoh masyarakat, petugas  kesehatan dan lintas sektor terkait.
8
2.2.1.3. Sasaran tersier
Merupakan  sasaran  yang   diharapkan   menjadi   pembantu  dalam  mendukung pendanaan,  kebijakan,  dan  kegiatan  untuk    tercapainya  pelaksanaan  PHBS  di
institusi  pendidikan  seperti,  kepala  desa,  lurah,  camat,  kepala    Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.
9
2.2.2. Tujuan PHBS
6
Tujuan PHBS yaitu membudayakan perilaku hidup bersih sehat bagi perorangan, keluarga atau   kelompok   dan   masyarakat   umum   sehingga   dapat   memberikan   dampak   yang
bermakna terhadap derajat kesehatan.
9
1.2.3. Manfaat PHBS
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada  upaya promotif  dan preventif agar orang  yang  sehat   menjadi     lebih  sehat  dan  produktif.   Pola   hidup  sehat   merupakan
perwujudan   paradigma  sehat  yang  berkaitan  dengan  perilaku  perorangan,  keluarga, kelompok,  dan  masyarakat  yang berorientasi   sehat  dapat meningkatkan,   memelihara,
dan melindungi   kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun  sosial. Manfaat PHBS di   lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang bersih dan
sehat  sehingga  siswa,  guru   dan  masyarakat  lingkungan    sekolah  terlindungi     dari berbagai    ancaman   penyakit,  meningkatkan  semangat   proses  belajar  mengajar  yang
berdampak pada prestasi   belajar   siswa,   citra    sekolah sebagai   institusi   pendidikan semakin     meningkat   sehingga   dapat mengangkat   citra dan kinerja pemerintah    di
bidang pendidikan,  serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.
10
1.2.4. Indikator PHBS di sekolah dasar
Depkes   RI   2011   menjelaskan   bahwa   indikator   PHBS   adalah   suatu   alat   ukur   untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di institusi pendidikan. Indikator institusi
pendidikan adalah sekolah dasar negeri maupun swasta SDMI. Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan indikator:
11
1. Kebersihan Pribadi  Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci   rambut   secara   teratur   dan   menyisirnya   sehingga   terlihat   rapih. Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak
berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecilkader kesehatanguru UKS minimal seminggu sekali.
12
 Memakai Pakaian Bersih dan Rapih Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian
yang   bersih   dan   rapih   diperoleh   dengan   mencuci   baju  setelah   dipakai   dan dirapikan   dengan   disetrika.   Memeriksa   baju   yang   dipakai   dapat
7
dilakukan  oleh   dokter   kecilkader   kesehatanguru   UKS   minimal   seminggu sekali.
12
 Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih Memotong   kuku   sebatas   ujung   jari   tangan   secara   teratur   dan
membersihkannya sehingga tidak hitamkotor. Memeriksa kuku secara rutin dapat   dilakukan   oleh   dokter   kecilkader   kesehatanguru   UKS   minimal
seminggu sekali.
12
2. Jajan di kantin sekolah, tidak jajan di sembarang tempat. Di sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan atau jajanan yang bersih
dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin tubuh
menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum.
Menurut Depkes RI  alasan tidak boleh jajan di sembarang tempat, harus di kantin sekolah karena:
12
 Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin kebersihannya, terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindung dari serangga dan tikus.
 Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan siswa, sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah.
 Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan makan.
 Tersedianya tempat sampah1 yang tertutup dan saluran pembuangan air kotor.  Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite sekolah.
3. Mencuci tangan dengan air besih yang mengalir dan sabun, setiap kali tangan kita kotor,   setelah   buang   air   besar   atau   buang   air   kecil,  sebelum   makan,   sebelum
memegang makanan sehingga tubuh terhindar dari kuman dan bibit penyakit. Perilaku   cuci   tangan   dengan   air   mengalir   dan   menggunakan   sabun   mencegah
penularan   penyakit   seperti   diare,   kolera,   disentri,   typus,   cacingan,   penyakit   kulit, hepatitis A, ISPA, flu burung, dan lain sebagainya.
13
Menurut DepKes cara mencuci tangan yang benar, yaitu: 1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik 3. Bersihkan bagian punggung tangan, sela-sela jari dan kuku
4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir
8
WHO   menyarankan   cuci   tangan   dengan   air   mengalir   dan   sabun   karena   dapat meluruhkan  semua  kotoran dan lemak  yang  mengandung  kuman.  Cuci tangan ini
dapat   dilakukan   pada   saat   sebelum   makan,   setelah   beraktivitas   di   luar   sekolah, bersalaman dengan orang lain, setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan,
dan sehabis dari toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah menjadi
sasaran   yang   sangat   penting   karena   diharapkan   dapat   menyampaikan   informasi kesehatan pada keluarga dan masyarakat.
14
4. Buang air kecil dan buang air besar di jamban sekolah serta menyiram jamban dengan air setelah di gunakan.
Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi syarat kesehatan   dan   terjaga   kebersihannya.   Jamban   yang   sehat   adalah   yang   tidak
mencemari tanah di sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan.
15
5. Mengikuti kegiatan olahraga dan aktivitas fisik di sekolah. Aktivitas   fisik   adalah   salah   satu   wujud   dari   perilaku   hidup   sehat   terkait   dengan
pemeliharaan   dan   peningkatan   kesehatan.   Kegiatan   olahraga   di   sekolah   bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah sakit. Dalam
rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara teratur
akan dapat memberikan manfaat antara lain : meningkatkan kemampuan jantung dan paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi kelebihan berat
badan,   memperbaiki   bentuk   tubuh,   mengurangi   risiko   terkena   penyakit   jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah.
15
6. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin. Kegiatan ini dilakukan untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh penularan
nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Kegiatan memberantas jentik nyamuk di sekolah diantaranya :
16
 Lakukan   pemberantasan  sarang   nyamuk   PSN   dengan   cara   3   M   plus menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk
 PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular   berbagai   penyakit,   seperti   demam   berdarah,   demam   dengue,
chikungunya,   malaria,  filariasis  kaki   gajah   di   tempat-tempat perkembangbiakannya.
Manfaat sekolah bebas jentik adalah:
9
 Populasi  nyamuk  menjadi   terkendali   sehingga  penularan  penyakit  dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi
 Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti demam berdarah dengue DBD, malaria, chikungunya, atau kaki gajah.
 Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat Memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M
menguras, menutup, dan mengubur tempat-tempat penampungan air  bak mandi, drum,   tempayan,   ban   bekas,   tempat   air   minum,   dan   lain-lain   minimal   seminggu
sekali.   Hasil   yang   didapat   dari   pemberantasan   jentik   nyamuk   ini   kemudian disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.
17
7. Tidak merokok di sekolah. Rokok   mengandung   kurang   lebih   4.000   elemen-elemen,   dan   setidaknya   200
diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,   nikotin,   dan   karbon   monoksida.   Oleh   karena   itu   kebiasaan   merokok   harus
dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar.
18
Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Timbulnya kebiasaan merokok   diawali   dari   melihat   orang   sekitarnya   merokok.   Di   sekolah   siswa   dapat
melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa.
Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan anak sekolah.
18
8. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. Tumbuh berarti bertambahnya ukuran tubuh dan jumlah sel serta jaringan diantara sel-
sel tubuh, sehingga dapat diukur  dengan satuan panjang dan berat. Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan yang
bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa  diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh
anak yang  bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia  pada umumnya.  Siswa menimbang   berat   badan   dan   mengukur   tinggi   badan   setiap   bulan.   Kegiatan
penimbangan   berat   badan   di   sekolah   untuk   mengetahui   pertumbuhan   dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk deteksi
dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah.
15
9. Membuang sampah pada tempatnya.
10
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar lingkungan selalu terjaga dari sampah sebagai berikut :
guru memberi contoh pada siswa-siswi membuang sampah pada tempatnya
guru   wajib   menegur   dan   menasehati   siswa   yang   membuang   sampah   di sembarang tempat
mencatat siswa-siswi yang membuang sampah sembarang tempat pada buku atau membuat kartu pelanggaran
membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda terhadap siswa- siswi yang membuang sampah di sembarang tempat.
19
1.2.5. Cara-cara penerapan PHBS di sekolah
1. Menanamkan   nilai-nilai   untuk   berperilaku   hidup  dan   sehat   di   sekolah   melalui pendidikan   kesehatan   agar   peserta   didik   dapat   bertanggung   jawab   terhadap
kesehatan diri dan lingkungan serta ikut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kesehatan di sekolah.
17
2. Melakukan   kegiatan   ekstrakulikuler   sebagai   upaya   menanamkan   nilai-nilai berperilaku hidup bersih dan sehat kepada peserta didik yaitu antara lain dengan:
a. Mengadakan kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
17
b. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah c. Aktivitas dokter kecil di sekolah
d. Demo gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar e. Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
f. Pemeriksaan kebersihan secara rutin baik itu kuku, rambut, telinga, gigi
dan sebagainya g. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
h. Pemeriksaan kualitas pemeliharaan jamban sekolah dan kualitas air secara sederhana
3. Bimbingan   hidup   bersih   dan   sehat   melalui   komunikasi   interpersonal   atau konseling. Kegiatan ini dilakukan oleh guru bimbingan konseling kepada siswa.
Di   dalam   ruang   konseling   dapat   pula   dipasang   berbagai   media   yang   memuat pesan-pesan kesehatan terkait PHBS.
4. Mengadakan   kegiatan   penyuluhan   dan   latihan   ketrampilan   dengan   melibatkan peran aktif siswa, guru dan orangtua antara lain melalui:
a. Penyuluhan kelompok sesuai tingkat kelas. b. Memperdengarkan pesan-pesan singkat melalui pengeras suara.
c. Pemutaran film video. d. Pemasangan  media  cetak  seperti  poster,  majalah  dinding,  spanduk, dan
lain-lain
11
1.3. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan gambaran PHBS pada anak sekolah 2.3.1. Faktor Internal
2.3.1.1. Usia Usia merupakan  indikator  kedewasaan seseorang. Semakin  bertambah  umur  maka
semakin   bertambah   pengetahuan   yang   dimiliki,   serta   perilaku   yang   sesuai   untuk mendidik  anak. Menurut penelitian Pudjiati 2014 tentang “Usia dan sikap siswa
sekolah dasar tentang sanitasi dasar mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat” dari hasil analisis usia terhadap hubungan perilaku dalam PHBS mempunyai nilai p
value = 0,007 dengan demikian bila kita menggunakan p value = 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel usia siswa signifikan berhubungan dengan perilaku dalam
PHBS dengan nilai Odd Ratio 1,614. Berdasarkan penelitian persentase usia 7-8 tahun adalah 33,9, sedangkan usia 9-10 tahun 32, dan usia 11-12 tahun adalah 33,9.
20
2.3.1.2. Jenis Kelamin Hasil   analisis   hubungan   antara   jenis   kelamin   dengan   PHBS   responden   diperoleh
bahwa dari 76 responden yang berjenis kelamin laki-laki menunjukkan PHBS rendah sebanyak   31   responden   40,8   dan   menunjukkan   PHBS   tinggi   sebanyak   45
responden  59,2. Sedangkan dari 60 responden yang berjenis kelamin perempuan menunjukkan   PHBS   rendah   sebanyak   19   responden      31,7   dan   menunjukkan
PHBS tinggi sebanyak  41 responden 68,3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa laki-laki  dan perempuan  mempunyai  andil yang  sama  dalam upaya  meningkatkan
kesehatannya   yang   mana   dapat   diterapkan   dalam   kehidupan   sehari-hari   melalui berperilaku   hidup   bersih   dan   sehat.   Berdasarkan   penelitian   yang   dilakukan   oleh
Riesma  Oktapriana  2008 di  SDN 13 Sunter  Agung Jakarta  Utara, dari  hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,359 yang berarti P value lebih dari 0,05. Hal itu
menunjukkan   tidak   ada   hubungan   yang   bermakna   antara   jenis   kelamin   dengan PHBS.
21
2.3.1.3. Pengetahuan Pengetahuan   adalah   merupakan   hasil   tahu   dan   ini   terjadi   setelah   responden
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, penciuman,  rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga dimana pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari orang lain. Pengetahuan atau
kognitif   merupakan   domain   yang   sangat   penting   untuk   terbentuknya   tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa
percaya  diri maupun  dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat
12
dikatakan   bahwa   pengetahuan   merupakan   stimulasi   terhadap   tindakan   seseorang. Rendahnya   tingkat   pengetahuan   anaksiswa   mengenai   PHBS   disebabkan   karena
kurangnya peran guru dan tenaga kesehatan dalam memberikan informasi mengenai PHBS, kurangnya penyuluhan mengenai PHBS, kurangnya pelatihan terhadap guru
sehingga guru tidak mengajarkan PHBS pada siswanya. Pengetahuan adalah hal apa saja yang diketahui anak sekolah mengenai langkah-langkah dan aspek apa saja yang
menunjang   terbentuknya   perilaku   hidup   bersih   dan   sehat.   Seandainya   sudah mengetahui   dan   mengerti   tentang   bagaimana   Perilaku  Hidup  Bersih  dan   Sehat
PHBS   di   sekolah,   serta   cara   melakukan  dan   alasan   melakukan   Perilaku   Hidup Bersih dan Sehat PHBS maka akan timbul pemikiran yang positif. Pemikiran ini
akan menghasilkan sikap positif juga yaitu setuju daIam hal tersebut dan selanjutnya mau melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS.
21
Berdasarkan hasil penelitian Fivi Melva Diana tentang “Pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat di SDN 001 Tanjung Balai Karimun” dapat diketahui
bahwa  persentase  pelaksanaan  program   Perilaku   Hidup  Bersih  dan  Sehat   PHBS masih   rendah   pada   anak   yang   memiliki   pengetahuan   yang   rendah   yaitu   76,3
dibandingkan dengan anak yang  memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu 23,1. Berdasarkan   uji   statistik   terdapat   hubungan   yang   bermakna   antara   pengetahuan
dengan   pelaksanaan  program  Perilaku  Hidup  Bersih   dan  Sehat  PHBS  dengan  p 0,000 0,05.
22
2.3.2. Faktor Eksternal 2.3.2.1.Peran Guru
Guru   merupakan   individu   yang   sering   dijumpai   anak   dalam   lingkungan   sekolah. Tugas   guru   sebagai   pengajar   dan   pendidik   yang   salah   satu   diantaranya   adalah
mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat anak sekolah. Berdasarkan kondisi ini, implementasi   program   penyadaran   perilaku   hidup   bersih   dan   sehat   cukup   tepat
dilakukan pada murid sekolah dasar. Peran guru dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar masihlah dominan. Oleh sebab itu, kepala sekolah, guru, dan komite
sekolah akan dilibatkan secara aktif dalam program penyadaran perilaku hidup bersih dan   sehat.   Sekolah   sebagai   salah   satu   wadah   peningkatan   pengetahuan   dan
kemampuan anak memiliki peran penting dalam menyumbang perubahan yang terjadi di dalam keluarga sebagai komponen terkecil dalam masyarakat. Menurut penelitian
Helty Rorimpandey tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa di SD negeri 2 Tompaso” berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh   nilai   p   1,000      0,05   maka   dapat   disimpulkan   bahwa   tidak   terdapat
13
hubungan   bermakna   antara   peran   guru   dan   PHBS.   Dari   81   siswa   yang   menjadi responden terdapat 69,1 persen 56 siswa dengan peran guru baik dan 30,9 persen
peran guru kurang baik. Dari 56 siswa dengan peran guru baik terdapat 27 siswa 33,3 yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dan 29 siswa 35,8
yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terdapat 12 siswa 14,8 yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan peran guru yang kurang
baik dan terdapat 13 siswa 16,0 yang menerapkan perilaku hidup bersih sehat secara baik walaupun tanpa peran guru yang baik.
23
2.3.2.2.Peran Orang Tua
Siswa berada dalam lingkungan sekolah paling lama 8 jam sehari, selebihnya anak akan kembali ke keluarga dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa sebagian besar waktu
yang   dihabiskan   oleh   anak   setiap   hari   bukan   di   sekolah   tetapi   di   rumah   dan   di masyarakat,   oleh   sebab   itu   orang   tua   siswa   mempunyai   peran   penting   dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk mendorong anak untuk melakukan kebiasaan hidup sehat di rumah. Dwigita 2012 menyatakan bahwa orang tua adalah
sosok pendamping saat anak melakukan aktivitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari.
Orangtua   adalah   bagian   terpenting   dan   berarti   dalam   kehidupan   seorang   anak. Orangtua   dan   anggota   keluarga   lain   berpengaruh   pada   sumber   pengetahuan,
kepercayaan,  sikap, dan nilai-nilai  kehidupan  bagi anak-anak. Orang tua memiliki kekuatan untuk memandu  perkembangan  anak terhadap perilaku  hidup bersih dan
sehat   Sumarjanti,   2006.   Hasil   penelitian   yang   dilakukan   oleh   Lubis   2010 menunjukkan bahwa komunikasi orangtua dan anaknya sangat berperan dalam hal
membentuk perilaku positif sejak dini bagi anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis 2010 menunjukkan bahwa komunikasi orangtua dan anaknya sangat berperan
dalam hal membentuk perilaku positif sejak dini bagi anak. Menurut penelitian Helty Rorimpandey tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat pada siswa di SD negeri 2 Tompaso” berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,032  0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara peran orang tua dan PHBS. Penelitian diatas menunjukan bahwa peran orang tua yang baik sebesar 69,1 persen dan peran orang tua yang kurang baik terhadap
perilaku hidup bersih sehat siswa sebesar 30,9 persen. Pada peran orang tua yang baik terdapat   22   siswa   27,2   yang   perilaku   hidup   bersih   sehatnya   kurang   baik,
sementara itu terdapat 34 siswa 42,0 yang perilaku hidup bersih sehatnya baik.
14
Peran orang tua yang  kurang baik mengakibatkan  17 siswa 21 perilaku hidup bersih sehatnya kurang baik dan hanya 8 siswa 9,9 yang baik.
23
2.3.2.3. Lingkungan
Lingkungan  tempat  tinggal  dan lingkungan  sekolah  merupakan  dua tempat  utama yang dilakukan oleh seorang anak untuk melakukan aktivitas. Sekolah adalah tempat
belajar, berekreasi, bersosialisasi dan bermain, sehingga sebagian besar waktu mereka dihabiskan   di sekolah.     Di Indonesia  sendiri   sebenarnya   sudah  terdapat  ketetapan
pedoman   penyelenggaran   lingkungan   sekolah   yang   ditetapkan   oleh   Menteri Kesehatan,   yaitu   terdapat   pada   Keputusan   Kementrian   Kesehatan   Kepmenkes
No.1429MenkesSKXII20069.   Pedoman   ini   menggambarkan   bagaimana   kondisi lingkungan sekolah yang sehat yang digambarkan dari lokasi sekolah, fasilitas, hingga
usaha kesehatan sekolah. Kegiatan pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah sehat ini mencakup  kegiatan bina lingkungan fisik meliputi: penyediaan air bersih, tempat
penampungan   air   bersih,   tiap   ruangan   sebaiknya   disediakan   tempat   pembuangan sampah,   kamar   mandi,   tempat   wudhu,   WC,   dan   paturasan   setiap   hari
dibersihkan,ruangan-ruangan kelas, perpustakaan, laboratorium, halaman dan kebun sekolah   perlu   dijaga   kebersihannya,   kantinwarung   sekolah   perlu   dilakukan
pengawasan oleh guru sekolah ataupun penjaga sekolah antara lain makanan yang dijual   hendaknya   bergizi,   penyajian   makanan   hendaknya   tertutup,   alat-alat   dan
perabot yang bersih memenuhi syarat kesehatan. Kegiatan lain yaitu kegiatan bina lingkungan   mental   sosial   meliputi:   kepramukaan,   PMR,   dokter   kecil,   bakti   sosial
masyarakat   sekolah   terhadap   lingkungannya,   perkemahan   dan   penjelajahan,   shalat berjamaah   disekolah,   dan   sebagainya.   Menurut   penelitian   Ahmat   Sigit   Raharjo
tentang “Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan ketersediaan fasilitas di sekolah dalam   penerapan   PHBS   di   sekolah   dasar   2014”   Hasil   penelitian   menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan PHBS. Hal ini didasarkan pada uji chi square antara ketersediaan fasilitas dengan
penerapan PHBS diperoleh p value= 0,002 0,05. Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati diperoleh hasil bahwa
ketersediaan   fasilitas   di   SDN   Banjarsari   02   Kecamatan   Gabus   Kabupaten   Pati memenuhi syarat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 responden, 29
59,2   responden   ketersediaan   fasilitas   di   SD   Negeri   Banjarsari   02   Kecamatan Gabus   Kabupaten   Pati   memenuhi   syarat,   sedangkan   20   40,8   responden
15
ketersediaan fasilitas di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati memenuhi tidak memenuhi syarat. Hasil tersebut dibuktikan dalam analisis bivariat,
berdasarkan uji statistik menggunakan chi square didapatkan hasil nilai p value 0,002 0,05, yang  artinya  ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan
PHBS.
24
2.3.2.4. Peran Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan   oleh   suatu   masyarakat.   Rata-rata   keluarga   dengan   sosial   ekonomi   yang
cukup   baik   akan   mempunyai   perilaku   hidup   bersih   dan   sehat   yang   baik.   Namun berdasarkan   penelitian   Robby   Furwanto   2013,   tentang   “Hubungan   status   sosial
ekonomi dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga” hasil penelitian dengan uji statistik chi square diperoleh nilai p  α 0,05 yaitu p =
0,219 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan penerapan PHBS di sekolah dasar negeri di Kelurahan Suka Mulya,
Kecamatan Sail, Pekanbaru tahun 2013. Dari hasil analisa diperoleh pula nilai rata- rata Odds Ratio OR = 2,188 artinya keluarga yang status sosial ekonominya tinggi
mempunyai peluang 2,188 kali menerapkan PHBS dibandingkan dengan status sosial ekonomi yang rendah
.25
2.4. Kerangka Teori
16
Faktor Internal
- Jenis Kelamin - Usia
- Pengetahuan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Di Sekolah
Faktor Eksternal
- Peran Guru - Peran Orang Tua
- Lingkungan - Sosial ekonomi
2.5. Kerangka Konsep
17
Jenis Kelamin Usia
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat pada anak
Sekolah Dasar
Pengetahuan
Peran Lingkungan
Peran Orang Tua Peran Guru
Bab III Metodologi Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional  mengenai gambaran perilaku hidup bersih dan sehat  tingkat  sekolah
dasar di SD Negeri 11 Jakarta Barat, Oktober 2016.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar SD Negeri 11, Jakarta Barat, Oktober 2016
3.3.  Sumber Data
Data   primer   yang   diambil   dari   responden   dengan   menggunakan   kuesioner   yang diberikan kepada siswa sekolah dasar kelas di SD Negeri 11, Jakarta Barat, Oktober
2016
3.4. Populasi
1.4.1. Populasi Target
18