c. Mewujudkan kampus UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan.
1.5.3. Manfaat bagi sekolah:
Memberi masukan pada sekolah dalam pengembangan pemeliharaan kesehatan siswa dan meningkatkan kesadaran siswa dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
1.5.4. Manfaat bagi profesi dokter
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah Dasar sehingga bagi tenaga kesehatan khususnya dokter dalam
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam perilaku hidup bersih sehat.
1.5.5. Manfaat bagi pelayanan kesehatan Puskesmas
Dengan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemberi pelayanan kesehatan dalam program kesehatan lingkungan sehingga diharapkan dapat memberi gambaran
pada masyarakat tentang perilaku hidup bersih sehat kaitannya pada pencegahan penyakit menular dan dapat diambil langkah-langkah atau strategi yang positif bagi
pengembangan perilaku hidup bersih sehat pada anak kearah yang lebih baik antara lain:
a. Memberi penyuluhan tentang perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah Dasar.
b. Mencari anak usia Sekolah Dasar yang tidak berperilaku hidup bersih sehat. c. Meningkatkan mutu pelayanan.
d. Kebiasaan cara hidup sehat pada anak diawasi oleh keluarga, pencatatan dan
pelaporan dilakukan dengan teratur, lengkap dan benar.
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2.1.1 Pengertian PHBS
4
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Perilaku
hidup bersih dan sehat PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak
sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara,dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah
tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak.
4
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan kelompok, masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan untuk memperoleh
derajat kesehatan yang optimal, menolong dirinya sendiri dan berperan serta aktif dalam pembangunan kesehatan.
4
2.1.2. Indikator PHBS di tiap tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan sarana kesehatan, tatanan
tempat kerja, dan tatanan tempat umum.
5
2.2. Definisi PHBS di Sekolah
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum.
Sekolah adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada
anak didiknya. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak, maka di samping keluarga sebagai pusat
pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak.
5
PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil dari
pembelajaran, sehingga secara berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat di sekolah.
6
5
Menururut penelitan Ophel tahun 2011 tentang “Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada anak Sekolah Dasar dan Faktor-faktor yang Berhubungan di
Kelurahan Duri Kepa, Jakarta Barat” pada sebaran perilaku hidup bersih dan sehat anak sekolah dasar, didapatkan 19.8 siswa memiliki perilaku bersih dan sehat,
22.6 memiliki perilaku yang tidak Bersih dan sehat, 17.9 yang memiliki perilaku hidup bersih dan tidak sehat, dan perilaku yang tidak bersih dan tidak sehat
sebesar 39,6
.
3
2.2.1. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI 2008 dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum,
institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:
7
2.2.1.1. Sasaran primer
Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah individu kelompok dalam institusi pendidikan
yang bermasalah.
8
2.2.1.2. Sasaran sekunder
Sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan
sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
8
2.2.1.3. Sasaran tersier
Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di
institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.
9
2.2.2. Tujuan PHBS
6
Tujuan PHBS yaitu membudayakan perilaku hidup bersih sehat bagi perorangan, keluarga atau kelompok dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan dampak yang
bermakna terhadap derajat kesehatan.
9
1.2.3. Manfaat PHBS
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat merupakan
perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan, memelihara,
dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang bersih dan
sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang
berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah di
bidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.
10
1.2.4. Indikator PHBS di sekolah dasar
Depkes RI 2011 menjelaskan bahwa indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di institusi pendidikan. Indikator institusi
pendidikan adalah sekolah dasar negeri maupun swasta SDMI. Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan indikator:
11
1. Kebersihan Pribadi Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak
berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecilkader kesehatanguru UKS minimal seminggu sekali.
12
Memakai Pakaian Bersih dan Rapih Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian
yang bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat
7
dilakukan oleh dokter kecilkader kesehatanguru UKS minimal seminggu sekali.
12
Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan
membersihkannya sehingga tidak hitamkotor. Memeriksa kuku secara rutin dapat dilakukan oleh dokter kecilkader kesehatanguru UKS minimal
seminggu sekali.
12
2. Jajan di kantin sekolah, tidak jajan di sembarang tempat. Di sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan atau jajanan yang bersih
dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin tubuh
menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum.
Menurut Depkes RI alasan tidak boleh jajan di sembarang tempat, harus di kantin sekolah karena:
12
Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin kebersihannya, terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindung dari serangga dan tikus.
Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan siswa, sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah.
Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan makan.
Tersedianya tempat sampah1 yang tertutup dan saluran pembuangan air kotor. Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite sekolah.
3. Mencuci tangan dengan air besih yang mengalir dan sabun, setiap kali tangan kita kotor, setelah buang air besar atau buang air kecil, sebelum makan, sebelum
memegang makanan sehingga tubuh terhindar dari kuman dan bibit penyakit. Perilaku cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun mencegah
penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ISPA, flu burung, dan lain sebagainya.
13
Menurut DepKes cara mencuci tangan yang benar, yaitu: 1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik 3. Bersihkan bagian punggung tangan, sela-sela jari dan kuku
4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir
8
WHO menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun karena dapat meluruhkan semua kotoran dan lemak yang mengandung kuman. Cuci tangan ini
dapat dilakukan pada saat sebelum makan, setelah beraktivitas di luar sekolah, bersalaman dengan orang lain, setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan,
dan sehabis dari toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah menjadi
sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat menyampaikan informasi kesehatan pada keluarga dan masyarakat.
14
4. Buang air kecil dan buang air besar di jamban sekolah serta menyiram jamban dengan air setelah di gunakan.
Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi syarat kesehatan dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak
mencemari tanah di sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan.
15
5. Mengikuti kegiatan olahraga dan aktivitas fisik di sekolah. Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Kegiatan olahraga di sekolah bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah sakit. Dalam
rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara teratur
akan dapat memberikan manfaat antara lain : meningkatkan kemampuan jantung dan paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi kelebihan berat
badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah.
15
6. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin. Kegiatan ini dilakukan untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh penularan
nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Kegiatan memberantas jentik nyamuk di sekolah diantaranya :
16
Lakukan pemberantasan sarang nyamuk PSN dengan cara 3 M plus menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk
PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular berbagai penyakit, seperti demam berdarah, demam dengue,
chikungunya, malaria, filariasis kaki gajah di tempat-tempat perkembangbiakannya.
Manfaat sekolah bebas jentik adalah:
9
Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi
Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti demam berdarah dengue DBD, malaria, chikungunya, atau kaki gajah.
Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat Memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M
menguras, menutup, dan mengubur tempat-tempat penampungan air bak mandi, drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan lain-lain minimal seminggu
sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.
17
7. Tidak merokok di sekolah. Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan setidaknya 200
diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Oleh karena itu kebiasaan merokok harus
dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar.
18
Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya merokok. Di sekolah siswa dapat
melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa.
Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan anak sekolah.
18
8. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. Tumbuh berarti bertambahnya ukuran tubuh dan jumlah sel serta jaringan diantara sel-
sel tubuh, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan yang
bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh
anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. Kegiatan
penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk deteksi
dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah.
15
9. Membuang sampah pada tempatnya.
10
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar lingkungan selalu terjaga dari sampah sebagai berikut :
guru memberi contoh pada siswa-siswi membuang sampah pada tempatnya
guru wajib menegur dan menasehati siswa yang membuang sampah di sembarang tempat
mencatat siswa-siswi yang membuang sampah sembarang tempat pada buku atau membuat kartu pelanggaran
membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda terhadap siswa- siswi yang membuang sampah di sembarang tempat.
19
1.2.5. Cara-cara penerapan PHBS di sekolah
1. Menanamkan nilai-nilai untuk berperilaku hidup dan sehat di sekolah melalui pendidikan kesehatan agar peserta didik dapat bertanggung jawab terhadap
kesehatan diri dan lingkungan serta ikut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kesehatan di sekolah.
17
2. Melakukan kegiatan ekstrakulikuler sebagai upaya menanamkan nilai-nilai berperilaku hidup bersih dan sehat kepada peserta didik yaitu antara lain dengan:
a. Mengadakan kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
17
b. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah c. Aktivitas dokter kecil di sekolah
d. Demo gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar e. Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
f. Pemeriksaan kebersihan secara rutin baik itu kuku, rambut, telinga, gigi
dan sebagainya g. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
h. Pemeriksaan kualitas pemeliharaan jamban sekolah dan kualitas air secara sederhana
3. Bimbingan hidup bersih dan sehat melalui komunikasi interpersonal atau konseling. Kegiatan ini dilakukan oleh guru bimbingan konseling kepada siswa.
Di dalam ruang konseling dapat pula dipasang berbagai media yang memuat pesan-pesan kesehatan terkait PHBS.
4. Mengadakan kegiatan penyuluhan dan latihan ketrampilan dengan melibatkan peran aktif siswa, guru dan orangtua antara lain melalui:
a. Penyuluhan kelompok sesuai tingkat kelas. b. Memperdengarkan pesan-pesan singkat melalui pengeras suara.
c. Pemutaran film video. d. Pemasangan media cetak seperti poster, majalah dinding, spanduk, dan
lain-lain
11
1.3. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan gambaran PHBS pada anak sekolah 2.3.1. Faktor Internal
2.3.1.1. Usia Usia merupakan indikator kedewasaan seseorang. Semakin bertambah umur maka
semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta perilaku yang sesuai untuk mendidik anak. Menurut penelitian Pudjiati 2014 tentang “Usia dan sikap siswa
sekolah dasar tentang sanitasi dasar mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat” dari hasil analisis usia terhadap hubungan perilaku dalam PHBS mempunyai nilai p
value = 0,007 dengan demikian bila kita menggunakan p value = 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel usia siswa signifikan berhubungan dengan perilaku dalam
PHBS dengan nilai Odd Ratio 1,614. Berdasarkan penelitian persentase usia 7-8 tahun adalah 33,9, sedangkan usia 9-10 tahun 32, dan usia 11-12 tahun adalah 33,9.
20
2.3.1.2. Jenis Kelamin Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan PHBS responden diperoleh
bahwa dari 76 responden yang berjenis kelamin laki-laki menunjukkan PHBS rendah sebanyak 31 responden 40,8 dan menunjukkan PHBS tinggi sebanyak 45
responden 59,2. Sedangkan dari 60 responden yang berjenis kelamin perempuan menunjukkan PHBS rendah sebanyak 19 responden 31,7 dan menunjukkan
PHBS tinggi sebanyak 41 responden 68,3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai andil yang sama dalam upaya meningkatkan
kesehatannya yang mana dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui berperilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Riesma Oktapriana 2008 di SDN 13 Sunter Agung Jakarta Utara, dari hasil uji statistik diperoleh P value sebesar 0,359 yang berarti P value lebih dari 0,05. Hal itu
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan PHBS.
21
2.3.1.3. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah responden
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga dimana pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari orang lain. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa
percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat
12
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang. Rendahnya tingkat pengetahuan anaksiswa mengenai PHBS disebabkan karena
kurangnya peran guru dan tenaga kesehatan dalam memberikan informasi mengenai PHBS, kurangnya penyuluhan mengenai PHBS, kurangnya pelatihan terhadap guru
sehingga guru tidak mengajarkan PHBS pada siswanya. Pengetahuan adalah hal apa saja yang diketahui anak sekolah mengenai langkah-langkah dan aspek apa saja yang
menunjang terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat. Seandainya sudah mengetahui dan mengerti tentang bagaimana Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS di sekolah, serta cara melakukan dan alasan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS maka akan timbul pemikiran yang positif. Pemikiran ini
akan menghasilkan sikap positif juga yaitu setuju daIam hal tersebut dan selanjutnya mau melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS.
21
Berdasarkan hasil penelitian Fivi Melva Diana tentang “Pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat di SDN 001 Tanjung Balai Karimun” dapat diketahui
bahwa persentase pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS masih rendah pada anak yang memiliki pengetahuan yang rendah yaitu 76,3
dibandingkan dengan anak yang memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu 23,1. Berdasarkan uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS dengan p 0,000 0,05.
22
2.3.2. Faktor Eksternal 2.3.2.1.Peran Guru
Guru merupakan individu yang sering dijumpai anak dalam lingkungan sekolah. Tugas guru sebagai pengajar dan pendidik yang salah satu diantaranya adalah
mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat anak sekolah. Berdasarkan kondisi ini, implementasi program penyadaran perilaku hidup bersih dan sehat cukup tepat
dilakukan pada murid sekolah dasar. Peran guru dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar masihlah dominan. Oleh sebab itu, kepala sekolah, guru, dan komite
sekolah akan dilibatkan secara aktif dalam program penyadaran perilaku hidup bersih dan sehat. Sekolah sebagai salah satu wadah peningkatan pengetahuan dan
kemampuan anak memiliki peran penting dalam menyumbang perubahan yang terjadi di dalam keluarga sebagai komponen terkecil dalam masyarakat. Menurut penelitian
Helty Rorimpandey tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa di SD negeri 2 Tompaso” berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai p 1,000 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
13
hubungan bermakna antara peran guru dan PHBS. Dari 81 siswa yang menjadi responden terdapat 69,1 persen 56 siswa dengan peran guru baik dan 30,9 persen
peran guru kurang baik. Dari 56 siswa dengan peran guru baik terdapat 27 siswa 33,3 yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dan 29 siswa 35,8
yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terdapat 12 siswa 14,8 yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan peran guru yang kurang
baik dan terdapat 13 siswa 16,0 yang menerapkan perilaku hidup bersih sehat secara baik walaupun tanpa peran guru yang baik.
23
2.3.2.2.Peran Orang Tua
Siswa berada dalam lingkungan sekolah paling lama 8 jam sehari, selebihnya anak akan kembali ke keluarga dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa sebagian besar waktu
yang dihabiskan oleh anak setiap hari bukan di sekolah tetapi di rumah dan di masyarakat, oleh sebab itu orang tua siswa mempunyai peran penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk mendorong anak untuk melakukan kebiasaan hidup sehat di rumah. Dwigita 2012 menyatakan bahwa orang tua adalah
sosok pendamping saat anak melakukan aktivitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari.
Orangtua adalah bagian terpenting dan berarti dalam kehidupan seorang anak. Orangtua dan anggota keluarga lain berpengaruh pada sumber pengetahuan,
kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai kehidupan bagi anak-anak. Orang tua memiliki kekuatan untuk memandu perkembangan anak terhadap perilaku hidup bersih dan
sehat Sumarjanti, 2006. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis 2010 menunjukkan bahwa komunikasi orangtua dan anaknya sangat berperan dalam hal
membentuk perilaku positif sejak dini bagi anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis 2010 menunjukkan bahwa komunikasi orangtua dan anaknya sangat berperan
dalam hal membentuk perilaku positif sejak dini bagi anak. Menurut penelitian Helty Rorimpandey tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat pada siswa di SD negeri 2 Tompaso” berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,032 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara peran orang tua dan PHBS. Penelitian diatas menunjukan bahwa peran orang tua yang baik sebesar 69,1 persen dan peran orang tua yang kurang baik terhadap
perilaku hidup bersih sehat siswa sebesar 30,9 persen. Pada peran orang tua yang baik terdapat 22 siswa 27,2 yang perilaku hidup bersih sehatnya kurang baik,
sementara itu terdapat 34 siswa 42,0 yang perilaku hidup bersih sehatnya baik.
14
Peran orang tua yang kurang baik mengakibatkan 17 siswa 21 perilaku hidup bersih sehatnya kurang baik dan hanya 8 siswa 9,9 yang baik.
23
2.3.2.3. Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah merupakan dua tempat utama yang dilakukan oleh seorang anak untuk melakukan aktivitas. Sekolah adalah tempat
belajar, berekreasi, bersosialisasi dan bermain, sehingga sebagian besar waktu mereka dihabiskan di sekolah. Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah terdapat ketetapan
pedoman penyelenggaran lingkungan sekolah yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, yaitu terdapat pada Keputusan Kementrian Kesehatan Kepmenkes
No.1429MenkesSKXII20069. Pedoman ini menggambarkan bagaimana kondisi lingkungan sekolah yang sehat yang digambarkan dari lokasi sekolah, fasilitas, hingga
usaha kesehatan sekolah. Kegiatan pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah sehat ini mencakup kegiatan bina lingkungan fisik meliputi: penyediaan air bersih, tempat
penampungan air bersih, tiap ruangan sebaiknya disediakan tempat pembuangan sampah, kamar mandi, tempat wudhu, WC, dan paturasan setiap hari
dibersihkan,ruangan-ruangan kelas, perpustakaan, laboratorium, halaman dan kebun sekolah perlu dijaga kebersihannya, kantinwarung sekolah perlu dilakukan
pengawasan oleh guru sekolah ataupun penjaga sekolah antara lain makanan yang dijual hendaknya bergizi, penyajian makanan hendaknya tertutup, alat-alat dan
perabot yang bersih memenuhi syarat kesehatan. Kegiatan lain yaitu kegiatan bina lingkungan mental sosial meliputi: kepramukaan, PMR, dokter kecil, bakti sosial
masyarakat sekolah terhadap lingkungannya, perkemahan dan penjelajahan, shalat berjamaah disekolah, dan sebagainya. Menurut penelitian Ahmat Sigit Raharjo
tentang “Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan ketersediaan fasilitas di sekolah dalam penerapan PHBS di sekolah dasar 2014” Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan PHBS. Hal ini didasarkan pada uji chi square antara ketersediaan fasilitas dengan
penerapan PHBS diperoleh p value= 0,002 0,05. Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati diperoleh hasil bahwa
ketersediaan fasilitas di SDN Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati memenuhi syarat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 responden, 29
59,2 responden ketersediaan fasilitas di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati memenuhi syarat, sedangkan 20 40,8 responden
15
ketersediaan fasilitas di SD Negeri Banjarsari 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati memenuhi tidak memenuhi syarat. Hasil tersebut dibuktikan dalam analisis bivariat,
berdasarkan uji statistik menggunakan chi square didapatkan hasil nilai p value 0,002 0,05, yang artinya ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan penerapan
PHBS.
24
2.3.2.4. Peran Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan oleh suatu masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang
cukup baik akan mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat yang baik. Namun berdasarkan penelitian Robby Furwanto 2013, tentang “Hubungan status sosial
ekonomi dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga” hasil penelitian dengan uji statistik chi square diperoleh nilai p α 0,05 yaitu p =
0,219 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan penerapan PHBS di sekolah dasar negeri di Kelurahan Suka Mulya,
Kecamatan Sail, Pekanbaru tahun 2013. Dari hasil analisa diperoleh pula nilai rata- rata Odds Ratio OR = 2,188 artinya keluarga yang status sosial ekonominya tinggi
mempunyai peluang 2,188 kali menerapkan PHBS dibandingkan dengan status sosial ekonomi yang rendah
.25
2.4. Kerangka Teori
16
Faktor Internal
- Jenis Kelamin - Usia
- Pengetahuan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Di Sekolah
Faktor Eksternal
- Peran Guru - Peran Orang Tua
- Lingkungan - Sosial ekonomi
2.5. Kerangka Konsep
17
Jenis Kelamin Usia
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat pada anak
Sekolah Dasar
Pengetahuan
Peran Lingkungan
Peran Orang Tua Peran Guru
Bab III Metodologi Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional mengenai gambaran perilaku hidup bersih dan sehat tingkat sekolah
dasar di SD Negeri 11 Jakarta Barat, Oktober 2016.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar SD Negeri 11, Jakarta Barat, Oktober 2016
3.3. Sumber Data
Data primer yang diambil dari responden dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada siswa sekolah dasar kelas di SD Negeri 11, Jakarta Barat, Oktober
2016
3.4. Populasi
1.4.1. Populasi Target
18