buku panduan wisata, seni pertunjukan teater, bioskop, pub, dan lain-lain dapat digolongkan ke dalam unsur ini.
2.1.6. Teori Dayasaing
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, mendefinisikan dayasaing adalah kemampuan untuk menunjukkan
hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah 1 kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, 2 kemampuan
menghubungkan dengan lingkungannya, 3 kemampunan meningkatkan kinerja tanpa henti, 4 kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan.
Lebih lanjut, dayasaing menurut Porter 1995 dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai
lingkungan yang dihadapi. Dayasaing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang
dimilikinya atau biasa kita sebut keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan kompetitif adalah suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkuat
posisinya dalam menghadapi pesaing dan mampu menunjukkan perbedaan dengan lainnya. Selanjutnya, Porter menjelaskan pentingnya dayasaing karena tiga hal
berikut: 1 mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri; 2 dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi
maupun entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; 3 kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi.
2.1.7. Competitiveness Monitor
Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan
untuk melihat dayasaing industri pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council WTTC
pada tahun 2001 sebagai alat ukur dayasaing pariwisata. Analisis ini menggunakan delapan indikator yang digunakan untuk melihat dayasaing.
Indikator tersebut antara lain World Tourism Organization, 2008: 1. Indikator Pariwisata, menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi
daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. 2. Indikator Persaingan Tingkat Harga, menunjukkan harga komoditi yang
dikonsumsi oleh turis selama berwisata di daerah tujuan wisata. 3. Indikator
Perkembangan Infrastruktur,
menunjukkan perkembangan
infrastruktur di daerah tujuan wisata. 4. Indikator Lingkungan, menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran
penduduk dalam memelihara lingkungannya. 5. Indikator Kemajuan Teknologi, menunjukkan perkembangan infrastruktur
dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan adanya ekspor produk berteknologi tinggi di daerah tujuan wisata.
6. Indikator Sumberdaya Manusia Pariwisata, menunjukkan kualitas sumberdaya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih
baik kepada turis. 7. Indikator Keterbukaan, menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi wisata
terhadap perdagangan internasional dan turis internasional.
8. Indikator Sosial, menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi.
2.2. Penelitian Terdahulu