Sistem Penggilingan Padi di Indonesia

8 rice, yang kemudian akan dilewatkan pada separator paddy separator yang bertujuan untuk memisahkan antara gabah dengan beras pecah kulit. Selanjutnya beras pecah kulit akan dimasukkan ke dalam mesin polisher atau mesin penyosoh, yang berfungsi untuk menghilangkan sebagian atau keseluruhan lapisan yang menutupi caryopsis terutama aleuron dengan tidak menyebabkan keretakan pada butir beras dan dapat menghasilkan beras putih yang mengkilap Thahir 2010. Pada saat ini pengelolaan pasca panen padi memiliki masalah utama yang diakibatkan oleh tingginya nilai rata-rata susut hasil yang terjadi. Berdasarkan Diagram Sankey terdapat ukuran susut yang terjadi, namun nilai susut ini dapat berbeda-beda tergantung dengan varietas dan sistem penggilingan padi yang digunakan. Gambar 2.2 menunjukkan nilai susut yang terjadi pada varietas padi yang berasal dari Amerika dan memiliki bulir yang berbutir panjang. Diagram Sankey di atas menunjukkan gabah kering panen yang memiliki kadar air ±20, selama proses pengeringan dan penyimpanan akan mengalami penurunan bobot sebesar 7 hingga kadar airnya mencapai 13. Gabah kering giling ini dianggap sebagai bobot awal 100. Proses pembersihan awal akan mengurangi bobot dari gabah sebesar 3 dari bobot awal. Selanjutnya pada proses pemecahan kulit husking akan dihasilkan sekam yang akan mengurangi bobot gabah sebesar 20 hingga bobot dari beras kulit yang dihasilkan adalah ±77. Kemudian pada proses penyosohan polishing pemisahan bekatul akan mengurangi bobot beras sebesar 10. Akibat proses ini akan dihasilkan beras kepala sebesar 52 dan beras patah segala ukuran sebesar 18. Susut pasca panen adalah semua kehilangan baik jumlah maupun mutu yang terjadi sejak panen sampai akhirnya ke konsumen, meliputi tahap pemanenan, pengepakan dan distribusi. Susut yang terjadi dapat berupa susut bobot maupun susut nilai susut mutu. Susut bobot pada pasca panen padi merupakan susut yang terjadi akibat pemanenan maupun perontokan, pengeringan, penyimpanan, penggilingan bahkan pengemasan. Sebagai contoh butiran gabah yang tercecer di sawah pada saat atau setelah pemanenan. Sedangkan susut mutu yaitu kehilangan yang berakibat pada penurunan nilai ekonomis suatu produk serta dapat pula menurunkan nilai gizi dari bahan pangan tersebut Hartono 1993.

2.3 Sistem Penggilingan Padi di Indonesia

Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Proses penggilingan ini penting karena turut menentukan bobot dan mutu dari beras yang dihasilkan. Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian kegiatan yang berfungsi melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling, sampai menjadi beras siap dikonsumsi. Sistem penggilingan padi di Indonesia biasa disebut pabrik penggilingan padi. Umumnya penggilingan padi ini terdiri dari 3 bagian pokok yaitu husker, separator dan polisher. Bagian lain yang melengkapi merupakan pendukung agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik Patiwiri 2006. 9 Teknik penggilingan berpengaruh terhadap efisiensi, kapasitas produksi dan mutu beras. Berdasarkan teknik penggilingannya, penggilingan padi dapat dibedakan menjadi 3 tiga: 1. Sistem penggilingan padi diskontinyu Adalah sistem penggilingan padi yang keseluruhan prosesnya dilakukan secara bertahap. Proses pecah kulit biasanya dilakukan 2 kali dan penyosohan dilakukan secara terpisah. Setiap tahapan proses dilakukan secara manual artinya masih menggunakan tenaga manusia untuk memindahkan dari satu tahapan proses ke tahapan yang lain Widowati 2001. 2. Sistem penggilingan padi termodifikasi kontinyu adalah sistem penggilingan padi dimana mesin pecah kulit dioperasikan secara kontinyu, tetapi proses penyosohannya dilakukan secara manual artinya masih menggunakan tenaga manusia untuk memindahkan beras pecah kulit brown rice ke dalam mesin penyosoh Widowati 2001. 3. Sistem penggilingan padi kontinyu adalah sistem penggilingan padi yang terdiri dari satu unit mesin penggilingan padi dengan ban berjalan berkapasitas 1000 kgjam, mesin pembersih gabah, 2 unit mesin pemecah kulit, pengayak beras becah kulit, 2 unit mesin penyosoh beras, grader dan tenaga penggerak Suismono dan Damardjati 2000. Biasanya diterapkan pada penggilingan padi skala besar. Sedangkan menurut Widowati 2001, berdasarkan kapasitas gilingnya, penggilingan padi di Indonesia dibedakan menjadi 3 tiga yaitu : a. Penggilingan Padi Besar PPB Menggunakan tenaga penggerak lebih dari 60 HP Horse Power dan kapasitas produksi lebih dari 1000 kgjam baik menggunakan sistem kontinyu maupun diskontinyu. PPB sistem kontinyu terdiri dari satu unit penggiling padi lengkap, termasuk mesin pecah kulit, ayakan dan penyosoh berjalan secara kontinyu, dengan kata lain masuk gabah keluar beras giling. b. Penggilingan Padi Sedang PPS Menggunakan tenaga penggerak 40-60 HP dengan kapasitas produksi mencapai 700-1000 kgjam. Umumnya PPS terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh. PPS ini menggunakan sistem semi kontinyu, yaitu mesin pecah kulit kontinyu, sedangkan mesin sosohnya masih manual. c. Penggilingan Padi Kecil PPK Adalah penggilingan padi dengan menggunakan tenaga penggerak 20-40 HP, dengan kapasitas produksi 300-700 kgjam. Penggilingan padi manual yang terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh ini sering disebut Rice Milling Unit RMU. Dalam perkembangannya penggilingan padi kecil terbagi menjadi 2 tipe yaitu penggiling padi kecil tipe menetap dan penggilingan padi kecil keliling 10 PPK-keliling. Kemunculan dari PPK-keliling baru-baru ini, sedikit banyak telah menggantikan fungsi dari penggilingan tetap. Pada dasarnya PPK-keliling tidak jauh beda dengan penggiling padi tipe stationer atau menetap. Perbedaan dari kedua penggilingan ini hanya dalam kegiatan mencari pasar. PPK-keliling mendatangi petani yang membutuhkan dan menawarkan jasanya sehingga petani tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk transportasi serta mampu menjangkau ketempat petani yang berlokasi jauh dari pabrik penggilingan beras. Hasil samping dari penggilingan seperti sekam dan bekatul pun dapat menjadi milik petani. PPK-keliling hanya menggunakan satu kendaraan yang dirancang khusus dengan menempatkan mesin penggiling padi sebagai body dari mobil. Dengan dua mesin utama yaitu pengelupas kulit padi di bagian belakang, mesin pembersih atau pemisah beras dan bekatul di bagian tengah, sedangkan di bagian depan digunakan untuk pengendara dengan kapasitas giling mencapai 3 kuintal gabah kering per hari. Proses penggilingan padi pada PPK-keliling dilakukan dua tahap, tahap pertama merupakan tahap pengupasan kulit dan pemisahan dari kotoran seperti jerami padi atau benda lain yang bercampur dengan padi kering. Hasilnya adalah beras pecah kulit yang masih bercampur bekatul atau dedak. Biasanya pada tahap I ini penggilingan dilakukan sebanyak dua kali. Sedangkan tahap II adalah pemisahan beras dari bekatul yang juga dilakukan sebanyak dua kali agar diperoleh beras yang bersih Rinto 2012.

2.4 Konsep Kualitas mutu