4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Penggilingan Padi pada PPB
Pada penelitian ini dilakukan penelitian pada tiga PPB yaitu; UD
Purwogondo Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi serta penggiling padi PT Anugerah Abadi dan UD Hasi Bumi Kecamatan Srono, Kabupaten
Banyuwangi. Ketiga penggilingan padi tersebut memiliki karakteristik sebagai PPB menurut klasifikasi Widowati 2001, dimana tenaga penggerak lebih dari 60
HP dan kapasitas produksi lebih dari 1000kgjam. Sebagai contoh UD Purwogondo memiliki kapasitas produksi 3.5 ton beras putih giling per jam
dengan aktivitas penggilingan yang dilakukan tidak setiap hari. Alasannya adalah 1 beragamnya varietas yang diterima oleh penggilingan sehingga pengilingan
dilakukan apabila varietas yang akan digiling sudah cukup banyak, 2 jumlah gabah yang telah terkumpul terlalu sedikit sehingga tidak efisien apabila
dilakukan penggilingan, 3 harga jual yang rendah saat terjadi panen raya sehingga proses giling dilakukan bila harga jual beras sudah lebih baik. UD
Purwogondo juga akan melakukan penggilingan apabila stock beras yang ada di dalam gudang sudah habis danatau apabila ada pesanan. Aktivitas pembelian
gabah maupun beras berlangsung setiap saat, apabila di Kabupaten Banyuwangi belum mengalami musim panen raya, maka gabah akan didatangkan dari sejumlah
tempat di Pulau Jawa yang tengah mengalami masa panen raya, sehingga produksi beras dapat terus berlangsung untuk memenuhi permintaan akan beras. Jumlah
Gabah Kering Panen GKP yang dibeli UD Purwogondo rata-rata per minggunya adalah 10 ton Tabel 4.1. Varietas-varietas padi yang sering diterima oleh UD
Purwogondo antara lain IR-64, Ciherang, Mikonga, Waingapu, KA dan Inpari. Untuk padi jenis Inpari misalnya, biasanya pembelian dilakukan dari propinsi
Jawa Tengah.
Setiap bahan yang masuk maupun keluar tercatat dalam kartu stock yang berisi aktivitas barang masuk dan keluar gudang. Kesulitannya adalah ketika harus
menghitung berapa jumlah yang dihasilkan dari satu kali penggilingan karena di kartu stock tidak tertulis dengan jelas jenis varietas yang mengalami penggilingan.
Maka dari itu dilakukan pengamatan dan perhitungan terhadap satu kali proses penggilingan yaitu varietas mikonga. Sebanyak kurang lebih 5.5 ton gabah
varietas mikonga dengan kadar air ±14, dimasukkan ke dalam mesin penggilingan. Proses penggilingan menghasilkan beras giling sebesar 3.5 ton,
bekatul sebesar 833 kg, menir 111 kg dan sekam 555 kg.
Produksi beras giling pada UD Purwogondo diawali dengan pembelian gabah kering panen dari petani. Kemudian dilakukan proses pengeringan dengan
metode pengeringan menggunakan lantai jemur, dimana lama waktu pengeringannya adalah 3-4 hari. Pada musim hujan atau panen raya, gabah yang
telah diterima akan dimasukkan ke dalam oven bertenaga listrik dan sekam Gambar 4.1. Pengeringan dengan menggunakan oven dapat menurunkan kadar
air gabah kering panen dari 25-30 menjadi 14-15 selama 72 jam pada suhu 68 ºC. Sekam digunakan untuk menghasilkan panas yang akan dialirkan oleh angin
yang dihasilkan dari generator listrik. Aliran udara panas inilah yang akan mengeringkan gabah dan menurunkan kadar airnya. Pengeringan dengan
menggunakan oven listrik sangat efisien dalam menurunkan kadar air gabah kering panen antara 1-1.5 per jam.
Tabel 4.1 Data Penerimaan Gabah di UD Purwogondo Bulan Februari 2013.
Minggu ke- Varietas
Berat GKP kg 1
Waingapu 1.716
IR-64 4.265
Mikonga 1.338
2 Waingapu
2.024 Ciherang
10.429 Mikonga
4.334 IR-64
8.874 3
IR-64 2.421
Ciherang 3.267
4 Ciherang
961 IR-64
24.644 Mikonga
7.627 Inpari
313 5
Ciherang 22.088
Mikonga 9.014
KA 2.182
IR-64 7.736
Gabah kering giling kemudian masuk ke dalam silo menunggu giliran
giling. Sistem penyimpanan dalam silo dilakukan dengan tujuan untuk menghindarkan kerusakan yang terjadi pada bulir-bulir gabah yang telah kering.
Tidak tersedianya pasokan gabah secara kontinyu atau karena pasokan gabah hanya melimpah pada saat musim panen raya, juga sebagai salah satu penyebab
dari diberlakukannya sistem penyimpanan ke dalam silo. Penggilingan membutuhkan pasokan gabah dalam jumlah yang sama secara kontinyu untuk
dapat terus berproduksi tanpa mendapat rugi.
Gabah kering giling pada umumnya masih bercampur dengan merang, gabah hampa, debu dan benda asing lainnya. Oleh karena itu dilakukan proses
pembersihan yang bertujuan untuk membuang semua kotoran dan benda asing dari gabah. Proses pembersihan awal ini disebut pre-cleaning. Proses ini
berdasarkan pada prinsip dasar perbedaan ukuran dan berat antara gabah dan benda asing. Pada tahap awal, kotoran yang lebih ringan dihisap oleh blower dan
akan dikeluarkan, sedangkan untuk kotoran yang lebih berat akan dipisahkan berdasarkan perbedaan berat dengan menggunakan ayakan screening.
Selanjutnya gabah kering yang telah dibersihkan dilakukan proses pecah kulit, yaitu proses penggilingan menggunakan mesin husker, huller atau sheller,
untuk kemudian dipisahkan antara sekam gabah dan bulir beras pecah kulit. Proses penggilingan pecah kulit ini akan berlangsung dengan baik jika gabah yang
digiling memiliki kadar air antara 13 – 15. Pada kadar air yang lebih tinggi, proses pecah kulit gabah akan lebih sulit terjadi karena lapisan sekam akan
bersifat liat. Sebaliknya apabila kadar air terlalu rendah, beras pecah kulit akan mudah patah dan akan menghasilkan jumlah beras pecah kulit patah dan menir
dalam jumlah besar Patiwiri 2006.
Gambar 4.1. Kondisi salah satu instalasi pengering pada salah satu PPB di Kabupaten Banyuwangi
Beras pecah kulit yang dihasilkan pada proses pecah kulit masih mengandung lapisan bekatul atau dedak yang membuat beras berwarna gelap
kecoklatan dan tidak bercahaya. Hal ini membuat penampakannya menjadi tidak menarik, selain itu membuat rasa nasi menjadi kurang enak, padahal bekatul
memilki nilai gizi tinggi. Usaha penghilangan lapisan bekatul dari butiran beras disebut proses penyosohan, whitening atau polishing. Disebut proses whitening
karena membuat beras menjadi beras putih dan disebut polishing karena proses ini merupakan kegiatan menggesek bulir-bulir gabah hingga lapisan kulit ari terlepas
dari butiran gabah. Proses polishing ini adalah salah satu proses vital dalam proses penggilingan padi, apabila beras digiling terlalu lama maka bulir beras akan
semakin tipis dan suhu semakin meningkat hal ini menyebabkan beras semakin mudah pecah. Kemudian beras akan memasuki ayakan getar berukuran lubang 2
mesh untuk memisahkan dari menirnya.
Beras hasil proses penysohan kemudian dilewatkan mesin pengkabut, yaitu proses membasahi butir-butir beras sosoh dengan kabut, dengan tujuan untuk
melepaskan material berupa debu maupun bekatul yang melekat atau berada pada dipermukaan beras. Beras sosoh yang sudah terkabutkan kemudian akan
dilalukan pada mesin grading, untuk memisahkan beras berdasarkan ukurannya menjadi beras kepala, dan beras patah. Setelah itu beras yang dihasilkan akan
melalui tahapan pengemasan, dimana beras akan dikemas sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Data jumlah gabah yang digiling, serta jumlah beras
kepala, beras patah, menir dan sekam yang dihasilkan dicatat dan digunakan untuk menentukan besaran susut bobot dan susut mutu selama proses penggilingan pada
PPB yang diamati Patiwiri 2006.
Skema proses produksi beras giling pada PPB seperti halnya pada UD Purwogondo dapat dilihat pada Gambar 4.2. Namun pada pengamatan yang
dilakukan, terdapat pula penggilingan gabah yang menerima gabah tidak dalam bentuk gabah kering panen namun masih terdapat malai atau tangkaibatang yang
melekat, sehingga diperlukan proses tambahan atau proses perontokan dengan menggunakan mesin perontok padi yang disebut thresher sebelum gabah
disimpan di silo.
Gambar 4.2 Skema Proses Penggilingan Gabah pada PPB Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari
penggilingan besar telah mengalami pergeseran. Tidak lagi sebagai usaha yang hanya menawarkan jasa penggilingan kepada petani, namun juga berfungsi
sebagai suatu industri dimana terjadi aktivitas jual beli gabah dan produksi beras giling dari masyarakat.
Gabah Kering Panen
Pengeringan, sampai kadar air 13-15
Mesin Pecah Kulit Kotoran
Separator
Mesin Penyosoh Pemisahan menir
ayakan 2 mesh
Pengkabutan
Grading
Pengemasan Beras kepala, beras
patah, beras menir Menir
Debu, bekatul Pembersihan
4.2 Proses Penggilingan Padi pada PPK-Keliling