13 Menurut Moffat, dkk., 2011, uraian tentang fenilpropanolamin
hidroklorida adalah sebagai berikut: Rumus Molekul: C
9
H
13
NO. HCl Berat Molekul : 187.7
Titik lebur : 191 – 196
C pH dan pKa
: 4.5 – 6 dan 9.4 Pemerian
: Serbuk hablur; putih; kristal putih higga putih kuning gading; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan : larut dalam air ; etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
2.1.2.2 Farmakologi
Fenilpropanolamin adalah simpatomimetik terutama tidak langsung bertindak dengan tindakan yang sama dengan efedrin tapi kurang aktif sebagai
stimulan SSP. Fenilpropanolamin telah diberikan secara oral sebagai hidroklorida untuk pengobatan hidung tersumbat dekongestan. Sering digunakan dalam
sediaan kombinasi untuk mengobati batuk dan demam. Fenilpropanolamin telah digunakan untuk menekan nafsu makan dalam pengelolaan obesitas, tetapi
penggunaan ini tidak lagi dianjurkan Sweetman, 2009. Puncak konsentrasi rata-rata dalam plasma sekitar 0,08 mg L tercapai
sekitar 2 jam. Kematian akibat overdosis fenilpropanolamin, konsentrasi jaringan yang menyebabkan kematian: darah 48 mgL, otak 86 mgg, hati 460 mgg.
Waktu Paruh sekitar 4 jam Moffat, dkk., 2011. Reaksi yang merugikan bervariasi secara luas mulai dari sakit kepala dan
tekanan darah tinggi, perdarahan, dan kematian. Reaksi ringan termasuk
14 penglihatan kabur, pusing, gelisah, agitasi, tremor, kebingungan, dan
hipersensitivitas reaksi. Reaksi lain termasuk krisis hipertensi dengan hipertensi ensefalopati, kejang, aritmia, psikosis, dan nekrosis tubular akut. Selanjutnya,
setelah studi kasus-kontrol yang besar di Amerika Serikat yang menemukan peningkatan risiko stroke perdarahan yang berhubungan dengan penggunaan
sediaan yang mengandung fenilpropanolamin khususnya pada wanita yang menggunakan fenilpropanolamin sebagai penekan nafsu makan Sweetman,
2009.
2.1.2.3 Analisa Kualitatif dan Kuantitatif
Analisa Kualitatif fenilpropanolamin HCl yang dilakukan oleh Naid 2011 dilakuka melalui reaksi pembentukan warna. Hal ini dilakukan dengan cara
melarutkan sampel dengan metanol, disaring, diuapkan kemudian ditambahkan dengan larutan FeCl
3
. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan biru keunguan. Identifikasi juga dapat dilakukan dengan metode spektroskopi
inframerah dimana zat yang telah didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
fenilpropanolamin hidroklorida BPFI Ditjen BKAK., 2014. Melalui Metode spektroskopi inframerah puncak utama akan terlihat pada bilangan gelombang
700, 746, 1030, 1500, 1055, 1590 cm
-1
Moffat, dkk., 2011. Analisis kualitatif fenilpropanolamin hidroklorida dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri UV-Vis. Bentuk spektra senyawa dapat digunakan sebagai informasi untuk analisis kualitatif. Karena, transisi yang diperbolehkan
untuk suatu molekul dengan struktur kimia berbeda adalah tidak sama sehingga
spektra absorpsinya juga berbeda Gandjar dan Rohman, 2008.
15 Fenilpropanolamin HCl dapat ditetapkan kadarnya dengan beberapa cara
yaitu titrasi bebas air Gandjar dan Rohman, 2008, kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang telah dilakukan oleh Dowse. dkk., 1982; kromatografi lapis
tipis; kromatografi gas; spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang 251 nm ,257 nm; 262 nm A 1, 1 cm dalam larutan asam = 11,7a tidak dapat
dianalisis dalam larutan alkali Ditjen BKAK. 2014; Moffat, dkk., 2011. Penetapan kadar fenilpropanolamin hidroklorida dapat dilakukan dengan
metode titrasi argentometri. Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk
endapan dengan perak nitrat AgNO
3
pada suasana tertentu. Larutan baku sekunder yang digunakan adalah AgNO
3
Gandjar dan Rohman, 2008. Terdapat beberapa metode titrasi argentometri, yaitu : Metode Metode
Guy Lussac cara kekeruhan; Metode Mohr pembentukan endapan berwarna pada titik akhir; Metode Fajans adsorpsi indikator pada endapan; Metode
Volhard terbentuknya kompleks berwarna yang larut pada titik akhir Gandjar dan Rohman, 2008.
2.3 Spektrofotometri UV-Vis 2.3.1 Penyerapan Radiasi
Suatu molekul bergerak dari suatu tingkat energi ke tingkat energi yang lebih rendah maka beberapa energi akan dilepaskan. Energi ini dapat hilang
sebagai radiasi dan dapat dikatakan telah terjadi emisi radiasi. Jika suatu molekul dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga energi
molekul ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadi peristiwa penyerapan absorpsi energi oleh molekul Gandjar dan Rohman, 2008.