Sistematika Penulisan

1.6 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian pada akhirnya dijabarkan dalam suatu rangkaian sistematika penulisan. Sistematika penulisan dibutuhkan agar pembaca dapat dengan mudah memahami hasil penelitian ini dalam bentuk tulisan. Dalam penelitian ini, sistematika penulisan dirangkai menjadi beberapa bab yaitu: Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV dan Bab V.

Pada Bab I penulis memaparkan latar belakang penelitian mengenai identitas Sunda yang ada di dalam grup Salakanagara. Selanjutnya penulis merumuskan suatu permasalahan untuk dijabarkan melalui pencarian data lapangan atau penelitian. Tujuan penelitian pun dijelaskan untuk menunjukkan bagaimana pentingnya penelitian mengenai Identitas Sunda yang dibangun di ranah siber. Kemudian kajian pustaka dan kerangka teori pun menjadi sangat penting, karena kajian pustaka banyak membahas penelitian-penelitian terdahulu mengenai identitas masyarakat dalam dunia siber, dan kerangka teori yang menggiring penulis untuk memahami gejala-gejala yang ditemui di lapangan. Metodologi juga dibahas dalam bab ini untuk menjelaskan pendekatan dan berbagai metode penulis dalam melakukan penelitian.

Pada Bab II penulis membahas gambaran Salakanagara sebagai komunitas online di ranah siber. Dimulai dengan pembahasan yang menjelaskan apa itu Salakanagara dan pengertian serta dari mana nama Salakanagara didapat. Kemudian penulis juga membahas mengenai keanggotaan dalam Salakanagara, Pada Bab II penulis membahas gambaran Salakanagara sebagai komunitas online di ranah siber. Dimulai dengan pembahasan yang menjelaskan apa itu Salakanagara dan pengertian serta dari mana nama Salakanagara didapat. Kemudian penulis juga membahas mengenai keanggotaan dalam Salakanagara,

Pada Bab III penulis membahas tentang postingan atau konten-konten yang ada di halaman grup Salakanagara. Konten-konten yang dimuat di halaman Salakanagara dibagi menjadi dua, yaitu konten yang diharuskan di dalam peraturan grup dan konten yang muncul sebagai pengembangan dari konten postingan lainnya, sekaligus menanggapi Sunda dalam konteks kekinian. Konten- konten yang diharuskan, adalah konten yang memuat topik-topik yang berhubungan dengan bahasa, sejarah dan kebudayaan. Sedangkan konten-konten kekinian merupakan topik-topik yang muncul dengan sendirinya didasari oleh perkembangan grup dan keadaan situasional Sunda seperti politik, berjualan, menceritakan pengalaman ataupun hanya sekedar menyapa anggota lainnya.

Kemudian penulis juga akan membahas mengenai Sunda yang ada dalam bayangan anggota Salakanagara. Dalam sub bahasan ini penulis mencoba mengangkat pengalaman-pengalaman beberapa anggota Salakanagara perihal kesundaan. Hingga pada akhirnya penulis mengidentifikasi wacana-wacana mengenai kesundaan yang bersumber dari wawancara dan postingan yang muncul di halaman grup Salakanagara.

Pada Bab IV penulis membahas tentang konteks Sunda saat ini dan mencoba menjabarkan apa yang sedang dilakukan Salakanagara. Pada awalnya penulis membahas mengenai bagaimana Salakanagara sebagai komunitas online Pada Bab IV penulis membahas tentang konteks Sunda saat ini dan mencoba menjabarkan apa yang sedang dilakukan Salakanagara. Pada awalnya penulis membahas mengenai bagaimana Salakanagara sebagai komunitas online

Dengan ‘menjadi Sunda’, Salakanagara sedang melakukan politik etnisnya. Perbedaan dalam hal ini memainkan peranannya, dengan membuat

batasan antara ‘kami’ dan ‘mereka’. Hal ini muncul sebagai reaksi terhadap suatu relasi kekuasaan yang hadir dalam bentuk kontradiksi antara pribumi dengan non-

pribumi, wacana lokal dengan wacana global, narasi kecil dan narasi besar. Semua itu dilakukan di ranah siber, memperlihatkan suatu aksi sosial dalam bentuk imajinasi dan simulasi. Hingga pada akhirnya mencapai kesimpulan bahwa Salakanagara merupakan bagian dari masyarakat global saat ini yang disebut sebagai New Media Nation.

Pada Bab V penulis merefleksikan keseluruhan yang telah dijabarkan dari Bab I hingga Bab IV. Refleksi tersebut menyangkut dari pembahasan mengenai latar belakang keadaan Sunda saat ini. Kemudian munculnya Salakanagara beserta konten-konten di dalamnya. Hingga bayangan mengenai identitas Sunda berdasarkan konten dan persepsi para anggotanya, serta yang menjadi orientasi Salakanagara mengenai identitas Sunda.

BAB II