APLIKASI MIKORIZA PADA REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

IV. APLIKASI MIKORIZA PADA REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

Hadirin yang saya hormati, Pada lahan-lahan yang mengalami gangguan/kerusakan

seperti lahan pasca tambang, seiring dengan berjalanya waktu sebenarnya akan terjadi proses suksesi alami. Namun proses suksesi alami akan berlangsung dalam kurun waktu yang panjang. Oleh karena itu, proses tersebut perlu dibantu oleh manusia sehingga waktu yang panjang tersebut dapat diperpendek. Suksesi buatan yang dilakukan manusia dalam merehabilitasi lahan pasca tambang akan berlangsung dengan mulus apabila sejalan dengan kaidah- kaidah yang diisyaratkan oleh hukum alam.

Tahap pertama dalam revegetasi lahan pasca tambang adalah penanaman cover crop untuk memperbaiki kondisi mikroklimat setempat sehingga mendukung kehidupan mikroorganisme yang berperan aktif dalam proses dekomposisi dan pembentukan bahan organik tanah. Jenis tumbuhan cover crop yang dapat digunakan adalah jenis rumput-rumputan dan legum. Penggunaan legum cover crop juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur nitrogen tanah karena akar tanaman legum berasosiasi dengan bakteri Rhizobium. Penanaman cover crop akan memperluas daerah rhizosfer atau tempat hidup mikroorganisme. Rhizosfer merupakan daerah sekitar perakaran tanaman dan kaya senyawa organik diantaranya adalah eksudat akar. Kandungan eksudat akar diantarnya adalah gula, asam amino, asam organik, asam lemak, sterol, flavonoid dan sebagainya

(Pinton et

menstimulir pertumbuhan mikroorganisme tanah sehingga populasinya sangat tinggi di daerah rhizosfer.

al.,2001) Senyawa-senyawa tersebut

Selain itu, penanaman cover crop juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Banyaknya bahan organik dapat menurunkan suhu tanah dan meningkatkan kelembaban tanah. Selain itu bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro- fauna tanah. Meningkatnya kandungan bahan organik pada tanah di lahan bekas tambang kapur akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Hasil penelitian di lahan bekas tambang PT. Semen Tonasa menunjukkan adanya peningkatan jumlah populasi bakteri dan jamur setelah 3 bulan dilakukan revegetasi dengan tanaman cover crop jenis Mucuna sp. dan Centrocema pubescen (Prayudyaningsih et al., 2010).

Tahap kedua adalah penanaman jenis pioner (nurse plant) dan pembelukaran. Jenis-jenis pioner lokal dan legum (fiksasi N) dapat mempercepat keberhasilan revegatasi. Tumbuhan pioner mempunyai sistem perakaran yang lebih dalam dan volume perakaran yang lebih luas. Demikian juga dengan pertumbuhan tajuknya sehingga menyumbangkan seresah yang lebih besar. Karena ruang tumbuh yang lebih besar baik di bawah dan di atas tanah maka kehidupan mikrofauna, mikroflora dan mikroorganismenyapun lebih komplek sehingga proses dekomposisinya juga lebih intensif. Pada lahan pasca tambang dengan kondisi berbatu seperti lahan pasca tambang kapur, perbaikan kondisi mikroklimat untuk pembentukan bahan organik tanah sangat penting (Soekotjo, 2004) sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung dengan cepat dan pada akhirnya pembentukan bahan organik tanah juga meningkat.

Penanaman pioner jenis Sesbania sericea di lahan bekas tambang kapur PT. Semen Tonasa selain meningkatkan jumlah populasi bakteri dan jamur tanah, bahkan meningkatkan kualitas kimia tanah dimana kadar unsur hara makro (N,P dan K) mengalami perubahan

rendah menjadi rendah (Prayudyaningsih et al., 2010). Walaupun kualitas kimia tanahnya masih tergolong rendah. Revegetasi tanaman pioneer menambah sumbangan bahan organik ke tanah sehingga berpengaruh pada ketersediaan unsur hara. Terlebih lagi dengan inokulasi fungi mikoriza yang

tanaman pioneer, maka menghasilkan biomassa yang lebih banyak. Banyaknya biomassa akan menyumbangkan bahan organik yang lebih banyak pula. Pada akhirnya kandungan unsur hara tersedia juga meningkat dan kualitas tanahpun ikut meningkat.

meningkatkan

pertumbuhan

Tahap ketiga adalah penanaman jenis cepat tumbuh atau fast growing seperti sengon, akasia, eukaliptus. Tahap keempat adalah penanaman jenis klimaks atau slow growing seperti meranti, jati atau eboni yang sesuai dengan kondisi setempat. Namun demikian tahap ketiga dan keempat ini dapat dijadikan satu tahap tergantung dari perkembangan kondisi yang telah terbentuk. Pada prinsipnya setiap tahap yang diterapkan bertujuan untuk memfasilitasi kondisi tempat tumbuh bagi tahap selanjutnya. Hasil penelitian mengenai pengaruh inokulasi fungi mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman Vitex cofassus pada tanah ultisol umur 24 bulan di lapangan menunjukkan pertumbuhan tanaman V. cofassus yang diinokulasi fungi mikoriza meningkat 39,74% untuk pertumbuhan tinggi dan 17,25% untuk diameter batang (Prayudyaningsih dan Tikupadang, 2008)

Hadirin yang saya hormati,

Aplikasi fungi mikoriza dapat dimulai sejak penaman tanaman cover crop apabila alat yang tersedia cukup memadai yaitu dengan teknik hidroseeding. Namun apabila tidak, aplikasi fungi mikoriza dapat dilakukan pada saat penanaman jenis pioner dan jenis akhir atau target. Aplikasi fungi mikoriza dilakukan pada tahap pembibitan sehingga diharapkan bibit yang dihasilkan merupakan bibit yang berkualitas dan tahan terhadap kondisi lapangan yang ekstrim seperti lahan pasca tambang. Selain itu juga mampu mempercepat proses suksesi buatan pada kegiatan revegetasi lahan pasca tambang. Tanaman bermikoriza mempunyai resistensi terhadap kondisi hara rendah dan kekeringan yang biasanya merupakan kondisi yang umum dijumpai pada lahan pasca tambang. Dengan demikian asosiasi mikoriza akan meningkatkan pertumbuhan dan daya hidup tanaman pada kegiatan revegetasi lahan pasca tambang. Fungi mikoriza juga memiliki sinergisme dengan mikroorganisme lain. Untuk tanaman leguminose keberadaan fungi mikoriza sangat diperlukan karena pembentukan bintil akar dan efektivitas penambatan nitrogen oleh bakteri Rhizobium yang terdapat di dalamnya dapat ditingkatkan. Keberadaanya juga bersifat sinergis terhadap bakteri pelarut fosfat dan dekomposer (selulolitik). Berdasarkan kemampuannya tersebut maka fungi mikoriza dapat berfungsi untuk meningkatkan biodiversitas mikroba potensial di sekitar tanaman. Keberadaan mikroba tanah potensial

sangat penting bagi perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman. Aktivitasnya tidak saja terbatas pada penyediaan unsur hara, tetapi juga aktif dalam dekomposisi serasah dan bahkan dapat memperbaiki struktur tanah.

dapat memainkan

peranan

Efek mikoriza terhadap pertumbuhan tiga spesies legum telah dipelajari oleh Lambert dan Cole (1980) pada tanah bekas penambangan yang berumur 10 tahun. Diperlukan penambahan kapur dan NH4NO3 dan sejumlah kecil top soil (kedalaman 1 cm) Efek mikoriza terhadap pertumbuhan tiga spesies legum telah dipelajari oleh Lambert dan Cole (1980) pada tanah bekas penambangan yang berumur 10 tahun. Diperlukan penambahan kapur dan NH4NO3 dan sejumlah kecil top soil (kedalaman 1 cm)

Inokulasi fungi mikoriza pada tanaman pioneer jenis Sesbania sericea di lahan pasca tambang kapur, PT. Semen Tonasa dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Inokulasi Fungi mikoriza, mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman S. sericea pada umur 3 bulan di lapangan sebesar 8,62 – 15,30%, sedang pertumbuhan diameter meningkat sebesar 5,51 – 14,92%. Lebih cepatnya pertumbuhan tanaman S.sericea yang diinokulasi FMA FMA akan menghasilkan biomassa lebih banyak pula. Dengan demikian juga akan menyumbangkan bahan organik ke tanah yang lebih banyak dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas tanah (Prayudyaningsih et al., 2010).

Menurut Smith dan Read (1997), dalam revegetasi lahan bekas tambang, FMA memengaruhi komposisi komunitas tanaman yang dibangun. Komunitas jamur yang kompleks memacu kompleksitas komunitas tanaman bermikoriza sehingga menghasilkan biomassa tanaman yang tinggi. Dengan kata lain lebih banyak jenis Menurut Smith dan Read (1997), dalam revegetasi lahan bekas tambang, FMA memengaruhi komposisi komunitas tanaman yang dibangun. Komunitas jamur yang kompleks memacu kompleksitas komunitas tanaman bermikoriza sehingga menghasilkan biomassa tanaman yang tinggi. Dengan kata lain lebih banyak jenis