BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Masalah Gizi
Asupan Makanan Penyakit Infeksi
Keluarga Miskin Pendidikan Penyebab
Langsung
Penyebab Tidak
Langsung
Masalah Utama
Masalah Inti
Ketersediaan Makanan
Ibu Perawatan
Anak Pelayanan
Kesehatan
Krisis Ekonomi Politik
Gizi Buruk Gizi Kurang
Gizi Baik Gizi Lebih
Obesitas Status Gizi
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Definisi Status Gizi
Status Gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat
gizi.
3.2.2. Cara Ukur Pengukuran Berat Badan :
a. Anak sebaiknya memakai baju sehari -hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang atau
mengantongi sesuatu. b. Letakkan timbangan di lantai datar dan keras sehingga tidak mudah
bergerak. c. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka nol.
d. Persilahkan anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi. e. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
a. Bila anak terus-menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
f. Catat dan plot hasil pengukuran pada grafik berat badan WHO
Pengukuran Tinggi Badan :
a. Meminta anak melepaskan alas kaki sandal,sepatu. b. Meminta anak berdiri tegak menghadap ke depan.
c. Pastikan punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur. d. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun -ubun.
e. Baca angka pada batas tersebut. f.
Catat dan plot hasil pengukuran pada grafik tinggi badan WH O.
3.2.3. Alat Ukur
Pengukuran tinggi badan pada anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi microtoice yang mempunyai
ketelitian 0,1 cm sedangkan untuk melakukan pengukuran berat badan menggunakan Seka dengan ketelitian 0,1 kg.
3.2.4. Hasil Ukur
Untuk menilai status gizi anak diperlukan standar antropometri yang mengacu pada Standar World Health Organization WHO, 2006.
Pada penelitian ini menggunakan indikator status gizi BBTB dan TBU.
3.2.5. Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.
3.2.6. Hipotesa Penelitian
Ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua terhadap status gizi.
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional potong lintang, yaitu untuk mengetahui status gizi anak pra -sekolah usia 3
sampai 5 tahun di pinggiran Sungai Deli dan hubungan antara tingkat pendapatan orang tua terhadap status gizi.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan September – November 2013 terhadap anak pra-sekolah usia 3 sampai 5 tahun di pinggiran Sungai Deli.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak pra -sekolah yang berusia 3 sampai 5 tahun di pinggiran Sungai Deli. Berdasarkan survei
awal yang dilakukan oleh penulis tercatat 129 orang anak yang berusia 3 sampai 5 tahun di pinggiran Sungai Deli, lingkungan II, III, IV, dan IX.
4.3.2. Sampel
Yang menjadi sampel penelitian ini adalah populasi ya ng memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi a.
Anak pra-sekolah yang berusia 3 sampai 5 tahun. b. Responden tinggal di pinggiran Sungai Deli.
c. Tinggal bersama orang tuanya. 2. Kriteria Eksklusi
a. Responden tidak bersedia untuk mengikuti penelitian. b. Ada penyakit kongenitalbawaan sejak lahir.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode consecutive sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria -kriteria yang telah
ditetapkan.Semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.
Besar sampel minimum yang diperlukan dihitung dengan rumus : n =
N 1 + N d²
Keterangan : n = Besar sampel
N = Besar populasi d = Tingkat kepercayaanketepatan yang diinginkan Notoatmodjo, 2005
Pada penelitian ini, ditetapkan nilai d adalah 0,1. Sedangkan berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, didapatkan populasi sebesar 129 orang.
Berdasarkan rumus diatas, besarnya sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
n = N
1 + N d² =
129 1 + 129 0.1²
= 56,33 Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 56,33
orang,dibulatkan menjadi 56 orang.
4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Jenis Data
Jenis data adalah data primer dan data sekunder.Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan pengambilan data langsung pada
subjek sebagai sumber informasi.
4.4.2. Data Primer
Data primer diperoleh dari subjek melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan timbangan berat badan seka dan microtoice
sebagai alat ukurnya. Peneliti akan meminta kesediaan responden yang memenuhi kriteria untuk mengisi informed consent
sebelum dilakukan
pengukuran.
4.4.3. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, berupa informasi tentang demografi Kelurahan Aur.
4.5. Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul ditabulasi untuk diolah lebi h lanjut dengan menggunakan program komputer.Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
tabel.
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Kelurahan Aur, pinggiran Sungai Deli, Kecamatan Medan Maimun, lingkungan II, III, IV, dan IX. Lingkugan II,
III, IV, dan IX ini berada tepat di pinggiran Sungai Deli, 2 diantaranya yaitu lingkungan III dan IV sering mengalami kebanjiran. Kelurahan Aur terdiri dari 10
lingkungan, dengan batas-batas sebagai berikut : a.Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan
Barat. b.Sebelah Selatan berbatasan denga n Kelurahan Suka Raja Kecamatan
Medan Maimun. c.Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Masjid Kecamatan Medan
Kota. d.Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan
Maimun.
5.1.2. Karakteristik Responden
Pada rentang periode penelitian September -November 2013 telah didapatkan subjek sebanyak 60 responden yang memenuhi kriter ia penelitian.Hasil tersebut
telah memenuhi jumlah subjek minimal penelitian. Pada penelitian ini, karakteristik responden yang ada dapat dibedakan b erdasarkan umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan orang tua,jenis pekerjaan orang tua tingkat
pendapatan orang tua, dan suku. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin
Karakteristik Responden
Jumlah n
Persentase A. Usia Sampel Tahun
a. 3 b. 4
c. 5 15
19 26
25.0 31.7
43.3
Total
60 100
B. Jenis Kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
37 23
61.7 38.3
Total
60 100
Jumlah seluruh sampel pada penelitian ini adalah 60 orang, yang di dominasi oleh anak usia 5 tahun, yaitu 26 orang 43.3, sementara itu yang
berusia 4 tahun berjumlah 19 orang 31.7, dan yang berusia 3 tahun berjumlah 15 orang 25.0 Pada penelitian ini, yang terpilih menjadi subjek penelitian
adalah anak yang berusia 3 sampai 5 tahun yang tinggal di pinggiran Sungai Deli.Mayoritas responden adalah berjenis kelamin laki-laki, yang berjumlah 37
orang 61.7, sedangkan jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan jumlahnya lebih sedikit yaitu berjumlah 23 orang 38.3.Penyebaran umur dan
jenis kelamin pada sampel yang tidak merata ini disebabkan karena t eknik pengambilan sampel dengan menggunakan consecutive sampling dimana yang
menjadi sampel adalah hanya calon subjek penelitian yang datang dan telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan sebelumnya.
Tabel 5.2 Distribusi karakteristik orang tua responden berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, suku, dan tingkat pendapatan
Karakteristik Orang Tua Responden
Ayah Ibu
Jumlah n
Persentase Jumlah
n Persentase
A. Tingkat Pendidikan
1. SD 2. SMP
3. SMU 4. PT
5. Tidak Sekolah 15
43 2
0.0 25.0
71.7 3.3
0.0 1
15 44
1.7 25.0
73.3 0.0
0.0
Total
60 100
60 100
B. Jenis Pekerjaan
1. Buruh 2. Wiraswasta
3. Pegawai Negeri 4. Tidak Bekerja
1 55
3 1
1.7 91.7
5.0 1.7
3 57
0.0 5.0
0.0 95.0
Total
60 100
60 100
C. Suku
1. Minang 2. Melayu
3. Jawa 4. Aceh
5. Batak 6. India
45 4
2 1
4 4
75.0 6.7
3.3 1.7
6.7 6.7
43 1
7 2
3 4
71.7 1.7
11.7 3.3
5.0 6.7
Total 60
100 60
100
D. Tingkat Pendapatan
1. RpRp500.000,00 2. Rp500.000,00-Rp1 Juta
3. Rp1 Juta-Rp2 Juta 4. Rp2 Juta
33 18
6 3
55.0 30.0
10.0 5.0
60 100.0
Total 60
100 60
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwamayoritas tingkat pendidikan ayah responden adalah SMU Sekolah Menengah Umum yang berjumlah 43 orang
71.7, tingkat SMP Sekolah Menengah Pertama berjumlah 15 orang 25.0. Untuk perguruan tinggi hanya sedikit yaitu berjumlah 2 orang 3.3. Sementara
itu, mayoritas tingkat pendidikan ibu responden adalah SMU Sekolah Menengah Umum yang berjumlah 44 orang 73.3, tingkat SMP Sekolah Menengah
Pertama berjumlah 15 orang 25.0. Untuk tingkat SD Sekolah Dasar hanya sedikit yaitu berjumlah 1 orang 1.7 .
Mayoritas pekerjaan ayah responden adalah wiraswasta yang berjumlah 55 orang 91.7.Sementara yang minoritas berprofesi sebagai buruh dan tidak
memiliki pekerjaan berjumlah 1 orang 1.7.Mayoritas pekerjaan ibu responden adalah ibu rumah tangga yang berjumlah 57 orang 95.0. Sebagai wiraswasta
ada 3 orang 5.0, sebagai buruh dan pegawai negeri tidak ada 0.0. Untuk suku ayah, mayoritas adalah suku minang yang berjumlah 45 orang
75.0, suku melayu, batak, india berjumlah 4 orang 6.7, suku jawa berjumlah 2 orang 3.3, dan suku aceh berjumlah 1 orang 1.7. Sementara
itu, untuk suku ibu mayoritas adalah suku minang 43 orang 71.7, melayu 1 orang 1.7, suku jawa 7 orang 11.7, suku aceh 2 orang 3.3, suku batak 3
orang 5.0,dan suku india 4 orang 6.7. Mayoritas
tingkat pendapatan
ayah responden
yang berada
Rp500.000,00berjumlah 33 orang 55.0. U ntuk pendapatan Rp500.000,00 - Rp1 Juta berjumlah 18 orang 30.0, Rp1 Juta - Rp2 Juta berjumlah 6 orang
10.0, dan Rp2 Juta paling sedikit, yaitu hanya berjumlah 3 orang 5.0 . Sementara itu, tingkat pendapatan ibu responden semuanya berada Rp
500.000,00 100.Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata -rata pekerjaan ibu responden adalah sebagai ibu rumah tangga yang tidak mempunyai penghasilan.
5.1.3. Hasil Analisis Data
Analisis data diawali dengan uji normalitas data guna melihat data yang diperoleh tersebut terdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat dilanjutkan
penganalisisan dengan uji yang sesuai. Analisis kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji hipotesis
parametrik yang sesuai yaitu uji korelasi. Uji ini bertujuan untuk mencari hubungan antara 2 variabel numerik, yaitu hubungan antara tingkat p endapatan
terhadap status gizi anak pra -sekolah usia 3 sampai 5 tahun di pinggiran Sungai Deli.
Tabel 5.3 Distribusi status gizi responden berdasarkan berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur.dan berat badan menurut tinggi badan
Status Gizi Jumlah
n Persentase
A. BBU
1. Gizi Buruk 2. Gizi Kurang
3. Gizi Baik 4. Gizi Lebih
2 12
45 1
3.3 20.0
75.0 1.7
Total 60
100
B. TBU
1. Sangat Pendek 2. Pendek
3. Normal 4. Tinggi
5 22
32 1
8.3 36.7
53.3 1.7
Total 60
100
C. BBTB
1. Sangat Kurus 2. Kurus
3. Normal 4. Gemuk
1 3
54 2
1.7 5.0
90.0 3.3
Total 60
100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa status gizi berdasarkan berat badan menurut umur dengan gizi baik berjumlah 45 orang 75.0, gizi kurang 12
orang 20.0, gizi buruk 2 orang 3.3, dan gizi lebih 1 orang 1.7. Status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur dengan anak yang s angat pendek
berjumlah 5 orang 8.3, pendek 22 orang 36.7, normal 32 orang 53.3, dan tinggi 1 orang 1.7 . Status gizi berdasarkan berat badan menurut tinggi
badan dengan anak yang sangat kurus berjumlah 1 orang 1.7, kurus 3 orang 5.0, normal 54 orang 90.0, dan gemuk 2 orang 3.3.
Tabel 5.4 Distribusi status gizi balita dengan tingkat pendapatan orang tua responden
Tingkat Pendapatan Status Gizi Balita Berdasarkan BBTB
Sangat Kurus
Kurus Normal
Gemuk
n n
n n
Rp500.000,00 1
3.0 1
3.0 31
93.9 .0
Rp500.000,00-Rp1 Juta .0
1 5.6
17 94.4
.0 Rp1 Juta-Rp2 Juta
.0 1
16.7 3
50.0 2
33.3 Rp2 Juta
.0 .0
3 100.0
.0
Total 60
r = 0,252
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa anak dengan pendapatan orang tua Rp500.000,00 yang memiliki status gizi sangat kurus berjumlah 1 orang 3.0,
kurus 1 orang 3.0, normal 31 orang 93.9, dan gemuk tidak ada .0. Anak dengan pendapatan orang tua Rp500.000,00 -Rp1 juta yang memiliki status gizi
sangat kurus tidak ada .0, kurus 1 orang 5.6, normal 17 orang 94.4, dan gemuk tidak ada .0. Anak dengan pendapatan orang tua Rp1 juta -Rp2 juta
yang memiliki status gizi sangat kurus tidak ada .0, kurus 1 orang 16.7, normal 3 orang 50.0, gemuk 2 orang 33.3.Anak dengan pendapatan orang
tua Rp2 juta yang memiliki status gizi sangat kurus, kurus, dan gemuk tidak ada .0.Semua anak dengan pendapatan orang tua Rp2 juta memiliki status gizi
normal, yaitu berjumlah 3 orang 100.0. Berdasarkan analisis bivariate correlationtidak terdapat hubungan antara
tingkat pendapatan orang tua terhadap status gizi anak pra -sekolah usia 3 sampai 5 tahun di pinggiran Sungai Deli. Dari hasil uji korelasi didapatkan nilai r = 0.252.
Nilai r-hitung sebesar 0.252 menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahu i jumlah anak sangat pendek berjumlah 5 orang 8.3, pendek 22 orang 36.7, normal 32 orang 53.3 ,
dan tinggi 1 orang 1.7 . Dapat disimpulkan bahw a jumlah anak yang mengalami status stunting berjumlah 27 orang 45.0. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat status gizi dengan anak stunted hampir mencapai 50.
5.2. Pembahasan
Gizi merupakan salah satu unsur penting yang harus dipenuhi oleh tubuh.Gizi ini memiliki peranan penting bagi pertumbuhan a nak dan perkembangan otak
anak.Pertumbuhan seorang anak dapat diamati dari penilaian status gizi.Pemeriksaan antropometri gizi merupakan suatu parameter kuantitatif yang
lazim digunakan sebagai indikator status g izi Harinda, 2012. Salah satu program dari Millenium Development Goals adalah mengurangi
tingkat kematian balita . Angka kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal pada faseantara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Ber dasarkan
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2007 dipero leh bahwa angka kematian balita AKABA di Sumatera Utara sebesar 671000
kelahiran hidup. Sedangkan angka rata-rata nasional pada tahun 2007 sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup Profil Kesehatan Prov insi Sumatera Utara, 2008.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kita harus tahu bagaimana status gizi balita tersebut berdasarkan kurva WHO 2006 .Data antropometri yang diukur dalam
penelitian ini meliputi berat badan dan tinggi badan. Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan akan diplotkan dalam standar z -skor WHO tahun 2006
sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi, salah satu
diantaranya adalah tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan dalam kualitas dan kuantitas makanan. Pendapatan yang
meningkat akan berpengaruh terhadap perbaikan kesehatan dan keadaan gizi. Sedangkan pendapatan yang rendah akan me ngakibatkan lemahnya daya beli .
Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi. Pendapatan juga merupankan faktor penting
dalam penyebab
timbulnya masalah
gizi. Pendapatan keluarga
sangat mempengaruhi terhadap konsumsi makan sehari -hari.Namun demikian tidak
menutup kemungkinan bahwa keluarga yang berpenghasilan rendah dapat mengkonsumsi makanan yang mempunyai nilai gizi baik Suhardjo, 2003:62.
Berdasarkan hasil penelitian Chandran 2009 yang dilakukan di India, gizi buruk merupakan akibat dan konsekuensi atas tingkat pendapatan orang tua yang
merupakan penentu utama status gizi anak pra -sekolah. Studi ini juga menemukan bahwa tingkat pendapatan memiliki korelasi yang kuat terhadap status gizi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga balita memiliki pendapatan rendah, yaitu berada Rp 500.000,00 setiap
bulannya.Hal ini disebabkan karena keluarga hanya mengandal kan pada pendapatan ayah saja.Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan
peneliti di lapangan diketahui bahwa sebagian besar ayah dari keluarga balita bekerja sebagai wiraswasta, beberapa diantaranya sebagai tuk ang becak, tukang
parkir, penjual makanan ringan, sehingga memiliki pen ghasilan yang tidak tetap. Pada penelitian ini status gizi bal ita dilakukan dengan pengukuran
antropometri. Pengukuran ini dilakukan di rumah salah satu kader posyandu Kelurahan Aur. Dari hasil penelitian didapati bahwa sebagian besar status gizi
berdasarkan indikator TBU berada pada kategori sangatkurus yaitu berjumlah 1 orang 1.70 , kurus 3 orang 5.0 , normal 54 orang 90.0, dan gemuk 2
orang 3.3. Hampir sebagian besar pendapatan orang tua responden berada
Rp500.000,00. Akan tetapi, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan indikator BBTB balita 90.0 berada pada kategori normal.Hal ini
menunjukkan bahwa dengan tingkat pendapatan yang rendah tidak menutup kemungkinan status gizi anak dapat berada pada kategori normal. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh faktor -faktor lain, misalnya tingkat pendidikan orang tua responden. Rata-rata tingkat pendidikan orang tua responden adalah SMU
Sekolah Menengah Umum, dengan persentase ayah 71.7 dan ibu 73.3. Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang sering ditelaah
dalammengukur tingkat
pembangunan manusia
sua tu negara.Melalui
pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan pril aku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merup akan salah satu
faktor pencetus yang berperan dalam mempeng aruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2008.
Selain itu, masalah gizi khususnya anak pendek, menghambat perke mbangan anak dengan dampak
negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Studi menunjukkan bahwa anak pendek sangat berhubungan dengan
prestasi pendidikan yang buruk, lama pendidikan yang menurun, dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa. Intervensi untuk menurunkan anak pendek
harus dimulai secara tepat sebelum kelahiran, dengan pelayan an prenatal dan gizi ibu, dan berlanjut hingga usia 2 tahun Unicef, 2012.
Untuk mengatasi masalah gizi, khususnya anak pendek, diperlukan aksi lintas sektoral.Asupan makanan yang tidak memadai dan penyakit merupakan penyebab
langsung masalah gizi ibu dan anak karena praktek pemberian makan bay i dan anak yang tidak tepat dan penyakit serta infeksi yang berulang terjadi, perilaku
kebersihan dan pengasuhan yang buruk Unicef,2012. Komisi WHO mengemukakan hasil penelitian mereka bahwa adanya
hubungan sinergis antara gizi buruk dan penyakit infeksi Moehji, 2003. Penelitian yang telah dilakukan Cleveland Clinic Amerika Serikat menunjukkan
bahwa pada anak normal usia 1-5 tahun rata-rata mengalami infeksi 7 -8 kali pertahun Judarwanto, 2005. Menurut penelitian Djunaidi dan Gaudelus dkk
tingkat derajat penyakit merupakan predik tor yang signifikan untuk terj adinya kehilangan berat badan 2 H erry et al 2010 .
Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya pendidikan dan pengetahuan pengasuh anak, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang
tidak sehat, keterbatasan akses ke pangan dan pendapatan yang rendah Unicef, 2012.
Masalah kekurangan gizi pada a nak pra-sekolah perlu ditangani secara komprehensif, melalui langkah -langkah preventif, promotif, dan kuratif.
Masyarakat perlu dilakukan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, kebersihan, cara pemberian ASI yang tepat serta pola hidup lainnya dalam rangk a
meningkatkan status gizi yang baik melalui pelayanan kesehatan, pendidikan, dan perekonomian Chandran, 2009.
Merujuk pada
laporan Riskesdas
2007 di
Sumatera Utara,
menunjukkanbahwa balita dengan gizi buruk dan kurang masih merupakan masalahkesehatan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara.Lebih lanjut diketahui
pulabahwa Provinsi Sumatera Utara bukan hanya berhadapan dengan balita giziburuk dan kurang, tetapi juga balita kurus dan balita pendek Profil Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara, 2008. Anak pendek lebih banyak berpengaruh terhadap anak miskin.Daerah
pedesaan memiliki proporsi yang lebih be sar untuk anak pendek 40 dibandingkan dengan daerah perkotaan 33. Prevalensi anak pendek yang
tinggal di rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang tidak berpendidikan adalah 1,7 kali lebih tinggi daripada prevalensi di antara anak -anak yang tinggal di
rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang berpendidikan tinggi Unicef,2012.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan