Patogen api dalam istilah Kedokteran Tiongkok- tambahan dari penyusun

51 Patogen api dalam istilah Kedokteran Tiongkok- tambahan dari penyusun

Ayat tersebut mengingatkan bahwa salah satu penyebab kesempitan batin seseorang adalah lupa terhadap ingat (zikir) kepada Allah baik zikir terhadap hukum, aturan, atau asma’ dan sifat-NYA. Mengingat Allah, dalam arti yang luas, dapat memberikan arah kehidupan batin seseorang, sehingga dunia ini tidak terasa sempit baginya. Seseorang yang memiliki masalah berat, dan mencoba melupakan masalah itu dengan minum alkohol atau menghisap heroin atau zat adiktif lainnya, boleh jadi dapat menghilangkan masalah tersebut untuk sementara waktu, tetapi nantinya akan mendatangkan masalah baru yang lebih berat. Demikian juga, seseorang yang melakukan suatu kesalahan dan ia berusaha lepas tangan dengan cara bunuh diri, maka hal itu bukan menyelesaikan masalah, justru hal itu mendatangkan kesempitan yang luarbiasa di kehidupan berikutnya (kehidupan di alam barzah dan alam akhirat). Satu-satunya cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah adalah dengan mengingat Allah SWT., dalam arti yang luas.

Ketujuh, mengikuti bisikan setan (waswas). Waswas merupakan bisikan halus dari setan yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiat dan dosa yang pada akhirnya dapat merusak citra diri (self-image) dan harga diri (self-esteem)-nya. Mengikuti waswas sama artinya dengan melanggar fitrah asli manusia, sebab waswas berorientasi pada fitrah asli setan. setan adalah makhluk yang sesat, berusaha menyesatkan manusia, dan selalu melanggar perintah Allah SWT. Manusia yang mengikuti bisikan setan boleh jadi dapat menggairahkan hidup untuk sementara waktu, tetapi akan mengalami kehancuran di masa yang akan datang. Karena itu, mengikuti bisikan setan termasuk psikopatologi bagi manusia.

Menurut Al-Samarqandi dalam Tanbih al-Ghafilin yang dikutip oleh Al-Syarqawi mengemukakan bahwa waswas setan merasuki jiwa manusia melalui sepuluh pintu; (1) buruk sangka (su’u al-zhan) kepada rahmat dan nikmat Allah maupun kebaikan manusia; (2) kegemerlapan dunia dan banyak obsesi terhadapnya, sehingga ia menghalalkan semua cara; (3) menginginkan kesejahteraan dan kekayaan tanpa ditopang oleh usaha dan untuk mendapatkannya ia menempuh jalan kiri; (4) membanggakan diri (al-ujub) dan penipuan (al-ghurur); (5) mengolok-olok dan merendahkan orang lain; (6) melalui iri dan dengki; (7) melalui riya’ karena ia merupakan syirik yang tersembunyi; (8) melalui kikir; (9) melalui kesombongan; dan (10) melalui ketamakan dan rakus.

Dalam Al-Qur’an, waswas setan terhadap manusia seringkali diwujudkan dalam bentuk permusuhan (Al-‘Adawah) dan kebencian (Al-Baghdha’a) yang distimuli melalui khamer dan judi (QS. Al-Maidah : 91). Khamer secara luas mencakup

racun psikoaktif 53 dan zat adiktif yang mengakibatkan ketergantungan fisik (physical dependence) . Khamer untuk sementara waktu dapat meningkatkan energi, mempermudah pergaulan, menghilangkan ketegangan, melepaskan inhibisi, dan biasanya

menambah kegembiraan sementara. Namun demikian, untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan depresan system syaraf pusat, sehingga menimbulkan hilangnya kecerdasan, melemahnya pertimbangan emosi sehingga mengakibatkan permusuhan, percekcokan, pembunuhan, dan pemerkosaan. Demikian halnya dengan judi, dapat menyebabkan penyakit jiwa. Individu yang terbiasa berjudi memiliki perilaku yang tidak realistis, menempuh jalan dengan berspekulasi (untung-untungan) dan ketergantungan pada sesuatu yang tidak pasti. Apabila ia menang dalam berjudi maka sesungguhnya ia telah merugikan orang lain, tetapi jika ia kalah maka ia merugi sendiri.

Kedelapan, putus asa atau putus harapan (al-ya’is wa qunut). Putus asa berarti hilangnya gairah, semangat (morale), sinergi, dan motivasi hidup setelah seseorang tidak berhasil menggapai sesuatu yang diinginkan. Akibat ketidakberhasilan maka seseorang tidak mau berusaha, apalagi mengulangi pada pekerjaan yang sama, bahkan seringkali keputusasaan

52 Racun psikoaktif adalah racun yang dapat mempengaruhi perilaku, kesadaran, dan mood, dan proses berpikir seseorang. Macam-macam racun ini meliputi (1) depresan, seperti alkohol dan trankuiliser (penenang); (2) opiat, seperti heroin dan morphine; (3) stimulan, seperti amphetamine dan cocaine; (4) halusinogen, seperti LSD (lysergic

acid diethylamide) yang mengakibatkan perubahan kesadaran yang ekstrim, halusinasi, distorsi persepsi, dan perubahan mood yang tidak dapat diprediksikan dan PCP (phenyclidine) yang menimbulkan reaksi aneh seperti insensitivitas terhadap nyeri dan menjadikan pemakainya merasa terdisosiasi dari dirinya sendiri dan dari lingkungannya. Over dosis menyebabkan stupor atau koma yang panjang; (5) Cannabis, seperti marijuana dan hashis.

53 Physical dependence (ketergantungan fisik). Dengan memakai berulangkali individu dapat tergantung pada zat tersebut. Ketergantungan fisik ditAndai dengan toleransi (dengan pemakaian terus-menerus, individu harus menggunakan dosis yang lebih banyak untuk mencapai efek yang sama) dan gejala putus zat (jika pemakaian dihentikan,

individu akan mengalami gejala fisik yang menyakitkan) individu akan mengalami gejala fisik yang menyakitkan)

Menghindari putus asa tidak berarti bersikap tamanni, dalam arti, mengkhayal dan berangan-angan mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, seperti seseorang yang menginginkan hidup yang layak tanpa disertai usaha dan bekerja. Menghindari putus asa berarti menumbuhkan moril (morale) hidup, dalam arti, mengkondisikan mental dengan keteguhan hati (courage), semangat (zeal), kepercayaan (confidence), disiplin (discipline), kegairahan (enthusiasm), dan hasrat (willingness) untuk meraih sesuatu yang diinginkan. Guion mengemukakan bahwa semangat hidup memiliki arti tidak adanya konflik; perasaan bahagia; penyesuaian diri yang baik; keterlibatan ego dalam beraktivitas; perasaan lapang ketika terlibat

54 Baru-baru ini saya cukup terkejut ketika menerima sms (short message service) dari seorang sahabat, sebut saja Linda. Ia bertanya apakah bunuh diri merupakan sebuah tindakan yang bijaksana. “Kak, akankah jiwa orang yang meninggal karena bunuh diri akan hidup tenang, bahagia serta diterima di sisi Tuhan?” begitu tulis Linda. Rasa

penasaran saya lalu muncul, lalu saya membalas,”Itu pertanyaan berat dan merupakan misteri Ilahi. Yang pasti Tuhan itu Maha Pengasih dan hidup manusia adalah karunia cinta-Nya.”

Beberapa hari kemudian saya menerima kabar dari kakaknya bahwa Linda berusaha bunuh diri dengan meminum obat tidur. Saat tulisan ini dibuat, Linda masih terbaring di sebuah rumah sakit di kota Batam. Rupanya gadis yang dikenal enerjik ini mengalami frustrasi setelah kehilangan orang yang dikasihinya dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Ia kemudian merasa hidupnya hampa dan sia-sia. Ia merasa hidupnya tidak lagi berguna.

Peristiwa yang dialami Linda sekali lagi membuat saya harus merenungkan kembali makna hidup ini. Saya masih ingat persis, saat hari-hari pertama kuliah di Jurusan Teknik Kimia Universitas Parahyangan Bandung. Saat itu, sang dosen bertanya kepada mahasiswa, “Di mana letak laboratorium tercanggih di dunia?” Ada yang menjawab universitas X atau institut Y. Terhadap semua jawaban itu, sang dosen hanya menggeleng sambil tersenyum. Akhirnya ia menjawab, “Laboratorium kimia tercanggih adalah tubuh manusia. Semua proses kimia berlangsung secara otomatis tanpa kita sadari. Saat menarik napas kita memasukkan oksigen dan saat menghembuskan napas, kita mengeluarkan karbondioksida.”

Serasa belum puas “ngerjain” mahasiswa, ia kembali bertanya, “Apa karunia Ilahi yang jarang disyukuri manusia?” Kali ini mahasiswa mencoba lebih kritis. Terhadap berbagai jawaban mahasiswa, lagi-lagi sang dosen yang telah berambut putih itu menggeleng sambil menjawab, “Karunia itu bernama oksigen!” Ya, oksigen! Mungkin kedengarannya tidak terlalu serius tapi saya pernah membaca sebuah penelitian yang mengatakan, tanpa oksigen manusia akan mati dalam waktu 4 menit. Bandingkan dengan tanpa makan, manusia bisa bertahan 40 hari. Sedangkan tanpa minum hanya 4 hari.

Kisah Linda dan sang dosen tadi seolah-olah hendak mengingatkan kembali saya bahwa hidup adalah sebuah karunia Ilahi. Bahkan, hidup adalah sebuah mukjizat! Ketika belajar tentang sistem reproduksi manusia saya baru tahu kalau setiap kali mengalami ejakulasi, seorang laki-laki akan mengeluarkan 3-5 cc sperma. Dalam setiap cc terkandung lebih dari 20 juta spermatozoid. Artinya, dalam setiap kali ejakulasi ada sekitar 100 juta spermatozoid yang berlomba-lomba untuk mencapai sel telur. Semuanya berkompetisi dan hanya satu pemenangnya. Itulah pengalaman yang pernah kita alami. Anda dan saya! Itulah salah satu tanda bahwa hidup manusia sangat berharga sekaligus tanda bahwa Anda dan saya dilahirkan dalam keadaan sukses. Inilah sukses yang pertama kali kita capai yakni ketika kita berhasil mengalahkan sekian puluh juta “saudara-saudara” spermatozoid lainnya. Anda dan saya luar biasa!

Itulah sebabnya saya selalu menegaskan bahwa pondasi utama kesuksesan adalah kesadaran bahwa hidup manusia merupakan mukjizat Ilahi. Bukankah kita sama sekali tidak pernah meminta kepada Sang Pemberi Hidup agar kita dihadirkan ke dunia ini? Hidup adalah salah satu wujud kemurahan hati-Nya. Itulah sebabnya Anda harus kagum kepada diri sendiri dan juga orang lain. Semua manusia lebih berharga, lebih bernilai, langka dan tak terkira dibandingkan batu permata yang paling mahal dan paling langka. Kalau Anda masih kurang yakin, perhatikan fakta-fakta berikut ini yang saya kutip dari buku Tony Buzan, The Power of Spiritual Intelligence:

• Tubuh manusia terdiri dari 200 tulang yang dipahat secara unik dan memiliki kerja mekanik sempurna; 500 otot dengan miliaran serat otot dan serat saraf sepanjang kira- kira sebelas kilometer agar semuanya serba terkoordinasi.

• Mata, telinga, hidung, kulit, dan mulut, masing-masing sangat peka dan rumit sehingga para ilmuwan pun belum mengetahui sepenuhnya cara kerja mereka, apalagi menggantikan fungsi-fungsi masing-masing secara cukup memuaskan.

• Jantung manusia adalah pompa mekanik paling mengagumkan yang pernah dirancang, dengan detak rata-rata 36 juta kali dalam setahun selama ia masih hidup. • Otak manusia terdiri dari satu triliun sel otak –setara dengan 167 kali jumlah penduduk bumi- dan setiap selnya mempunyai kemampuan pengolahan yang lebih hebat

daripada PC (personal computer) standar yang semakin diandalkan manusia. Meski jelas-jelas manusia adalah makhluk berharga dan kehidupan adalah sebuah mukjizat toh banyak dari kita yang tidak menyadarinya. Tidak sedikit jumlah manusia

yang hanya bisa mengeluh dan mengasihani diri sendiri. Padahal kesadaran bahwa kita berharga adalah kekuatan yang mampu menggerakkan kita untuk meraih impian kita, apa pun itu. Kesadaran semacam ini akan membuat kita mengambil tanggung jawab terhadap hidup kita. Kesadaran ini mampu membuat kita mengisi hidup dengan kegiatan bermutu sebagai wujud syukur kita kepada-Nya. Sudahkah kita menyadari semuanya itu?

Paulus Winarto adalah trainer, penulis buku-buku motivasi best seller nasional (First Step to be An Entrepreneur, Top Secrets of Success dan Reach Your Maximum Potential) dan pendiri LEAF (training center yang mengkhususkan diri pada upaya meningkatkan motivasi dan mengembangkan potensi kepemimpinan). Paulus dapat dihubungi melalui e-mail: pwinarto@cbn.net.id- tambahan dari penyusun.

dalam suatu kelompok; kumpulan berbagai sikap dalam hubungan kerja; penerimaan individu terhadap tujuan kelompok; dan keadaan yang mendatangkan kepuasan yang diakibatkan oleh totalitas situasi kehidupan. Berbagai elemen tersebut merupakan indikator pengukuran semangat dan keputusasaan seseorang dalam menjalankan kehidupan ini.

Di dalam Al-Qur’an, karakter orang-orang yang mudah putus asa adalah (1) apabila diberikan kesenangan niscaya ia berpaling dan bersikap sombong kepada allah SWT., tetapi apabila ditimpa kesusahan niscaya mudah berputus asa (QS. Al- Isra’ : 83); (2) karena kesesatannya, ia mudah berputus asa dari rahmat Tuhannya dan tidak mau berterima kasih kepada- NYA; (QS. Al-Hajr : 56, Hud : 9); (3) senantiasa memohon kebaikan kepada Allah, jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan, tetapi diberi rahmat sesudah ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata : “Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu datang “ (QS. Fushshilat : 49 – 50)

Untuk menghindari keputusasaan, manusia dianjurkan untuk mengaktualisasikan seluruh potensinya secara maksimal dalam mencapai sesuatu, kemudian menyerahkan hasilnya (tawakkal) kepada Allah SWT. Pengerahan potensi harus dibarengi dengan penguasaan hukum-hukum Allah SWT., baik yang berkaitan dengan hukum kauni (hukum ciptaan Allah yang berkaitan dengan alam dan isinya) maupun hukum Qur’ani (hukum ciptaan Allah yang berkaitan dengan nilai dan moral kehidupan). Statement “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan kepada-NYA kami kembali) yang diucapkan oleh seseorang ketika mendapatkan musibah, merupakan realisasi dari sikap ketidakputusasaan dalam menghadapi kenyataan hidup.

Kehidupan dan kematian merupakan hukum kauni Allah, yang diberikan kepada manusia, untuk mengetahui siapa di antara mereka yang lebih baik kualitas amalnya (QS. Al-Mulk : 2). Betapa pun pedih dan susahnya hidup ini, manusia harus menempuhnya dengan baik dan sabar, dan tidak diperbolehkan putus asa, apalagi mau bunuh diri. Bunuh diri menunjukkan akumulasi konflik batin yang paling parah. Jika seseorang mengalami penderitaan atau sakit yang luar biasa maka ia harus tegar dan menyerahkan diri kepada-NYA. Dalam menghadapi hal itu, Nabi SAW. Memberikan resepnya dalam suatu hadistnya :

Diriwayatkan dari Anas ra katanya : Rasulullah SAW.bersabda : “Janganlah kamu bercita-cita supaya cepat mati karena

ditimpa suatu kesulitan. Sekiranya dia berada dalam keadaan yang mengharuskan dia berbuat demikian, bolehlah dia berkata : “Ya Allah, hidupkanlah aku sekiranya hidup itu lebih baik bagiku. Akan tetapi sekiranya mati itu lebih baik bagiku,

matikanlah aku” (HR. Al-Bukhari dari Anas).

Kesembilan, rakus (thama). Rakus adalah penyakit jiwa yang selalu merasa kurang terhadap apa yang dimiliki, meskipun apa yang dimiliki itu telah memenuhi standar kehidupan. Penyakit rakus bukan hanya berkaitan dengan harta benda, tetapi juga berkaitan dengan wanita/pria, tahta atau kekuasaan, maupun kesenangan hidup lainnya. Orang yang rakus dikatakan sebagai orang yang berpenyakit, sebab ia tidak dapat menguasai diri, bahkan tidak memiliki kebebasan hidup. Manusia seharusnya mengendalikan harta benda, namun karena kerakusannya, justru ia terbelenggu dan diperbudak oleh harta bendanya sendiri.

Dalam syair sufi dinyatakan : “Seorang hamba menjadi merdeka apabila ia menerima apa adanya Seorang hamba yang merdeka menjadi budak jika ia rakus Maka terimalah apa adanya dan jangan rakus Tidak ada sesuatu yang lebih buruk selain kerakusan”

Nabi SAW. Mengilustrasikan mengenai orang-orang yang tamak dalam suatu sabdanya, yang artinya : “Jika anak Adam itu memiliki lembah yang memuat emas mka ia lebih suka untuk memiliki dua lembah lagi, dan mulutnya

tidak akan penuh kecuali dengan tanah (ia tidak henti-henti memiliki keinginan itu kecuali ia telah mati), dan Allah menerima taubat bagi orang yang bertaubat” (HR. Al-Bukhari dari anas bin Malik)

Hadist tersebut memberikan sinyalemen bahwa motivasi kehidupan orang-orang tamak adalah motivasi temporal dan duniawi, seperti menumpuk kekayaan dan harta benda. Ideologi hidupnya hanyalah materialisme yang berprinsip pada time is money (waktu adalah uang). Ironisnya, hal itu berlangsung sampai akhir hayatnya, ketika ia masuk ke dalam liang kubur (Baca QS. Al-Takatsur : 1-2). Ketamakan seringkali mendatangkan permusuhan, meskipun terhadap saudara kandung sendiri. Ketamakan juga dapat mengubah prinsip hidup yang hakiki, seperti menghalalkan semua cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Karena itu, kehidupan orang yang tamak tidak akan mengalami ketenangan, sebab kebebasannya terusik oleh keinginan yang di luar fitrah asalnya.

Memiliki kekayaan yang melimpah ruah tidak dilarang oleh agama, asalkan kekayaan itu didapat dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Kekayaan adalah sarana untuk mengabdi kepada Allah SWT. Para psikolog-sufistik ketika mendapatkan suatu kekayaan, terlebih dahulu ia menanyakan apakah kekayaan itu diperoleh dari cara yang halal, dan apabila kekayaan itu dinikmatinya lalu ia mempertanyakan apakah ia membawa keberkahan untuk ibadah? Hal itu dilakukan sebab kekayaan tersebut nantinya dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Nabi SAW. Bersabda, yang artinya :

“Harta benda itu hijau dan manis (menyenangkan). Barangsiapa yang mengambilnya dengan penuh kedermawanan jiwa maka ia diberkahi, tetapi barangsiapa yang mengambilnya dengan berlebihan (mengeksploitasi secara tamak) maka ia tidak

akan mendapat berkahnya” (HR. Al-Bukhari dari Hakim ibn Hijam)

Dalam Al-Qur’an, tamak yang diperbolehkan adalah tamak untuk mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Dari segala dosa dan kesalahan yang diperbuat, agar di hari pembalasan nanti ia tidak terkena tuntutan (QS. Al-Syu’ara : 51, 81) dan tamak dalam berdo’a agar do’anya dikabulkan, yang mana ketamakan itu diiringi dengan tidak tidur di malam hari (Al-Sajdah : 16). Allah SWT. Senang pada orang yang tamak meminta kepada-NYA dan membenci pada orang yang angkuh tidak mau berdo’a pada-NYA.

Kesepuluh, tertipu (ghurur). Ghurur adalah percaya atau meyakini sesuatu yang tidak hakiki dan tidak substantif. Wujud lahiriahnya boleh jadi sangat nyata, bahkan untuk sementara waktu dapat menyenangkan jiwa seseorang, namun secara hakiki wujud tersebut hanya fatamorgana belaka yang tidak realistis dan irrasional. Ghurur memiliki tingkat patologis lebih tinggi daripada sekedar ilusi, delusi, ataupun halusinasi, sebab ghurur berdimensi spiritual dan transcendental yang jangkauannya lebih luas.

Penyakit ghurur berjangkit pada jiwa manusia disebabkan oleh (1) janji-janji setan, sehingga dapat membangkitkan angan- angan kosong manusia, padahal setan tidak menjanjikan kepada manusia selain dari tipuan belaka (QS. Al-Nisa’ : 120, Al- Isra’ : 64) (2) keingkaran kepada pertolongan Allah Yang Maha Pemurah (QS. Al-Mulk : 20); (3) tipudaya kesenangan dunia yang sementara (QS. Ali Imran : 185), padahal kesenangan yang hakiki dan abadi adalah kesenangan dari Allah di akhirat kelak (QS. Al-Qashash : 60; Al-Dhuha : 4).

Firman Allah SWT. Yang artinya :

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam- tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan –NYA. Dan kehidupan

dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (QS. Al-Hadid : 20)

Ayat tersebut melukiskan betapa singkat dan ketidakberartian kehidupan dunia, sebab term dunya berasal dari akar kata dana yang berarti rendah dan singkat. Periode kehidupan dunia hanya berlangsung pada lima fase, yaitu fase permainan (la’ib), fase main-main (lahw), menghias dan mempercantik diri (zianah), bermegah-megahan (tafakhur), dan memperbanyak (takatsur) harta dan anak 55 . Ketidakberartian diibaratkan hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian

55 Dalam pandangan psikologi Islam, semua fase kehidupan dunia tersebut, oleh Al-Qur’an, diklaim sebagai fatamorgana belaka, sebab belum memiliki nilai fundamental dalam kehidupan manusia. Kehidupan dunia dinilai bermakna apabila dinisbatkan pada kehidupan sebelum dan sesudahnya. Kehidupan sebelumnya disebut dengan 55 Dalam pandangan psikologi Islam, semua fase kehidupan dunia tersebut, oleh Al-Qur’an, diklaim sebagai fatamorgana belaka, sebab belum memiliki nilai fundamental dalam kehidupan manusia. Kehidupan dunia dinilai bermakna apabila dinisbatkan pada kehidupan sebelum dan sesudahnya. Kehidupan sebelumnya disebut dengan

Kesebelas, membanggakan diri (‘ujub) dan sombong (takkabur). Ujub dan takkabur merupakan sikap congkak, sombong, dan menganggap besar diri sendiri tanpa dibarengi kemampuan yang memadai, sehingga merasa dirinya besar, padahal keadaan sebenarnya kecil. Sekalipun seseorang memiliki kelebihan yang patut dibanggakan dibanding orang lain, tetapi tidak boleh disikapi secara congkak, karena belum tentu ia memiliki kelebihan di dalam aspek yang lain, apalagi kelebihan itu semata- mata anugerah dari Allah SWT. Sombong dianggap penyakit, sebab perilakunya tidak menyadari akan kekurangannya dan memaksa diri untuk memasang harga diri (self-esteem) yang tinggi. Kehidupan orang yang sombong tidak akan tenang, karena ia tidak rela jika orang lain memiliki kelebihan, sedangkan ia sendiri tidak berusaha untuk meningkatkan kualitas dirinya.

Penyakit batin yang muncul pertama kali adalah sombong, yang diperankan oleh Iblis (QS. Al-Baqarah : 34). Iblis menduga bahwa substansi dirinya lebih baik daripada substansi manusia. Ia tercipta dari api sedang manusia tercipta dari tanah. Kata Iblis : Aku lebih baik darinya, karena engkau ciptakan aku dari api, sedangkan ia engkau ciptakan dari tanah (QS. Shad : 76). Menurut Iblis, api yang menjadi bahan dasar penciptaannya lebih baik naturnya daripada tanah yang menjadi bahan dasar penciptaan manusia. Karena kesombongan, iblis memAndang kualitas manusia dengan sebelah mata. Menurut Ikhwan al- Shafa , iblis mengalami kesalahan persepsi dalam melihat keutuhan manusia. Iblis hanya melihat aspek fisik manusia tanpa melihat aspek ruhaninya. Oleh karena kesalahan persepsi ini, ia enggan bersujud pada Adam AS. Ketika ditiupkan ruh kehidupan padanya. Firman Allah SWT. Yang artinya :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi

dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai

(QS. Lukman : 18-19)

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa (QS. Al-Najm

Firman Allah SWT. tersebut menunjukkan bahwa hanya Allah SWT. yang patut membanggakan diri, karena hanya Dia Yang Maha Segalanya. Sedangkan manusia dengan segala relativitasnya tidak memiliki otoritas untuk sombong, karena ia tidak tahu pasti apakah prestasi ketakwaannya patut disombongkan. Terlebih lagi jika yang disombongkan itu selain ketakwaan, maka semakin tidak pantas lagi disombongkan.

kehidupan alam alastu atau alam ‘ahad, yaitu alam perjanjian antara Allah SWT. Dengan ruh manusia tentang tugas-tugas hidup manusia untuk memandu kehidupan di dunia. Sedang kehidupan sesudahnya adalah alam yaum din (alam hari pembalasan) atau alam akhirah (alam penghujung), untuk mempertanggungjawabkan hasil kerjanya di dunia serta mendapatkan balasan sesuai dengan kuantitas dan kualitas kerjanya.

Keduabelas, iri dengki (hasud dan hiqid). Hasud adalah iri hati terhadap nikmat dan karunia yang dimiliki oleh orang lain 56 . Ia tidak rela dengan kesejahteraan dan kesenangan orang lain, bahkan ia berobsesi agar karunia tersebut berpindah pada

dirinya. Sedang hiqid adalah kedengkian pada orang lain dan berusaha agar orang yang dibenci tersebut tidak mendapatkan kesempatan dalam meraih kesejahteraan dan kenikmatan. Berdasarkan pengertian tersebut, hasud memiliki tingkat Patologis lebih berat dari hiqid. Meskipun keduanya menekankan pada iri hati atau dengki, namun berkonotasi pada aspek yang berbeda. Hiqid lebih terfokus pada upaya menghalangi dan menutup kesempatan orang lain dalam meraih kesejahteraan dan kesenangan, sedangkan hasud menekankan pada angan-angan agar kenikmatan yang dirasakan oleh orang lain tersebut berpindah pada dirinya.

Iri hati tergolong penyakit mental yang berat, sebab pelakunya senantiasa menanggung beban psikologi yang kompleks, seperti amarah, buruk sangka, pelit, dan menghinakan orang lain. Apabila jiwa seseorang diliputi iri hati, maka dalam dadanya terasa resah dan berat, sesak dalam bernapas, dan sempit dalam berpikir atau bertindak. Akibat buruknya adalah ia sulit mengaktualisasikan potensi positifnya, bahkan ia akan terisolir dari lingkungannya. Firman Allah SWT., yang artinya :

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada

bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-NYA. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al-Nisa : 32)

Sabda Nabi SAW.: “Janganlah kamu sekalian saling membenci, saling iri hati, dan saling membelakangi. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba

Allah yang penuh persaudaraan. Seorang Muslim tidak diperbolehkan berdiam diri pada saudaranya sesama muslim melebihi tiga hari” (HR. Al-Bukhari dari Anas bin Malik)

Dalam hadist Nabi SAW. disebutkan bahwa terdapat dua iri hati yang diperbolehkan. : (1) iri hati terhadap orang yang diberi rizki oleh Allah SWT., kemudian ia mempergunakannya di jalan yang benar; (2) iri hati terhadap orang yang dianugerahi

56 Beberapa bulan terakhir ini, kita semua tak lepas dari wacana kebangkitan bangsa Indonesia. Para politisi, pengusaha, cendekiawan, agamawan, akademisi, mahasiswa, dan hampir semua kalangan, dengan bersemangat membicarakan bagaimana membangkitkan kembali bangsa yang besar ini. Siapa yang harus memulai bekerja keras

membangkitkan Indonesia kembali? Para pemimpin? Atau "mereka" di luar sana? Atau justru harus dimulai dari diri kita sendiri? Pada 2400 tahun yang lalu, berlaku prinsip kill or to be killed, membunuh atau dibunuh. Supaya survive maka harus berperang membunuh musuh. Filosofi survival zaman

kehidupan Sun Tzu ini, sesungguhnya masih ada relevansinya! Tentu saja, relevansinya bukan pada membunuh orang lain. Dalam konteks bangsa ini, peperangan sesungguhnya tidak terjadi "di luar sana", melainkan perang terjadi "di dalam diri kita". Artinya, kita harus berperang melawan kemiskinan mental yang sekian lama telah membelenggu diri kita.

Apa itu kemiskinan mental? Kemiskinan mental adalah sebuah kondisi mental kejiwaan atau orientasi hidup seseorang yang dipenuhi oleh kebiasaan-kebiasaan negatif, yang sifatnya sangat menghambat kemajuan. Contohnya; malas, pesimistik, prasangka buruk, suka menyalahkan pihak lain, dan iri pada keberhasilan orang lain. Mental miskin juga ditunjukkan dari perilaku yang tidak disiplin, tidak punya kepercayaan diri, tidak bertanggung jawab, tidak jujur, tidak mau belajar, tidak mau memperbaiki diri, dan tidak punya visi ke depan. Inilah peperangan yang harus kita menangkan saat ini.

Bayangkan! Seandainya setiap dari kita, mulai saat ini, detik ini juga, satu demi satu tergerak untuk mengalahkan mental miskin. Berjuang memenangkan medan pertempuran menuju kepada kekayaan mental. Yaitu mental yang penuh rasa tanggung jawab, disiplin, kerja keras, percaya diri, berkemauan untuk selalu belajar, pantang berputus asa, dan memiliki visi ke depan.

Jika kita semua memiliki kekayaan mental, pasti kita akan survive dalam kehidupan yang makin kompetitif. Peluang kita untuk meraih cita-cita akan semakin besar. Dan kita bisa memandang masa depan kita dengan lebih optimistik.

Bukan tidak mustahil, berangkat dari kebangkitan mental diri kita masing-masing, maka kita telah ikut ambil bagian dalam membangkitkan kembali kejayaan negeri tercinta ini. Jadi jelas jawabnya, jika ingin Indonesia berdiri tegak sama terhormatnya dengan bangsa lain, kita semua harus memulainya dari diri kita masing-masing.

Demikian dari saya Andrie Wongso Action & Wisdom Motivation Training Succes is My Right Salam Sukses Luar Biasa! www.andriewongso.com - tambahan dari penyusun.

ilmu pengetahuan kemudian ia dapat mengamalkan apa yang diketahui dan mengajarkan pada orang lain. Kedua iri hati ini tidak tergolong psikopatologi, sebab mengikuti prinsip berlomba-lomba dalam meraih kebaikan (fa astabiq al-khairat). Berlomba dalam kebaikan merupakan salah satu bentuk realisasi diri yang positif.

Ketigabelas, menceritakan keburukan orang lain (al-ghibah) dan mengadu domba (al-namimah). Ghibah dianggap sebagai penyakit, sebab penderitanya tidak mampu mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Ia sibuk menyebut- nyebut keburukan orang lain, padahal dirinya sendiri memiliki keburukan tidak jauh berbeda dengannya, bahkan mungkin lebih buruk lagi. Bagaikan pepatah “semut di seberang lautan jelas kelihatan, sedang gajah di pelupuk mata tidak kelihatan”. Orang yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial-nya dengan baik maka tidak akan menceritakan keburukan orang-orang di sekitarnya, sebab mereka sesungguhnya telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dirinya. Meskipun keburukan yang diceritakan benar-benar nyata, tetapi tetap hal itu tidak boleh diceritakan, apalagi tidak nyata maka menjadi fitnah, sedangkan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan (QS. Al-Baqarah : 191, 217). Penyakit ghibah yang dibiarkan tanpa upaya mencari terapinya maka berkelanjutan menjadi penyakit namimah.

Firman Allah SWT. yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa

dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.

Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (QS. Al- Hujurat : 12)

Keempatbelas, cinta dunia (hubb al-dunya), pelit (al-bakhil), dan berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan harta benda (al-israf atau al-tadbir). Cinta dunia maksudnya adalah menjadikan dunia dan isinya sebagai tujuan akhir hidup dan bukan sebagai sarana hidup. Cinta semacam itu tergolong psikopatologi, sebab penderitanya tidak sadar akan tujuan hidup yang hakiki. Ciri-ciri penyakit ini adalah penderitanya memiliki sikap dan perilaku materialisme, hedonisme, dan egoisme.

Berkaitan dengan mensikapi dunia ini, para psikolog-sufistik membaginya dalam tiga kategori, yaitu sikap yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir hidupnya; sikap yang membenci dan tidak memperdulikan dunia sama sekali; dan sikap yang menjadikan dunia sebagai investasi (mazra’ah) kehidupan akhirat. Pembagian ini diisyaratkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 200-201. kategori sikap yang pertama digolongkan sebagai psikopatologi, sedang sikap yang kedua tergolong sebagai gejala psikopatologi, dan sikap yang ketiga tergolong sebagai ciri jiwa yang sehat. Terhadap persoalan ini Allah SWT. mengingatkan kepada manusia dalam firman-NYA, yang artinya :

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala

yang besar” (QS. Al-Anfal : 28)

Sabda Nabi SAW., yang artinya :

“Cinta dunia merupakan klimaks dari segala kesalahan” (HR. Al-Baihaqi)

Di antara akibat dari cinta dunia adalah bakhil (pelit). Artinya, menahan diri dengan tidak mengeluarkan sebagian hartanya untuk keperluan kebaikan (baik untuk diri sendiri, keluarga, orang lain, atau agama) atau untuk membersihkan hartanya (zakat, infaq, atau sedekah). Pelit tergolong psikopatologi, sebab penderitanya tidak memiliki kesadaran pribadi dan kepekaan sosial. Penderita penyakit bakhil seringkali mengira bahwa dengan menahan hartanya itu dapat menyenangkan dan menentramkan hidupnya, tetapi sesungguhnya tidak demikian, sebab nantinya hartanya itu akan menyengsarakan dan meresahkan hidupnya (QS. Ali Imran : 180).

Harta yang dikeluarkan untuk kebaikan sesungguhnya tidak akan mengurangi kuantitas dan kualitasnya, justru Allah SWT. akan mengganti yang lebih banyak 57 . Ibrahim bin Adham, seorang psikolog-sufistik yang kaya-raya, pernah ditanya; “berapa

57 Penggantian atau menggandakan harta benda yang dibelanjakan di jalan Allah banyak cara. Ada yang berkahnya ditambah, walaupun kuantitas harta bendanya sedikit. Sebagian yang lain benar-benar kuantitasnya ditambah atau diganti, sehingga ia bertambah kaya (QS. Al-Baqarah : 261, Saba : 39, Al-Hadid : 11). Sebagai contoh kasus,

banyak orang yang memiliki kuantitas harta yang sedikit, tetapi harta itu cukup untuk keperluan hidupnya. Hidupnya serba cukup (walaupun tidak mewah), tidak memiliki hutang, terhindar dari penyakit, bahkan hidupnya terasa senang dan bahagia. Sebaliknya, banyak orang yang kaya-raya, namun ia bakhil membelanjakan hartanya di jalan banyak orang yang memiliki kuantitas harta yang sedikit, tetapi harta itu cukup untuk keperluan hidupnya. Hidupnya serba cukup (walaupun tidak mewah), tidak memiliki hutang, terhindar dari penyakit, bahkan hidupnya terasa senang dan bahagia. Sebaliknya, banyak orang yang kaya-raya, namun ia bakhil membelanjakan hartanya di jalan

“Dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan

kamulah orang-orang yang membutuhkan (nya) (QS. Muhammad : 38)

Sebaliknya, orang yang cinta dunia terkadang memiliki penyakit mudah menghambur-hamburkan harta untuk kepentingan yang sia-sia atau untuk kemaksiatan. Demi popularitas, ia rela menghambur-hamburkan kekayaannya tanpa memperhatikan manfaat dan madharatnya. Sikap seperti ini dikategorikan sebagai psikopatologis, sebab penderitanya tidak memiliki kematangan jiwa dalam membelanjakan harta bendanya, sehingga ia melakukan sesuatu tanpa memiliki pertimbangan akal sehat. Firman Allah SWT. yang artinya :

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu

kamu menjadi tercela dan menyesal (QS. Al-Isra : 29) “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada

Tuhannya” (QS. Al-Isra : 27)

Kelimabelas, memiliki suatu keinginan yang tidak mungkin terjadi (al-tamanni). Tamanni dianggap sebagai psikopatologi, sebab penderitanya tenggelam dalam dunia khayalan yang tidak realistik. Ia berkeinginan besar untuk memiliki sesuatu, namun tidak dibarengi dengan aktivitas nyata, sehingga kehidupannya tidak kreatif dan produktif. Akibat dari gejala tamanni ini maka penderitanya tidak segan-segan mengambil jalan pintas, seperti memperdalam angan-angannya dengan mengkonsumsi zat adiktif; mencuri, merampok dan korupsi untuk kelangsungan hidupnya; dan mengumbar hawa nafsunya untuk memuaskan nafsu seksualnya. Dalam pandangan Islam, penyakit tamanni merupakan tingkat tertinggi dari penderitaan ilusi, delusi, dan halusinasi. Firman Allah SWT. yang artinya :

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar

mempunyai keberuntungan yang besar” (QS. Al-Qashas : 79).

Keenambelas, picik atau penakut (al-jubn). Picik atau penakut adalah sikap dan perilaku yang tidak berani menghadapi kenyataan yang sesungguhnya. Ciri-ciri penderitanya adalah apabila ia dihadapkan pada suatu masalah, maka ia berpikir dampak negatifnya terlebih dahulu, tanpa sedikitpun mempertimbangkan tingkat kemashlahatannya. Karenanya ia tidak berani bertindak yang seharusnya ia lakukan. Kepicikan seseorang biasanya disebabkan oleh keimanan yang lemah, seperti sikap orang-orang munafiq yang tidak berani berperang di jalan Allah SWT. karena takut mati, tidak mengeluarkan zakat karena takut miskin, menggugurkan kandungan karena takut malu, tidak memberantas yang mungkar karena takut dibenci atau tidak mendapatkan posisi di suatu jabatan, dan tidak mengemukakan kebenaran atau keadilan karena takut ancaman.

“Kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memAndang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka” (QS. Muhammad : 20)

Allah. Mereka itu seringkali hidupnya tidak tenang, dikejar-kejar hutang, diliputi stres, mendapat musibah yang luar biasa. Apabila contoh kasus di atas tidak tepat untuk melihat kasus orang tertentu, dalam arti yang kaya semakin kaya dan bahagia, sedang yang miskin semakin miskin dan menderita, sesungguhnya hal itu merupakan cobaan Allah SWT. untuk mengetahui tingkat kesabaran dan kualitas perilakunya. (QS. Al-Mulk : 2, Yunus : 12, Al-Baqarah : 177)

“Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata : “Ya Tuhan kami, mengapa

Engkau wajibkan berperang kepada kami ? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi ?” katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang

yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun” (QS. Al-Nisa : 77)

Tujuh jenis emosi meliputi gembira, marah, berpikir, kuatir, sedih, takut, dan kaget. Dalam batas-batas tertentu, ketujuh emosi itu merupakan ekspresi perasaan yang normal dan tidak menyebabkan timbul penyakit. Namun, apabila ketujuh emosi melampaui batas normal, maka mudah menyebabkan terjadi berbagai macam penyakit. Hal ini disebabkan karena emosi yang tidak terkendalikan, selain sering mengganggu peredaran Chi dan Xie-darah, juga mengacaukan fungsi Cang Fu. Karena itu, ketujuh macam emosi abnormal dapat merupakan penyebab penyakit yang penting.

Aktivitas kejiwaan atau emosi berhubungan erat dengan organ-organ dalam, karena Cing dan Chi di dalam organ-organ itu merupakan dasar materi dari aktivitas kejiwaan dan emosi. Selain itu, segala rangsangan dari luar yang menimbulkan perubahan kejiwaan atau emosi selalu mengganggu fungsi organ Cang Fu. Dalam buku Nei Cing dikatakan, dalam lima Cang terkandung tujuh emosi. Dikatakan pula, marah yang berlebihan mengganggu Kan-hati, rasa gembira yang berlebihan menggaggu Sin-Jantung, berpikir yang berlebihan mengganggu Pi-limpa, dan sedih yang berlebihan mengganggu Shen- ginjal. Gangguan terhadap Cang Fu itu, yang terpenting dan menonjol berupa gangguan terhadap aktivitas fungsional Chi dari organ yang bersangkutan, yaitu dengan mengakibatkan turun-naiknya Chi menjadi tidak normal dan fungsi Chi serta Xie- darah menjadi kacau. Berikut ini diuraikan mekanisme berbagai macam penyakit sehubungan dengan keadaan emosi yang berlebihan.

Marah merupakan emosi yang dikeluarkan oleh Kan-hati. Karena Kan-hati menguasai Su Sie-lancar (berfungsi sebagai pelancar), maka marah yang berlebihan mengakibatkan Chi dari Kan-hati naik ke atas secara tidak normal, yang diikuti naiknya Xie-darah; Chi dan Xie-darah yang naik ke atas secara tidak normal itu dapat menimbulkan perdarahan di bagian atas tubuh, seperti muntah darah, epistaksis, dan perdarahan di otak. Apabila Chi dari Kan-hati menindas Pi-limpa, maka emosi marah juga bisa menimbulkan diare yang disertai dengan perasaan kembung dan sakit pada daerah perut bagian atas.

5" - Emosi gembira dapat mengendurkan Chi. Gembira merupakan emosi yang dikeluarkan oleh Sin-Jantung. Dalam keadan

biasa, gembira dapat mengendurkan ketegangan, melancarkan peredaran Chi dan Xie-darah. Namun, rasa gembira yang berlebihan dapat mengakibatkan buyarnya Chi dari Sin-jantung, yang disertai hilangnya semangat dan perhatian. Bahkan pada kasus tertentu, Sin Chi yang buyar itu tidak dapat berkumpul kembali sehingga menimbulkan gejala palpitasi, tidak dapat tidur, bahkan dapat terjadi kelainan jiwa. Pada kasus tertentu, kegembiraan yang datang mendadak dan melampaui

batas dapat mengakibatkan hilangnya Sin Chi sehingga dapat menyebabkan kematian mendadak 59 . 0"

Sedih merupakan emosi yang terkandung dalam Fei-paru-paru dan dapat mengurangi kekuatan Chi. Kesedihan yang melampaui batas dapat mengakibatkan depresi, hilang semangat dan mengurangi Fei Chi. Gejalanya, napas pendek, batuk

59 Sim Kie Jie, DASAR TEORI ILMU AKUPUNKTUR, Grasindo. Mungkin hal ini sering terjadi pada kasus penyalahgunaan Narkoba, yaitu munculnya euphoria yang mendadak dan berlebihan. – tambahan dari penyusun.

kering, dada terasa penuh, juga mengakibatkan tubuh mudah terserang patogen luar, misalnya patogen angin, patogen panas, dan patogen dingin.

7" Kaget yang datang mendadak dapat mengakibatkan fungsi Chi menjadi kacau, kemudian berkembang menjadi hilangnya

keseimbangan antara Chi dan Xie-darah. Karena itu, Sin-jantung kehilangan pemasok Chi dan Xie-darah. Demikian juga Sen-jiwa kehilangan penunjangnya. Gejala yang timbul antara lain penderita merasa bingung, tidak tenang, bahkan pada

keadaan yang parah dapat menyebabkan kelainan jiwa 60 . 8"

Rasa takut dapat menyebabkan Chi turun. Apabila rasa takut menjadi berlebihan, maka menyebabkan Shen-ginjal tidak dapat mengendalikan air besar dan air kecil sehingga terjadi poliuri (sering kencing), inkontinensi (tidak dapat menahan air kencing), atau buang air besar yang tidak terkendalikan.

:" Berpikir merupakan aktivitas fungsional dari Sin-jantung. Namun, berpikir yang melampaui batas dapat mengganggu Pi

Chi. Hal itu mengakibatkan peredaran Chi terhalang dan fungsi transportasi dan transformasi Pi-limpa tidak dapat berjalan dengan normal sehingga menimbulkan gejala dada terasa penuh, perut terasa kembung, tidak ada nafsu makan, dan diare.

;" Kekuatiran yang terlalu lama dapat mengakibatkan terhalangnya Chi, terutama Chi dari Kan-hati. Karena Kan-hati

berfungsi sebagai pelancar, maka kalau Kan Chi terhalang, hal itu menyebabkan gangguan fungsi Pi-limpa, sehingga timbul gejala sakit hipokondrium, tidak nafsu makan, dan perut kembung. Kekuatiran yang berkepanjangan dapat mengakibatkan Api dari Sin-jantung terlalu membara sehingga timbul gejala tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, dan banyak curiga.

Ketujuh jenis emosi abnormal itu dapat mengganggu fungsi organ Cang Fu. Namun, sebaliknya, fungsi Cang Fu yang abnormal juga dapat menyebabkan kelainan emosi, misalnya penderita penyakit Kan-hati sering gelisah dan mudah marah. Penderita penyakit Sin-jantung sering tertawa sendiri atau menangis sendiri, atau sebentar tertawa sebentar menangis. Contoh itu sesuai dengan apa yang dikatakan dalam buku Nei Cing, Kan Chi dalam keadaan Xi menyebabkan rasa takut, dalam keadaan She menyebabkan cepat marah. Sin Chi dalam keadaan Xi menyebabkan rasa sedih, sedangkan dalam keadan She menyebabkan kegembiraan di luar batas dan tertawa tidak ada hentinya.

Selain dapat mengakibatkan terjadi penyakit, ketujuh jenis emosi juga dapat mempengaruhi proses perkembangan penyakit. Misalnya emosi yang negatif dapat memperberat penyakit pasien, bahkan menyebabkan penyakit memburuk dengan cepat. Namun, emosi yang positif dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit.

60 Dari sini kita dapat mengerti kenapa Nabi Muhammad marah ketika ada sahabatnya yang membuat kaget sahabat yang lain. Ternyata kaget dapat mengganggu kejiwaan. – tambahan dari penyusun.

”Saat Anda membaca tulisan ini, jutaan orang di seluruh dunia telah mati gara-gara narkoba. Jutaan orang masuk penjara gara-gara narkoba. Jutaan keluarga terpaksa hancur gara-gara narkoba. Jutaan orang sedang merusak hidupnya dengan narkoba..

”Saat Anda membaca tulisan ini, satu persatu di antara kita terinfeksi HIV. Satu persatu di antara kita terbaring lemah tanpa daya di rumah sakit. Satu persatu di antara kita, atau mungkin orang yang sangat kita sayangi, meninggal dunia karena AIDS..

”Saat Anda membaca tulisan ini, Anda dikelilingi oleh berita-berita tentang pembunuhan, perampokan, tindak kekerasan, kerusuhan, KKN, dan lain sebagainya. Berita-berita ini membuat Anda cemas, mengeluh, ketakutan, stres, marah dan tak merasakan kebahagiaan hidup..

”Tetapi tak ada gunanya jika hanya bersedih tanpa berbuat sesuatu. Lebih baik kita bersatu dan bangkit bersama untuk mewujudkan dunia yang damai, tenang, tentram, dan penuh kasih sayang. .

”Kini, saya ingin memperkenalkan Program Islam Therapy kepada Anda. Namun sebelumnya, saya ingin menjelaskan secara sekilas tentang Islam, agama yang akan kita jadikan modalitas terapi..