Leaflet PKBI Leaflet PKBI
23 Leaflet PKBI 23 Leaflet PKBI
kemungkinan penyakit lain juga bisa menimbulkan gejala serupa) o Anak yang lahir dari ibu yang diketahui terinfeksi HIV, atau diketahui berisiko HIV.
Secara umum adalah : o Anda mengetahui status HIV Anda. Semakin cepat tahu semakin baik serta memudahkan perawatan, pengobatan
dan dukungan. o Anda dapat merencanakan perubahan perilaku dan pola hidup sehingga tidak membahayakan diri Anda sendiri,
keluarga dan orang-orang terdekat. o Pusat kesehatan (RS, LSM, Klinik) dapat memberikan dukungan mental, dukungan terapi obat ARV, dan
membantu Anda memahami secara lebih dalam tentang HIV/ADS.
Secara individu, bagi diri Anda sendiri adalah : o Mengurangi perilaku berisiko untuk terkena HIV/AIDS, jika hasil tes ternyata masih negatif. o Membantu seseorang menerima status HIV-nya, jika hasil tesnya positif. o Mengarahkan seseorang yang positif HIV kepada pelayanan kesehatan tertentu.
Bagi masyarakat adalah : o Memutus rantai penularan HIV dalam masyarakat. o Mengurangi reaksi takut dan mitos terhadap HIV yang bisa menjadi stigma. o Mempromosikan dukungan pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) melalui mobilisasi masyarakat dan
kerjasama antar pihak terkait.
1. konseling pra tes : Anda akan bertemu dengan seorang konselor. Konselor akan mengajak Anda melakukan Tanya-jawab dan memberikan informasi selengkap-lengkapnya tentang tes ini dan informasi seputar HIV/AIDS.
2. keputusan tes : Anda akan diberi waktu untuk memutuskan apakah tetap akan tes setelah proses konseling atau tidak, atau menunda pelaksanaan tes di lain waktu.
3. penandatanganan ‘lembar persetujuan tes’ : jika Anda memutuskan tetap akan melakukan tes, maka Anda akan diminta menAndatangani sebuah ‘lembar persetujuan’ sebagai tAnda bahwa Anda telah mengerti dan setuju dilakukan tes HIV.
4. pengambilan darah untuk tes : jika Anda memutuskan tetap akan tes, maka contoh darah Anda akan diambil untuk keperluan tes di laboratorium.
5. konseling pasca tes : setelah hasil tes didapat (selambat-lambatnya 3 hari untuk sekali tes) Anda akan diminta datang kembali & bertemu konselor untuk mengambil hasilnya. Hasil tes bisa positif, negatif atau meragukan. Konselor akan memberikan penjelasan selengkap-lengkapnya makna dari hasil tes ini.
6. konseling tindak lanjut : Anda tetap bisa meminta nasihat atau informasi dari konselor Anda untuk masa-masa yang akan datang terutama jika hasil tes Anda positif. Konselor bisa merujuk Anda ke pusat layanan kesehatan lain yang dianggap lebih memadai untuk Anda.
# KTS harus dilakukan dengan :
Kerahasiaan terjamin, proses dan hasil tes rahasia dalam arti hanya diketahui dokter / konselor dan klien. Sukarela, tanpa paksaan. Harus dengan konseling. KTS tidak boleh dilakukan tanpa adanya konseling atau dilakukan secara diam-
diam. Harus ada persetujuan dari pasien dalam bentuk penAndatanganan ‘Lembar persetujuan’ (informed Consent)
1. Anda harus belajar menerima hasil tes itu dan tidak putus asa 24 . Ini tidak mudah tetapi harus dilakukan. Hasil tes itu menunjukkan bahwa di dalam tubuh Anda ada virus HIV dan Anda harus mulai mengubah perilaku
dan pola hidup Anda menjadi lebih sehat. Selain adanya virus tadi, maka tidak ada yang berbeda dengan diri Anda dibandingkan dengan orang lain. Anda masih bisa tetap sekolah, kuliah, bekerja, berteman, dan berkeluarga selayaknya orang lain.
2. Tentukan siapa saja orang terdekat yang akan Anda beritahu status HIV Anda agar Anda mendapat dukungan 25 .
3. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang HIV/AIDS dan lembaga yang bisa mendukung Anda untuk tetap sehat dan bisa didatangi sewaktu-waktu jika Anda membutuhkan, seperti dokter, RS, klinik, pengobatan alternatif, LSM, kelompok dukungan ODHA, dll. Yang terpenting adalah selalu hidup sehat dan mengkonsumsi vitamin atau obat-obatan yang dianjurkan dokter. Saat ini sudah ada obat ARV. Obat ini tidak menyembuhkan HIV/AIDS, tetapi dapat menekan perkembangbiakan virus HIV sehingga kekebalan tubuh Anda tetap terjaga dan Anda tetap sehat.
4. Hidup Anda tidak berakhir dengan adanya hasil tes yang positif. Anda bisa tetap produktif. Saat ini juga sudah ada peraturan yang melindungi ODHA di tempat kerja, di sekolah atau di tempat-tempat lain.
24 Seorang ODHA dari Bandung Plus Support berkata, “Saya merasa ketika saya terdeteksi bahwa saya HIV-positif itu merupakan sebuah anugerah dari Tuhan dan segala sesuatu yang diberikan Tuhan adalah kebaikan untuk umatnya. Maka dari itu saya merasa saya harus berbagi dengan semua orang terutama orang dilingkungan sekitar saya.
Apakah itu pengalaman dan pengetahuan baik atau buruk yang saya alami dan yang saya ketahui saya akan terus berbagi dengan semua orang karena subtansi dari semua ini adalah ‘kebaikan’. Maka saya rasa itu adalah kesempatan dan kewajiban saya untuk berbuat kebaikan terhadap semua orang” –tambahan dari penyusun.
25 Apabila kita bekerja sebagai bagian kelompok yang peduli pada HIV dan AIDS, orang dapat mengira bahwa kita HIV-positif. Padahal, tidak selalu begitu. Beberapa kelompok termasuk orang yang bukan HIV-positif. Tetapi oleh karena dugaan ini, adalah cukup penting bahwa orang yang bersedia berbicara atas nama kelompok kita
mempertimbangkan dampak pengungkapan status HIV-nya.
Sebagai individu dan sebagai kelompok, kita mungkin ingin mempertimbangkan masalah pengungkapan – yaitu membuka status HIV kita – sebelum memulai kegiatan yang akan meningkatkan penampilan umum kita atau berbicara dengan orang lain di luar kelompok.
Bagaimana perasaan kita mengenai anggapan bahwa kita HIV-positif karena kita bekerja dengan kerlompok ini? Siapa yang boleh mengetahui status HIV kita – semua orang? Atau hanya keluarga dan teman dekat? Hanya orang yang bekerja sama dengan kita? Hanya
orang di luar daerah asal atau negara kita? Apabila kita tampil di depan umum, membicarakan bagaimana hidup dengan HIV di depan kelompok misalnya, atau di televisi, apakah kita ingin terbuka
mengenai status HIV kita sendiri? Keterbukaan mengenai status HIV dapat sangat mempengaruhi kehidupan kita. Orang dapat bereaksi dengan berbagai macam cara terhadap pengungkapan kita. Beberapa
orang mungkin akan bersikap bermusuhan atau marah, sedangkan yang lain mungkin bersikap menerima dan menghargai keterbukaan kita. Sumber : pemberdayaan positif. – tambahan dari penyusun.
Masalah kejiwaan pada penderita HIV positif berkisar pada ketidakpastian dan penyelesaian. Ketidakpastian tentang kehidupan, terutama kehidupan keluarga dan pekerjaan. Sebagai akibat ketidakpastian, penderita harus melakukan penyesuaian-penyesuaian. Berbagai masalah kejiwaan yang terjadi antara lain :
2" Penderita HIV Positif dibayangi ketakutan : ketakutan mati dan terutama mati sendiri dalam keadaan kesakitan.
Ketakutan dapat terjadi atas dasar pengalamannya melihat teman atau kekasihnya yang sakit atau meninggal karena AIDS. Ketakutan dapat pula terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang cara pengendalian masalah-masalah yang dihadapi. Ditinjau dari segi kejiwaan, ketakutan dapat ditanggulangi dengan pemberian penjelasan yang terbuka tentang cara-cara mengatasi kesulitan termasuk bantuan dari teman-teman, keluarga dan konselor.
5" Penderita HIV Positif merasa kehilangan hidupnya, semangatnya, kegiatan fisiknya, hubungan seksual, kedudukan sosial,
kemantapan keuangan dan keterbatasan. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan untuk perhatian, penderita juga mengalami perasaan kehilangan “privacy” dan pengaturan terhadap hidupnya yang paling sering hilang adalah penanaman kemandirian, merasa ketakutan akan masa depan, ketidakmampuan menyayangi, pada pandangan yang negatif atau “stigma” bagi yang lain. Pada sebagian besar penderita, kesadaran terinfeksi HIV merupakan bencana kematian.
0" % Penderita HIV positif sering merasa sedih kehilangan pengalaman dan harapannya. Mereka sering sedih atas kepribadian
yang ditunjukkan oleh saudara, kekasih, atau teman-teman, yang merawat dan memperhatikan yang semakin menurun. 7" Penderita HIV positif sering merasa bersalah tentang kemungkinannya menulari orang lain atau tentang perilakunya yang
menyebabkannya terinfeksi. Juga merasa bersalah telah menyebabkan keluarganya sakit, khususnya anaknya. Bila rasa bersalah ini tidak dapat diatasi dapat mengakibatkan rasa bersalah yang makin mendalam.
8" Depresi dapat timbul karena berbagai penyebab. Belum adanya pengobatan dan sebagai akibat perasaan kehilangan
tenaga, kehilangan dari kontrol pribadi yang terkait dengan seringnya pemeriksaan medis, dan pengetahuan bahwa virus dapat membunuh, merupakan faktor yang penting.
Demikian pula pengetahuan tentang orang-orang lain yang sakit atau meninggal akibat infeksi HIV dan pengalaman mereka yang kehilangan potensi untuk berprokreasi dan rencana jangka panjang dapat mengakibatkan depresi.
:" & sebagai masyarakat dapat memberikan reaksi menolak terhadap pemberitahuan bahwa mereka menderita infeksi HIV untuk sebagian orang, penolakan tersebut dapat merupakan cara positif untuk menghindari shock terhadap diagnosis. Bagaimanapun, apabila hal tersebut menetap, penolakan dapat merugikan, karena masyarakat umum masih belum dapat
menerima tanggung jawab sosial kehidupan bersama penderita HIV positif. ;" %