MANAJEMEN KEBIDANAN

B. MANAJEMEN KEBIDANAN

1. Pengkajian

a. Data subjektif Merupakan informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang sedang dirasakan dan yang telah dialaminya yang meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri dan sangat sakit (Choirian 2014,

h. 38)

1) Identitas (a) Nama Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien yang lain. (Estiwidani 2009, h. 136)

(b) Umur Umur dicatat dalam hitungan tahun (Estiwidani 2009, h. 136). Umur merupakan hal yang penting, karena ikut menentukan prognosis kehamilan. Kalau umur terlalu lanjut ( >

35 tahun) atau terlalu muda (< 20 tahun), persalinan lebih banyak risikonya. (Wirakusumah 2010, h. 81) (c) Agama Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan didalam melaksanakan asuhan kebidanan. (Estiwidani 2009, h. 137).

(d) Suku atau bangsa Ditunjukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan bagi ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas.

(e) Pendidikan Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. (Estiwidani 2009, h. 137)

(f) Pekerjaan Pekerjaan

untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien. (Estiwidani 2009, h. 137)

klien

ditanyakan

(g) Alamat Alamat ditanyakan untuk mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya. (Estiwidani 2009, h. 137)

2) Alasan masuk Alasan masuk ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong klien datang ke bidan. (Estiwidani 2009, h. 137)

3) Keluhan utama Pada keluhan utama, ditanyakan apakah penderita datang untuk memeriksakan kehamilan atau mempunyai keluhan/ pengaduan lain yang penting. (Wirakusumah 2010, h. 81)

Menurut Sofian (2011, h. 145) gejala subjektif yang dapat timbul karena preeklampsi berat adalah: sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah. Gangguan serebral lainnya: oyong, refleks meningkat, dan tidak tenang.

4) Riwayat menstruasi Dalam riwayat menstruasi yang ditanyakan adalah menarche, teratur atau tidak, siklus haid, lama haid, banyaknya darah, sifat darah (cair atau menggumpal), warna, bau atau tidak, dismenore atau tidak, dan kapan haid terakhir. (Wirakusumah 2010, hh. 81- 82)

5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Dalam riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya ditanyakan:

a) Kehamilan Tanyakan apakah pasien mengalami gangguan seperti perdarahan, muntah yang hebat, toksemia gravidarum pada kehamilan sebelumnya.

b) Persalinan (1) Tanyakan apakah persalinan yang lalu berlangsung spontan atau buatan, aterm atau prematur, apakah terjadi perdarahan, dan siapa yang menolong persalinan (bidan, dokter)

(2) Tanyakan adanya riwayat abortus spontan atau yang diinduksi (3) Tanyakan adanya riwayat paritas yang tinggi (4) Paritas yang tinggi akan meningkatkan risiko perdarahan

pascapersalinan, kehamilan ganda dan plasenta previa

(termasuk plasenta letak rendah, plasenta previa lateralis maupun totalis)

(5) Tanyakan indikasi seksio sesaria sebelumnya jika ada (6) Tanyakan adanya penyulit kehamilan dan persalinan

sebelumnya, seperti persalinan prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, distosia, perdarahan pascasalin, kematian janin atau bayi, morbiditas perinatal, diabetes, dan hipertensi.

c) Nifas Tanyakan adanya panas atau perdarahan pada masa nifas sebelumnya serta kondisi laktasi. (Wirakusumah 2010, hh. 82- 83)

6) Riwayat kehamilan sekarang Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis kehamilan sekarang adalah sebagai berikut.

a) Tanyakan kapan ibu mendapat haid terakhir untuk menghitung usia kehamilan

b) Tanyakan kapan ibu mulai merasakan pergerakan anak

c) Jika kehamilan masih muda, tanyakan adanya mual, muntah, sakit kepala, dan perdarahan

d) Jika kehamilan sudah tua, tanyakan adanya bengkak di kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang, dan lain- lain.

Keluhan ini nanti harus diingat dalam pengobatan. (Wirakusumah 2010, h.83)

7) Riwayat penyakit yang pernah diderita Riwayat penyakit yang lalu ditanyakan untuk mengetahui apakah ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Misal penyakit campak atau cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain, apakah pernah dirawat di rumah sakit? Kapan? Beraapa lama? Penyakit apa?, apakah pernah dioperasi, apakah ada alergi terhadap obat/ bahan makanan dan lain sebagainya. (Estiwidani 2009, h. 138)

8) Riwayat penyakit keluarga Estiwidani (2009, h. 138) menerangkan dalam bukunya bahwa riwayat penyakit keluarga perlu dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat penyakit keluarga yang perlu ditanyakan misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar, dan lain-lain.

Dalam riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan:

a) Adanya penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit menular yang dapat mempengaruhi persalinan (misalnya: TBC)

b) Adanya riwayat kelainan kongenital dalam keluarga dan riwayat kelainan kongenital pada kelahiran sebelumnya. Hal ini b) Adanya riwayat kelainan kongenital dalam keluarga dan riwayat kelainan kongenital pada kelahiran sebelumnya. Hal ini

c) Informasi tentang kelainan metabolik, penyakit kardiovaskuler,

keganasan, dan retardasi mental. (Wirakusumah 2010, h.84)

9) Riwayat kontrasepsi/ keluarga berencana (KB) Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan: jenis kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi. (Estiwidani 2009, h. 138)

10) Riwayat sosial ekonomi Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain: riwayat perkawinan (berapa kali?, usia kawin pertama?), jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan, dan anak baru lahir. (Estiwidani 2009, hh. 137-138)

11) Activity Daily Living (ADL) Berdasarkan study kasus yang telah dilakukan pada tahun 2014 menyatakan bahwa ADL meliputi:

a) Pola nutrisi Hal ini penting untuk bidan ketahui supaya bidan mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan a) Pola nutrisi Hal ini penting untuk bidan ketahui supaya bidan mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan

Bidan juga harus dapat memperoleh data mengenai kebiasaan pasien dalam pemenuhan kebutuhan cairannya, apalagi pada proses bersalin sangat dibutuhkan intake cairan yang cukup sebagai energi atau kekuatan saat mengejan. Yang perlu bidan tanyakan antara lain jenis minuman, frekuensi, serta banyaknya.

b) Pola eliminasi Hal yang perlu ditanyakan pada klien adalah perubahan yang terjadi baik BAB maupun BAK selama hamil. Normalnya, produksi urin pada pasien dengan PEB adalah >300cc/24 jam.

c) Pola istirahat dan tidur Istirahat sangat diperlukan oleh ibu bersalin, oleh karena itu bidan perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat selama hamil pada ibu supaya bidan mengetahui hambatan yang mungkin muncul. Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ibu tidur di siang dan malam hari. Pada kenyataannya tidak semua wanita memiliki kebiasaan tidur siang, padahal tidur siang sangat penting untuk membantu mempercepat pemulihan kondisi fisiknya setelah melahirkan.

Untuk istirahat malam rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6 – 8 jam.

d) Pola aktivitas Bidan perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan gambaran kepada bidan tentang seberapa berat aktifitas yang biasa pasien lakukan dirumah.

e) Personal hygine Hal yang perlu ditanyakan antara lain mandi serta ganti pakaian dan pakaian dalam.

f) Pola kebiasaan sehari-hari Pada kasus ibu bersalin dengan PEB kebiasaan hidup seperti merokok, minum-minuman keras dapat berpengaruh terhadap keadaan ibu.

g) Pola kebiasaan seksual Walaupun hal ini merupakan hal yang cukup privasi bagi pasien, namun bidan harus menggali data dari kebiasaan ini karena pernah terjadi beberapa kasus keluhan dalam aktifitas seksual yang cukup mengganggu pasien. Dengan teknik komunikasi yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas seksual misalnya frekuensi dan gangguan saat berhubungan (Choirian 2014, hh. 44-47) g) Pola kebiasaan seksual Walaupun hal ini merupakan hal yang cukup privasi bagi pasien, namun bidan harus menggali data dari kebiasaan ini karena pernah terjadi beberapa kasus keluhan dalam aktifitas seksual yang cukup mengganggu pasien. Dengan teknik komunikasi yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas seksual misalnya frekuensi dan gangguan saat berhubungan (Choirian 2014, hh. 44-47)

1) Keadaan umum Dikaji untuk mengetahui keadaan umum pasien, dikatakan baik apabila kooperatif, gerakannya terarah, dan hanya merasa sedikit tegang atau cemas. Sebaliknya, jika klien lemah, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung, gerakan tidak terarah, gemetar, dan merasa sangat cemas. (Tambunan 2012, h. 8)

2) Kesadaran Kesadaran klien diobservasi dan dinilai apakah klien sadar sepenuhnya (composmentis), apatis, somnolen, delirium, serta semikoma atau koma. (Tambunan 2012, h. 8)

3) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala preeklampsi berat yaitu adanya tekanan darah tinggi, dengan tekanan sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg. (Nugroho 2010, h. 134)

b) Nadi Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala syok. Pemeriksaan nadi dihitung dalam waktu 1 menit. Salah satu b) Nadi Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala syok. Pemeriksaan nadi dihitung dalam waktu 1 menit. Salah satu

c) Suhu Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala infeksi. Salah satu gejala infeksi adalah peningkatan suhu >

38 o C. (APN 2008, h. 47)

d) Respirasi Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala syok. Salah satu gejala syok adalah napas cepat ( > 30 x/ menit) (APN 2008, h. 49). Selain untuk penilaian tersebut, penghitungan respirasi sangat penting untuk dilakukan pada

pasien PEB, karena salah satu syarat pemberian MgSo 4 adalah

nilai respirasi > 16 x/ menit. (Prawirohardjo 2009, h. 547)

4) Antopometri

a) Berat badan Peningkatan berat badan sebanyak 0,5 kg/ minggu merupakan keadaan yang norma, tetapi apabila seorang wanita mengalami peningkatan berat badan lebih dari 1 kg dalam 1 minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan maka perlu dicurigai adanya preeklampsia. (Reeder 2011, h. 242)

Selain itu, pemeriksaan berat badan juga digunakan untuk mengetahui apakah pasien mengalami obesitas atau tidak.

Salah satu faktor risiko terjadinya PEB adalah adanya obesitas. (Bothamley (2011, h. 194)

b) Tinggi badan Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik. Karena itu, jika ditemukan pasien denga tinggi badan dibawah rata-rata, maka perlu konsul dengan konselor genetik tentang perlunya evaluasi Sindrom Turner. (Wheeler 2004, h. 71)

c) Lingkar lengan atas (LILA) Lila diukur dengan menggunakan pita lila dengan satuan senti meter (cm). Jika ditemukan lila < 23,5 cm menunjukan ibu mengalami kurang gizi. (Choirian 2014, h. 49)

5) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. (Ambarwati 2009, h. 119)

a) Kepala (1) Muka/ wajah Pada inspeksi wajah, tentukan ada atau tidaknya kloasma gravidarum dan edema wajah. (Wirakusumah 2010, h. 88)

Pada daerah muka / wajah dilihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat, sianosis, atau ikterus. (Tambunan 2012, h. 66)

(2) Mata Menurut Tambunan (2012, h. 67), tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetaahui bentuk dan fungsi mata. Dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan antara mata kanan dan mata kiri. Teknik yang digunakan adalah inspeksi. Dalam inspeksi yang dikaji adalah bagian-bagian mata (bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil), ketajaman penglihatan (visus), dan pemeriksaan lapangan pandangan. Pada pasien PEB ada kemungkinan terjadi gangguan visus/ pandangan menjadi kabur.

(3) Hidung Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung. Perhatikan perubahan warna kulit hidung, skresi dan adanya pembengkakan. (Tambunan 2012, hh. 79-80)

(4) Mulut Dikaji untuk melihat adanya ketidaknormalan seperti bibir sumbing, warna bibir yang tidak normal, ulkus, lesi, dan massa. Pada pemeriksaan gigi, yang perlu dikaji adalah (4) Mulut Dikaji untuk melihat adanya ketidaknormalan seperti bibir sumbing, warna bibir yang tidak normal, ulkus, lesi, dan massa. Pada pemeriksaan gigi, yang perlu dikaji adalah

(5) Telinga Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan pendengaran. (Tambunan 2012, h. 77)

b) Leher Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ penting yang berkaitan. Pengkajian dimulai dari inspeksi kemudian palpasi. Inspeksi dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan kulit termasuk keadaan pucat, ikterus, sianosis, dan ada tidaknya pembengkakan. Pemeriksaan palpasi ditujukan untuk melihat apakah ada massa yang teraba pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea. (Tambunan 2012, h. 83)

c) Dada Pada pemeriksaan dada, tentukan bentuk buah dada, pigmentasi puting susu dan aerola, keadaan puting susu, serta ada tidaknya kolostrum. (Wirakusumah 2010, h. 88)

d) Perut Pada inspeksi perut, tentukan apakah perut membesar ke depan atau ke samping (pada asites misalnya membesar kesamping), keadaan pusat, pigmentasi di linea alba, d) Perut Pada inspeksi perut, tentukan apakah perut membesar ke depan atau ke samping (pada asites misalnya membesar kesamping), keadaan pusat, pigmentasi di linea alba,

Pada palpasi perut, tentukan besar rahim sehingga dapat ditentukan tuanya kehamilan dan perkiraan berat janin dalaam kandungan, serta tentukan letak anak dalam rahim melalui pemeriksaan Leopold.

Pada auskultasi perut, tentukan denyut jantung janin (DJJ). Pada presentasi biasa (letak kepala), tempat ini berada di sebelah kiri atau kanan dibawah pusat. Jika bagian- bagian anak belum dapat ditentukan, bunyi jantung harus dicari pada garis tengah diatas symphysis. (Wirakusumah 2010, hh. 88-95)

e) Genetalia Pada inspeksi vulva, tentukan keadaan perineum, adanya varises, tanda Chadwick, kondilomata, atau fluor. (Wirakusumah 2010, h. 88)

Jika uretra terpasang kateter, lihat jumlah urine yang tertampung dalam urine bag, karena salah satu syarat pemberian MgSo 4 adalah jumlah urine minimal 30 ml/ jam. (Prawirohardjo 2009, h. 547)

f) Ekstremitas Pada pemeriksaan ekstremitas, cari adanya varises, refleks patella, edema, luka, atau sikatriks pada lipat paha. (Wirakusumah 2010, h. 88)

Pada pasien dengan preeklampsi berat, pemeriksaan refleks patella harus (+), karena salah satu syarat pemberian MgSo 4 adalah refleks patella (+). (Prawirohardjo 2009, h. 547)

g) Pemeriksaan penunjang/ laboratorium Tujuan tes laboratorium adalah untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi dalam kehamilan. Macam tes laboratorium dalam asuhan kehamilan yang merupakan kompetensi bidan adalah: (1) Tes hemoglobin darah (Hb)

Tujuan pemeriksaan Hb adalah untuk mengetahui kadar Hb pada ibu hamil dan untuk mendeteksi anemia gravidarum

(2) Tes protein urin Tujuan pemeriksaan protein urin adalah untuk mengetahui kadar protein dalam urin dan untuk mendeteksi preeklampsi dalam kehamilan

(3) Tes glukosa urin Tujuan pemeriksaan glukosa urin adalah untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin dan untuk mendeteksi diabetes mellitus gravidarum. (Pantiawati Saryono 2010, h. 119)

2. Interpretasi data dasar Menurut Sujianti (2010, h. 148), interpretasi data dasar meliputi:

a) Diagnosa kebidanan Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien. Dalam kasus preeklampsi berat, maka perumusan diagnosa adalah sebagai berikut. Diagnosa : Ny. X umur x tahun Gx Px Ax usia kehamilan x

minggu inpartu dengan preeklamsi berat. Dasar

: (1) Data Subjektif Data subjektif yang berhubungan dengan kasus ibu bersalin dengan PEB antara lain: identitas (biodata), keluhan utama seperti sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual dan muntah, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu seperti riwayat preeklamsi yang lalu, adanya kehamilan ganda, mola hidatidosa, riwayat kehamilan sekarang, pola makan, pola eliminasi, riwayat kesehatan atau penyakit, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial.

(2) Data Objektif Data objektif yang berkaitan dengan PEB antara lain: keadaan umum, tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi. Pemeriksaan fisik antara lain adanya edema pada wajah, ekstremitas atas dan bawah, pemeriksaan abdomen (2) Data Objektif Data objektif yang berkaitan dengan PEB antara lain: keadaan umum, tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi. Pemeriksaan fisik antara lain adanya edema pada wajah, ekstremitas atas dan bawah, pemeriksaan abdomen

b) Masalah Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap persalinan. Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan/ intervensi bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa.

3. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis/ masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis/ masalah tersebut benar-benar terjadi. (Mangkuji 2012, h. 5)

Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat diagnosa potensial yang bisa timbul adalah eklampsia atau kejang. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian MgSo 4 40 % dengan dosis awal 4 gr dan dosis rumatan 1 gr habis dalam waktu 1 jam (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113).

4. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi. (Mangkuji 2012, h. 6)

Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat, tindakan segera yang perlu dilakukan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn (dr. Spog) untuk konsultasi mengenai tindakan ataupun asuhan kebidanan yang hendak dilakukan.

5. Perencanaan asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh pada pasien preeklampsi berat tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien. (Mangkuji 2012, h. 6)

Menurut Sofian (2011, h. 146), rencana asuhan yang menyeluruh pada pasien dengan PEB adalah sebagai berikut.

a. Minta ibu untuk istirahat jika kontraksi tidak ada a. Minta ibu untuk istirahat jika kontraksi tidak ada

c. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflek patella dan jumlah urine. (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113)

d. Berikan MgSo 4 40 % sesuai prosedur untuk mencegah kejang dengan dosis awal 4 gr dan dosis rumatan 6 gr.

e. Berikan obat antihipertensi nifedipin 4 x 10-30 mg peroral bila tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg, diastolik ≥ 110 mmHg. (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 114)

f. Berikan Ca Glukonas 1 gr IV ( 10ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit jika terjadi depresi napas.

g. Lakukan monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output cairan (melalui urin) untuk memperoleh keseimbangan cairan dan menghindari terjadinya edema paru. (Prawirohardjo 2009, h. 546)

h. Lakukan persalinan menggunakan ekstrasi vakum atau forseps untuk mempersingkat kala II, karena ibu dilarang mengejan.

i. Hindari penggunaan meterghin postpartum kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

6. Pelaksanaan Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-V secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksananya. Pada situasi seperti ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut. (Mangkuji 2012, h. 6)

7. Evaluasi

Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah:

a) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/ terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis

b) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif. (Mangkuji 2012, hh. 5-6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25