KAJIAN TEORI
11. Variabel-variabel Kepuasan Kerja
Menurut Mangkunegara (1993:69-70) kepuasan kerja berhubungan dengan variable-variabel seperti turnover, tingkat absensi, umur, tingkat pekerjaan, dan ukuran organisasi perusahaan.
1) Turnover Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover pegawai yang rendah, sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya turnovernya lebih tinggi.
2) Tingkat ketidakhadiran (absent) kerja Pegawai-pegawai yang kurang puas cenderung memiliki tingkat ketidakhadiran yang tinggi. Mereka sering tidak hadir kerja dengan alasan yang tidak logis dan subjektif.
3) Umur Ada kecenderungan pegawai yang usianya tua merasa lebih puas daripada pegawai yang usianya relative muda.
4) Tingkat pekerjaan pegawai-pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih puas daripada pegawai yang tingkat pekerjaannya lebih rendah.
12. Karakteristik Kepuasan Kerja
Davis dan Newstrom (1985:105-109), kepuasan kerja karyawan dapat diketahui melalui:
a. Pergantian Pegawai Kepuasan kerja yang lebih tinggi berkaitan dengan rendahnya tingkat pergantian pegawai, yaitu proporsi pegawai yang meninggalkan organisasi, Steers dan Mowday (1981) artinya semakin sering organisasi melakukan pergantian pegawai menunjukkan bahwa di dalam organisasi itu telah terjadi ketidakpuasan kerja karyawan.
b. Kemangkiran (Absence) Para pegawai yang tidak atau kurang puas terhadap pekerjaannya cenderung melakukan kemangkiran, Hammer dkk (1981:107-117).
c. Pencurian Meskipun banyak sebab yang mendorong pegawai melakukan perbuatan ini, beberapa pegawai mencuri karena mereka putus asa atas perlakuan organisasi yang dipandang tidak adil.
d. Pemogokan Kerja Kepuasan kerja mungkin tidak sangat mempengaruhi kemangkiran atau pemogokan kerja, karena pegawai yang tidak puas.
e. Pelambanan Kerja.
13. Faktor-faktor Kepuasan Kerja
Gilmer (As’ad,2003:114) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah sebagai berikut:
a. Kesempatan untuk maju Kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama bekerja.
b. Keamanan kerja Rasa aman sangat mempengaruhi perasaan kerja karyawan selama bekerja.
c. Gaji Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diterimanya.
d. Perusahaan dan manajemen Manajemen yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil, faktor ini menentukan kepuasan kerja.
e. Pengawasan (supervise) Supervise dianggap sebagai figur ayah sekaligus sebagai atasannya. Supervisor yang buruk dapat berakibat absensi dan turnover.
f. Faktor ekstrinsik dari pekerjaan Sulit dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan dan mengurangi kepuasan kerja.
g. Kondisi kerja Seorang karyawan akan merasa puas dalam bekerja bila kondisi kerjanya nyaman dan terlihat bersih.
h. Aspek sosial dalam pekerjaan Dipandang sebagai penunjang puas atau tidak puasnya dalam bekerja.
i. Komunikasi Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatan. Memahami dan mengakui pendapat atau prestasi karyawan sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap pekerjaan.
j. Fasilitas Rumah sakit, cuti dan pensiunan atau perumahan standar suatu jabatan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
E. Burt dalam As’ad, 2003:112 mengemukakan tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain:
Faktor hubungan antar karyawan
a) Hubungan antara manajer dengan karyawan
1. Faktor fisik dan kondisi kerja.
2. Hubungan sosial diantara karyawan.
3. Sugesti dari teman sekerja.
4. Emosi dan situasi kerja.
b) Faktor individual
1. Sikap orang terhadap pekerjaannya.
2. Umur orang sewaktu bekerja.
3. Jenis kelamin.
c) Faktor-faktor luar yang berhubungan dengan
1. Keadaan keluarga karyawan.
2. Rekreasi.
3. Pendidikan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja:
a. Faktor psikologi: merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja dan ketrampilan.
b. Faktor sosial: merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesame karyawan, karyawan dengan atasan, maupun karyawan yang berbeda jenis kelaminnya.
c. Faktor fisik: merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan.
d. Faktor finansial: merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya.
14. Kemaslahatan
Menurut Davis dan Newstrom (1985) terdapat beberapa kemaslahatan survey kepuasan kerja, yaitu dapat membuahkan hasil positif, netral, atau negatif. Apabila direncanakan dengan baik, survey ini akan menghasilkan sejumlah maslahat yang penting, seperti:
a. Kepuasan kerja secara umum. Survey ini akan menunjukkan hal-hal yang menimbulkan kepuasan dan ketidakpuasan secara spesifik. Dengan kata lain survey ini mengungkapkan bagaimana perasaan pegawai tentang pekerjaan mereka, bagian pekerjaan yang menimbulkan perasaan itu dan sebagainya.
b. Timbulnya komunikasi yang berharga. Dengan survey ini komunikasi akan mengalir ke semua arah pada saat orang-orang merencanakan, melaksanakan dan membahas hasil survey itu.
c. Membaiknya sikap. Bagi sebagian orang, survey itu merupakan katup pengaman, penyaluran emosi dan kesempatan untuk mengeluarkan ganjalan yang ada dalam perasaannya.
d. Kebutuhan pelatihan. Secara tidak langsung, dengan adanya survey ini berguna untuk menentukan kebutuhan pelatihan tertentu yang berguna bagi karyawan yang membutuhkan.
e. Maslahat bagi serikat pekerja. Serikat pekerja seringkali bertikai tentang maslah kepuasan kerja ini, padahal mereka sama sekali tidak mengetahuinya. Oleh karena itu dengan adanya survey ini merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengetahuinya.
f. Perencanaan dan pemantauan perubahan. Survey ini akan bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul, dan mendorong para manajer untuk mengubah rencana awal mereka.
Dalam kepuasan kerja menggunakan teori dari Mangkunegara (1993:69-70) karena sesuai dengan keadaan di KPRI Universitas Brwijaya Malang,
15. Komunikasi dan Kepuasan Kerja dalam Perspektif Islam
Sedangkan komunikasi menurut Islam yaitu kita tidak dapat menghindari komunikasi. Diam merupakan salah satu bentuk dari komunikasi. Dengan komunikasi manusia bisa mengekspresikan dirinya dan mengembangkan kepribadiannya. Komunikasi merupakan satu hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Al-qur’an menyebutkan komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Terdapat beberapa ayat Al-qur’an yang menunjukkan arti komunikasi. Dalam Al- Qur’an terdapat kata Al-Bayyan dan Al-Qawl yang dapat digunakan sebagai kata kunci untuk komunikasi. Diantaranya adalah:
a. Pandai Berbicara
Artinya :”(Tuhan) yang Maha pemurah,Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (Ar- Rahman 1-4).
Ayat tersebut menunjukkan akan pentingnya suatu komunikasi sehingga Allah SWT mengajarkan kepada manusia pandai berbicara. Begitu pentingnya komunikasi sehingga terdapat beberapa ayat Al- Qur’an yang menunjukkan etika dalam berkomunikasi.
b. Berkata Benar
Artinya :”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (An-Nisa’:9).
QS. Al-Ahzab ayat 70 yang menunjukkan arti dari komunikasi adalah sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar” (al-Ahzab:70).
Dua ayat diatas menyebutkan kata “qawlan sadidan” yang artinya perkataan yang benar, jujur, dan sesuai dengan kenyataan atau fakta. Khusus pada surat An-Nisa’ ayat 9 menunjukkan bahwa perkataan yang Dua ayat diatas menyebutkan kata “qawlan sadidan” yang artinya perkataan yang benar, jujur, dan sesuai dengan kenyataan atau fakta. Khusus pada surat An-Nisa’ ayat 9 menunjukkan bahwa perkataan yang
Bila dikaitkan dengan organisasi yang ada dalam perusahaan maka ayat tersebut menganjurkan kepada setiap pimpinan perusahaan agar selalu jujur dan terbuka atau transparansi dalam menyampaikan informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Tujuan dari keterbukaan atau transparansi tersebut adalah untuk menghindari adanya kesalahpahaman antara atasan dengan bawahan.
c. Berkata Jelas dan Terang Perintah untuk berkata secara jelas dan terang terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat 63, dimana dengan berkata jelas dan terang akan menimbulkan kesan dalam hatinya.
Artinya :”Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka” (An-Nisa’:63)
Untuk bisa berbicara dengan jelas dan lugas hendaklah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami, yaitu Untuk bisa berbicara dengan jelas dan lugas hendaklah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami, yaitu
Artinya: ”Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya,supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.(Ibrahim:4)
Ayat tersebut diatas menganjurkan kepada setiap pemimpin agar dalam memberikan tugas kepada bawahannya hendaklah disampaikan dengan jelas dan terang sehingga menimbulkan rasa puas dalam diri karyawan karena mampu menyelesaikan tugasnya dengan benar.
d. Berkata Pantas Selain tujuan dari komunikasi yang telah disebutkan di atas kita juga harus mengetahui etika dalam berkomunikasi. Salah satu ayat Al- Qur’an yang menyebutkan berkata pantas merupakan salah satu etika berkomunikasi adalah surat Al-Isra’ : 28.
Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh Rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.” (Al-Isra’ : 28).
Qawlan Masyuran, menurut Jalaluddin, sebenarnya lebih tepat diartikan ”ucapan yang menyenangkan”. Bila Qawlan Ma’rufan berisi petunjuk, Qawlan Masyuran berisi hal-hal yang menyenangkan (Amir, 1999:91). Ketika kita berkomunikasi, kita bukan hanya menyampaikan isi tetapi juga mendefinisikan hubungan sosial. Isi yang sama dalam suatu komunikasi dapat menjauhkan atau mendekatkan antara komunikator dengan komunikan.
e. Berkata Baik Selain itu berkata baik juga merupakan etika dalam berkomunikasi, sebagaimana dalam QS. Al-Isra’ ayat 53:
Artinya: ”Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia (Al-Isra’:53).
Dalam sebuah hadist disebutkan yang artinya:
Artinya: ”Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir maka hendaklah diam” (HR. Bukhari Muslim).
f. Berkata Mulia Anjuran untuk berkata mulia terdapat pada kata Qawlan Kariman, pada Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23:
Artinya :”Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua- duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali- kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu” (Al- Isra’:23).
Ayat ini memerintahkan sebagai anak untuk berbakti kepada orang tuanya, salah satu cara untuk berbakti kepadanya adalah dengan menghindari perkataan kasar. Hal ini menunjukkan etika komunikasi yaitu penghormatan.
g. Berkata Lemah Lembut
Dalam ayat Al-qur’an yang lain juga disebutkan bagaimana seharusnya etika dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah surat Thoha : 44.
Artinya: ”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut" (Thoha:44). Kata Qawlan layyinan secara harfiah berarti berkomunikasilah
dengan lemah-lembut (Amir, 1999:93). Allah membenci orang yang berbicara dengan nada keras sebagaimana telah tertulis dalam surat Luqman ayat 19 sebagai berikut:
Artinya:”Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (Luqman:19).
Menurut Riva’I (2004:) kepuasan kerja adalah penilaian dari dari pekerja tentang seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Kepuasan kerja juga adalah sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri, dan hubungan sosial individu diluar kerja. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja adalah:
1. Kedudukan
2. Pangkat dan jabatan
3. Masalah umur
4. jaminan finansial dan jaminan sosial
5. Mutu pengawasan
Dalam Islam, ketika seorang muslim telah mengalami kepuasan dalam arti kebutuhannya telah terpenuhi dan mengalami kelebihan dalam hal materi hendaknya mengeluarkan sebagian hartanya seperti zakat, infaq, dan shodaqoh sebagai bukti rasa syukur dan pernyataan terima kasih seorang hamba kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan nikmat-Nya yang berupa kekayaan.
Rahman (1995:80) dalam mengeluarkan harta tersebut hendaknya berupa harta yang baik atau harta yang dicintainya. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 177:
Artinya: ”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.(Al- Baqarah:177)
16. Hubungan Komunikasi dengan Kepuasan Kerja
Mei (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Gaya Komunikasi Pengetua dengan Kepuasan Kerja Guru” yang melibatkan 223 orang guru terlatih di sekolah menengah di daerah Sibu, Sarawak menyebutkan bahwa “Terdapat hubungan sederhana antara keterbukaan komunikasi pengetua dengan kepuasan kerja guru, hubungan kuat antara Mei (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Gaya Komunikasi Pengetua dengan Kepuasan Kerja Guru” yang melibatkan 223 orang guru terlatih di sekolah menengah di daerah Sibu, Sarawak menyebutkan bahwa “Terdapat hubungan sederhana antara keterbukaan komunikasi pengetua dengan kepuasan kerja guru, hubungan kuat antara
Sementara menurut sebuah survey dari chartered Institute of Personnel and development (CIPD) dan Kingston University Business School, Inggris (2006) menyatakan bahwa “Kehidupan di tempat kerja lebih sering menyerupai sebuah perkawinan yang rapuh. Hubungan antara pengusaha atau para mananjer dengan karyawannya ditandai dengan miskin komunikasi dan kadar kepercayaan yang rendah sekaligus menyebabkan rendahnya kinerja, produktivitas dan tingginya tingkat pergantian karyawan sebagai tanda minimnya kepuasan kerja”.
Dari dua penelitian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi dengan kepuasan kerja (Widiatmoko, 2006:38-39).
17. Kerangka Berfikir
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dikembangkan suatu kerangka berfikir atas rencana penelitian ini, yaitu pengaruh komunikasi terhadap kepuasan kerja. Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dalam hal ini adalah dalam perusahaan itu terdapat dua macam komunikasi yaitu internal dan eksternal. Komunikasi internal memiliki empat macam arah dan masing-masing memiliki unsur-unsur.
Karena penelitian ini dilakukan dalam perusahaan yang berkeinginan untuk membuktikan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan oleh manajer, maka diambil komunikasi yang mengarah ke bawah, keatas, dan horisontal.
Gambar. 2.2
Model kerangka berfikir pengaruh komunikasi terhadap
kepuasan kerja karyawan
1. Komunikasi Kepuasan Komunikasi
Vertikal
kerja
2. Komunikasi Horisontal karyawan
Sumber : Data Diolah PENJELASAN:
Agar kepuasan kerja karyawan dapat tercapai diperlukan komunikasi. Untuk itu komunikasi yang baik harus sesuai dengan macam-macam komunikasi agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik oleh karyawan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menerima perintah. Sehingga secara umum komunikasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut: komunikasi kebawah, komunikasi ketas, dan komunikasi horisontal. Dan apabila komunikasi tersebut dipenuhi atau dilakukan dengan baik maka kepuasan kerja karyawan dalam bekerja akan meningkat.
18. Model Konsep
Hipotesis menurut Arikunto, (2006:71), adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
1. Model Konsep
Gambar. 2.3 Model Konsep
Komunikasi Kepuasan Kerja
Gambar : Model Konsep
2. Model Hipotesis
Gambar. 2.4 Model Hipotesis
Komunikasi (X)
Komunikasi Vertikal (X 1 )
Kepuasan Kerja (Y)
Komunikasi Horisontal
(X 2 )
Sumber : Sugiyono, 1999:153
Keterangan :
Simultan
Parsial
3. Hipotesis Penelitian
a. Diduga ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi vertikal (X 1 ) dan komunikasi horisontal (X 2 ) secara simultan terhadap kepuasan kerja karyawan (Y).
b. Diduga ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi vertikal (X 1 ) dan komunikasi horisontal (X 2 ) secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan (Y).
c. Diduga bahwa variabel komunikasi vertikal yang paling dominan pengaruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan.