Analisis Data

B. Analisis Data

1. Analisis Kinerja Pajak Penerangan Jalan Di Kabupaten Karanganyar

Pemungutan pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar diatur dalam Peraturan daerah Nomor 16 Tahun 2002, sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah Kab. Karanganyar. Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemda. Mekanisme pemungutan pajak penerangan jalan dengan cara With Holding System yaitu sistem pemungutan pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pada sumbernya. Untuk melaksanakan pemungutan pajak penerangan jalan tersebut, tugas tersebut dilaksanakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ketentuan perhitungan pajak penerangan telah diatur dalam peraturan daerah, yaitu biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian atau dalam rekening listrik tercatat volume atau realisasi penjualan listrik dikalikan tarif pajak masing-masing golongan. Terdapat empat golongan pengguna listrik dari PLN, yaitu Pemerintah (P), Rumah tangga (R), Industri (I), dan Sosial (S).

Penerapan pajak penerangan jalan hanya dikenakan pada 3 (tiga) golongan wajib pajak yaitu Rumah tangga, Industri dan Bisnis. Untuk golongan lainya tidak di wajibkan untuk membayar pajak tersebut karena hasil dari pajak tersebut memang digunakan untuk pembiayaan listrik pemerintah dan sosial. Sampai pada tahun ini, penerapan pajak penerangan jalan untuk ketiga golongan sebesar 9%, tercantum dalam peraturan daerah Kabupaten Karanganyar No. 16 Tahun 2002.

Penerapan tarif pajak penerangan jalan memang dirasa terlau tinggi karena terbukti pelaksanaan pajak tersebut banyak terjadi beberapa masalah. Terutama pada golongan industri, adanya penunggakan pembayaran listrik dikarenakan perusahaan tidak dapat lagi menutupi biaya produksi yang membengkak karena penerapan pajak yang mencapai 9%. Situasi ini terjadi karena perekonomian yang sedang tidak stabil, bahan-bahan produksi yang meningkat seiring peningkatan harga-harga dan harga output yang dihasilkan tidak sebanding dengan biaya produksi. Tetapi apapun masalah yang terjadi dalam bidang industri, pajak bersifat wajib dan memaksa yang diatur dalam undang-undang dan harus dipatuhi setiap warga Negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan hasil dari pajak memang demi kepentingan masyarakat, daerah dan Negara.

Untuk mengetahui kinerja pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar, pertama harus mengetahui penerapan pajak daerah di wilayah tersebut. Bagaimana Pemda pada tiap tahun merencanakan target dan akhirnya hasil yang didapat dari seluruh jenis pajak daerah, yaitu realisasi.

Pendapatan asli daerah (PAD) tidak terlepas dari kontribisi pajak daerah. Semakin tinggi pajak daerah maka semakin tinggi pula PAD yang didapat. Untuk hal tersebut dapat dibuktikan dengan analisis kinerja pajak daerah atau secara khusus pajak penerangan jalan.

Pedapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain yang sah. Untuk pertama menganalisa seberapa besar peran pajak daerah terhadap PAD, bagi kabupaten Karanganyar.

Tabel 4.5 Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2005-2009

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

17.367.149.208 11.672.721.538 Bagian Laba BUMD

Total PAD 34.302.564.901

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 Dapat dilihat dari tabel pendapatan asli daerah diatas, komponen pajak daerah

merupakan salah satu yang menjadi penyumbang terbesar bagi PAD. Pajak daerah meningkat dari tahun ke tahun secara signifikan, akan tetapi pada tahun 2008 ke tahun 2009 terjadi penurunan. Selanjutnya komponen retribusi daerah , penerimaan lain-lain, dan terakhir keempat laba BUMD. Untuk lebih jelasnya mengenai kontribusi masing-masing komponen,dapat dilihat tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2005-2009

2008 2009 Pajak Daerah

0,27 0,17 Bagian Laba

0,29 0,41 Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Selanjutnya dalam suatu perencanaan pendapatan daerah, dikenal dengan istilah target dan realisasi. Target pendapatan merupakan rencana pendapatan yang dianggarkan untuk diraih sesuai kemampuan institusi penghasil pendapatan. Sedangkan realisasi merupakan kemampuan pencapaian penerimaan pendapatan yang sudah ditargetkan. Maka dari tabel dibawah ini dapat diketahui target pendapatan masing-masing pos pajak.

Tabel 4.7 Target Pajak Daerah Kab. Karanganyar 2005-2009

Pos Pajak daerah

2008 2009 Pajak Hotel

250.020.000 267.750.000 Pajak PJU

11.600.000.000 13.200.000.000 15.336.000.000 17.918.000.000 20.040.000.000 Pjk. Gal. Gol C

171.855.540 183.787.000 Pajak Parkir

Pajak Daerah

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 Penetapan target pendapatan dari masing-masing jenis pajak daerah, lebih

didasarkan pada kaedah incremental (meningkat persentase tertentu dari didasarkan pada kaedah incremental (meningkat persentase tertentu dari

Penetapan target yang telah dilaksanakan, selanjutnya anggaran tersebut menjadi suatu pendapatan yang telah pasti yang didapat pada periode tahun yang ditentukan. Realisasi pendapatan pajak daerah Kabupaten Karanganyar, sebagai perbandingan dari target pendapatan pajak daerah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.8 Realisasi Pajak Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2005-2009

Pos Pajak daerah

575.420.710 673.963.200 Pajak Restoran

367.613.892 341.932.742 Pajak Hiburan

191.433.518 254.092.442 Pajak Reklame

255.641.360 295.208.244 Pajak PJU

20.280.324.727 19.858.645.486 Pjk. Gal. Gol C

184.617.954 189.342.455 Pajak Parkir

Pajak Daerah

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 Realisasi pajak daerah dari tahun 2005-2009 dari masing-masing pos penerimaan pajak daerah hasilnya tidak begitu jauh dari penetapan target sebelumnya. Ada yang melebihi target bahkan kurang dari target, akan tetapi Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 Realisasi pajak daerah dari tahun 2005-2009 dari masing-masing pos penerimaan pajak daerah hasilnya tidak begitu jauh dari penetapan target sebelumnya. Ada yang melebihi target bahkan kurang dari target, akan tetapi

Realisasi dan target dari seluruh pos pajak daerah telah dijelaskan secara rinci diatas, maka selanjutnya dari masing-masing jenis pajak daerah tersebut untuk mengetahui seberapa besar peranan pos pajak daerah terhadap pendapatan total pajak daerah di Kabupaten Karanganyar, maka dapat diketahui kontribusinya dengan cara share antara pendapatan dari salah satu jenis pajak dengan total pajak daerah yang menghasilkan kontribusi masing- masing pos pajak daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.9 Kontribusi Pos Pajak terhadap Pajak Daerah Kab. Karanganyar Tahun 2005-2009

Pos Pajak daerah

2,63 3,11 Pajak Hotel

Pajak Restoran

1,68 1,57 Pajak Hiburan

0,87 1,17 Pajak Reklame

92,71 91,66 Pajak PJU

Pjk. Gal. Gol C

1,27 0,26 Pajak Parkir

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Analisa mengenai pajak tersebut yaitu jenis pajak yang mempunyai kontribusi 50% atau lebih dan positif maka jenis pajak tersebut sangat baik kontribusinya bagi pendapatan pajak daerah. Dari tahun 2005-2009 jenis pajak penerangan jalan tingkat kontribusinya lebih dari 50%. Nilai tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar 93,15% dan mengalami penurunan yang paling rendah selama 5 tahun yaitu pada tahun 2009 menjadi 91,66%. Akan tetapi jenis pajak ini selalu dominan dari tahun ke tahun. Kinerja jenis pajak daerah yang lain dalam lima tahun tersebut, kontribusinya masih dibawah angka 50% akan tetapi kontribusinya selalu positif dan cenderung menigkat. Kontribusi yang terendah adalah pajak galian golongan C yaitu sebesar 0,87 pada tahun 2009. Ketimpangan kontribusi yang cukup besar ini ini mungkin dikarenakan jenis pajak yang kurang produktif dan penggalian potensinya yang kurang efektif. Selanjutnya adalah jenis pajak parkir yang kontribusinya selama kinerja 5 tahun masih dinggap rendah, mungkin dikarenakan jenis pajak ini merupakan pajak baru, akan tetapi kontribusinya terus meningkat hanya pada tahun 2009 terjadi penurunan hanya menjadi sebesar 0,26. Kontribusi terendah dari seluruh jenis pajak, pada tahun 2009.

Analisa mengenai pendapatan asli daerah (PAD), pajak daerah dan konribusi pajak daerah telah diuraikan selanjutnya dalam penelitian ini secara khusus maka akan dibahas secara rinci mengenai salah satu jenis pajak yaitu pajak penerangan jalan yang menjadi jenis pajak daerah yang mempunyai kontribusi terbesar dalam kinerja 5 tahun ini.

Tabel 4.10 Kontribusi Pajak penerangan Jalan (PJU) Tahun 2005-2009

Tahun

Nilai Pajak

Pendapatan Asli Kontribusi

Penerangan Jalan

Daerah (PAD)

66.967.520.033 29,65% Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Kontribusinya bagi pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar mengingat bahwa pajak penerangan jalan adalah hanya salah satu sub komponen bagi pendapatan asli daerah, yang masuk dalam total pajak daerah. Kontribusi terbesar pada tahun 2005 mencapai 35,43% selanjutnya pada tahun 2006 menurun menjadi 29,02%, pada tahun 2007 dan tahun 2008 terjadi peningkatan berkisar kurang lebih pada angka 30% dan kontribusinya kembali melemah pada tahun 2009 yang hanya sebesar 29,65%. Penurunan kontribusi pajak penerangan jalan, mungkin dikarenakan ketidakstabilan perekonomian atau faktor internal dalam pemungutan pajak tersebut.

Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan pajak penerangan jalan akan digunakan analisis trend. Alasannya untuk mengetahui perkiraan trend, yaitu secara langsung dapat membantu menyusun perancanaan (Djarwanto, 1993 : 268). Misalnya bila trend penerimaan pajak penerangan jalan selama beberapa tahun menunjukkan kenaikan maka secara logika dapat diramalkan bahwa penerimaan pajak penerangan jalan untuk tahun – tahun yang akan Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan pajak penerangan jalan akan digunakan analisis trend. Alasannya untuk mengetahui perkiraan trend, yaitu secara langsung dapat membantu menyusun perancanaan (Djarwanto, 1993 : 268). Misalnya bila trend penerimaan pajak penerangan jalan selama beberapa tahun menunjukkan kenaikan maka secara logika dapat diramalkan bahwa penerimaan pajak penerangan jalan untuk tahun – tahun yang akan

a = konstanta

b = besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit variabel X

X = Tahun Sebelum memperkirakan trend pajak penerangan jalan dari tahun ke tahun maka harus diadakan uji trlebih dahulu, bila b < 0 maka perkembangan Y dan

X adalah turun dan bila b > 0 atau positif maka perkembangan Y dan X adalah naik, selanjutnya dengan menggunakan tingkat signifikasi 5% analisis tersebut diuji terlebih dahulu apabila probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka persamaan tersebut signifikan. Maka pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0 perhitungan regresi dari penerimaan pajak penerangan jalan selama kurun waktu 2001-2009 menghasilkan persamaan sebagai berikut : Y = a + b(X)

= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12X Nilai probabilitas X adalah 0,00 < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikasi 5%.

Berdasarkan persamaan regresi diatas maka nilai b adalah positif dan lebih dari satu maka perkembangan nilai Y dan X adalah naik atau Berdasarkan persamaan regresi diatas maka nilai b adalah positif dan lebih dari satu maka perkembangan nilai Y dan X adalah naik atau

1. Prediksi untuk tahun 2010 Y’ = a + b (X)

2. Prediksi untuk tahun 2011 Y’ = a + b (X)

3. Prediksi untuk tahun 2012 Y’ = a + b (X)

4. Prediksi untuk tahun 2013 Y’ = a + b (X)

= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (13) = 28.723.811.657,75

5. Prediksi untuk tahun 2014 Y’ = a + b (X)

= 2.918.314.575,19 + 1.985.038.237,12 (14) = 30.708.849.894,87

Kesimpulanya dari persamaan trend diatas maka untuk 5 tahun kedepan penerimaan pajak penerangan jalan akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Trend pajak penerangan jalan untuk 5 tahun diperkirakan akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selanjutnya untuk mengetahui kinerja pajak penerangan jalan dapat diketahui dengan matrik kinerja pajak daerah.. Berikut ini adalah kinerja pajak penerangan jalan yaitu pada tahun 2005-2009 yaitu :

Tabel 4.11 Kinerja Pajak Penerangan Jalan Tahun 2005-2009 Tahun

Potensial Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

2009

0,20

6 ,42

Kinerja pajak penerangan jalan dalam 5 tahun dilihat dari rasio pertumbuhan dan proporsi, jenis pajak tersebut kinerjanya mayoritas dalam tergolong prima karena proporsi dan pertumbuhan ≥ 1. Artinya pajak penerangan merupakan salah satu jenis pajak yang cukup berpotensi bagi penyumbang pendapatan pajak daerah yang tentu kontribusinya mempengaruhi pendapatan asli daerah. Pada tahun 2009 kinerja pajak penerangan jalan terjadi penurunan, menjadi potensial, karena Pertumbuhan < 1 dan pertumbuhanya ≥ 1. Penurunan kinerja pajak tersebut harus dapat dari faktor internal maupun eksternal. Internal yaitu PLN sebagai lembaga pemungut pajak dan eksternal yaitu Pemda sebagai pengelola pajak tersebut. Selanjutnya sebagai perbandingan dengan kinerja jenis pajak daerah lainnya maka dapat dilihat dengan matrik kinerja pajak daerah brikut ini :

Tabel 4.12 Kinerja Pajak Daerah Tahun 2005-2009

Pos Pajak daerah

Berkembang Terbelakang Pajak Restoran

Hotel Berkembang

Berkembang

Terbelakang

Berkembang Terbelakang Pajak Hiburan

Terbelakang Terbelakang Pajak Reklame

Terbelakang Terbelakang

Pajak PJU

Prima Potensial

Pjk. Gal. Gol C

Terbelakang Terbelakang Pajak Parkir

Berkembang Terbelakang

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Kinerja pajak penerangan jalan tetap menjadi salah satu jenis pajak yang dominan walaupun pada tahun 2009 terjadi pelemahan kinerja. Melihat dari tabel diatas kinerja teburuk adalah pajak hiburan dalam 5 tahun ini, yaitu terbelakang. Hal tersebut dikarenakan nilai proporsi dan pertumbuhan < 1. Artinya dari tahun ke tahun pendapatan dari jenis pajak ini tidak ada peningkatan yang cukup signifikan. Jenis pajak restoran dan hotel cenderung cukup baik karena pendapatan dari jenis pajak tersebut terus terjadi peningkatan, terlepas dari keadaan perekonomian yang dapat mengguncang kestabilan pendapatanya. Hal tersebut juga terjadi pada jenis pajak lain seperti pajak reklame, pajak parkir, dan pajak bahan galian golongan C. Pada tahun 2009 seluruh kinerja pos pajak daerah menurun menjadi terbelakang kecuali pajak penerangan jalan kinerjanya tergolong potensial.

Kinerja masing-masing pos pajak daerah telah diketahui dari uraian sebelumnya. Selanjutnya sebagai pelengkap data kinerja dari keseluruhan pajak maka akan dibahas mengenai collection ratio dan rasio pertumbuhan. Pertama, collection ratio dari pajak penerangan jalan. Salah satu jenis pajak yang diulas secara rinci dalam penelitian ini.

Tabel 4.13 Rasio Pengumpulan ( Collection Ratio) Pajak Penerangan Jalan Tahun 2005-2009

Collection Ratio 2005

Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Rasio pengumpulan pajak penerangan jalan rata-rata diatas 100% artinya dari tahun 2005-2008 jenis pajak ini tergolong mencapai target yang ditentukan oleh Pemda atau sangat efektif. Pada tahun 2009 terjadi penurunan rasio pengumpulan yaitu dibawah 100% artinya pendapatan pajak penerangan jalan pada tahun tersebut belum mencapai target yang ditentukan Pemda atau tidak efektif, rasionya hanya sebesar 99,09%. Terjadi penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai pembanding pajak penerangan jalan dengan jenis-jenis pajak lainya dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.14 Rasio Pengumpulan ( Collection Ratio) Pos Pajak Daerah Tahun 2005-2009

Pos Pajak

(%) (%) Pajak Hotel

118,39 113,13 Pajak Restoran

126,16 100,06 Pajak Hiburan

85,58 62,41 Pajak Reklame

Pajak PJU

107,42 103,02 Pajak Parkir

Pjk. Gal. Gol C

136,45 151,69 Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Seluruh jenis pajak daerah rata-rata pendapatanya telah mecapai target yang ditentukan oleh Pemda. Pada tahun 2009 seluruh jenis pajak daerah rasionya diatas 100%. Hanya pada jenis pajak hiburan dan pajak penerangan jalan yang belum mencapai target yang ditentukan. Pada tahun 2005 hanya pos pajak hiburan yang tidak efektif karena kurang dari 100% sedangkan pos pajak yang lain dalam kategori sangat efektif karena rasionya diatas 100%.

Hal tersebut juga terjadi pada tahun 2006, pajak hiburan dalam kategori tidak efektif, dan pajak reklame 100% artinya efektif, dan pos pajak lainya sangat efektif, pada tahun 2007 pos pajak hotel masuk dalam kategori tidak efektif karena CLR sebesar 93,01% dan pos pajak lainya tergolong sangat efektif. Pada tahun 2008 pos pajak hiburan kembali menjadi jenis pajak yang ada dalam kategori tidak efektif sedangkan pos pajak lainya masuk dalam kategori sangat efektif. Untuk tahun 2009 ada dua pos pajak daerah yang masuk dalam kategori tidak efektif yaitu pajak hiburan dengan indeks CLR sebesar 62,41 dan pajak penerangan jalan sebesar indeks CLR 99,09, padahal PJU adalah adalah satu jenis pajak yang dominan pendapatanya dalam tahun ke tahun.

Kedua, rasio pertumbuhan. Untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan jenis-jenis pajak daerah. Rasio pertumbuhan seluruh jenis pajak daerah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.15 Pertumbuhan Pajak Daerah Tahun 2005-2009

2008 2009 Pajak Hotel

Pos Pajak daerah

0,30 0,17 Pajak Restoran

0,44 -0,06 Pajak Hiburan

-0,06 0,32 Pajak Reklame

Pajak PJU

Pjk. Gal. Gol C

0,05 0,02 Pajak Parkir

0,78 0,58 Sumber : DPPKAD Kab. Karanganyar, 2009 (data diolah)

Pertumbuhan keseluruhan pos pajak daerah cenderung positif akan tetapi fluktuatif. Terjadi peningkatan dan penurunan pertumbuhan selama kurun Pertumbuhan keseluruhan pos pajak daerah cenderung positif akan tetapi fluktuatif. Terjadi peningkatan dan penurunan pertumbuhan selama kurun

2. Analisis Potensi Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Karanganyar

Peraturan daerah tentang pajak penerangan jalan di Kabupaten Karanganyar daiatur dalam Peraturan daerah No. 16 tahun 2002. Jenis pajak ini merupakan salah satu jenis pajak yang dominan kontribusinya terhadap pendapatan pajak daerah. Hal tersebut telah dibuktikan dalam kinerja dan kontribusi jenis pajak tersebut sebelumnya. Pajak penerangan jalan pemungutanya dengan cara with holding system. Pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar telah memberi wewenang tugas pemungutan ini kepada PLN. Hasil pendapatan dari pajak tersebut diteruskan kepada Pemda dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), untuk dikelola. Selama ini Pemda hanya mengenal istilah target dan realisasi sebagai penetapan pendapatan dari tahun ke tahun. Penetapan target hanya bersifat meningkat dari persentase sebelumnya (incremental) metode tersebut terjadi kelemahan karena tanpa mempertimbangkan coverage ratio atau sejauhmana realisasi telah dapat mendekati potensi yang ada. Ketentuan dalam coverage ratio adalah :

1. Indeks coverage ratio 0% - 25% artinya rendah sekali

2. Indeks coverage ratio 25% - 50% artinya rendah

3. Indeks coverage ratio 50% - 75% artinya sedang atau cukup

4. Indeks coverage ratio 75% - 100% artinya tinggi Mengukur kemampuan pemungutan penerimaan daerah dapat dilakukan berdasarkan potensi yang ada dengan relisasi yang diterima. Adanya potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, akan terjadi pula perbedaan pola hubungan. (Abdul Halim : 2004)

Bedasarkan teori potensi keuangan daerah tersebut maka tingkat potensi pemungutan pos pajak daerah bagi penerimaan pajak daerah berbeda- beda dengan tingkat kemampuan masing-masing sumber daya yang ada. Potensi adalah keseluruhan pendapatan yang memungkinkan dapat dicapai berdasarkan kondisi dan perkembangan objek sumber pendapatan yang dimaksud dalam hal ini adalah pajak penerangan jalan. Dalam perhitungan potensi pajak penerangan jalan ini, penelitian menggunakan data sekunder dari 2 (dua) wilayah yaitu Karanganyar dan Palur. Keduanya termasuk dalam UPJ Karanganyar dan UPJ Palur. Rumus yang digunakan untuk menghitung potensi pajak penerangan jalan adalah realisasi penjualan tenaga listrik x tarif masing-masing golongan. Selanjutnya setelah diketahui potensi yang ada maka efektifitas potensi pajak penerangan jalan dapat diketahui dengan rumus coverage ratio dengan cara pembagian antara realisasi penerimaan pendapatan pajak penerangan jalan dengan potensi pajak penerangan jalan.

Pertama adalah penelitian yang dilaksanakan pada UPJ Karanganyar. Wilayah ini mayoritas pelanggan PLN adalah rumah tangga, dan selanjutnya Pertama adalah penelitian yang dilaksanakan pada UPJ Karanganyar. Wilayah ini mayoritas pelanggan PLN adalah rumah tangga, dan selanjutnya