ANALISIS DISKRIPTIF
ANALISIS DISKRIPTIF
1. Hipotesis I
Untuk mengetahui kondisi keuangan di Kabupaten Karanganyar dilihat dari tingkat kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah dari tahun ke tahun maka digunakan analisis trend. Analisis tesebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan oleh pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) antara lain :
Pajak Penerangan Jalan
Kontribusi = X 100%
Pendapatan Asli Daerah
Dimana :
Pajak penerangan jalan = nilai PJU Pendapatan Asli Daerah = nilai PAD Perhitungan tersebut menghasilkan kontribusi pajak penerangan jalan terhadap PAD. Selanjutnya untuk mengetahui perkembangan pajak penerangan jalan akan digunakan analisis trend. Alasannya untuk mengetahui perkiraan trend, yaitu (Djarwanto, 1993 : 268) secara langsung dapat membantu menyusun perancanaan. Misalnya bila trend penerimaan pajak
penerangan jalan selama beberapa tahun menunjukkan kenaikan maka secara logika dapat diramalkan bahwa penerimaan pajak penerangan jalan untuk tahun – tahun yang akan datang juga akan bertambah. Penelitian kali ini akan menggunakan metode kuadrat terkecil (Least square method). Penggunaan metode least square sebetulnya merupakan metode yang menggambarkan garis trend linier dalam banyak peristiwa ekonomi, fluktuasi deret berkala sekitar garis trendnya umumnya bukan bersifat independen. Penggunaan metode least square guna menarik garis trend sebetulnya lebih disebabkan oleh faktor kepraktisan daripada karena matematis (Dajan Anto, 1975:285). Persamaan garis lurus dinyatakan dengan model Y o = a + bX Dimana : Y o = penerimaan pajak penerangan jalan
a = konstanta
b = besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit variabel X
X = Tahun Penggunaan model trend linier ini bertujuan untuk melihat perkembangan hubungan variabel X dan variabel Y dan selama periode penelitian maupun prospeknya dimasa mendatang Bila b < 0, maka perkembangan Y dan X adalah turun Bila b > 0, maka perkembangan hubungan Y dan X adalah naik
Dengan meggunakan tingkat signifikan 5%, analisa trend tersebut diuji terlebih dahulu, apabila probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka persamaan tersebut signifikan.
2. Hipotesis II
a) Matrik kinerja pajak daerah
Untuk mengetahui kinerja pajak penerangan jalan dari tahun ke tahun digunakan model matrik kinerja pajak penerangan jalan antara lain :
Tabel 3.1 Matrik Kinerja Pajak/Retribusi daerah
Proporsi
X ≥1 i <1
Rata rataX i Pertumbuhan
Rata rataX i
Berkembang Rata rataX i X i
Prima
Terbelakang Xtotal
Potensial
Catatan : Xi
= Nilai pajak/retribusi daerah
Rata-rata X
= Nilai rata-rata pajak/retribusi daerah
X total
= Jumlah total pajak/retribusi daerah ∆ = Pertumbuhan pajak/retribusi daerah
Ketentuan :
a. Prima, bila pajak penerangan jalan tersebut mempunyai rasio tingkat pertumbuhan terhadap tingkat pertumbuhan total pajak penerangan jalan serta rasio proporsi nilai pajak penerangan jalan terhadap rata- ratanya lebih dari 1.
b. Berkembang, bila pajak penerangan jalan tersebut mempunyai rasio tingkat pertumbuhan terhadap pertumbuhan pajak penerangan jalan lebih besar daripada satu serta memliliki rasio proporsi dan rasio tambahan pajak penerangan jalan terhadap rata-ratanya kurang dari satu.
c. Potensial, bila pajak penerangan jalan mempunyai rasio tingkat pertumbuhan terhadap pertumbuhan total pajak penerangan jalan yang kurang dari satu serta memiliki rasio proporsi dan rasio tambahan pajak penerangan jalan terhadap rata-ratanya yang lebih besar daripada satu.
d. Terbelakang, bila pajak penerangan jalan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan terhadap pertumbuhan total pajak penerangan jalan serta rasio proporsi dan rasio tambahan pajak penerangan jalan terhadap rata- ratanya kurang dari satu atau bersifat negatif.
b) Analisis Rasio Pengumpulan ( Collection ratio)
Rumus untuk menghitung pemungutan pajak daerah dalam hal ini adalah pajak penerangan jalan, apakah sudah mencapai target atau belum sesuai dengan target :
Realisasi X i
CLR =
Target X i
Dimana : CLR = Rasio Pengumpulan (collection ratio) Xi = Jenis pajak / retribusi daerah
Ketentuan :
1) Hasil perbandingan tingkat pencapaian diatas 100% artinya sangat efektif
2) Hasil perbandingan tingkat pencapaian 100% artinya efektif
3) Hasil perbandingan tingkat pencapaian dibawah 100% artinya tidak efektif Efektifitas diartikan sebagai sejauh mana unit yang dikeluarkan mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Efektifitas digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2002).
c) Analisis Pertumbuhan Pajak Daerah
Untuk mengetahui besarnya pertumbuhan pajak daerah, dalam hal ini adalah pajak penerangan jalan, maka dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Xi t - Xi t - 1 P=
X 100%
Dimana : P = Pertumbuhan
X i = Jenis pajak daerah
ANALISIS KUANTITATIF
Analisis ini dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari PLN UPJ Karanganyar dan UPJ Palur, mengenai penjualan tenaga listrik dalam kurun waktu satu tahun yaitu pada tahun 2009. Data tersebut digunakan untuk menghitung potensi pajak penerangan jalan di kabupaten Karanganyar. Walaupun yang digunakan hanya meliputi 2 (dua) UPJ yaitu wilayah Palur dan Karanganyar, akan tetapi kontribusi kedua UPJ Analisis ini dilaksanakan dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari PLN UPJ Karanganyar dan UPJ Palur, mengenai penjualan tenaga listrik dalam kurun waktu satu tahun yaitu pada tahun 2009. Data tersebut digunakan untuk menghitung potensi pajak penerangan jalan di kabupaten Karanganyar. Walaupun yang digunakan hanya meliputi 2 (dua) UPJ yaitu wilayah Palur dan Karanganyar, akan tetapi kontribusi kedua UPJ
3. Hipotesis III
Potensi merupakan keseluruhan pendapatan yang memungkinkan dapat dicapai berdasarkan kondisi dan perkembangan sumber pendapatan yang dimaksud. Nilai potensi setiap sumber pendapatan daerah tersebut belum terbiasa untuk dilaporkan sebagaimana nilai target dan realisasi pendapatan. Hal itu dikarenakan instansi penghasil sebagai pengelola sumber pendapatan belum menghitung secara komprehensif potensi pendapatan yang menjadi tanggung jawab pengelola. Untuk menghitung potensi pajak penerangan jalan digunakan rumus yaitu jumlah biaya tarif beban ditambah biaya pemakaian listrik kwh , selanjutnya akan menghasilkan volume atau realisasi penjualan tenaga listrik dan dikalikan dengan tarif pajak untuk penerangan jalan( menurut golongan) sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam peraturan daerah mengenai pajak penerangan jalan. Rumus potensi pajak penerangan jalan :
Realisasi penjualan tenaga listrik x tarif dasar listrik masing-masing golongan.
Potensi Pajak penerangan jalan : Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan
Coverage Ratio =
Potensi pajak penerangan jalan