TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik
SKRIPSI
Diajukan untuk: Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
DWI PRASETYO
C 0204019
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
TINDAK TUTUR ILOKUSI
DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik
Disusun oleh
DWI PRASETYO
C 0204019
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum. NIP 195504091983032001
Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia
Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP 196206101989031001
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik
Disusun oleh
DWI PRASETYO
C0204019
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal , …………….
Jabatan
Nama
Tanda tangan
Ketua Dra.Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum ……………….. NIP 196412311994032005 Sekretaris Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum.
………………… NIP 196806171999031002 Penguji I
Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum. …………………. NIP 195504091983032001
Penguji II Miftah Nugroho, S. S.,M.Hum. …………………. NIP 197707252005011002
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M. A NIP 19530314198506100
PERNYATAAN
Nama : Dwi Prasetyo NIM : C 0204019
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj di Stasiun Televisi ANTV adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 27 Desember 2009
Yang membuat pernyataan,
Dwi Prasetyo
MOTTO
Kebahagiaan dalam hidup adalah bukan karena kamu berbahagia Namun, Kebahagiaan dalam hidup adalah karena kamu, orang lain menjadi bahagia
(Happiness in live is not because we live happily but happiness in live is because we make other people happy )
Maria Retno
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan untuk orang-orang yang telah menjadi keluargaku dan saudara-
saudaraku yang memberi warna dalam mengarungi kehidupan ini
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj dalam Stasiun Televisi ANTV . Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari semua pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Sudarno, M. A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Ahmad Taufig, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum selaku pembimbing skripsi, yang selalu mengarahkan dan memberikan motivasi serta nasihat kepada peneliti selama berlangsungnya penyusunan skripsi.
4. Drs. Wiranta, M. S. selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan semangat dan nasihat selama studi di Fakultas Sastra dan Seni Rupa.
5. Dosen-dosen di Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
6. Staf Perpustakaan UNS dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kemudahan kepada peneliti untuk membaca dan meminjam buku-buku referensi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua, adik dan kakakku atas segala motivasi dan curahan kasih sayangnya.
8. Kepada rekan-rekan angkatan 2002 (Wahyudianto, Pak Agus, Alfan, si Wel, Rahmanto, Danang, dll), 2003 (Tanto, mbak Maria, Rena, cilik, dll) dan terutama angkatan 2004 Gang Kobra (Achmadi joko, Damang, Pradityo, Rulis, Bayu Djatmiko, Deni, Halfidz) dan Teman-teman KMF yang selalu memberikan dorongan dan bantuan kepada peneliti selama kuliah di UNS.
9. Wanita yang kusayangi Riza Agustine yang telah banyak membantu dalam berbagai hal serta selalu memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
Selain itu, tidak lupa peneliti berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pemerhati bahasa dan dapat memperluas wawasan pembaca tentang kajian pragmatik khususnya yang berkaitan dengan sinetron komedi.
Surakarta, 27 Desmber 2009
Peneliti
4. Menawarkan……………………………………………….. 64
5. Menegaskan………………………………………………... 65 BAB V PENUTUP …………………………………………………….
66
A. Simpulan ………………………………………………………. 67
B. Saran …………………………………………………………… 68 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….
69 LAMPIRAN ……………………………………………………………
DAFTAR SINGKATAN
Sitkom : Sinetron Komedi CNB
: Cagur Naik Bajaj CNB/1/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan
Januari. CNB/2/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan Januari. CNB/1/Februari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan Februari. CNB/2/Februari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan Februari. CNB/1/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan Maret. CNB/2/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan Maret. Ket: CNB/2/Januari CNB
: Cagur Naik Bajaj
2 : Nomor data Januari
: Bulan penayangan . (Penomoran data selanjutnya sama dan mengikuti nomor datanya)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Fungsi Umum Tindak Tutur beserta Sifat-Sifat Kuncinya............
13 Tabel 2 : Penggunaan Modus dalam Tindak Tutur.......................................
20
ABSTRAK
Dwi Prasetyo. C0204019. 2009. Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi ”Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yakni 1) bagaimanakah tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” ? 2) bagaimanakah implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”?
Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”
2) mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” Jenis Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa teknik rekam, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Data dalam penelitian ini berupa semua tuturan para tokoh yang mengandung tidak tutur ilokusi dan implikatur percakapan dalam sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”. Teknik penyajian analisis menggunakan metode padan pragmatik dan berdasrkan pendekatan pragmatik.
Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal (1) ditemukan adanya tindak tutur ilokusi yang terdiri dari empat jenis tindak tutur yaitu tindak tutur representatif meliputi subtindak tutur menyatakan dan melaporkan. Tindak tutur direktif meliputi subtindak tutur mengajak, memohon, mengusulkan, menyuruh, dan menasehati. Tindak tutur komisif meliputi subtindak tutur menawarkan, menolak, mengancam, bersumpah, dan berjanji. Tindak tutur ekspresif meliputi subtindak tutur mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengkritik, menyalahkan, mengeluh, dan memuji. (2) Selain tindak tutur ilokusi juga terdapat beberapa macam implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain untuk menegaskan, menawarkan, memperingatkan, menyuruh, melarang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk berpikir. Demikian tesis klasik yang ditemukan dalam dunia filsafat. Konsekuensi logis dari tesis ini ialah bahwa manusia adalah makhluk berbahasa. Manusia mengucapkan pikirannya lewat bahasa. Hubungan antara sebuah bahasa dan pikirannya sangat erat. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep baru atau juga perasaan. Manusia dapat juga menerima pengetahuan, informasi, berita, atau pesan-pesan melalui bahasa. Mengingat bahasa sebagai alat komunikasi, realisasi penggunaan bahasa dalam masyarakat dapat terlihat pada media-media komunikasi, baik itu media elektronik seperti radio dan televisi maupun media cetak seperti koran dan majalah. Salah satu media elektronik yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah televisi.
Onong Uchjana Efendi mengungkapkan bahwa televisi merupakan salah satu media komunikasi audio visual yang tidak pernah terlepas dari kebutuhan manusia (1993:34), karena dalam penyiarannya berupa suara dan gambar bergerak sehingga dapat dengan mudah suatu pesan ditangkap atau diterima oleh para penonton. Sekarang ini televisi bukan lagi menjadi barang yang mewah melainkan sudah menjadi kebutuhan yang primer. Televisi digunakan sebagai hiburan dalam keluarga setelah melaksanakan aktivitas sehari-hari. Setiap keluarga biasanya memilih acara yang dianggap menarik. Acara televisi sekarang ini banyak Onong Uchjana Efendi mengungkapkan bahwa televisi merupakan salah satu media komunikasi audio visual yang tidak pernah terlepas dari kebutuhan manusia (1993:34), karena dalam penyiarannya berupa suara dan gambar bergerak sehingga dapat dengan mudah suatu pesan ditangkap atau diterima oleh para penonton. Sekarang ini televisi bukan lagi menjadi barang yang mewah melainkan sudah menjadi kebutuhan yang primer. Televisi digunakan sebagai hiburan dalam keluarga setelah melaksanakan aktivitas sehari-hari. Setiap keluarga biasanya memilih acara yang dianggap menarik. Acara televisi sekarang ini banyak
Sinetron komedi kebanyakan mengisahkan tentang kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari dan disajikan dalam bentuk yang lucu atau humor. Salah satu program acara sinetron komedi yang menghibur, yang bermuatann budaya dan unik adalah “Cagur Naik Bajaj” yang selanjutnya disingkat dengan CNB yaitu merupakan sinetron komedi pertama yang diperankan dua kelompok komedian yaitu kelompok komedian Bajaj dan Cagur. Bermuatan budaya karena CNB sangat kental dalam menggambarkan tentang kebiasaan atau tingkah laku mahasiswa sekarang yang suka berantem, demo, hutang, dan lain-lain. Unik karena CNB mencampuradukan berbagai bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Sinetron komedi CNB dalam dialognya terkadang menggunakan improvisasi secara spontanitas, mereka hanya diberi teks dialog secara garis besarnya lebih dari itu mereka improvisasi secara spontanitas. Sehingga, dialog acara tersebut Semi alami dan secara tidak langsung CNB juga mengandalkan kemampuan improvisasi.
CNB menarik untuk diteliti dan disimak. Dalam CNB tersebut selain penutur menuturkan kalimat tuturan baik langsung maupun tidak langsung kepada lawan tutur. Penutur juga menggunakan tingkah laku yang konyol dalam berkomunikasi yang berwujud perintah, larangan, pernyataan, dan lain sebagainya, kepada lawan tutur yang bertujuan untuk menambah daya tarik kepada penonton.
Secara pragmatik tuturan dalam CNB banyak mengimplikasikan makna atau pesan. Pesan tersebut tertuang dalam bentuk penciptaan kehumoran yang dituangkan dalam bentuk implikatur percakapan karena penggunaan implikatur sangatlah penting dalam sitkom tersebut, selain itu juga banyak terkandung tindak tutur yang memiliki berbagai maksud.
Berkaitan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil percakapan dalam acara yang bertajuk sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” di stasiun televisi ANTV sebagai bahan penelitian. Fokus utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Tindak tutur ilokusi dan implikatur yang terjadi dalam Percakapan sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”. Berangkat dari hal ini, peneliti mengambil judul penelitian Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV , dengan menggunakan pragmatik sebagai ancangannya.
B. Pembatasan Masalah
Peneliti menggunakan pendekatan pragmatik untuk menganalisis tindak tutur Ilokusi dan implikatur percakapan dalam dialog atau percakapan sitkom “Cagur Naik Bajaj” sebagai sarana kelucuan untuk menarik perhatian penonton.
C. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan berhasil maka perlu diadakan perumusan masalah. Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” ?
2. Bagaimana implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”?
D. Tujuan Penelitian
Edi Subroto( 2007:98) mengatakan bahwa tujuan penelitian bersifat keilmuan jelas berkaitan erat dengan perumusan masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian harus membuat secara implisit tentang hal-hal yang akan dicapai sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam perumusan masalah. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”
2. Mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”
E. Manfaat Penelitian
Adanya perumusan manfaat penelitian sering diperlukan dan biasanya juga sering dikaitkan dengan masalah yang bersifat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis Edi Subroto (2007:99). Di bawah ini akan diuraikan setiap manfaat yang dimaksud sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan dalam hal ini ilmu linguistik atau kebahasaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai tindak tutur para komedian yang terdapat dalam media audio visual melalui pendekatan Pragmatik.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis pada penelitian ini adalah memberikan informasi yang berarti bagi peneliti khususnya dan pemirsa televisi mengenai tindak tutur ilokusi pada sinetron komedi CNB. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya.
F. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah penguraian dalam suatu penelitian, diperlukan sistematika penulisan. Melalui sistematika tersebut menjadikan penulisan hasil penelitian dapat dijabarkan secara sistematis. Sistematika penulisan ini dirinci sebagai berikut.
Bab pertama merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, Pembatasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, dan Sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan landasan teori, berisi teori-teori yang secara langsung berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam sebuah penelitian.
Bab ketiga merupakan metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, dan metode dan teknik analisis data.
Bab keempat merupakan Analisis Data, menjabarkan data-data yang telah dikumpulkan, diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan, kemudian dianalisis untuk mendapatkan deskripsi dari masalah yang diteliti berdasarkan landasan teori yang digunakan. Dari analisis didapatkan hasil penelitian yang menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama.
Bab kelima berisi simpulan terhadap obyek yang telah diteliti dilanjutkan dengan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka
Sejauh penelusuran peneliti tentang Penelitian sejenis atau yang mempunyai korelasi dengan penelitian ini masih jarang. Mengenai pertuturan humor dengan menggunakan ancangan pragmatik sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian humor telah dilakukan dengan sumber data tulisan dari beberapa media massa cetak, akan tetapi pada penelitian pertuturan humor yang bersumber data dari media komunikasi audio visual atau televisi dan membahas tentang sitkom baru satu orang peneliti yang melakukannya.
Umi Kholifah (2006) dalam skripsinya yang berjudul ”Implikatur Percakapan dalam Sinetron Komedi Bajaj Bajuri Edisi Salon Oneng: Sebuah Kajian Pragmatik” . Penelitian ini membahas membahas tentang tindak tutur yang mematuhinya, implikatur percakapan yang terkandung di dalam sitkom Bajai Bajuri Edisi Salon Oneng (BBESO), dan penyimpangan dan pemenuhan terhadap maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan serta adanya prinsip ironi.
Studi penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Kholifah. Penelitian tindak tutur yang dilakukan oleh peneliti difokuskan pada jenis- jenis tindak ilokusi dan implikatur percakapan yang juga melibatkan tindak tutur tidak langsung didalam penelitian tersebut. sedangkan sumber data penelitian ini dari sinetron komedi CNB di televisi .
B. Landasan Teori
1. Definisi Pragmatik
Morris (dalam Levinson, 1983:1) mengartikan pragmatik sebagai “the study of relation of signs to interpreters” ‘studi relasi antara tanda-tanda dengan para penafsirannya’. Tanda-tanda yang dimaksud adalah bahasa. Berawal dari pemikiran tersebut maka muncul dan berkembanglah pragmatik sebagai salah satu cabang dari linguistik.
Levinson (1983:9), “Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language”. ‘ Pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatikalisasi atau ditandai (terlukiskan) di dalam struktur bahasa’.
Yule (1996:3) mengatakan bahwa “pragmatics is the study of contextual meaning” . Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual’. Studi ini akan melakukan penginterpretasian makana sebuah tuturan dengan memperhatikan konteks pemakaiannya dan bagaimana konteks itu mempengaruhi penutur dalam menentukan suatu tuturan.
I Dewa Putu Wijana (1996:2) dalam bukunya Dasar-Dasar Pragmatik menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, bagaimana satuan kebahasaan yang digunakan dalam komunikasi. Makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami maksud penutur.
2. Konteks Situasi Tutur
Pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah tuturan. Menurut I Dewa Putu Wijana, (1996:10) dalam mengkaji makna suatu tuturan ada beberapa aspek situasi yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
a. Penutur dan Lawan Tutur
Konsep penutur dan lawan tutur mencakup peneliti dan pembaca dikarenakan tuturan yang bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek- aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin.
b. Konteks Tuturan
Penelitian pragmatik selalu mempertimbangkan konteks suatu tuturan. Leech (1993:20) mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur menafsirkan makna tuturan. I Dewa Putu Wijana, (1996:11) menyebutkan bahwa konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dipahami oleh penutur dan lawan tutur. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.
Rustono (1999:19) menjelaskan bahwa konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi ekspresi dan situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian.
Alwi et al. (dalam Rustono, 1999:20) menuturkan bahwa konteks terdiri atas unsur-unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Di dalam peristiwa tutur ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan persitiwa tutur. Hymes (dalam Rustono, 1999:20) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menandai dalam peristiwa tutur adalah 1) setting atau scene yaitu tempat dan suasana peristiwa tutur; 2) participant, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain; 3) end atau tujuan; 4) act yaitu tindakan yang dilakukan penutur di dalam peristiwa tutur; 5) key yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam mengekpresikan tuturan dan cara mengekspresikannya; 6) instrumen yaitu alat atau sarana untuk mengekspresikan tuturan, apakah secara lisan, tulis, melalui telepon atau bersemuka; 7) norm atau norma yaitu aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan 8) genre yaitu jenis kegiatan peristiwa wawancara, diskusi, kampanye, dan sebagainya; yang lazim dikenal dengan singkatan SPEAKING. Selanjutnya Hymes (dalam Rustono, 1999:21) mengemukakan bahwa “ciri-ciri konteks yang relevan meliputi delapan hal yaitu: Penutur, mitra tutur, topik tuturan, waktu dan tempat bertutur, ciri konteks, kode, amanat atau pesan, peristiwa atau kejadian.”
Halliday dan Ruqaya Hasan (1992:16) mengatakan bahwa semua pemakaian bahasa mempunyai konteks. Ciri-ciri tekstual memungkinkan wacana menjadi padu bukan hanya antara unsur-unsurnya dalam wacana itu sendiri tetapi juga dengan konteks situasinya. Ada tiga ciri konteks situasi, yaitu.
1) Medan wacana mengacu pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta dengan unsur pokok tertentu.
2) Pelibat wacana mengacu pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka, jenis-jenis hubungan peranan apa yang terdapat di antara para pelibat, termasuk hubungan- hubungan yang tetap dan sementara, baik jenis peranan tuturan mereka lakukan dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan- hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka.
3) Sarana wacana yang mengacu bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat dalam situasi itu, organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk salurannya (apakah dituturkan atau dituliskan semacam gabungan keduanya) dan juga metode retoriknya, yaitu apa yang akan dicapai teks berkenaan dengan pokok pengertian seperti membujuk, menjelaskan, mendidik, dan semacamnya.
c. Tujuan tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Begitu sebaliknya Berbagai macam maksud dapat pula diutarakan dengan tuturan yang sama (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).
d. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas
Pragmatik selalu berhubungan dengan tindak verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu sehingga tuturan merupakan suatu bentuk kesatuan yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).
e. Tuturan sebagai Produk Tindakan Verbal
Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekpresikan kata-kata atau bahasa.
Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).
3. Definisi Tindak Tutur
Searle, 1969 (dalam Muhammad Rohmadi, 2004:29) Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan Searle, 1969 (dalam Muhammad Rohmadi, 2004:29) Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan
Gunarwan (dalam Rustono 1999:33) menyatakan bahwa mengujarkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan (mengujarkan) tuturan itu. Aktivitas mengujarkan atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu itu merupakan tindak tutur atau tindak ujar (speech act ).
Searle (dalam Suwito, 1983:33) berpendapat bahwa dalam setiap komunikasi bukanlah sekedar lambang, kata, atau kalimat, melainkan lebih tepat jika disebut produk atau hasil lambang, kata atau lebih tegasnya bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah, atau yang lainnya.
Di dalam bukunya How to Do Things with Words, Austin (1962:1-11) dalam http://www.Community Portal of Gunadarma University.co.id, Berkenaan dengan tuturan,Austin membedakan tiga jenis tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya. (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di Di dalam bukunya How to Do Things with Words, Austin (1962:1-11) dalam http://www.Community Portal of Gunadarma University.co.id, Berkenaan dengan tuturan,Austin membedakan tiga jenis tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya. (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di
a. Tindak Lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The act of saying something. Kunjana Rahardi (2005:35) menyatakan bahwa tindak lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu.
Tindak lokusi untuk menyatakan sesuatu adalah tindak lokusi (Wijana 1996:17). Pernyataan tersebut sama dengan Rustono (1999:35) bahwa lokusi atau lengkapnya tindak lokusi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Di dalam tindak lokusi tidak mempermasalahkan maksud atau fungsi tutur. Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan lokusi ini adalah apakah makna tuturan yang diucapkan itu. Lokusi semata-mata tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata-kata. Makna kata dalam tuturan lokusi itu sesuai dengan makna kata di dalam kamus.
Tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasi karena pengindentifikasianya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranaannya untuk memahami tindak tutur (Parker dalam Wijana 1996:18).
b. Tindak Ilokusi
Austin mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu (dalam Rustono, 1999:35). Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono 1999:37). Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Tindak tutur ini sering disebut The act of doing something.
Searle (dalam Martinich (ed), 1996: 147-149) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis. Dasar utama pengklasifikasiannya adalah titik ilokusi atau tujuan ilokusi.
1) Tindak Tutur Asertif Titik ilokusi asertif ialah untuk mengikat penuturnya kepada kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya yaitu menyatakan, melaporkan, memprediksi, menunjukkan dan menyebutkan.
2) Tindak Tutur Direktif Titik ilokusi direktif ialah yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan sesuatu, yaitu menyuruh, memohon menuntut, menyarankan, memerintah, meminta dan menantang.
3) Tindak Tutur Ekspresif Titik ilokusi ekspresif ialah dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, yaitu memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan mengeluh.
4) Tindak Tutur Komisif Titik ilokusi komisif ialah untuk mengikat penuturnya pada suatu tindakan yang dilakukannya pada masa mendatang dan melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturan, yaitu berjanji, bersumpah, menawarkan, kesanggupan dan mengancam.
5) Tindak Tutur Deklarasi Deklarasi didefinisikan sebagai jenis ilokusi yang bersifat khas, keberhasilan melakukan ilokusi akan menghubungkan antara isi proposisi dan realita di dunia. Penutur Deklarasi haruslah seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang khusus dalam sebuah institusi tertentu. Deklarasi ialah tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru yaitu memutuskan, melarang, mengizinkan, mengangkat dan memberikan maaf.
Menuirut Leech (1993: 287) Walaupun deklarasi merupakan tindak ujar yang menarik, jenis ini sama sekali tidak dapat mewakili tindak ujar yang khas. Alasan untuk mengatakan bahwa deklarasi bukan tindak ujar sama sekali, yaitu bahwa deklarasi adalah tindak konvensional, bukan tindak komunikatif .
Tabel 1
fungsi umum tindak tutur beserta sifat-sifat kuncinya
P = penutur
Tipe tindak tutur Arah penyesuaian
X = situasi
Kata disesuaikan dengan dunia
Representatif P meyakini X
Kata disesuaikan dengan
Ekspresif dunia P merasakan X
Direktif Dunia disesuaikan dengan
P menginginkan X
kata
Komisif P memaksudkan X
Dunia disesuaikan dengan
kata
Deklarasi P menyebabkan X
Kata mengubah dunia
Sumber : mengikuti Searle 1979 dalam Yule (1996) dan diindonesiakan oleh Indah Fajar Wahyuni (2006:95) Sumber : mengikuti Searle 1979 dalam Yule (1996) dan diindonesiakan oleh Indah Fajar Wahyuni (2006:95)
Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak tutur perlokusi disebut sebagai The act of affecting someone. Tuturan yang diucapkan seorang penutur sering memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutinary force). Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah oleh Austin dinamakan tindak perlokusi (dalam Rustono, 1999:36). Efek atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja, dapat pula secara tidak sengaja. Tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur inilah merupakan tindak perlokusi.
Ada beberapa verba yang menandai tindak perlokusi. Menurut Leech verba itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, menarik perhatian, dan sebagainya (dalam Rustono, 1999:37).
Tindak perlokusi juga sulit dideteksi karena harus melibatkan konteks tuturannya. Jadi dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur memungkinkan sekali mengandung lokusi saja, ilokusi saja, dan perlokusi saja, tetapi tidak menutup kemungkinan pula bahwa satu tuturan mengandung kedua atau tiga-tiganya sekaligus.
4. Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung.
Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu,, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dsb., tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act), seperti contoh kalimat berikut.
(a) Andi memiliki lima ekor kambing. (b) Di manakah letak pulau bali? (c) Ambilkan baju saya!
Selain contoh di atas untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuklah tindak tutur tidak langsung (indirect speech act). Dapat dilihat contoh kalimatnya sebagai berikut.
(d) Ada makanan di almari (e) Di mana sapunya?
Kalimat (d), bila diucapkan kepada seseorang teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan tuturnya mengambil makanan yang ada di almari yang dimaksud, bukan sekedar untuk menginformasikan bahwa di almari ada makanan. Demikian pula tuturan (e) bila diutarakan oleh seorang ibu kepada seorang anak, tidak semata-mata berfungsi untuk menanyakan di mana letak Kalimat (d), bila diucapkan kepada seseorang teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan tuturnya mengambil makanan yang ada di almari yang dimaksud, bukan sekedar untuk menginformasikan bahwa di almari ada makanan. Demikian pula tuturan (e) bila diutarakan oleh seorang ibu kepada seorang anak, tidak semata-mata berfungsi untuk menanyakan di mana letak
(f) + Don, perutku kok lapar, ya - Ada makanan di almari + Baik kuambil semua, ya?
(g) Ibu : Di mana sapunya, ya? Anak: Sebentar, bu, akan saya ambilkan. (I Dewa Putu Wijana, 1996:31)
Tindakan (-) dalam (f) dan (g) , karena ia mengetahui bahwa tuturan yang diutarakan oleh lawan tuturnya bukanlah sekedar menginformasikan sesuatu, tetapi menyuruh orang yang diajak bicara.
Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dapat dijawab secara langsung, tetapi segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya. Dari uraian tersebut, tabel penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan kelangsungan tindak tutur dapat diganbarkan sebagai berikut.
Tabel 2 Penggunaan modus dalam tindak tutur
Tindak Tutur
Modus Langsung Tidak Langsung
Berita Memberitakan Menyuruh Tanya Bertanya Menyuruh
Perintah Memerintah - Sumber : Wijana, 1996:32
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa kalimat perintah tidak dapat digunakan untuk mengutarakan tuturan secara tidak langsung (Wijana, 1996:32) Jenny Thomas (1995:119) “Indirectness is a universal phenomenon: as far as we know it occurs in alll natural languages, a fact which in itself requires some explaining” ‘tindak tutur tak langsung merupakan sebuah fenomena universal: selama kalimat tersebut terjadi pada semua bahasa sehari-hari, sebuah fakta yang terdapat dalam kalimat tersebut membutuhkan beberapa penjelasan’.
5. Implikatur Percakapan
“Implikatur adalah proposisi yang diimplikasikan dalam tuturan yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan“ (Grice dalam I Dewa Putu Wijana, 1996:37). “Implikatur percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat dalam percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaraan prinsip percakapan“. Implikasi percakapan itu merupakan pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur berbeda dari apa yang dikatakan penutur dalam percakapan tersebut (Grice dan Gazdar dalam Rustono, 1999:77). “Implikatur adalah sesuatu yang terimplikasi dalam suatu percakapan yang dibiarkan implisit dalam penggunaan bahasa secara aktual“. Menurut Gunarwan (dalam Rustono) implikatur percakapan terjadi karena adanya kenyataan bahwa sebuah ujaran yang mempunyai implikasi berupa proposisi yang sebenarnya bukan bagian dari tuturan tersebut dan tidak pula merupakan konsekuensi yang harus ada dalam tuturan tersebut (1999:77).
Menurut Grice, implikatur dibedakan menjadi dua, yaitu implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional. “Implikatur konvensional adalah makna suatu ujaran yang secara konvensional atau secara umum diterima oleh masyarakat sedangkan implikatur nonkonvensional adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya“ (dalam Muhammad Rohmadi, 2004:55). Selanjutnya implikatur nonkonvensional dikenal dengan nama implikatur percakapan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional (implikatur percakapan) adalah terletak pada pengguna bahasa yang terlibat dalam peristiwa tutur.
Di dalam pembahasan tentang komunikasi antar pemakai bahasa, relevansi antara konsep implikatur dan prinsip percakapan menjadi topik penting. Implikatur percakapan yang merupakan hasil interferensi dari adanya tuturan yang melanggar prinsip percakapan menjadi dasar pentingnya pembahasan kedua substansi itu. Hal itu disebabkan karena implikatur percakapan timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Dengan kata lain, sumber dari implikatur percakapan adalah pelanggaran prinsip percakapan (Rustono, 1999:82).
6. Pengertian sinetron Komedi
Menurut Wardhana Veven, sinetron berasal dari dua buah kata yaitu sinema dan elektronika, sama dengan TP play, sama dengan teledrama, sama dengan sandiwara televisi sama dengan film televisi, sama dengan lakon televisi, yang persamaannya yaitu sama-sama ditayangkan medium audio visual bernama televisi (1997:268). Sinetron yang banyak diminati sekarang ini adalah sinetron komedi Menurut Wardhana Veven, sinetron berasal dari dua buah kata yaitu sinema dan elektronika, sama dengan TP play, sama dengan teledrama, sama dengan sandiwara televisi sama dengan film televisi, sama dengan lakon televisi, yang persamaannya yaitu sama-sama ditayangkan medium audio visual bernama televisi (1997:268). Sinetron yang banyak diminati sekarang ini adalah sinetron komedi
Dalam Ensiklopedia Indonesia kata humor berasal dari Yunani, yang berarti getah. Menurut kepercayaan bangsa Yunani pada zaman dahulu, tubuh manusia mengandung semacam getah yang dapat menentukan temperamen seseorang. Perbedaan temperamen dalam diri manusia, menurut kepercayaan orang Yunani, disebabkan perbedaan kadar campuran getah dalam tubuh manusia itu. Seandainya campuran itu seimbang, maka dikatakan orang tersebut mempunyai humor, tidak marah, tidak sedih, dan sebagainya (Sumarlam, 2003:137).
Di samping humor, R. J. Wkinson juga menerangkan tentang kata jenaka. Menurutnya jenaka adalah: Menurut R. J. Wkinson jenaka berarti a farce, a partical joke, atau farcical, willing. Cerita
yang beraspek humor pada umumnya mengisahkan kejenakaan atau kelucuan akibat kecerdikan, kebodohan, kemalangan, dan keberuntungan tokoh utamanya. Tokoh ceritanya kadang-kadang sangat bodoh dan tidak dapat menangkap maksud orang lain, sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu (dalam Sumarlam, 2003:137) .
Humor dalam www.wikipedia.com (online 1 januari 2008) dikatakan bahwa humor adalah kemampuan yang obyek atau situasi untuk membangkitkan perasaan senang pada orang lain. Istilah tersebut mencangkup segala macam bentuk entertainment atau komunikasi yang membangkitkan perasaan sejenisnya, atau yang membuat tertawa dan merasa senang. Sense of humor atau rasa humor yang dimiliki seseorang bersifat personal dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, daerah asal, budaya, kedewasaan, tingkat pendidikan, konteks, dan lain sebagainya.Suatu wacana humor dapat diterima sebagai hal yang lucu oleh seseorang Humor dalam www.wikipedia.com (online 1 januari 2008) dikatakan bahwa humor adalah kemampuan yang obyek atau situasi untuk membangkitkan perasaan senang pada orang lain. Istilah tersebut mencangkup segala macam bentuk entertainment atau komunikasi yang membangkitkan perasaan sejenisnya, atau yang membuat tertawa dan merasa senang. Sense of humor atau rasa humor yang dimiliki seseorang bersifat personal dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, daerah asal, budaya, kedewasaan, tingkat pendidikan, konteks, dan lain sebagainya.Suatu wacana humor dapat diterima sebagai hal yang lucu oleh seseorang
Humor oleh Freud (dalam Sumarlam, 2003:137) dapat diklasifikasikan menurut motivasinya, yaitu humor yang dibuat tanpa motivasi (komik) dan humor yang secara sengaja mencapai kesenangan melalui penderitaan orang lain seperti agresi, satire, dark jokes. Jika dilihat dari sasaran yang dijadikan lelucon, humor dapat dibagi menjadi humor etnis, humor seksual, dan humor politik. Jenis humor seperti ini secara umum mempergunakan hiperbola, prinsip litotes, atau ironi.
Menurut Wuri Soedjatmiko (dalam PELLBA 5, 1992:69) humor termasuk salah satu alat komunikasi, seperti menyampaikan informasi, menyatakan rasa senang, marah, jengkel, simpati. Sebagai sarana informasi apabila digunakan dengan tepat humor dapat berfungsi bermacam-macam. Humor dapat mengendurkan ketegangan atau berfungsi sebagai katup penyelamat. Misalnya jika terjadi perselisihan antar kelompok, humor dapat menyelamatkan kelompok yang berselisih tersebut dari lontaran kata-kata kotor atau baku hantam secara fisik. Terdapat dua sebab orang berhumor, yaitu 1) karena selera humornya tinggi dan 2) karena tuntutan profesi.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV termasuk penelitian kualitatif. Edi Subroto berpendapat bahwa “metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang dengan menggunakan metode statistik“ (1992:5). Seperti yang disampaikan Edi Subroto bahwa penelitian kualitatif itu bersifat deskriptif. Istilah deskriptif berarti bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada, sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan apa adanya (Sudaryanto, 1992:62).
B. Data dan Sumber Data
Suatu penelitian kualitatif, tentunya tidak lepas dari data yang diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari sumber lisan yaitu tuturan seluruh pemain yang mengandung tindak tutur ilokusi dan tindak tutur langsung maupun tindak tutur tidak langsung dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” . Peneliti memilih percakapan yang banyak ditemukan tindak tutur ilokusi, penggunaan implikatur dan tindak tutur langsung maupun tindak tutur tidak langsung. Dari tiga episode, ditayangkan pada bulan : Januari 2009 , Februari 2009, Maret 2009.
Menurut Edi Subroto, sumber data adalah asal data penelitian diperoleh. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh penulis (1992:34).
Ada pun sumber data dalam penelitian yaitu sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” yang ditayangkan pada awal bulan Januari, Februari, Maret tahun 2009.
C. Teknik Pengumpulan Data
Mengingat pentingnya data dalam suatu penelitian, maka data tersebut harus dicari atau dikumpulkan dengan teknik tertentu. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan untuk meneliti tindak tutur ilokusi dan tindak tutur langsung maupun tidak langsung dalam dialog/percakapan para pemain sitkom CNB, yang merupakan bahasa lisan adalah dengan teknik rekam. Menurut Edi Subroto, yang dimaksud dengan teknik rekam adalah pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan (1992:32).
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu; teknik rekam, teknik simak dan catat. Teknik simak adalah penyimakan bahasa lisan yang secara spontan dan mengadakan pencatatan data yang relevan dan sesuai dengan sasaran serta tujuan penelitian (Edi Subroto, 1992:41). Jadi setelah data penelitian didapatkan melalui teknik rekam (berupa MP3 Player), peneliti kemudian melakukan penyimakan dan setelah itu melakukan pencatatan terhadap data tersebut.
Adapun proses pengumpulan ini dilakukan melalui beberapa langkah yakni; (a) Peneliti mencari acara Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, b) peneliti menonton Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, c) peneliti memilih tindak tutur Adapun proses pengumpulan ini dilakukan melalui beberapa langkah yakni; (a) Peneliti mencari acara Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, b) peneliti menonton Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, c) peneliti memilih tindak tutur
D. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian data. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya (Moleong, 1996:103). Penelitian ini menggunakan pragmatik sebagai ancangannya. Penelitian bahasa yang menggunakan pragmatik sebagai ancangannya, selalu berkaitan dengan konteks, begitu pula penelitian ini. Konteks merupakan alat penentu dari luar bahasa. Oleh karena itu, analisis dalam penelitian ini akan memakai metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan Lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa (Sudaryanto, 1993:13).
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan perumusan masalah. Analisis ini meliputi (A) tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh seluruh pendukung sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” dan (B) bentuk implikatur percakapan pada sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” .
A. Tindak Tutur Ilokusi yang Digunakan dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj ” di Stasiun Televisi ANTV .
Mengujarkan sebuah tuturan merupakan hal penting di dalam kajian pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tertentu untuk melakukan tindakan (menyuruh, memerintah), di samping memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu. Kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan itulah yang merupakan tindak tutur atau tindak ujar. Bahkan dalam acara televisi pun tidak lepas dari tindakan mengujarkan tuturan seperti sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” yang ditayangkan di stasiun televisi ANTV. Sinetron komedi tersebut menggunakan tindak tutur untuk menimbulkan suatu kelucuan untuk menarik perhatian penonton. Tindak tutur yang terdapat dalam sinetron “Cagur Naik Bajaj” yang dilihat dari daya ilokusinya yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi.
1. Tindak Tutur Representatif
Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkannya. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga Tindak tutur asertif, ditemukan 2 macam subtindak tutur yaitu subtindak tutur menyatakan dan melaporkan.
a. Tindak Tutur Representatif “Menyatakan”
Menyatakan dalam KBBI memiliki arti menjelaskan, menerangkan, dan mengemukakan (2005:790). Jadi, subtindak tutur “menyatakan” merupakan tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur untuk menerangkan atau menunjukkan sesuatu yang telah diamati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data berikut.
a.1.Tindak tutur menyatakan “keinginan”
“Keinginan” dalam KBBI berarti perihal ingin atau suatu hasrat, kehendak, harapan (hal 379:1989) Tempat : Dalam kelas