Analisis Keterpaduan Pasar Bawang Putih

D. Analisis Keterpaduan Pasar Bawang Putih

1. Hasil Analisis Regresi Antara Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Dengan Pasar Legi Kota Surakarta

Berdasarkan analisis regresi akan diperoleh nilai koefisien

2 determinasi (R 2 ), nilai adjusted R , nilai F hitung, nilai t hitung, dan nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas (b1, b2, b3). Berikut ini

adalah hasil analisis regresi dari harga riil bawang putih antara Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi Kota Surakarta. Tabel 27. Hasil Analisis Regresi Keterpaduan Pasar Bawang Putih Antara

Pasar Tawangmangu dengan Pasar Legi Sumber

Hitung Tabel 5% Regresi

Varian Kuadrat

Total 43547786,387 20 R 2 0,672 Adjusted 2 R 0,614

DW 1,996 Sumber : Analisis Data Sekunder

Keterangan : ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95% Berdasarkan hasil analisis regresi antara Pasar Tawangmangu dengan Pasar Legi diperoleh nilai F hitung sebesar 11,602. Nilai F hitung sebesar 11,602 lebih besar dari nilai F tabel pada tingkat kepercayaan 95% yang besarnya 3,16. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1, selisih harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t dengan bulan t-1, dan harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1 secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t.

Nilai adjusted R 2 dari hasil analisis regresi antara Pasar Tawangmangu dengan Pasar Legi (Tabel 27) yaitu sebesar 0,614. Hal ini

berarti bahwa harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t sebesar 61,4% dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang dimasukkan dalam model yaitu harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1, selisih harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t dengan bulan t-1, dan harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1, sedangkan sisanya yaitu sebesar 38,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. Variabel-variabel lain di luar model tersebut antara lain musim tanam dan panen, jumlah produksi, dan jumlah pasokan dari daerah lain.

Tabel 28. Nilai Koefisien Regresi dan t Hitung Tiap-Tiap Variabel

t Hitung Constanta

Variabel

Koefisien Regresi

0,767 Pit-1 0,542 2,688*

1,965* Pt-1 ns 0,292 1,528

Pt-Pt-1 0,435

Sumber : Analisis Data Sekunder Keterangan : Pit-1

= harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada

bulan t-1 Pt-Pt-1 = selisih harga bawang putih di Pasar Legi pada

bulan t dengan bulan t-1

Pt-1 = harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1

= signifikan pada tingkat kepercayaan 90%

ns

= tidak signifikan

Berdasarkan hasil analisis regresi di atas dapat diketahui nilai t hitung dari masing-masing variabel bebas. Nilai t hitung pada variabel harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1 yaitu 2,688 dan nilai t tabel µ/2 pada tingkat kepercayaan 90% yaitu 1,729. Dengan

demikian, t hitung > t tabel µ/2 sehingga hipotesis H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1 secara individu berpengaruh terhadap variabel harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t.

Nilai koefisien regresi variabel harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1 adalah sebesar 0,542. Tanda koefisien yang positif ini memberi petunjuk adanya hubungan searah antara harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1 dan harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1 sebesar Rp 1,- per kilogram maka harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t akan meningkat sebesar Rp 0,542 per kilogramnya.

Nilai t hitung pada variabel selisih harga bawang putih di Pasar Legi antara bulan t dengan bulan t-1 yaitu sebesar 1,965 dengan nilai t tabel µ/2 pada selang kepercayaan 90% yaitu sebesar 1,729. Hal ini

menunjukkan bahwa t hitung > t tabel µ/2, sehingga hipotesis H 0 ditolak dan H 1 diterima. Artinya, variabel selisih harga bawang putih di Pasar Legi antara bulan t dengan bulan t-1 secara individu berpengaruh terhadap variabel harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t.

Nilai koefisien regresi variabel selisih harga bawang putih di Pasar Legi antara bulan t dengan bulan t-1 yaitu sebesar 0,435. Tanda koefisien yang positif ini memberi petunjuk adanya hubungan searah antara selisih harga bawang putih di Pasar Legi antara bulan t dengan bulan t-1 dan harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t. Hal ini berarti apabila

bawang putih di Pasar Legi antara bulan t dengan bulan t-1 sebesar Rp 1,- per kilogram maka harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t akan meningkat sebesar Rp 0,435 per kilogramnya.

Sedangkan nilai t hitung pada variabel harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1 yaitu sebesar 1,528 dengan t tabel µ/2 pada selang kepercayaan 90% yaitu 1,729. Dengan demikian, t hitung < t tabel µ/2

sehingga hipotesis H 0 diterima dan H 1 ditolak. Hal ini berarti variabel harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1 secara individu tidak sehingga hipotesis H 0 diterima dan H 1 ditolak. Hal ini berarti variabel harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1 secara individu tidak

2. Uji Multikolinearitas

Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan menggunakan matriks korelasi yaitu hubungan antara berbagai variabel bebas yang dimasukkan dalam model. Jika nilai Pearson Correlation < 0,8 dan nilai Eigenvalue (Colinearity Diagnostik) tidak mendekati nol maka model yang diestimasi tidak terjadi multikolinearitas. Berikut ini tabel yang menunjukkan nilai Pearson Correlation dan nilai Eigenvalue.

Tabel 29. Korelasi Tiap-Tiap Variabel Selisih Harga

Harga Bawang Bawang Putih di Pearson

Harga Bawang Harga Bawang

Putih di Pasar Putih di Pasar

Putih di Pasar Pasar Legi Antara

corelation Tawangmangu Tawangmangu

Legi Pada Bulan t dengan

Pada Bulan t Pada Bulan t-1

Bulan t-1 Bulan t-1

Harga Bawang Putih di Pasar

0,452 0,661 Tawangmangu Pada

Bulan t Harga Bawang Putih di Pasar

0,216 0,645 Tawangmangu Pada

Bulan t-1 Selisih Harga Bawang Putih di Pasar Legi

1,000 0,231 Antara Bulan t dengan

Bulan t-1 Harga Bawang Putih di Pasar Legi Pada

0,231 1,000 Bulan t-1

Sumber : Analisis Data Sekunder

Tabel 30. Collinearity Diagnostics

Variance Proportions Di Eige Conditi

me nvalu on Harga Selisih Harga nsi

e Index

Harga Bawang

Bawang Bawang Putih di

Putih di Pasar

Putih di

(Constant)

Pasar Legi Antara

Tawangmangu

Pasar Legi Bulan t dengan

Pada Bulan t-1

Pada Bulan Bulan t-1 t-1

,00 ,93 Sumber : Analisis Data Sekunder

Berdasarkan hasil analisis regresi antara Pasar Tawangmangu dengan Pasar Legi diperoleh nilai Pearson Correlation < 0,8 dan nilai Eigenvalue tidak mendekati nol. Hal ini berarti bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui melalui metode grafik yaitu dengan melihat diagram pencar (scatterplot). Berikut ini adalah gambar diagram pencar (scatterplot).

Scatterplot

Dependent Variable: Harga Bawang Putih di Pasar Tawangmangu Pada Bulan t

Regression Standardized Residual

Gambar 7. Diagram Pencar (Scatterplot)

Berdasarkan diagram scatterplot dapat terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola yang teratur. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson. Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 27 memberikan nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,996. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan

nilai d pada tingkat a = 5% didapatkan nilai du =1,66, sehingga diperoleh du < d < 4-du (1,66 < 1,996 < 2,34) yaitu daerah penerimaan tidak terjadinya autokorelasi, maka dapat simpulkan bahwa tidak ada autokorelasi baik autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.

Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut maka dapat dituliskan persamaan sebagai berikut :

Pit =b 0 +b 1 (Pit-1) +b 2 (Pt-Pt-1) + b 3 (Pt-1) Pit = 663,462 + 0,542(Pit-1) + 0,435(Pt-Pt-1) + 0,292(Pt-1) Keterangan : Pit

= harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t

Pit = harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t Pit-1 = harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1 Pt-Pt-1 = selisih harga bawang putih di Pasar Legi antara bulan t dengan bulan t-1 Pt-1 = harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1

b 0 = konstanta

b 1 = koefisien regresi Pit-1 b2 = koefisien regresi Pt - Pt -1 b3 = koefisien regresi Pt-1

Persamaan regresi yang dihasilkan telah memenuhi asumsi klasik dengan tidak terjadinya multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi sehingga koefisien regresi yang dihasilkan merupakan Persamaan regresi yang dihasilkan telah memenuhi asumsi klasik dengan tidak terjadinya multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi sehingga koefisien regresi yang dihasilkan merupakan

Hasil analisis regresi antara Pasar Tawangmangu dengan Pasar Legi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keterpaduan pasar dengan melihat nilai IMC (Indeks Market of Connection). Tingkat keterpaduan pasar dapat diukur dengan menggunakan perumusan sebagai berikut :

b 1 IMC =

b 3 Keterangan :

b 1 = koefisien regresi Pit-1 b3 = koefisien regresi Pt-1 Berdasarkan nilai koefisien regresi variabel harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1 dengan nilai koefisien regresi variabel bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1 sebagai indikator IMC antara Pasar Tawangmangu dan Pasar Legi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1 yang tidak signifikan. Oleh karena itu, antara Pasar Tawangmangu dan Pasar Legi tidak terpadu dalam jangka pendek. Hal ini menunjukkan bahwa harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1 tidak mempengaruhi harga bawang putih di Pasar Tawangmangu pada bulan t-1 atau harga bawang putih di Pasar Legi pada bulan t-1 tidak ditransmisikan ke Pasar Tawangmangu. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu keterpaduan pasar komoditas bawang putih dalam jangka pendek antara Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi Kota Surakarta rendah ditolak.

Dokumen yang terkait

PERUBAHAN MORFOLOGI DAN SITOLOGI LIMA VARIETAS KEDELAI (GLYCINE MAX (L.) MERRILL) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK POSPHAT

0 1 38

PENGARUH MINYAK JINTAN HITAM DALAM MENCEGAH PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 73

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : “ ANALISIS PENGARUH INFORMASI PENGUMUMAN RIGHT ISSUE TERHADAP PERUBAHAN VOLATILITAS HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN ” (Studi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2000 – 2007 )

0 0 54

ANALISIS KAPASITAS BALOK DAN KOLOM PADA STRUKTUR PORTAL B AJA MENGGUNAKA N BALOK KOMPOSIT

0 0 21

ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM KTSP PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20082009

0 1 62

KAJIAN PENGARUH KONSUMSI AIR BERSIH PDAM TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

0 0 72

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT pada murid SD Negeri 1 Kota Subulussalam Tahun 2011

2 0 61

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH DELIMA (Punica granatum) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 51

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO

0 0 75

HUBUNGAN OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA) DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI POLI SARAF RSUD DR.MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 67